Anda di halaman 1dari 31

RINGKASAN MODUL 4, 5 dan 6

MPDR5201 PERENCANAAN dan PEMBIYAYAAN


PENDIDIKAN
MASA REGISTRASI 2020.1

ULFI RAHMI
530031309

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA
2020
MODUL 4

PENDEKATAM, MODEL, METODE dan TEKHNIK PERENCANAAN


PENDIDIKAN
A. Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan
Menurut para ahli, ada beragam pendekatan perencanaan pendidikan,
yaitu: pendekatan kebutuhan sosial (social demand approach); pendekatan
ketenagakerjaan (manpower approach); pendekatan keefektifan biaya (cost
effectiveness approach), dan pendekatan integratif. Berikut ini akan dijelaskan
secara singkat keempat pendekatan perencanan pendidikan tersebut.
1. Pendekatan Kebutuhan Sosial (social demand approach)
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan kebutuhan sosial, oleh
para ahli disebut pendekatan yang bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan
yang hendak dicapai dalam pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan
pada:
(1) tercapainya pemenuhan kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap
layanan pendidikan dasar;
(2) pemberian layanan pembelajaran untuk membebaskan populasi usia sekolah
dari tuna aksara (buta huruf); dan
(3) pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan rakyat dari rasa
ketakutan dari penjajahan, dari kebodohan dan dari kemiskinan.
Oleh karena itu pendekatan kebutuhan sosial ini biasanya dilaksanakan pada
negara-negara yang baru meraih kemerdekaan dari penjajahan, dengan kondisi
masyarakat pribumi yang terbelakang pendidikannya dan kondisi sosial
ekonominya.
Apabila pendekatan kebutuhan sosial ini dipakai, maka ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan atau diperhatikan oleh penyusun perencanaan dalam
merancang perencanaan pendidikan, antara lain:
(1) melakukan analisis tentang pertumbuhan penduduknya;

(2) melakukan analisis tentang tingkat partisipasi warga masyarakatnya dalam


pelaksanaan pendidikan, misalnya melakukan analisis persentase penduduk yang
berpendidikan dan yang tidak berpendidikan, yang dapat memberikan kontribusi
dalam peningkatan layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan;
(3) melakukan analisis tentang dinamika atau gerak (mobilitas) peserta didik dari
sekolah tingkat dasar sampai perguruan tinggi, misalnya kenaikan kelas,
kelulusan, dan dropout;
(4) melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga masyarakat tentang jenis
layanan pendidikan di sekolah;
(5) melakukan analisis tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan,
dan dapat difungsikan secara maksimal dalam proses layanan pendidikan; dan
(6) melakukan analisis tentang keterkaitan antara output satuan pendidikan dengan
tuntutan masyarakat atau kebutuhan sosial di masyarakat (Sa‟ud, S. dan Makmun
A,S. 2007; Usman, H. 2008).
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan pendekatan kebutuhan
sosial dalam perencanaan pendidikan. Diantara sisi positif pendekatan ini antara
lain:
(1) pendekatan ini lebih cocok untuk diterapkan pada masyarakat atau negara yang
baru merdeka dengan kondisi kebutuhan sosial, khususnya layanan pendidikan
masih sangat rendah atau masih banyak yang buta huruf; dan
(2) pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan pemerataan layanan
pendidikan dasar yang dibutuhkan pada warga masyarakat, karena
keterbelakangan di bidang pendidikan akibat penjajahan, sehingga layanan
pendidikan yang diberikan langsung bersentuhan dengan kebutuhan sosial yang
mendasar yang dirasakan oleh masyarakat.
Sedangkan sisi kelemahan pendekatan kebutuhan sosial ini antara lain:
(1) pendekatan ini cederung hanya untuk menjawab persoalan yang dibutuhkan
masyarakat pada saat itu, yaitu pemenuhan kebutuhan atau tuntutan layanan
pendidikan dasar sebesar-besarnya, sehingga mengabaikan pertimbangan
efisiensi pembiayaan pendidikan;
(2) pendekatan ini lebih menekankan pada aspek kuantitas (jumlah yang terlayani
sebanyak-banyaknya), sehingga kurang memperhatikan kualitas dan efektivitas
pendidikan, oleh karena itu pendekatan ini terkesan lebih boros;
(3) pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri dan pola kebutuhan man power yang
diperlukan di sektor kehidupan ekonomi, dengan demikian hasil atau output
pendidikan cenderung kurang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini; dan
(4) pendekatan ini lebih menekankan pada aspek pemerataan pendidikan (dimensi
kuantitatif) dan kurang mementingkan aspek kualitatif. Disamping itu
pendekatan ini kurang memberikan jawaban yang 5 komprehensif dalam upaya
pencapaian tujuan pendidikan, karena lebih menekankan pada aspek pemenuhan
kebutuhan sosial, sementara aspek atau bidang kehidupan yang lain kurang
diperhatikan.

2. Pendekatan Ketenagakerjaan (manpower approach)


Yang dimaksud dengan pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach)
menurut A. W. Guruge (1972): “Gearing on educational eforts to the fulfiment of
national man power requirement.” Jadi menurut Guruge pendekatan ini bertujuan
mengarahkan kegiatan pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan
nasional akan tenaga kerja (man power atau person power).
1 Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan ini lebih
mengutamakan keterkaitan antara output (lulusan) layanan pendidikan di setiap
satuan pendidikan dengan tuntutan atau keterserapan akan kebutuhan tenaga
kerja di masyarakat. Apabila pendekatan ini dipakai oleh para penyusun
perencanaan pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
(1) melakukan kajian atau analisis tentang beragam kebutuhan yang diperlukan
oleh dunia kerja yang ada di masyarakat secermat mungkin; (2) melakukan
kajian atau analisis tentang beragam bekal pengetahuan dan ketrampilan apa
yang perlu dimiliki oleh peserta didik agar mereka mampu menyesuaikan diri
secara cepat (adaptif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terjadi di dunia kerja; dan (3) mengkaji atau menganalisis tentang sistem
layanan pendidikan yang terbaik dan mampu memberikan bekal yang cukup bagi
siswa untuk terjun di dunia kerja, oleh karena itu perlu dilakukan analisis peluang
kerja dan menjalin kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan
industri (link and match). Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari
perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan ketenagakerjaan, yaitu:
Pertama, beberapa kebaikan dari pendekatan perencanaan pendidikan
ketenagakerjaan, antara lain: (1) proses pembelajaran atau layanan pendidikan di
satuan pendidikan. mempunyai aspek korelasional yang tinggi dengan tuntutan
dunia kerja yang dibutuhkan masyarakat; dan (2) pendekatan ini mengharuskan
adanya keterjalinan yang erat antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan
industri, hal ini tentu sangat positif untuk meminimalisir terjadinya kesenjangan
antara dunia pendidikan dengan dunia industri-usaha. Kedua, beberapa
kelemahan dari pendekatan perencanaan pendidikan ketenagakerjaan, antara lain:
(1) mempunyai peranan yang terbatas terhadap perencanaan pendidikan, karena
pendekatan ini telah mengabaikan peran sekolah menengah umum, dan lebih
mengutamakan sekolah menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan dunia
kerja. Dalam realitasnya masih banyak lulusan sekolah menengah kejuruan yang
menganggur (output-nya tidak terserap di dunia kerja); (2) perencanaan ini lebih
menggunakan orientasi, klasifikasi, dan rasio antara permintaan dan persediaan;
dan (3) tujuan utamanya untuk memenuhi tuntutan dunia kerja, sedangkan disisi
lain tuntutan dunia kerja selalu berubah-ubah (bersifat dinamik) begitu cepat,
sehingga lembaga pendidikan kejuruan sering kurang mampu mengantisipasinya
dengan baik (Vebriarto. 1982; Abin, S. Makmun, dkk. 2001; Usman, H. 2008).

