Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Syaadah Fadilah

NPM : 1924171
ANGKATAN : IV

1. Tentang profesi apoteker dan tugas seorang apoteker


UU NO. 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
Standar Profesi adalah pedoman untuk menjalankan praktik profesi kefarmasian secara baik.
Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkat STRTTK adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi.
Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan kepada
Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.
Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan
Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas
produksi dan fasilitas distribusi atau penyaluran.
Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu meliputi pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Dimana saja seorang apoteker menjalankan fungsinya sesuai dengan UU
Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu meliputi pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
a. Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan No. 992/Menkes/per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah
seorang apoteker yang telah diberikan Surat Izin Kerja (SIK).
b. Industri farmasi
PP no 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
 Pasal 7 (1) Pekerjaan Kefarmasian dalam produksi Sediaan Farmasi harus memiliki Apoteker
penanggung jawab
 Pasal 9 (1) Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai
penanggung jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu
setiap produksi Sediaan Farmasi
 Pasal 10 Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan yang Baik
yang
ditetapkan oleh Menteri

c. Rumah sakit
Berdasarkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
standart pelayanan di rumah sakit.

3. Pengertian kode etik


Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, seorang Apoteker harus memenuhi ketentuan kode
etik. Kode etik adalah panduan sikap dan perilaku tenaga profesi dalam menjalankan profesinya,
sebagai aturan norma yang menjadi ikatan moral profesi. Kode etik apoteker merupakan salah
satu pedoman untuk membatasi, mengatur, dan sebagai petunjuk bagi farmasis dalam
menjalankan profesinya secara baik dan benar serta tidak melakukan perbuatan tercela.
Berdasarkan UU RI No. 36 tahun 2009 pasal 24 ayat 2, ketentuan mengenai kode etik diatur oleh
organisasi profesi. Kode etik dibuat oleh organisasi profesi dan digunakan sebagai pedoman
seseorang dalam menjalankan profesinya, maka segala bentuk pelanggaran kode etik yang terjadi
merupakan tanggung jawab dan peran organisasi profesi dalam menjatuhkan sanksi-sanksinya,
misalnya sampai dengan dikeluarkan dari organisasi. Jika pada pelanggaran undang-undang
pemerintah aktif dalam menetapkan sanksi hukumnya, maka pada pelanggaran kode etik
pemerintah akan pasif dan hanya turun tangan apabila sudah sangat diperlukan.
Apoteker memiliki kode etik profesi yang terbaru, yaitu nomor 006/2009 yang disahkan pada
tanggal 8 Desember 2009 yang merupakan hasil keputusan Kongres Nasional XVIII ISFI tahun
2009. Kode etik apoteker dibagi menjadi tiga bagian yaitu kewajiban apoteker terhadap
masyarakat, rekan sejawat, dan rekan profesi kesehatan yang lain.

4. Mengapa profesi apoteker memerlukan suatu kode etik

a) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi
mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
c) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi
pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di
lain instansi atau perusahaan.

5. Apa kode etik dengan hukum

Berdasarkan UU RI No. 36 tahun 2009 pasal 24 ayat 2, ketentuan mengenai kode etik diatur oleh
organisasi profesi. Kode etik dibuat oleh organisasi profesi dan digunakan sebagai pedoman
seseorang dalam menjalankan profesinya, maka segala bentuk pelanggaran kode etik yang terjadi
merupakan tanggung jawab dan peran organisasi profesi dalam menjatuhkan sanksi-sanksinya,
misalnya sampai dengan dikeluarkan dari organisasi. Jika pada pelanggaran undang-undang
pemerintah aktif dalam menetapkan sanksi hukumnya, maka pada pelanggaran kode etik
pemerintah akan pasif dan hanya turun tangan apabila sudah sangat diperlukan.

Sedangkan hukum, secara legal dan formal mengikat peraturan yang telah disahkan oleh badan
pembuat Undang-undang, dilaksanakan oleh kekuatan eksekutif, dan proses hukumnya diatur
oleh pengadilan. Kebijakan seringkali berubah menjadi hukum, agar kebijakan tersebut dapat
menjadi sesuatu yang legal dalam mengikat seseorang dan perusahaan. Hukum dalam jurnalistik
adalah aturan tertulis yang melindungi hak dan kewajiban jurnalistik yang bersumber dari nilai-
nilai sosial, norma budaya dan kebutuhan kolektivitas dalam suatu negara dan kelompok
masyarakat.

6. Sebutkan UU, PP, Permenkes yang mengatur fungsi dari seorang apoteker
a. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
c. Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu meliputi pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai bn keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai