Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, berbagai macam penyakit infeksi muncul dan semakin


mengkhawatirkan masyarakat, baik penyakit yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara tropis dengan suhu rata-rata 24oC-29oC
(Tempo Nasional 19 Juni 2010). Hal ini sangat mendukung bagi pertumbuhan dan
perkembangan berbagai jenis bakteri.

Sebagai penanganan dari kasus yang disebabkan oleh bakteri, sering kali
digunakan antibiotik. Sebenarnya antibiotik membunuh semua mikroba yang berada
dalam tubuh kita, padahal tidak semua mikroba dalam tubuh kita merugikan tubuh.
Dengan terbunuhnya mikroba bermanfaat dalam tubuh kita, justru akan mengganggu
metabolisme tubuh. Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau
bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang
merugikan.

Alinea: ada permasalahan apa dengan antibiotik sehingga perlu memanfaatkan


tanaman khususnya buah pepaya

Pepaya merupakan tanaman tropis yang mudah ditemukan dan mudah tumbuh di
sejumlah daerah di Indonesia. Selama ini masyarakat memanfaatkan getah buah pepaya
untuk melunakkan daging, menghaluskan kulit yang pecah-pecah, ada pula yang
memanfaatkannya dalam industri penyamakan kulit, bahan pencuci lensa, obat gangguan
pencernaan, dispesia, obat cacing, krim, pembersih kulit muka, bahan pembuat pasta gigi.
Dalam industri makanan getah buah pepaya digunakan untuk bahan perenyah pada
pembuatan kue kering seperti cracker, bahan penggumpal susu dalam pembuatan keju,
bahan pelarut glatin, bahan pemberi tekstur pada roti dan keju, bahan pengental dan
stabilizer pada minuman sari buah, bahan pokok pembuatan jeli, selai, dan marmalade.
Dalam industri farmasi getah pepaya dimanfaatkan sebagai emulsifier bagi preparat cair
dan sirup, obat diare pada anak-anak, obat penawar racun logam, bahan penurun daya
racun dan meningkatkan daya larut obat sulfa, memperpanjang kerja hormon dan
antibiotika, bahan pelapis perban (pembalut luka) guna menyerap kotoran dan jaringan
yang rusak serta bahan kosmetik, oral atau injeksi untuk mencegah pendarahan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan kajian ilimiah atau


penelitian tentang kemampuan getah buah pepaya sebagai agen antibakteri dan zat apa
saja yang terkandung dalam getah buah pepaya yang kemungkinan berperan aktif sebagai
agen antibakteri.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui potensi antibakteri dari getah buah pepaya terhadap E. coli dan S. aureus.

2. Mengetahui secara kualitatif senyawa-senyawa yang terkandung dalam getah pepaya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antibakteri

Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi


dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk
kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan
bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan (pustaka?).

Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri di antaranya yaitu menghambat


sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri,
menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan
protein(pustaka?) .

a. Penghambatan sintesis dinding sel bakteri


Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel
(beberapa diantaranya adalah enzim transpeptida). Kemudian dilanjutkan dengan
reaksi transpeptidase dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri
dengan pembuangan atau penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada
dinding sel. Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang jelas
hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya tertutup oleh
selaput sel yang rapuh. Sebagai contoh antibakteri dengan mekanisme kerja diatas
adalah penicilin, sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampisilin.

b. Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri


Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja
sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan fugsi pengangkutan
aktif sehingga dapat mengendalikan susunan sel. Bila integritas fungsi selaput
sitoplasma terganggu misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas
dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen penting, seperti
protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain keluar dari sel dan sel berangsur-
angsur mati. Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien menunjukkan
mekanisme karja tersebut.
c. Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri
Umumnya senyawa penghambat ini akan menyebabkan Staphylococcus
aureus salah membaca kode pada mRNA oleh tRNA (hambatan translasi dan
transkripsi bahan genetik). Kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, dan
aminoglikosida juga bersifat menghambat sintesis protein sel bakteri.

d. Penghambatan Sintesis Protein Sel Bakteri


Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini, diharapkan mempunyai
selektifitas yang tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang
dihambat. Umumya senyawa penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah
satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan
terhenti karena tidak ada substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak dapat
terbentuk. (Wikipedia)

2.2 Tanaman Pepaya

Kedudukan tanaman pepaya dalam seistematika klasifikasi adalah sebagai


berikut (Van Steenis, 2002):
Devisio : Spermatophyta
Sub devisio : Angiospermae
Klassis : Dicotyledonae
Ordo : Cistales
Familia : Caricacecae
Genus : Carica
Species : Carica papaya L.