3. Pendekatan Keefektifan Biaya (cost effectiveness approach)


Pendekatan ini berorientasi pada konsep Investment in human capital (investasi
pada sumber daya manusia). 2 Pendekatan ini sering disebut pendekatan untung
rugi. Diantara ciri-ciri pendekatan ini antara lain: (1) pendidikan memerlukan
biaya investasi yang besar, oleh karena itu perencanaan pendidikan yang disusun
harus mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomis; (2) pendekatan ini
didasarkan pada asumsi, bahwa: (a) kualitas layanan pendidikan akan
menghasilkan output yang baik dan secara langsung akan memberi kontribusi
pada pertumbuhan ekonomi masyarakat; (b) sumbangan seseorang terhadap
pendapatan nasional adalah sebanding dengan tingkat pendidikannya; (c)
perbedaan pendapatan seseorang di masyarakat, ditentukan oleh kualitas
pendidikan bukan ditentukan oleh latar belakang sosialnya; (3) perencanaan
pendidikan harus betul-betul diorientasikan pada upaya meningkatkan kualitas
SDM (penguasaan Iptek), dan dengan tersedianya kualitas SDM, maka
diharapkan income masyarakat akan meningkat; dan (4) program pendidikan
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi akan menempati prioritas pembiayaan
yang besar. Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari perencanaan pendidikan
dengan pendekatan keefektifan biaya, yaitu. Pertama, kelebihan pendekatan
keefektifan biaya, antara lain: (a) perencanaan pendidikan yang disusun akan
mempunyai aspek fungsional dan keuntungan ekonomis, sehingga bentukbentuk
layanan pendidikan yang dianggap kurang produktif bisa ditiadakan melalui
pendekatan efisiensi investasi; dan (b) pendekatan ini selalu memilih alternaif
yang menghasilkan keuntungan lebih banyak daripada biaya yang dikeluarkan.
Kedua, kelemahan pendekatan keefektifan biaya, antara lain: (a) akan mengalami
kesulitan dalam menentukan secara pasti biaya dan keuntungan (cost and benefit)
dari layanan pendidikan, terlebih apabila digunakan mengukur keuntungan untuk
periode atau masa yang akan datang; (b) sangat sulit untuk mengukur secara pasti
atau menghitung keuntungan (benefit) yang dihasilkan oleh seseorang dalam
lapangan pekerjaan yang dikaitkan dengan layanan pendidikan sebelumnya; (c)
pendekatan ini mengabaikan hubungan antara penghasilan seseorang dengan
faktor internal individu (misalnya, motivasi, disiplin nurani, kelas sosial,
orientasi hidup individu, dan sejenisnya), dan hanya melihat hubungan antara
tingkat pendidikan dengan penghasilan; (d) perbedaan pendapatan seseorang
sebenarnya tidak sematamata menunjukkan kemampuan produktivitas individual,
tetapi ada faktor lain yang ikut menentukan yaitu faktor konvensi sosial atau
banyak dipengaruhi dari kerja kelompok; dan (e) keuntungan dari pendidikan
pada dasarnya tidak hanya diukur berupa keuntungan finansial (material), tetapi
juga dapat dilihat dari keuntungan sosial-budaya (Abin, S. Makmun, dkk. 2001;
Sa‟ud, S. dan Makmun A,S. 2007).

4. Pendekatan Integratif Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan


integrasi (terpadu) dianggap sebagai pendekatan yang lebih lengkap dan relatif
lebih baik daripada ketiga pendekatan di atas. Pendekatan ini sering disebut
dengan „pendekatan sistemik atau pendekatan sinergik‟. Diantara ciri atau
karakteristik pendekatan integratif adalah, bahwa perencanaan pendidikan yang
disusun berdasarkan pada: (1) keterpaduan orientasi dan kepentingan terhadap
pengembangan individu dan pengembangan sosial (kelompok); (2) keterpaduan
antara pemenuhan kebutuhan ketenagakerjaan (bersifat pragmatis) dan juga
mempersiapkan pengembangan kualitas akademik (bersifat idealis) untuk
mempersiapkan studi lanjut; (3) keterpaduan antara pertimbangan ekonomis
(untung rugi), dan pertimbangan layanan sosialbudaya dalam rangka memberikan
kontribusi terhadap terwujudnya integrasi sosial-budaya; (4) keterpaduan
pemberdayaan terhadap sumber daya lembaga, baik sumber daya internal
maupun sumber daya eksternal; (5) konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat
dalam proses layanan pendidikan (pelaksanaan program) di setiap satuan
pendidikan merupakan „suatu sistem’; dan (6) konsep bahwa kontrol dan
evaluasi pelaksanaan program (perencanaan pendidikan) melibatkan semua pihak
yang berkaitan dengan proses layanan kualitas pendidikan, dengan tetap berada
dalam komando pimpinan atau kepala satuan pendidikan. Sedangkan pihak-pihak
yang dapat terlibat dalam proses evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan di
setiap satuan pendidikan adalah: (a) Kepala sekolah; (b) Guru; (c) Siswa; (d)
Komite Sekolah, (e) Pengawas sekolah; dan (f) Dinas pendidikan (Vebriarto.
1982; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001, 2006). Sedangkan kelebihan dan
kelemahan pendekatan perencanaan pendidikan integrasi atau terpadu adalah:
Pertama, kelebihan pendekatan terpadu antara lain: (1) semua sumber daya
(internal-eksternal) yang dimiliki dalam proses pengembangan pendidikan akan
terberdayakan secara baik dan seimbang; (2) dalam proses pelaksanaan program
atau perencanaan pendidikan memberikan peluang secara maksimal kepada
setiap warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa dan komite sekolah
(tokoh dan orang tua wali siswa) untuk berkontribusi secara positif sesuai dengan
status dan peran masing-masing; (3) peluang untuk pencapaian tujuan pendidikan
yang telah dirumuskan akan lebih efektif, karena dalam perencanaan terpadu
memberikan porsi yang cukup besar bagi pemberdayakan semua potensi yang
dimiliki secara kelembagaan, dan menuntut partisipasi aktif dari semua warga
sekolah; (4) perencanaan pendidikan yang terpadu akan mampu menghadapi
perubahan atau dinamika kehidupan sosial, ekonomi dan budaya atau tingkat
kompetisi yang begitu tinggi di semua bidang kehidupan di era globalisasi; (5)
pelaksanaan pendekatan perencanaan pendidikan terpadu secara baik akan
mampu mensosialisasi dan menginternalisasi setiap warga sekolah, untuk
membangun sikap mental dan pola perilaku yang integral atau multidimensional
atau komprehensif dalam memahami dan melaksanakan setiap agenda kehidupan
di masyarakat; dan (6) output dari proses layanan pendidikan pada peserta didik
akan lebih menampilkan potret hasil pendidikan yang lengkap, baik kualitas
akademiknya, kualitas kepribadiannya dan kualitas ketrampilannya. Kedua,
kelemahan pendekatan terpadu antara lain: (1) pendekatan ini memerlukan
ketersediaan kualitas sumber daya manusia (pendidik dan tenaga kependidikan),
khususnya kualitas pengetahuan, mentalitas atau kepribadiannya, dan
spiritualnya. Dalam realitasnya menurut data Depdiknas 2006-2007, khususnya
tentang kualitas tenaga pendidik (guru) secara makro (Nasional) dari jenjang
pendidikan paling dasar sampai menengah atas yang betul-betul telah memenuhi
standar kualitas guru yang professional masih kurang dari 20 %, atau kurang
lebih 80 % guru-guru di Indonesia belum memiliki kualifikasi sebagai guru yang
profesional (Arifin, 2007). Hal ini tentu sangat menyulitkan proses pelaksanaan
perencanaan pendidikan yang integratif; (2) perencanaan pendidikan terpadu
menuntut kualitas pengelolaan manajemen kelembagaan secara transparan,
akuntabel, demokratik dan visioner. Dalam realitasnya masih banyak dijumpai
pola pengelolaan manajemen di setiap satuan pendidikan yang tidak selaras
dengan prinsipprinsip Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS); dan (3) perencanaan pendidikan terpadu menuntut kualitas peran
serta masyarakat (PSM), dalam meningkatkan layanan pendidikan di setiap
satuan pendidikan, khususnya dalam melaksanakan empat peran penting, yaitu
sebagai: (a) pemberi pertimbangan (advisory); (b) pendukung (supporting); (c)
pengontrol (controlling); dan (d) mediator (Depdiknas, 2006). Dalam realitasnya
keempat peran tersebut belum terlaksana dengan baik di setiap lembaga atau
satuan pendidikan. Jadi, uraian tentang kelemahan pendekatan integratif atau
terpadu atau sistemik sejatinya tidak menyangkut ranah konseptual, tetapi lebih
bersentuhan pada tataran unsur pendudukung dalam pelaksanaan program
(aplikasinya). Oleh karena itu secara konseptual pendekatan perencanaan
integrasi merupakan pendekatan yang paling baik apabila dibandingkan dengan
pendekatan yang lain yang lebih bersifat parsial (sektoral). Hal yang paling kunci
untuk mendukung pelaksanaan program pendidikan pada perencanaan
pendidikan integratif adalah: (a) terus mendorong pengembangan kualitas SDM
warga sekolah; (b) terus meningkatkan kualitas manajemen satuan pendidikan
berdasarkan prinsip-prinsip MPMBS; dan (c) terus meningkatkan kualitas peran
serta masyarakat (PSM) untuk mencapai tujuan pendidikan.

