Anda di halaman 1dari 3

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi, Etiologi, dan Prevalensi Abses Submandibula


Akumulasi sel inflamasi akut pada ruangan submandibular disebut abses
submandibular. Lesi inflamasi akut yang disertai dengan pembentukan abses
dapat terjadi disebabkan karena eksaserbasi akut dari lesi inflamasi kronis pada
jaringan periapikal.6 Beberapa tanda dan gejala abses dapat dikategorikan
berdasarkan karakteristiknya. Durasi penyakit pada abses timbul lebih dari lima
hari, rasa sakit yang ditimbulkan sedang-berat dan terlokalisir. Ukuran dan batas
abses secara objektif dapat dilihat dengan jelas. Konsistensi dari abses adalah
fluktuatif dan sedikit keras. Pada permukaan jaringan abses biasanya berwarna
kemerahan dan terlihat mengkilat serta terasa hangat. Jaringan yang terkena abses
akan kehilangan fungsinya karena berisi pus. Bakteri yang terlibat dalam
pembentukan abses atau pus merupakan bakteri anaerob. Perbedaan mengenai
tahapan infeksi dapat dilihat pada gambar 9.7

Gambar 9. Tahapan Infeksi Odontogenik

8
9

Spasia submandibular merupakan ruangan yang pada bagian anteriornya


dibatasi oleh bagian anterior dari otot digastrik. Sedangkan pada bagian posterior
dibatasi oleh bagian posterior dari otot digastrik, otot stylohyoid, dan otot
stylopharingeus. Pada bagian superior, spasia submandibular dibatasi dengan
permukaan inferior dan medial dari tulang mandibula sedangkan pada bagian
inferior dibatasi dengan tendon digastrik.8 Detail mengenai spasia submandibular
dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Spasia Submandibula dan Sublingual.8

Etiologi dari Abses Submandibula adalah adanya infeksi yang berasal dari
gigi rahang bawah terutama gigi molar ketiga dan kedua rahang bawah. Pada
beberapa kasus didapatkan penyebab dari timbulnya abses submandibular adalah
gigi molar pertama namun hal itu jarang ditemukan, karena akar gigi molar ketiga
dan kedua tepat berada pada otot mylohyoid. Penegakan diagnosis abses
submandibular dilihat dari tanda dan gejala klinisnya yaitu adanya pembengkakan
pada daerah tersebut disertai infeksi pada gigi geligi rahang bawah.9
Prevalensi atau angka kejadian dari Abses Submandibula dari beberapa
penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh Kataria et al, Zamiri et al, Meher
10

et al, dan Rega et al adalah sebanyak lebih dari 32-45%, dan jumlah tersebut
merupakan penyebab terbanyak dari kasus infeksi odontogenic.10

3.2 Definisi, Etiologi, dan Tanda Gejala Sepsis


Sepsis adalah suatu kondisi mengancam jiwa yang muncul ketika tubuh
merespon terhadap infeksi yang menyebabkan kerusakan terhadap jaringan atau
suatu organ.1 Tanda-tanda umum dari sepsis adalah tubuh demam, peningkatan
denyut jantung, peningkatan respiration rate, dan leukositosis. Sepsis dapat
berjalan dari infeksi sedang, shock sepsis, hingga multiple organ dysfunction
syndrome. Systemic Inflamatory Response Syndrome atau SIRS ketika terdapat
tubuh demam, peningkatan denyut jantung, peningkatan respiration rate, dan
leukositosis namun tanpa disertai adanya infeksi yang terjadi dalam tubuh. Salah
satu manifestasi klinis dari shock sepsis adalah penurunan tekanan darah,
oksigenasi jaringan yang inadekuat, penurunan kadar oksigen dalam tubuh
sehingga meningkatkan metabolism anaerob yang berlanjut kepada akumulasi
asam laktat pada darah.1
Penyebab dari sepsis diawali dengan proses inflamasi yang melepaskan
mediator-mediator inflamasi, kemudian menyebabkan ketidakseimbangan kadar
mediator proinflamasi dan antiinflamasi, serta ketidakseimbangan prokoagulan
dan antikoagulan yang berujung kepada menurunkan fungsi jaringan dan organ. 2
Bakteri utama yang terlibat dalam terjadinya sepsis adalah bakteri Streptococcus
pyogenes. Namun terdapat pula bakteri Staphylococcus, bakteri gram (-) seperti E.
coli dan Pseudomonas, dan bakteri anaerob seperti Peptostreptococcus spp.11,12
Prevalensi dari sepsis yang ditimbulkan oleh infeksi odontogenic adalah
sekitar 23,7% atau nomor dua terbanyak setelah penyakit infeksi yang diakibatkan
oleh diabetes.11

Anda mungkin juga menyukai