Tanaman pepaya memiliki morfologi batang yang tingginya antara 5-10 meter
dan tidak bercabang atau memiliki sedikit cabang. Batang tanaman pepaya juga tidak
memiliki kayu. Daunnya berkumpul di bagian ujung batang dengan tangkai yang
panjang dan berongga, berbentuk menjari lima, dan memiliki dudukan tangkai spiral.
Pepaya memiliki sistem perakaran tunggan yang sangat kuat untuk menopang
batangnya yang dapat tumbuh tinggi. Tanaman pepaya tergolong tanaman
monodioecious, yaitu tanaman yang jenis kelaminnya bisa jantan, betina, atau banci
(hermafrodit). Bunga jantan pada tandan dan bertangkai panjang, kelopak sangat
kecil, mahkota bunga berbentuk terompet. Bunga betina kebanyakan berdiri daun
mahkota lepas atau hampir lepas, berwarna putih kekuning-kuningan.Pada tanaman
jantan bisa saja berbuah, tetapi karena adanya proses partenokarpi akibat daerah yang
sangat subur sehingga tanaman pepaya mendapatkan nutrisi secara berlebihan. Pada
tanaman betina, buah berbentuk bulat dan lebih kecil. Sedangkan pada tanaman banci,
buah berbentuk lonjong besar dan berjumlah banyak. Biji tanaman pepaya berbentuk
bulat keriput, berwarna coklat tua kehitaman, dengan selaput yang berlendir untuk
menjaga biji tetap lembab (pustaka).

Selama ini getah dari buah pepaya biasa dimanfaatkan oleh masyarakat luas
sebagai obat luka bakar, gatal-gatal pada kulit, penghalus kulit yang pecah-pecah atau
mengalami penebalan sel-sel kulit, pelunak daging, penggunaan pada industri
penyamakan kulit, dan lain sebagainya (pustaka?).

2.3 Bakteri Eschericia coli

Bakteri ini pertama kali diidentifikasi oleh seorang dokter hewan asal Jerman,
Theodore Escherich, dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi hewan.
E.coli merupakan bakteri gram negatif, bersifat anaerob fakultatif, dan tidak
mengasilkan spora. Bakteri ini tumbuh optimal pada suhu 37o C atau pada suhu
normal tubuh manusia, dan pada media yang mengandung cukup pepton sebagai
sumber karbon dan nitrogen utuk bertahan hidup. E.coli merupakan bakteri yang biasa
hidup dalam tubuh manusia, khususnya di kolon, namun sering kali menyebabkan
infeksi.

Klasifikasi E.coli (Migula, 1895; Castellani dan Chalmes, 1919)


Superdomain : Phylogenetica
Filum : Proterobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia Coli

2.4 Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen


kuning, bersifat anaerob fakultatif, dan tidak menghasilkan spora. Umumnya tumbuh
berpasangan maupun berkelompok, diameter sekitar 0,8-1,0 µm, demgan waktu
pembelahan 0,47 jam. Pada suhu 37o C bakteri ini tumbuh dengan sangat baik, biasa
terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit manusia.

Bakteri ini tidak bersifat patogen pada kondisi kekebalan tubuh manusia yang
baik, tapi pada orang dengan kekebalan tubuh kurang baik bisa akibatkan infeksi.
Infeksi yang disebabkan bakteri ini antara lain bisul, jerawat, pneumonia, meningitis,
dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi
nanah. S. aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2
menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi
dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan
fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen
pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat.