B. Metode Dalam Perencanaan Pendidikan


Ada banyak metode yang digunakan dalam perencanaan, akan tetapi yang biasa
dipakai dalam perencanaan pendidikan adalah yang ditemukan oleh Augus W
Smith (1982) menyebutkan ada 8 metode perencanaan pendidikan antara lain :
1. Metode mean-ways-end analysis (analisis mengenai alat-cara-tujuan) Metode ini
digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan alternatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Tiga hal yang perlu dianalysis dalam metode ini, yaitu: means yang
berkaitan dengan sumber-sumber yang diperlukan, ways yang berhubungan
dengan cara dan alternatif tindakan yang dirumuskan dan bakal dipilih dan ends
yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Ketiga aspek tersebut
ditelaah dan dikaji secara timbal balik.

2. Metode input-output analysis (analisis masukan dan keluaran) Metode ini


dilakukan dengan mengadakan pengkajian terhadap interelasi dan
interdependensi berbagai komponen masukan dan keluaran dari suatu system.
Metode ini dapat digunakan untuk menilai alternative dalam proses transformasi.

3. Metode econometric analysis (analisa ekonometrik) Metode ini menggunakan


data empirik, teori ekonomi dan statistika dalam mengukur perubahan dalam
kaitan dengan ekonomi. Metode ekonometrik mengembangkan persamaan-
persamaan yang menggambarkan hubungan ketergantungan di antara variable-
variabel yang ada dalam suatu system.

4. Metode Cause-effect diagram (diagram sebab akibat) Metode ini digunakan


dalam perencanaan dengan menggunakan sikuen hipotetik untuk memperoleh
gambaran tentang masa depan. Metode ini sangat cocok untuk perencanaan yang
bersifat strategic.

5. Metode Delphi Menurut Nanang Fattah metode Delphi bertujuan untuk


menentukan sejumlah alternative program. Mengeksplorasi asumsi-asumsi atau
fakta yang melandasi “Judgments” tertentu dengan mencari informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu consensus. Biasa metode ini dimulai dengan
melontarkan suatu masalah yang bersifat umum untuk diidentifikasi menjadi
masalah yang lebih spesifik. Partisipan dalam metode ini biasanya orang yang
dianggap ahli dalam disiplin ilmu tertentu. Sedangkan menurut Sudjana, metode
Delphi digunakan untuk menghimpun keputusan-keputusan tertulis yang
diajukan oleh calon peserta didik atau para pakar yang tempat tinggalnya tersebar
dan mereka tidak dapat berkumpul atau bertemu muka dalam menentukan
keputusan inti. Metode ini pada dasarnya merupakan proses kegiatan kelompok
dengan menggunakan jawaban-jawaban tertulis dari para calon peserta didik atau
para pakar terhadap rancangan keputusan yang diajukan secara tertulis kepada
mereka. Kegiatan ini bertujuan untuk melibatkan calon peserta didik atau pakar
dalam membuat keputusan, sehingga keputusan itu lebih berbobot dan menjadi
milik bersama.

6. Metode heuristic (prosedur penelitian ilmiah) Metode ini dirancang untuk


mengeksplorasi isu-isu dan untuk mengakomodasi pandangan-pandangan yang
bertentangan atau ketidakpastian. Metode ini didasarkan atas seperangkat prinsip
dan prosedur yang mensistematiskan langkah-langkah dalam usaha pemecahan
masalah.

7. Metode life-cycle analysis (analisa siklus kehidupan) Metode ini digunakan


terutama untuk mengalokasikan sumber-sumber dengan memperhatikan siklus
kehidupan menghenai produksi, proyek, program atau aktivitas. Dalam kaitan ini
seringkali digunakan bahan-bahan komperatif dengan menganalogkan data,
langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah: a. Fase
Konseptualisasi; b. Fase Spesifikasi; c. Fase Pengembangan Prototype; d. Fase
Pengujian dan Evaluasi; e. Fase Operasi; f. Fase Produksi. Metode ini bisa
dipergunakan dalam bidang pendidikan terutama dalam mengalokasikan sumber-
sumber pendidikan dengan melihat kecenderungankecenderungan dari berbagai
aspek yang dapat dipertimbangkan untuk merumuskan rencana dan program.

8. Metode value added análisis (analisa nilai tambah) Metode ini digunakan untuk
mengukur keberhasilan peningkatan produksi atau pelayanan. Dengan demikian,
kita dapat mendapatkan gambaran singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu
terhadap aspek lainnya.

C. Teknik-teknik dalam Perencanaan Pendidikan

Dalam pembuatan perencanaan diawali dengan teknik perencanaan.


