Anda di halaman 1dari 3

1.

      Probablity Sampling
Probability Sampling ialah teknik untuk memberikan peluang yang sama pada setiap
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dengan kata lain cara pengambilan
sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen
populasi. Probability sampling terbagi menjadi beberapa cara yaitu :
a.      Simple Random Sampling ( Sampel Random Sederhana )
Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota populasi
dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi
tersebut. Contoh: Ada pembiayaan pembangunan pendidikandasar di Sumatera Selatan,
sampelnya adalah seluruh SD dan SMP yang ada di Sumatera Selatan. Terhadap seluruh SD
dan SMP itu dilakukan pemilihan secara random tanpa pengelompokan terlebih dahulu,
dengan demikian peluang SD maupun SMP untuk terpilih sebagai sampel sama.

b.      Sample Random Systematic ( Sampel Random Sistematik )


Metode pengambilan sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu antar
sampel yang terpilih. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara
sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. 

Contoh  : Misalkan ada populasi mahasiswa yang terdiri atas 60 orang


(N=60).  Akan diambil sampel sebanyak 10 orang (n-10) secara sistematis.
Untuk itu, jadi, sampel terpilih adalah No. Absensi : 2, 8, 14, 20, 26, 32, 28,
44, 50, 56 

c.       Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling)


Metode pengambilan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-
kelompok yang homogen (disebut strata), dan dari tiap stratum tersebut diambil sampel
secara acak
Contoh : Ada suatu manajer yang ingin mengetahui sikap manajer terhadap suatu
kebijakan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas memiliki sikap yang positif terhadap
kebajikan perusahaan. Agar dapat menguji dugaan teresebut, maka sampelnya harus terdiri
dari manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Kemudian dari masing-masing strata dipilih
manajer dengan teknik simple random sampling.

d.      Sample Random Berkelompok ( Cluster Sampling )


Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, di mana sampling unitnya
terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih
akan diambil sebagai sampel. Contoh : Misalkan suatu penelitian ingin mengetahui rata-rata
pendapatan masyarakat dari setiap desa di suatu kabupaten. Di kabupaten tersebut terdapat
100 desa, tetapi hanya ingin diambil 50 desa saja. Secara administratif, seluruh desa dapat
dikelompokkan ke dalam 15 kecamatan yang berbeda (dianggap sebagai
kelompok/kluster/blok) dengan jumlah desa tiap kecamatan mungkin berbeda pula. Maka
dalam Sample random berkelompok :
–        Peneliti cukup mengambil dari 15 kecamatan (N = 15) tersebut hanya 5 kecamatan saja
(sebagai kluster sampel), jadi n = 5.
–        Pada kelima kluster sampel tersebut, dilakukan pengukuran dari seluruh desa sehingga
diperoleh total 50 desa sampel.
e.       Sample Random Bertingkat ( Multi Stage Sampling )
Metode pengambilan sampel yang proses pengambilan sampelnya dilakukan dalam
dua tahap (two-stage sampling) atau lebih. Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat,
baik bertingkat dua maupun lebih.  Contoh : Provinsi, kabupaten, kecamatan, desa. Misalnya
kita ingin meneliti berat badan dan tinggi badan murid SMA. Sesuai kondisi dan perhitungan,
maka jumlah sampel yang akan diambil ± 2000.

2.      Non-Probability Sampling
Non-Probability Sampling merupakan teknik pengambilan sampel  tidak dipilih
secara acak. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan
atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti. Macam-macam
Non-Probability Sampling sebagai berikut:

a.      Purposive Sampling (Sampel Pertimbangan)


Purposive Sampling merupakan Satuan sampling yang dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki
karakteristik yang dikehendaki. Teknik ini digunakan terutama apabila hanya ada sedikit
orang yang mempunyai keahlian (expertise) di bidang yang sedang diteliti.
Contoh: Peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin tertentu. Maka
sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui dengan jelas
permasalahan ini. Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel
yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini.
b.      Accidental Sampling (Sampel  tanpa sengaja)
Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel  berdasarkan faktor
sponantanitas, artinya siapa saja yang tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai
dnegan karakteistik maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden).
Contoh: Seorang ilmu ahli bahasa Inggris ingin mengetahui sejauh mana pengaruh
buku yang dikarangnya. Cara pengambilan sampel, yaitu: dibatasi jumlah sampelnya
misalnya 30 orang, setiap orang yang datang ke lembaganya (para siswa diberi informasi dan
apabila berminat sesuai dengan kemampuannya dijadikan responden), setelah dipelajari buku
selama satu minggu, responden segera memberi kabar atau saran tentang buku yang
dipelajarinya.
c.       Quota Sampling (Sampel Kuota)
Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya di sini
besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu.
Contoh: Sampel yang akan diambil berjumlah 100 orang dengan perincian 50 laki dan
50 perempuan yang berumur 15-40 tahun. Cara ini dipergunakan kalau peneliti mengenal
betul daerah dan situasi daerah dimana penelitian akan dilakukan. 
d.      Saturation Sampling (Sampel Jenuh)
Teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel,
ini syaratnya populasi tidak banyak, atau peneliti ingin membuat generalisasi dengan
kesalahan sangat kecil.
Contoh: Akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMAN 8 Palembang.
Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.

e.       Snowball Sampling (Sampel Bola Salju)


Sampel diambil secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil semakin menjadi
besar. Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi hanya tahu
satu atau dua orang berdasarkan penilaian biasa dijadikan sebagai sampel.
Contoh: Akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah Plaju.
Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain
sehingga sampel atau responden terus berkembang sampai ditemukannya informasi yang
menyeluruh atas permasalahan yang diteliti

Anda mungkin juga menyukai