Klasifikasi Staphylocccus aureus (Rosenbach, 1884)


Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum :Firmicutes
Kelas :Bacilli
Ordo :Bacillales
Famili :Staphylococcaceae
Genus :Staphylococcus
Spesies :S. Aureus
Nama binomial: Staphylococcus aureus

2.5 Metode Difusi Agar

Metode difusi agar merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk
mengetahui kemampuan antibakteri suatu obat/bahan. Pada metode difusi agar,
cakram kertas saring diinjeksi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada medium padat
terbuat dari agar yang kaya nutrisi. Sebelumnya, medium NA (agar yang bernutrisi)
telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah diinkubasi, diameter daya
hambat (DDH) sekitar cakram dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan
obat terhadap organisme uji.
Metode ini dipengaruhi beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara
obat dan organisme (misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular
dan stabilitas obat). Meskipun demikian, standardisasi faktor-faktor tersebut
memungkinkan melakukan uji kepekaan dengan baik (Jawetz et al., 2005).

2.6 Uji Fitokimia

Uji fitokimia digunakan untuk memeperoleh data kualitatif beberapa senyawa


aktif pada suatu ekstrak yang mungkin mempunyai bioaktivitas. Senyawa aktif dalam
ekstrak tetumbuhan yang dideteksi antara lain flavanoid, alkaloid, minyak atsiri,
saponin, sterol dan triterpen, tanin, dan kumarin.

Pada uji fitokimia, ekstrak yang akan diuji dicampurkan dengan berbagai
bahan kimia maupun reagen untuk mengetahui keberadaan suatu zat maupun senyawa
metabolit sekunder pada ekstrak yang diuji.

2.7 Inokulasi

Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik kedalam media steril.


Inokula adalah bahan atau media yang mengandung mikroba. Semua pekerjaan
mikrobiologi harus dikerjakan secara aseptik. Kerja aseptik dilakukan dengan bekerja
diantara dua nyala api bunsen dengan jarak +/- 20 cm. Hal ini dilakukan untuk
meminimalkan kontaminasi oleh hal lain. Sebelum melakukan kerja, alat-alat harus
diflambir untuk menjaga kesterilan, sedangkan bunsen dinyalakan 10 menit sebelum
bekerja bertujuan agar terjadi radiasi sehingga mikroorganisme menjauh.

2.8 Penelitian tentang Getah Pepaya yang Sudah Ada


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian dimulai dengan preparasi ekstrak sebagai bahan uji antibakteri.


pengambilan sampel berupa getah buah pepaya yang belum masak. Setelah itu
dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak getah buah pepaya. Dalam pembuatan ekstrak,
getah buah pepaya cukup dicampur dengan DMSO dengan perbandingan 1:1. Uji
aktifitas ekstrak getah buah pepaya sebagai agen antibakteri, digunakan metode difusi
agar. Tahap pertama adalah inokulasi bakteri E. coli dan S. aureus kedalam medium NA
(nutrient agar), yang kemudian diberi cakram kertas yang telah diberi ekstrak getah buah
pepaya dengan 5 konsentrasi yang berbeda, juga diberikan kontrol berupa cakram kertas
yang di beri DMSO dan antibiotik. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pada tiap
konsentrasi ekstrak getah buah pepaya.

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Biokimia dan Biologi Molekuler,


Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga pada tanggal 14-17
Desember 2010.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi botol sampel, cawan petri, silet,
gelas bekker, spatula, corong, kertas saring, neraca digital, selotipe, pipet mikro,
yellow tip, spreader, pinset, lampu bunsen, korek api, inkubator, elenmeyer, mistar,
kertas label, alat tulis, tabung reaksi, pipet tetes, seperangkat alat UV, kaca mata UV,
cawan porselen.

3.2.2. Bahan

Dalam penelitian ini, adapun bahan yang diperlukan adalah getah buah pepaya muda
segar, HCl pekat, NH3, Kloroform, reagen Dragendorff, reagen Meyer,etanol, asetat
anhidrat, H2SO4, NaOH, larutan gelatin, lautan FeCl3, NH3 10%, paper disc, metanol,
air, medium NA, bakteri E.coli, bakteri S.aureus.
3.3. Cara Kerja

3.4.1. Preparasi Sampel

Pengambilan getah pepaya dari bagian buah yang masih muda dilakukan
dengan cara melukai bagian kulit buah menggunakan silet. Getah berwarna putih
yang menetes kemudian ditampung dalam wadah sampel.