Teknik perencanaan dapat berjalan dengan baik apabila unsur-unsur pendukung
terbentuknya dapat berjalan dengan lancar. Unsur-unsur tersebut antara lain: 1.
Sebelum melakukan suatu perencanaan harus mengetahui keadaan sekarang dan
apa yang ingin direncanakan. 2. Merencanakan sesuatu dengan target agar tujuan
tercapai atau adanya perubahan. Teknik-teknik dalam perencanaan pendidikan
bertujuan membantu perencanaan dalam mengambil keputusan. Teknik yang
dipilih dalam uraian ini adalah teknik yang dapat digunakan oleh para perencana
pada semua tingkat perencanaan. Teknik-teknik tersebut antara lain yaitu:

1. Diagram Balok (Bar Chart)


Diagram Balok (Bar Chart) sering disebut diagram Gannt (Gannt Chart), karena
diagram ini memberikan gambaran tentang (1) kegiatan terperinci dari suatu
proyek, (2) waktu memulai sikap kegiatan dan (3) lamanya kegiatan tersebut.
Dalam diagram balok ini terdapat dua macam sumbu yaitu absis dan ordinat atau
dua dimensi, yaitu vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal menunjukkan tugas
atau perincian tugas yang harus dikerjakan, sedangkan dimensi horizontal
menunjukkan waktu, mulai dari yang ditentukan. Dalam suatu proyek biasanya
kita jumpai beberapa kegiatan yang dapat dilakukan bersamaan waktunya dan
kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan. Yang terakhir ini mengandung
arti bahwa suatu kegiatan tidak dapat dilakukan kegiatan lain diselesaikan. Itulah
sebabnya suatu diagram Gannt, garis atau balok dapat diletakkan secara tumpang
tindih atau serial.

Contoh Diagram Balok


Beberapa hal yang dipandang sebagai kelemahan dari diagram ini antara lain5 :
1. Hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya tidak tergambarkan
atau hubungan kebergantungan tidak ditunjukkan. 2. Tidak dapat diidentifikasi,
kegiatan mana yang merupakan kegiatan kritis. Kegiatan kritis yaitu kegiatan
yang tidak boleh tertunda, apabila tertunda mengakibatkan gangguan terhadap
penyelesaian keseluruhan proyek. 3. Oleh karena itu, proyek yang besar yangg
memerlukan kontrol waktu secara ketat, koordinasi dan analisis biaya yang
cermat, tidak menguntungkan apabila menggunakan teknik ini. Meskipun
demikian sampai saat ini diagram balok masih banyak dipergunakan terutama
untuk kegiatan-kegiatan yang tidak kompleks.

2. Diagram Milstone
Diagram Milstone disebut juga diagram struktur perincian kerja. Diagram ini
menggambarkan unsur-unsur fungsional suatu proyek dengan keterkaitannya
secara fungsional. Struktur ini dibuat berdasarkan pemecahan struktur proyek
yang disusun secara hierarkis. Apabila proyek secara keseluruhan dianggap
sebagai sistem, maka proyek itu dipecah-dipecah menjadi bagian-bagian sistem
(subsistem).
3. PERT dan CPM (Network Planning) PERT, (program evaluation and review
technique) yaitu teknik penilaian dan peninjauan program. CPM, (Critical Path
Metode), yaitu metoda jalur kritis. Menurut Richard (1980) PERT diartikan
sebagai teknik manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan proyek-
proyek yang bersifat non-repetitive (tak berulang). Di samping itu PERT sebagai
teknik manajemen bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya
penundaan, gangguan, mengkoordinasikan mengsinkronisasikan berbagai bagian
sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan menurut Jerry G. Galack bagian sebagai
suatu keseluruhan. Sedangkan menurut Jerry G. Galack (1968) PERT membantu
manajer dalam memecahkan masalah yang bersifat realistis dan menjadi alat
yang sangat penting dalam membuat keputusan. Keguanaan PERT ini terletak
pada tingkat ketelitian analisis dari suatu kegiatan, urutan serta hubungan
logisnya. Dalam hal ini merupakan alat yang penting pada fase pra-perencanaan
suatu proyek. PERT dapat digunakan hampir dalam segala kegiatan, mulai dari
memformulasikan rencana sampai kepada evaluasi dari implementasi suatu
rencana. Sedangkan CPM merupakan suatu teknik perencanaan yang
dipergunakan dalam proyek yang mempunyai data biaya. Perbedaan pokok
antara PERT dan CPM terletak pada penentuan perkiraan waktu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan setiap kegiatan. Dalam CPM ditentukan dua buah perkiraan
waktu dan biaya untuk setiap aktivitas. Kedua perkiraan itu adalah perkiraan
normal (normal estimate) dan perkiraan cepat (chas estimate). Perkiraan waktu
normal kirakira sama dengan perkiraan waktu yang paling mungkin dalam
PERT. Dan biaya normal adalah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan
proyek dalam waktu normal. Sedangkan perkiraan waktu cepat dibutuhkan jika
biaya diasumsikan tidak menjadi masalah untuk mempersingkat waktu bagi
proyek tersebut. Biaya mempercepat merupakan biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan yang dipercepat waktu penyelesaiannya. Dalam
hal ini kegiatannya merupakan kegiatan yang kritis atau alur kritis (critical path).
Dalam kaitan ini manajer melaksanakan prinsip manajemen berdasarkan
pengecualian (management by exception). Kegiatan alur kritis ini merupakan
kegiatan yang paling banyak mendapatkan perhatian. Sebagai suatu teknik
perencanaan PERT dan CPM menggunakan prinsip pembentukan jaringan kerja,
yang sering disebut perencanaan jaringan kerja (network planning). Menurut
Soetomo Kayatno (1977) network planning merupakan sebuah alat manajemen
yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan
pengawasan suatu proyek. Cara ini penting digunakan bagi bidang-bidang teknik,
produksi, administrasi dan penelitian terutama yang tidak merupakan rangkaian
kegiatan rutin. PERT dan CPM sering disebut network karena melukiskan
hubungan kebergantungan dan pengaturan kegiatan yang logis sekuensial yang
membentuk jaringan kerja dari suatu proyek. Hubungan kebergantungan
kegiatan-kegiatan dilukiskan dengan menggunakan simbol-simbol dari kegiatan
(activity) dan kejadian (event). Pada taraf ini faktor waktu dan sumber belum
dipertimbangkan, baru pada kegiatan dan kejadian hubungan satu sama lain.
Pada fase ini perlu diidentifikasikan sebelum yang lain dimulai, apa yang
menjadi hambatan terhadap apa. Diagram PERT/CPM merupakan sebuah
pernyataan secara grafis dari kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.
MODUL 5

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS, RENCANA PENGEMBANGAN


SEKOLAH dan RENCANA OPERASIONAL

1. Pengertian.
Rencana strategis dalam teori manajemen dikenal dengan istilah “manajemen
strategis”. Konsep manajemen strategis sering digunakan dalam dunia bisnis. Dan
dalam sistem manajemen modern mengimplementasikan konsep tersebut dalam
sebuah organisasi lebih sering disebut dengan istilah “Rencana Strategis” atau
merupakan Strategi yang direncanakan atau disesain sesuai dengan kondisi
lingkungan yang ada. Berikut beberapa ahli manajemen mendiskripsikan
pengertian strategi:

 Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaftif terhadap


peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang
dapat mempengaruhi organisasi (Argyris : 1985 , Mintzberg : 1979 , Steiner
dan Miner : 1977 ).

 Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan


bersaing (Porter : 1985).

 Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti debtholders,


manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan lain-lain, baik
secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang
ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan (Andrews :
1980 , Chaffe : 1985).

 Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa


meningkat) dan terus menerus, dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan (Hamel dan Prahalad :
1995).

 Strategic management can be defined as the art and science of formulating,


implementing, and evaluating cross-functionals that enable an organization to
achieve its objective (Fred R. David ; 2003)
Dari beberapa pengertian yang diutarakan para ahli manajemen tersebut pada
dasarnya menjelaskan bahwa strategi mengandung pengertian-penertian sebagai
berikut:

a. Merupakan tujuan jangka panjang untuk mencapai keunggulan bersaing.

b. Merupakan respon jang adaftif terhadap kondisi yang akan datang.

c. Merupakan kegiatan terus menerus yang senantiasa meningkat.

d. Yang selalu berorientasi pada pelanggan/ kastemer.

e. Merupakan kekuatan motivasi bagi penyelenggara dan masyarakat

f. Selalu bertitik tolak dari peluang dan ancaman, kekuatan dan kelemahan

g. Selalu berangkat dari apa yang dapat terjadi dan bukan apa yang terjadi

h. Merupakan paduan konsep dan seni dalam merumuskan, melaksanakan dan


mengevaluasi untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Fungsi Perencanaan.
a. Penerjemah kebijakan Umum: kebijakan umum ditetapkan oleh pimpinan, perlu
diterjemahkan secara konkrit, jelas, komprehensi dan bertahap.

b. Perkiraan yang bersifat ramalan: perkiraan masa depan yang dianalisis secara
ilmiah berdasarkan fakta dan data masa lalu dan sekarang

c. Berfungsi ekonomi: sumber daya yang terbatas, maka pemanfaatannya perlu


perencanaan yang matang sesuai dengan kebutuhan

d. Memastikan suatu kegiatan: rencana yang mengatur hak dan kewajiban, tugas
dan tanggung jawab serta wewenang mereka, sehingga staf akan bekerja dengan
penuh kepastian.

e. Alat koordinasi: koordinasi merupakan kegiatan penting dalam pelaksanaan


fungsi manajemen dalam mencapai tujuan, kaitan pekerjaan satu dgn yang lain,
kapan dan bagaimana pelaksanaan, sehingga menjadi terpadu dan harmonis

f. Alat/sarana pengawasan: manajer untuk mengetahui apakah suatu kegiatan telah


dilakukan dengan hasil memuaskan, realisasi sesuai/tidak.
3. Macam Perencanaan.
a. Dilihat dari sisi waktu :

1) Perencanaan Jangka Panjang: perencanaan masih berbentuk garis-garis besar


yang bersifat sangat strategis dan umum, rencana menjangkau waktu 20 – 30
tahun ke depan.

2) Perencanaan Jangka Menengah: perencanaan jangka panjang dipecah menjadi


beberapa tahapan pelaksanaan jangka menengah, setiap tahapan disesuaikan
dengan prioritas, dengan rentang waktu 3 – 5 tahun.

3) Perencanaan Jangka Pendek: kurun waktu paling lama satu tahun, mungkin
satu bulan, kwartal, atau tengah tahun. Perencanaan ini lebih konkret, rinci,
terukur dan sasaran jelas, penjadwalan, metode dan sumber daya.

b. Dilihat dari sisi tingkatan manajemen :

1) Perencanaan Strategis: seni dan ilmu untuk pembuatan, penerapan, dan evaluasi
keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan.

2) Perencanaan Operasional: merupakan bagian dari rencana strategis, lebih


mengarah pada bidang fungsional, sifatnya spesifik dan jangka pendek.

4. Pendekatan
Pendekatan dalam membuat perencanaan sebuah organisasi menurut (Husein
Umar: 2001) ada beberapa pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Atas – Bawah (Top – Down Approach): Perencanaan dibuat


pimpinan, unit dibawahnya tinggal melaksanakan.

b. Pendekatan Bawah – Atas (Bottom – Up Approach): Pimpinan memberikan


gambaran situasi dan kondisi (visi, misi, tujuan sasaran dan sumber daya),
memberi kewenangan kepada unit di bawah.

c. Pendekatan Campuran (Combination Approach): Pimpinan memberikan


petunjuk perencanaan secara garis besar, rencana detail diserahkan kpd kreativitas
unit di bawahnya.
d. Pendekatan Kelompok (Group Approach): Perencanaan dibuat oleh
sekelompok tenaga ahli, biasanya Biro Perencanaan.

5. Tahapan Strategi
Menurut (David: 2003) “The strategic management process consists of three
stages: strategy formulation, strategy implementation, and strategy evaluation.
Pada dasarnya proses manajemen strategis mengikuti 3 tahapan tersebut, yaitu:
rumusan kebijakaan strategi, strategi pelaksanaan dan strategi evaluasi. Dokumen
rencana strategi akan berisi kebijakan strategi dan rancangan strategi pelaksanaan,
sedangkan pelaksanaan dan strategi evaluasi dalam bentuk laporan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah (LAKIP).

The strategic formulation includes developing a vision and mission, identifying an


organization’s external opportunities and threats, determining internal strengths
and weaknesses, establishing long-term objectives, generating alternative
strategies, and choosing particular strategies to pursue. Sebagian besar dokumen
rencana strategis merupakan uraian tentang “strategic formulation” secara garis-
garis besar dari sebuah lembaga atau organisasi.

Strategy implementation requires a firm to establish annual objectives, devise


policies, motivate employees, and allocate resources so that formulated strategies
can be executed. Strategi implemetasi dapat digunakan sebagai lampiran dokumen
rencana strategis dalam bentuk matrik atau format, hal tersebut akan
mempermudah dalam penyusunan laporan akuntabilitas.

Strategy evaluation is the final stage in strategic management, … and three


fundamental strategy evaluation activities are:

a. Reviewing external and internal factors that are the bases for current strategies

b. Measuring performance, and

c. Taking corrective actions.

Strategi evaluation akan menjadi bagian penting dari laporan akuntabilitas kinerja
sebuah lembaga atau organisasi.
6. Model-model penyusunan rencana strategis

STRATEGI PENYUSUNAN RENSTRA

1. Tim penyusun

Tim penyusun renstra disarankan merupakan representasi dari seluruh unit kerja
yang ada di lembaga tersebut. Akan lebih efektif bila anggota tim tersebut adalah
mereka yang langsung menangani program di setiap unit kerja. Jumlahnya lebih
baik tidak lebih dari 5 orang sebagai tim inti. Untuk mendapatkan hasil yang
optimal maka tim tersebut dapat melakukan presentasi dihadapan staf pimpinan
dan staf lain yang relevan untuk mendapatkan masukan, kritik dan saran-saran.

2. Strategi penyusunan.

Strategi penyusunan dapat ditempuh melalui tim kecil penyusunan renstra.