Getah yang telah ditampung harus dihindarkan dari kontak langsung


dengan udara dalam waktu yang lama. Hal ini dikarenakan getah mudah kering.
Selain itu, getah untuk uji dalam penelitian ini juga harus segar, yaitu disiapkan
pada saat hendak dilakukan penelitian.

Getah yang telah diperoleh dilarutkan menggunakan dimethyl sulfoxide


(DMSO) dengan perbandingan 1:1 (gr/ml) sehingga konsentrasi ekstrak menjadi
50%. Penggunaan DMSO dikarenakan DMSO memiliki sifat lebih polar
dibanding air, dan memliki tingkat racun lebih rendah daripada zat pelarut kimia
lain. Selanjutnya larutan siap untuk digunakan sebagai ekstrak uji penelitian.

3.4.2. Uji Antibakteri Menggunakan Metode Difusi Agar

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktifitas


antibakteri yang ditandai dengan adanya zona terang di sekitar cakram kertas
setelah melalui proses inkubasi selama 24 jam.

1. Sebanyak 20 ml medium NA dituang ke dalam cawan petri steril kemudian


dibiarkan memadat.

2. Masing-masing bakteri uji (E.coli 100 µl sedangkan S.aureus 200 µl)


diteteskan pada medium NA. Kemudian bakteri diratakan menggunakan
spreader yang terlebih dahulu disterilkan dengan alkohol dan api. Perlu
diperhatikan bahwa pada saat memasukkan bakteri, ujung cawan yang
terbuka dipanasi terlebih dahulu dengan api dari lampu busen. Kemudian
tutup kembali cawan petri.

3. Paper disc ditetesi dengan ekstrak getah pepaya dengan 5 tingkatan volume
ekstrak uji, yaitu 5%, 10%, 15%, 20%,dan 25%. Setiap ekstrak dengan 3
kali ulangan.
4. Sebagai pembanding, disiapkan juga paper disc yang ditetesi dengan
antibiotik standar tetrasiklin 5% volume 25 µl.

5. Paper disc yang telah diberi ekstrak getah papaya ataupun antibiotik standar
diletakkan ke dalam cawan petri yang telah diinokulasi dengan masing-
masing bakteri uji.

6. Masing-masing cawan diberi label dengan kode sebagai berikut: nama


bakteri. perlakuan.ulangan

7. Pastikan antara cawan dan tutupnya kencang dengan menggunakan selotip.

8. Simpan cawan-cawan tersebut dalam inkubator selama 24 jam.

9. Amati dan ukur DDH (diameter daya hambat)

3.4.3. Uji Fitokimia

Dalam uji fitokimia ada 7 zat yang diuji keberadaannya, yaitu flavonoid, alkaloid,
minyak atsiri, saponin, sterol dan triterpena, tanin, dan kumarin.

1. Uji Flavonoid

 Ekstrak diuapkan hingga kering dalam tabung reaksi

 4-5 ml HCl pekat ditambahkan kedalam tabung reaksi hingga larut

 Jika hasil uji positif, maka akan timbul warna merah atau merah ungu

2. Uji Alkaloid

 2 gr ekstrak dicampurkan dengan 3-5 ml NH3 pekat dalam tabung


reaksi, diaduk dengan spatula hingga homogen

 20 ml kloroform ditambahkan kedalam tabung reaksi, dan diaduk


hingga homogen

 Larutan tersebut disaring dengan kertas saring, dan filtratnya


ditampung dalam tabung reksi lain

ada 2 cara uji alkaloid:


 Tabung reksi 1: filtrat diteteskan pada kertas saring

 Lalu reagen dragendorff juga diteteskan pada kertas saring

 Jika hasil uji positif, maka akan timbul tanda berwarna jingga

 Tabung reaksi 2: filtrat disaring dengan HCl 10% sebanyak 2 kali

 Ekstrak dibagi kedalam 2 tabung reaksi

 Pada tabung reaksi satu, filtrat dicampur dengan 2-3 tetes reagen
meyer, jika hasil uji positif akan muncul endapan kekuningan

 Pada tabung reksi dua, filtrat dicampur dengan 2-3 tetes reagen
dragendorff, jika hasil uji positif akan muncul endapan oranye

3. Uji Minyak Atsiri

 Ekstrak diuapkan hingga kering hingga kering

 Jika timbul aroma enak, beberapa tetes etanol ditambahkan dan diaduk
hingga homogen

 Larutan teresebut kemudian dibakar hingga kering

 Jika hasil uji positif akan tetap timbul aroma enak yang khas, bahkan
aromanya lebih kuat

4. Saponin

 Ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi

 Aquades ditambahkan pada ekstrak dengan perbandingan 1:1

 Larutan tersebut kemudian dikocok selama 5 menit

 Jika hasil uji positif akan timbul busa dengan tinggi minimal 1 cm yang
dapat bertahan selama 15 menit

5. Sterol dan Triterpena

 Ekstrak diuapkan dalam tabung reaksi hingga kering


 0,5 ml kloroform dan 0,5 ml asetat anhidrat ditambahkan kedalam
tabung reaksi

 Kemudian campuran di atas dikocok hingga homogen

 Lalu 1-2 ml H2SO4 pekat diteteskan secara perlahan pada dinding


tabung reaksi

 Jika hasil uji positif, maka akan timbul cincin violet atau merah
kecoklatan

6. Tanin

 Ekstrak dicampur dengan 10 ml air panas pada tabung reaksi hingga


homogen

 Kemudian larutan tersebut dicampur dengan 5 tetes NaOH 10%

 Campuran tersebut disaring dengan kertas saring dan tampung


filtratnya

 Filtrat dibagi kedalam 3 tabung reaksi

 Tabung 1: sebagai kontrol

 Tabung 2: filtrat ditambahkan 3 tetes larutan gelatin, jika hasil positif


akan muncul endapan. Jika tidak ada endapan, berarti mengandung
polifenol.

 Tabung 3: filtrat ditambahkan 1-2 tetes FeCl3, jika warna menjadi biru
kehitaman berarti mengandung hydrolisate-tanin. Jika yang muncul
warna hijau kecoklatan, berarti mengandung katekol.

7. Kumarin

 Ekstrak kotor (crude extract) diuapkan hingga kering di dalam tabung


reaksi

 Hasil penguapan kemudian ditambahkan dengan air panas dan campur


hingga homogen

 Setelah dingin, larutan dibagi kedalam 2 tabung reaksi

 Tabung 1: sebagai control

 Tabung 2: larutan dicampur dengan 0,5 ml NH3 10% hingga homogen

 Kedua tabung reaksi diletakkan di bawah sinar UV

 Kemudian pijaran kedua larutan ini dibandingkan, jika pijaran pada


tabung reaksi 2 lebih terang dari tabung reksi 1 berarti terdapat
kumarin.

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisi secara deskriptif untuk menunjukkan kemampuan daya
hambat ekstrak uji terhadap pertumbuhan bakteru uji. Sedangkan data yang berasal dari
uji fitokimia memberikan informasi kandungan suatu zat secara kualitatif.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Sampel yang digunakan harus masih segar dan tidak berbau menyengat, karena bisa
jadi getah yang sudah berbau menyengat telah terkontaminasi bakteri. Setelah
dicampur dengan DMSO, sampel menjadi lebih cair karena konsentrasi semakin
rendah

Konsentrasi E.coli(mm) Rata- S.aureus(mm) Rata-


(%) rata(mm) rata(mm)
U1 U2 U3 U1 U2 U3
0 - - - - - - - -
5 6 6 6 6 6 6 6 6
10 7 6 7 6,67 6 6 6 6
15 8 8 7 7,67 8 8 8 8
20 8 9 8 8,3 9 8 9 8,67
25 8 9 9 8,6 10 9 10 9,67
Tabel Data Hasil Uji DDH Ekstrak Getah Buah Pepaya

Pada konsentrasi 5% terlihat rata-rata DDH pada E. coli sebesar 6 mm


sedangkan pada S. aureus sebesar 6 mm. Pada konsentrasi 10% terlihat rata-rata DDH
pada E. coli sebesar 6,67 mm sedangkan s. aureous sebesar 6 mm. Pada konsentrasi
15% terlihat rata-rata DDH pada E. coli sebesar 7,67 mm sedangkan pada S. aureus
sebesar 8 mm. Pada konsentrasi 20% terlihat rata-rata DDH pada E. coli sebesar 8,3
mm sedangkan pada S. aureus sebesar 8,67 mm. Pada konsentrasi 25% terlihat rata-
rata DDH pada E. coli sebesar 8,6 mm sedangkan pada S. aureus sebesar 9,6 7 mm.