Kegiatan menjaring informasi dapat ditempuh melalui brainstorming kemudian
disusun dalam satu sistematika yang ditetapkan. Untuk mencari masukan tidak
harus melalui pertemuan formal akan tetapi dapat ditempuh dengan cara
konsultasi pada pimpinan unit kerja yang di perlukan informasinya dan dianjurkan
juga menjaring informasi dari “stake holders” lainnya, seperti orang tua (komite
sekolah), Dinas Pendidikan atau pihak-pihak lain yang peduli terhadap sekolah
tersebut. Dalam menyusun kerangka pikir renstra harus selalu memperhitungkan
visi, misi, tupoksi lembaga/unit dan kebijakan pimpinan. Penyempurnaan perlu
dilakukan terus menerus sejalan dengan kebijakan pimpinan lembaga maupun
kebijakan pendidikan nasional.
MODUL 6

KONSEP DASAR PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan


1.      Konsep Penganggaran
Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan
meliputi tiga hal, yaitu: Budgeting (Penyusunan Anggaran), Accounting
(Pembukuan), Auditing (Pemeriksaan).
a.       Budgeting (Penyusunan Anggaran)
Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget).
Budget merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam
bentuk satuan uang  yang digunakan sebagai pedoman dalam kurun waktu
tertantu. Oleh karena itu, dalam anggaran  tergambar kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh suatu lembaga.  Penyusunan anggaran merupakan langkah-
langkah positif untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini
melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi. Pada dasarnya, penyusunan
anggaran merupakan negosiasi atau perundingan/ kesepakatan antara
puncak  pimpinan dengan pimpinan di bawahnya dalam menentukan besarnya
alokasi biaya suatu  penganggaran. Hasil akhir dari suatu negosiasi merupakan
suatu pernyataan tentang pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap
sumber dana.
b.      Accounting (Pembukuan)
Pengurusan ini meliputi dua hal yaitu, pertama mengurusi hal yang menyangkut
kewenangan  menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang.
Pengurusan kedua menyangkut urusan tindak lanjut dari urusan pertama yaitu,
menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak menyangkut
kewenangan menentukan, tetapi hanya melaksanakan dan dikenal dengan istilah
pengurusan bendaharawan. Bendaharawan adalah orang atau badan yang oleh
Negara diserahi tugas menerima, menyimpan dan membayar, atau menyerahkan
uang atau surat-surat berharga dan barang-barang termasuk dalam pasal 55 ICW
(Indische Comptabiliteits Wet), sehingga dengan jabatan itu mereka mempunyai
kewajiban atau pertanggungjawabaan apa yang menjadi urusannya kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
c.       Auditing (Pemeriksaan)
Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban
penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan
bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang. Bagi unit-unit yang ada
didalam departemen, mempertanggungjawabkan urusan ini kepada BPK melalui
departemen masing-masing.  Auditing sangat penting dan sangat bermanfaat bagi
empat pihak, yaitu:
1)      Bagi bendaharawan yang bersangkutan
a)      Bekerja dengan arah yang sudah pasti,
b)      Bekerja dengan target waktu yang sudah ditentukan,
c)      Tingkat keterampilan dapat diukur dan dihargai,
d)     Mengetahui denga jelas batas wewenang dan kewajiban,
e)      Ada kontrol bagi dirinya terhadap godaan penyalahgunaan uang.

2)      Bagi lembaga yang bersangkutan


a)      Dimungkinkan adanya sistem kepemimpinan terbuka,
b)      Memperjelas batas wewenang dan tanggungjawab antar petugas,
c)      Tidak menimbulkan rasa saling mencurigai,
d)     Ada arah yang jelas dalam menggunakan uang yang diterima,
3)      Bagi atasannya
a)      Dapat mengetahui bagian atau keseluruhan anggaran yang telah dilaksanakan,
b)      Dapat mengetahui tingkat keterlaksanaan serta hambatannya demi menyusun
anggaran tahun berikutnya,
c)      Dapat diketahui keberhasilan pengumpulan, penyimpanan dan kelancaran
pengeluaran,
d)     Dapat diketahui tingkat kecermatan dalam mempertanggungjawabkan,
e)      Untuk memperhitungkan biaya kegiatan tahunan masa lampau sebagai umpan
balik bagi perencanaan masa datang,
f)       Untuk arsip dari tahun ke tahun.
4)      Bagi badan pemeriksa keuangan
a)      Ada patokan yang jelas dalam melaksanakan pengawasan terhadap uang milik
Negara,
b)      Ada dasar yang tegas untuk mengambil tindakan apabila terjadi penyelewengan.
2.      Azas-asas dalam anggaran :
a.       Azas plafond, bahwa anggaran belanja yang boleh diminta tidak melebihi
jumlah tertinggi yang telah ditentukan
b.      Azas pengeluaran berdasarkan mata anggaran, artinya bahwa pengeluaran
pembelanjaan harus didasarkan atas mata anggaran yang telah ditetapkan
c.       Azas tidak langsung, yaitu suatu ketentuan bahwa setiap penerima uang tidak
boleh digunakan secara langsung untuk sesuatu keperluan pengeluaran

3.      Hal-hal yang berpengaruh terhadap pembiayaan pendidikan


a.       Faktor eksternal
1)      Berkembangnya demokrasi pendidikan
2)      Kebijaksanaan pemerintah
3)      Tuntutan akan pendidikan
4)      Adanya inflasi
b.      Faktor internal
1)      Tujuan pendidikan
2)      Pendekatan yang digunakan
3)      Materi yang disajikan
4)      Tingkat dan jenis pendidikan

4.         Karakteristik pembiayaan pendidikan


Beberapa hal yang merupakan karakteristik atau ciri-ciri pembiayaan pendidikan
adalah sebagai berikut :
a.       Biaya pendidikan selalu naik, perhitungan pembiayaan pendidikan dinyatakan
dalam satuan unit cost, yang meliputi:
1)      Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan semua fasilitas yang
dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan.
2)      Unit cost setengah lengkap, hanya memperhitungkan biaya kebutuhan yang
berkenaan dengan bahan dan alat yang berangsur habis walaupun jangka
waktunya berbeda
3)      Unit cost sempit, yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan
memperhitungkan biaya yang langsung berhubungan dengan memperhitungkan
biaya yang lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar
b.      Biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada faktor manusia.
Pendidikan dapat dikatakan sebagai “human investment”, yang artinya biaya
terbesar diserap oleh tenaga manusia
c.       Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah
d.      Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan. Biaya untuk
sekolah kejuruan lebih besar daripada biaya untuk sekolah umum
e.       Komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan hampir sama dari tahun ke
tahun
Sumber-sumber pembiayaan pendidikan
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya
Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar adalah sebagai berikut:
Sumber biaya pendidikan pada satuan pendidikan dasar yang
diselenggarakan oleh Pemerintah dan atau pemerintah daerah yang tercantum
dalam pasal 5 adalah anggaran pendapatan dan belanja negara; anggaran
pendapatan dan belanja daerah; sumbangan dari peserta didik atau orang
tua/walinya; sumbangan dari pemangku kepentingan pendidikan dasar di luar
peserta didik atau orang tua/walinya; bantuan lembaga lainnya yang tidak
mengikat; bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau sumber lain yang
sah.
Kemudian dalam pasal 6, sumber biaya pendidikan pada satuan pendidikan
dasar yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah bantuan dari penyelenggara
atau satuan pendidikan yang bersangkutan; pungutan, dan/atau sumbangan dari
peserta didik atau orang tua/walinya; bantuan dari masyarakat di luar peserta didik
atau orang tua/walinya; bantuan Pemerintah; bantuan pemerintah daerah; bantuan
pihak asing yang tidak mengikat; bantuan lembaga lain yang tidak mengikat; hasil
usaha penyelenggara atau satuan pendidikan; dan/atau sumber lain yang sah.
Sumber-sumber pembiayan pendidikan di sekolah menurut (Amirin,
2013 : 92)  dikategorikan menjadi lima yaitu :
a.              Anggaran rutin dan APBN (anggaran pembangunan)
b.              Dana penunjang pendidikan (DPP)
c.              Bantuang/sumbangan dari BP3
d.             Sumbangan dari pemerintah daerah setempat (kalau ada)
e.              Bantuan lain-lain
Untuk terselenggaranya suatu pendidikan, diperlukan pembiayaan yang
bersumer baik dari pemerintah, orang tua, murid, masyarakat, maupun institusi-
institusi lainnya seperti organisasi regional maupun internasional. Pemerintah
merupakan penanggung dana terbesar diantara yang lain (sekitar 70%),
selanjutnya orangtua murid (sekitar 10-24%) masyarakat (sekitar 5%) daan yang
terakhir pihak lain baik yang berbentuk hibah maupun pinjaman.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menggali dana ke semua pihak sumber
pembiayaan pendidikan antara lain:
1.      Pemerintah pusat dan daerah : mengusahakan agar alokasi untuk sektor
pendidikan diperbesar, pemanfaatan dana secara efektif dan efisien, dan
mengusahakan adanya alokasi bagi sektor pendidikan yang diambil dari pajak
umum.
2.      Orang tua peserta didik : menyadarkan orang tua agar mau dan tertib membayar
SPP dan pendanaan lainnya yang diijinkan pemerintah, pemanfaatan dana dari
orang tua peserta didik seefektif dan seefisien mungkin.
3.      Masyarakat : mengajak dunia usaha untuk bersedia sebagai fasilitator praktik
peserta didik, menghimbau dunia usaha agar bersedia memberikan dana yang
lebih besar untuk dunia pendidikan.
4.      Pihak lain (institusi) : mengusahakan bentuk kerja sama yang tidak saling
mengikat namun menguntungkan serta mempertimbangkan bentuk-bentuk
pinjaman agar tidak memberatkan di kemudian hari.
5.      Dana hasil usaha sendiri yang halal : seperti penyewaan alat, koperasi, kopma.

D.    Perencanaan Anggaran dan Belanja Lembaga Pendidikan

Pengertian perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa


depan dalam menentukan kebijakan, prioritas dan biaya pendidikan dengan
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial
dan politik untuk mengembangkan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi
kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sitem tersebut.
(Sedarmayanti, 1995:49).
Bagi semua jenis sekolah, setiap tahun harus membuat perencanaan
anggaran yang disebut Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Sekolah. Tujuan
penyusunan anggaran ini di samping sebagai pedoman pengumpulan dana dan
pengeluarannya, juga sebagai pembatasan dan pertanggungjawaban sekolah
terhadap uang-uang yang diterima. Dengan adanya RAPBS ini maka sekolah
tidak dapat semuanya memungut sumbangan dari orang tua siswa (BP3) dan
sebaliknya BP3 menjadi puas mengetahui arah pengguanaan dana yang mereka
berikan.
Sekolah swasta tidak terikat oleh dana pemerintah terlalu banyak. Oleh
karenanya, mereka lebih leluasa menyusun RAPBS-nya. RAPBS disusun dengan
melalui proses tertentu, yang besar kecilnya didasarkan atas kebutuhan minimum
setia tahun, dan perkiraan pendapatannya berpedman pada penerimaan tahun yang
lalu. 
Dalam perencanaan pembiayaan, terlebih dahulu harus memahami jenis-
jenis biaya dalam istilah pembiayaan. Jenis-jenis biaya tersebut yaitu :
1.      Biaya langsung (direct cost)
Merupakan biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan oleh
sekolah sebagai suatu lembaga meliputi biaya yang dikeluarkan untuk
pelaksanaan proses belajar mengajar, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru,
baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri.
2.      Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung merupakan keuntungan yang hilang (earning
forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang yang dikorbankan oleh
siswa selama belajar.
Istilah lain yang berkenaan dengan dua sisi anggaran yakni penerimaan
dan pengeluaran. Anggaran penerimaan merupakan pendapatan yang diperoleh
rutin setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi. Anggaran dasar
pengeluaran Merupakan jumlah uang yang dibelanjakan setiap akhir tahun untuk
kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Berdasarkan sifatnya, pengeluaran dikelompokkan menjadi dua, antara
lain :
a.       Pengeluaran yang bersifat rutin
Pengeluaran rutin di sekolah misalnya pengeluaran pelaksanaan pelajaran,
pengeluaran tata usaha sekolah, pemeliharaan sarana/prasarana sekolah,
kesejahteraan pegawai, administrasi, pembinaan teknis edukatif, pendataan.
b.      Pengeluaran yang bersifat tidak rutin/pembangunan
Contoh pengeluaran tidak rutin : pembangunan gedung, pengadaan
kendaraan dinas, dan lain sebagainya.