Konsentras E. coli S. aureus


DMSO Antibiotik DMSO Antibiotik
i U1 U2 U3 U1 U2 U3
5% - # # # - # # #
10% - # # # - # # #
15% - # # # - # # #
20% - # # # - # # #
25% - 29 34 33 - 30 28 31
Tabel Data hasil Uji DDH DMSO dan Antibiotik
# : tidak dilakukan uji

Dari tabel diatas, diketahui bahwa DMSO tidak memiliki DDH, artinya tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Jadi, DMSO sebagai pelarut getah papaya
tidak memiliki andil pada getah papaya sebagai agen antibakteri.

10
9
8
7
6
5 E. coli
4 S. aureus
3
2
1
0
5% 10% 15% 20% 25%

Histogram Data hasil DDH pada E.coli dan S.aureus

Histogram tersebut menggambarkan pola naik. Jadi, semakin tinggi konsentrasi getah
semakin kuat pula daya getah sebagai agen antibakteri.

No Zat yang diuji Hasil uji


.
1. Flavonoid -
2. Alkaloid +
3. Minyak atsiri +
4. Saponin -
5. Sterol dan triterpena +
6. Tanin +
7. Kumarin -
Tabel Data hasil uji fitokimia getah buah papaya

Keterangan:

+ : positif, mengandung zat yang di uji

- : negatif, tidak mengandung zat yang di uji

Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa getah buah pepaya mengandung
alkaloid, minyak atsiri, sterol dan triterpena, dan tannin.

4.2. Pembahasan

Sampel yang digunakan harus segar, karena getah yang masih segar memiliki
kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri yang dapat merusak kandungan dalam
getah lebih rendah. Untuk menjada sampel tetap segar, sampel disimpan dalam lemari
pendingin untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

DDH (Diameter Daya Hambat) adalah zona yang timbul karena tidak ada bakteri yang
tumbuh dan berkembang di zona tersebut. Bakteri tidak dapat tumbuh dan
berkembang di zona tersebut karena adanya pengaruh ekstrak getah pepaya yang
berdifusi dari cakram kertas ke meduim NA. Indikasi adanya zona ini adalah dari
perbedaan warna dengan medium NA. Klasifikasikan kekuatan daya antibakteri
berdasarkan nilai DDH yang terbentuk. Kekuatan suatu antibakteri dikategorikan
“sangat kuat/SK” jika daerah hambatannya lebih dari 20 mm, “kuat/K” jika daerah
hambatan 10 mm sampai 20 mm, “sedang/S” jika daerah hambatan 5 sampai 10 mm,
dan “lemah/L” jika daerah hambatan kurang dari 5 mm (Stout (2000, dalam Hasim,
2003))

Berdasarkan DDH yang didapatkan dari hasil pengukuran yang telah kami lakukan
dan berdasar cara pengklasifikasian tersebut, menunjukkan bahwa besarnya DDH
antara 6-10 mm, berarti tingkat kekuatan getah pepaya sebagai agen anti bakteri
adalah sedang.
Dari uji fitokimia, diketahui bahwa getah pepaya mengandung alkaloid, minyak atsiri,
tanin, katekol,sterol dan triterpana.

Alkaloid dapat digunakan sebagai anti bakteri karena memiliki sifat toksik terhadap
organisme lain, tetapi karena kadar toksiknya rendah maka hanya dapat membunuh
organisme setingkat bakteri.

Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antibakteri karena sifatnya sebagai
pertahanan terhadap organisme lain.