Dalam mengukur biaya pendidikan ada yang dinamakan sebagai total cost
dan unit cost. Total cost merupakan biaya pendidikan secara keseluruhan.
Sedangkan unit cost adalah biaya satuan per peserta didik. Untuk menentukan
biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan mikro.
Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah
pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian
dibagi jumlah murid. Sedangkan pendekatan mikro berdasar pada alokasi
pengeluaran per komponen pendidikan yang digunakan peserta didik.
Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa disebut
dengan rencana anggaran, hal-hal yang harus diperhatikan :
1.      Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode
anggaran.
2.      Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan
barang.
3.      Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab uang pada dasarnya
merupakan pernyataan financial.
4.      Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu.
5.      Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan pihak yang
berwenang.
6.      Melakukan revisi usulan anggaran
7.      Persetujuan revisi anggaran
8.      Pengesahan anggaran
Di tingkat sekolah kita mengenal adanya Rencana Anggaran Pendapatan
Sekolah (RAPBS). Penyusunan RAPBS sebaiknya menggunakan analisa SWOT,
baik dari segi hukum, tuntutan zaman, keberadaan sekolah (visi dan misi),
stakeholder, dan output yang diharapkan. Tujuan penyusunan anggaran ini selain
sebagai pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya, juga sebagai
pembatasan dan pertanggungjawaban sekolah terhadap uang-uang yang diterima.
Dengan adanya RAPBS ini, maka sekolah tidak dapat semaunya memungut
sumbangan dari orangtua siswa (BP3) dan sebaliknya BP3 menjadi puas
mengetahui arah dan penggunaan dana yang mereka berikan. Sekolah swasta tidak
teriakt oleh dana pemerintah terlalu banyak. Karena mereka lebih leluasa
menyusun RAPBS-nya. PAPBS disusun dengan melalui proses tertentu, yang
besar kecilnya didasarkan atas kebutuhan minimum setiap tahun, dan perkiraan
pendapatannya berpedoman pada penerimaan tahun yang lalu.
E.     Pelaksanaan Anggaran Pendidikan
Dalam melaksanakan anggaran pendidikan, hal yang perlu dilakukan
adalah kegiatan membukukan atau accounting. Pembukuan mencakup dua hal
yaitu : pengurusan yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan
menerima atau mengeluarkan uang, serta tindak lanjutnya, yakni menerima,
menyimpan dan mengeluarkan uang. Jenis pengurusan ke dua disebut juga dengan
pengurusan bendaharawan. Ada beberapa komponen yang perlu dibiayai dengan
menggunakan uang dari dana belajar. Komponen-komponen tersebut meliputi :
1. Honorium untuk pemimpin/penanggung jawab edukatif.
2. Honorium untuk sumber belajar.
3. Honorium untuk pemimpin umum lembaga diklusemas.
4. Honorium untuk pinata usaha dan pembantu-pembantunya.
5. Biaya perlengkapan dan peralatan.
6. Biaya pemeliharaan prasarana dan sarana.
7. Biaya sewa/kontrak.
8. Dana untuk pengembangan usaha lembaga diklusemas.
9. Biaya-biaya lain untuk pengembanagn dan biaya tak teduga.
Selain itu terdapat usaha-usaha yang bersifat pengabdian terhadap
masyarakat yang menbutuhkan dana, kegiatan itu antara lain :
1. Pemberian keringanan uang kursus bagi warga belajar yang kurang mampu.
2. Usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan mengajar tenaga sumber belajar
3. Kegiatan-kegiatan yang bersifat pengabdian bagi kepentingan masyarakat
sekitar.
4. Kesediaan mengelola kejar usaha atau magang diklusemas.
Strategi suatu lembaga pendidikan secara administrasi dengan bagaimana
seseorang memimpin melakukan upaya pengelolaan sumber daya dan sumber
biaya yang terdapat di lingkungan suatu lembaga. Pengelola pendidikan harus
mampu sebaik mungkin mencari pemasukan keuangan guna memenuhi kebutuhan
dalam pendanaan pendidikan.
Strategi tersebut diatas dapat direalisasikan melalui penyelenggaraan berbagai
kegiatan seperti:
1.    Melakukan analisis internal dan eksternal terhadap potensi sumber dana,
2.    Mengidentifikasi, mengelompokan dan memperkirakan sumber-sumber dana
yang dapat digali dan dikembangkan,
3.    Menetapkan sumber dana melalui, Musyawarah dengan orangtua didik pada
tahun ajaran
4.    Menggalang partisipasi masyarakat melalui komite sekolah
5.    Menyelenggarakan olah raga dan kesenian peserta didik untuk
mengumpulkan dana dengan memanfaatkan fasilitas sekolah
Karena itu, pengaturan biaya pendidikan berhubungan dengan
keputusan-keputusan organisasi, secara umum dapat dibedakan dalam:
1.   Keputusan tentang alokasi dana ke berbagai macam aktifitas.
2. Keputusan optimalisasi sumber-sumber pemasukan yang berdasarkan
pemasukan yang berdasarkan aturan.
3.   Keputusan pemanfaatan yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
maksimal.
Melakukan analisis dan pengambilan keputusan-keputusan organisasi atau
lembaga merupakan tugas fungsional bagian keuangan. Tugas fungsional bagian
keuangan adalah mengambil keputusan yang dapat dibagi kedalam keputusan
yang efektif dan tidak merugikan organisasi ataupun lembaga. Untuk
melaksanakan tugas-tugas tersebut, seorang pengelola keuangan harus mengetahui
empat aspek yaitu:
1.      Mengestimsi secara tepat nilai nominal sumber-sumber keuangan
2.      Mencermati tentang pengaruh waktu dan ketidakpastian.
3.      Memperhitungkan efisiensi pengaruh waktu dan ketidakpastian
4.      Menghitungkan efisiensi pengeluaran secara cermat.
   Pengawasaan Pembiayaan Pendidikan
Kegiatan pengawasan pembiayaan dikenal dengan istilah auditing yaitu
kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan pertanggungjawaban penerimaan,
penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan
Bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang.

1.  Pengawasan
Untuk menjamin suatu kegiatan tidak menyimpang dari rencana, tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, maka diperlukan pengawasan yang
berkesinambungan. Pengawasan sebagai salah satu aspek yang penting dalam
pelaksanaan rencana. Pengawasan ini merupakan suatu upaya agar pelaksanaan
pembangunan berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pengawasan dilakukan
untuk mencegah penyimpangan keuangan dan mengoreksi kesalahan pencatatan
yang mungkin terjadi. Pengawasan dapat secara internal maupun internal, dapat
pula dilakukan secara struktural maupun fungsional yang mencakup pemeriksaan,
pembinaan dan evaluasi
2.  Pengendalian
Dalam rangkaian kegiatan perencanaan, pengendalian merupakan salah satu
langkah yang dilakukan sebagai upaya memastikan kegiatan program yang telah
direncanakan. Melalui pengendalian dapat diidentifikasikan kemajuan,
perkembangan, hambatan dan penyimpangan yang timbul agar dapat
diminimalisir. pengendalian merupakan langkah penting dalam upaya memastikan
terselenggaranya kegiatan pengelolaan biaya sesuai dengan aturan kebijakan yang
telah dilakukan. Pengendalian cenderung dilakukan pimpinan atau atasan
langsung sebagai upaya kreatif dan antisipatif terhadap pelaksanaan tugas
pengelola.
3.  Pemeriksaan dalam Pembayaran
Pengelolaan biaya menyangkut penggunaan sejumlah dana yang diamanatkan
untuk membiayai program dan kegiatan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pengelola harus dapat dipertanggungjawabkan, baik pertanggungjawaban program
maupun dana yang digunakan. Oleh karena itu, pengelolaan biaya harus bersifat
akuntabel.
Menurut Nanang Fatah, pengawasan pembayaan pendidikan bertujuan
untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan tingkat
penggunaannya. Secara sederhana proses pengawasan terdiri dari :

1.    Memantau (monitoring)

2.    Menilai

3.    Malampirkan hasil temuan, baik pada kinerja aktual maupun hasilnya.

Langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses pengawasan adalah
sebagai berikut:

a.    Penetapan standar atau patokan, baik berupa ukuran kuantitas, kualitas, biaya
maupun waktu.

b.   Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan


standar yang telah ditetapkan.

c.    Menentukan tindak perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi


rekomendasi.

Pada pola pemerintahan, setiap unit yang ada dalam departemen


mempertanggungjawabkan pengurusan uang ini kepada BPK (Badan Pengawasan
Keuangan) melalui departemen masing-masing. Sasaran auditing antara lain yaitu
kas, yang dimasukkan untuk menguji kebenaran jumlah uang yang ada dengan
membandingkan jumlah uang yang seharusnya ada melalui catatannya. Sasaran
lain yaitu pengirisan barang, yang bukan saja membandingkan antara jumlah
barang yang ada dengan barang yang seharusnya ada, namun juga memeriksa
cara-cara penyimpannya, pemeliharaannya dan penggunaannya. Sasaran dari
diadakan auditing antara lain menindak lanjuti jika terjadi penyimpangan, dalam
hal ini guna menentukan ganti rugi. Pemeriksaan sebenarnya tidak hanya
dilakukan setelah anggaran direalisasikan namun juga sebelumnya (pemeriksaan
anggaran pre audit). Pemeriksaan ini meliputi pada kematangan rencana atau
anggaran yang menyangkut pada kebijakan semua metode yang digunakan dalam
merealisasikan dana.

Anda mungkin juga menyukai