Dalam tanaman tanin berfungsi sebagai alat pertahanan terhadap predator hal ini mem
buktikan bahwa zat tersebut bersifat racun.

Sterol secara alamidapat mengahambat pertumbuhan bakteri tetapi tidak memiliki


kemampuan untuk merusak sel mamalia.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Getah buah pepaya dapat dimanfaatkan sebagai agen antibakteri. Hal ini dibuktikan
dengan adanya DDH ( Diameter Daya Hambat ) pada uji aktifitas antibakteri secara difusi
agar.

Semakin besar konsentrasi getah buah pepaya yang digunakan, semakin kuat pula
peranannya sebagai agen antibakteri. Hal ini dibuktikan dengan adanya Diameter Daya
Hambat ( DDH ) yang semakin besar dalam paper disc dengan ekstrak getah buah pepaya
yang lebih besar.

Berdasarkan uji fitokimia kandungan senyawa metabolit sekunder dalam getah buah
pepaya yaitu sterol dan triterpena, alkaloid, tanin, katekol, dan minyak atsiri.

5.2. Saran

Perlu dikembangkan pembuatan antibakteri yang alami untuk menggantikan antibiotik


dan antibakteri sintetik yang kemungkinan memilki dampak buruk bagi kesehatan
lebih besar.

Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai adanya zat antibakteri dalam
getah buah pepaya.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. E. coli, diakses pada tanggal 24 November 2010, eprints.undip.ac.id


Anonim. 2010. Manfaat Getah Pepaya, diakses pada tanggal 21 November 2010,
www.dunia-kesehatan.com.

Anonim. 2010.Pepaya, diakses pada tanggal 21 November 2010, www.wikipedia.org.id.

Anonim. 2010. S. aureus, diakses pada tanggal 26 November 2010, eprints.undip.ac.id

Hamilton-Miller, J.M.T. and S. Shah, 2000. Activity of the tea component epicatechin gallate
and analogue against methicillin-resistant Staphylococcus aureus. J. of Antimicrob.
Chem. 46:847-863.
Hugo, W.B., dan Russell, A.D., 1998, Pharmaceutical Microbiology, sixth edition, Blackwell
Science, Oxford.

Naczk, M., T. Nichols, D. Pink, and F. Sosulski, 1994. Condensed tannins in canola hulls. J.
Agric. Food Chem. 42: 2196-2200.
Smith A. H., J.A. Imlay, and R.I. Mackie (2003). Increasing the oxidative stress response
allows
Escherichia coli to overcome inhibitory effect of condensed tannins. Appl. and Environ.
Microb. 69 (6): 3406-3411.
Van Steenis, 2002, ,.................

LAMPIRAN
Pengambilan Getah Buah Pepaya Pengambilan Getah Buah Pepaya

Pengambilan Sampel Pensterilan Alat

Pengambilan Bakteri Penginokulasian Bakteri


Perataan Bakteri dengan Spreader Penginjeksian Ekstrak ke Paper Disc

Proses Memanfaatkan Lampu Bunsen Pengerjaan Dilakukan dalam Ruang

untuk Menjaga Lingkungan Tetap Aseptik yang Higienis

Hasil Uji DMSO pada Bakteri Hasil Uji DMSO pada Bakteri E. coli

S. aureus Tak Ada Zona Terang Tak Ada Zona Terang


Hasil Uji Antibiotik pada Bakteri S. Hasil Uji Antibiotik pada Bakteri

aureus Ada Zona Terang E.coli Ada Zona Terang

Hasil Uji Ekstrak Getah Buah Pepaya Hasil Uji Ekstrak Buah Pepaya

Konsentrasi 25% pada Bakteri S. Konsentrasi 25% pada Bakteri E. coli

aureus Ada Zona Terang Ada Zona Terang

Peralatan yang Diperlukan dalam Pencampuran Ekstrak Getah Buah

Uji Fitokimia Pepaya dengan Berbagai Bahan Kimia


Hasil Uji Alkaloid, Positif Hasil Uji Tanin dan Katekol, Positif

Hasil Uji Saponin, Negatif Hasil Uji Sterol dan Triterpen, Positif

Uji Kumarin, Negatif

Anda mungkin juga menyukai