PENDAHULUAN
Sebagai penanganan dari kasus yang disebabkan oleh bakteri, sering kali
digunakan antibiotik. Sebenarnya antibiotik membunuh semua mikroba yang berada
dalam tubuh kita, padahal tidak semua mikroba dalam tubuh kita merugikan tubuh.
Dengan terbunuhnya mikroba bermanfaat dalam tubuh kita, justru akan mengganggu
metabolisme tubuh. Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau
bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang
merugikan.
Pepaya merupakan tanaman tropis yang mudah ditemukan dan mudah tumbuh di
sejumlah daerah di Indonesia. Selama ini masyarakat memanfaatkan getah buah pepaya
untuk melunakkan daging, menghaluskan kulit yang pecah-pecah, ada pula yang
memanfaatkannya dalam industri penyamakan kulit, bahan pencuci lensa, obat gangguan
pencernaan, dispesia, obat cacing, krim, pembersih kulit muka, bahan pembuat pasta gigi.
Dalam industri makanan getah buah pepaya digunakan untuk bahan perenyah pada
pembuatan kue kering seperti cracker, bahan penggumpal susu dalam pembuatan keju,
bahan pelarut glatin, bahan pemberi tekstur pada roti dan keju, bahan pengental dan
stabilizer pada minuman sari buah, bahan pokok pembuatan jeli, selai, dan marmalade.
Dalam industri farmasi getah pepaya dimanfaatkan sebagai emulsifier bagi preparat cair
dan sirup, obat diare pada anak-anak, obat penawar racun logam, bahan penurun daya
racun dan meningkatkan daya larut obat sulfa, memperpanjang kerja hormon dan
antibiotika, bahan pelapis perban (pembalut luka) guna menyerap kotoran dan jaringan
yang rusak serta bahan kosmetik, oral atau injeksi untuk mencegah pendarahan.
1. Mengetahui potensi antibakteri dari getah buah pepaya terhadap E. coli dan S. aureus.
2.1. Antibakteri
Tanaman pepaya memiliki morfologi batang yang tingginya antara 5-10 meter
dan tidak bercabang atau memiliki sedikit cabang. Batang tanaman pepaya juga tidak
memiliki kayu. Daunnya berkumpul di bagian ujung batang dengan tangkai yang
panjang dan berongga, berbentuk menjari lima, dan memiliki dudukan tangkai spiral.
Pepaya memiliki sistem perakaran tunggan yang sangat kuat untuk menopang
batangnya yang dapat tumbuh tinggi. Tanaman pepaya tergolong tanaman
monodioecious, yaitu tanaman yang jenis kelaminnya bisa jantan, betina, atau banci
(hermafrodit). Bunga jantan pada tandan dan bertangkai panjang, kelopak sangat
kecil, mahkota bunga berbentuk terompet. Bunga betina kebanyakan berdiri daun
mahkota lepas atau hampir lepas, berwarna putih kekuning-kuningan.Pada tanaman
jantan bisa saja berbuah, tetapi karena adanya proses partenokarpi akibat daerah yang
sangat subur sehingga tanaman pepaya mendapatkan nutrisi secara berlebihan. Pada
tanaman betina, buah berbentuk bulat dan lebih kecil. Sedangkan pada tanaman banci,
buah berbentuk lonjong besar dan berjumlah banyak. Biji tanaman pepaya berbentuk
bulat keriput, berwarna coklat tua kehitaman, dengan selaput yang berlendir untuk
menjaga biji tetap lembab (pustaka).
Selama ini getah dari buah pepaya biasa dimanfaatkan oleh masyarakat luas
sebagai obat luka bakar, gatal-gatal pada kulit, penghalus kulit yang pecah-pecah atau
mengalami penebalan sel-sel kulit, pelunak daging, penggunaan pada industri
penyamakan kulit, dan lain sebagainya (pustaka?).
Bakteri ini pertama kali diidentifikasi oleh seorang dokter hewan asal Jerman,
Theodore Escherich, dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi hewan.
E.coli merupakan bakteri gram negatif, bersifat anaerob fakultatif, dan tidak
mengasilkan spora. Bakteri ini tumbuh optimal pada suhu 37o C atau pada suhu
normal tubuh manusia, dan pada media yang mengandung cukup pepton sebagai
sumber karbon dan nitrogen utuk bertahan hidup. E.coli merupakan bakteri yang biasa
hidup dalam tubuh manusia, khususnya di kolon, namun sering kali menyebabkan
infeksi.
Bakteri ini tidak bersifat patogen pada kondisi kekebalan tubuh manusia yang
baik, tapi pada orang dengan kekebalan tubuh kurang baik bisa akibatkan infeksi.
Infeksi yang disebabkan bakteri ini antara lain bisul, jerawat, pneumonia, meningitis,
dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi
nanah. S. aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2
menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi
dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan
fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen
pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat.
Metode difusi agar merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk
mengetahui kemampuan antibakteri suatu obat/bahan. Pada metode difusi agar,
cakram kertas saring diinjeksi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada medium padat
terbuat dari agar yang kaya nutrisi. Sebelumnya, medium NA (agar yang bernutrisi)
telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah diinkubasi, diameter daya
hambat (DDH) sekitar cakram dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan
obat terhadap organisme uji.
Metode ini dipengaruhi beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara
obat dan organisme (misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular
dan stabilitas obat). Meskipun demikian, standardisasi faktor-faktor tersebut
memungkinkan melakukan uji kepekaan dengan baik (Jawetz et al., 2005).
Pada uji fitokimia, ekstrak yang akan diuji dicampurkan dengan berbagai
bahan kimia maupun reagen untuk mengetahui keberadaan suatu zat maupun senyawa
metabolit sekunder pada ekstrak yang diuji.
2.7 Inokulasi
METODE PENELITIAN
3.2.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi botol sampel, cawan petri, silet,
gelas bekker, spatula, corong, kertas saring, neraca digital, selotipe, pipet mikro,
yellow tip, spreader, pinset, lampu bunsen, korek api, inkubator, elenmeyer, mistar,
kertas label, alat tulis, tabung reaksi, pipet tetes, seperangkat alat UV, kaca mata UV,
cawan porselen.
3.2.2. Bahan
Dalam penelitian ini, adapun bahan yang diperlukan adalah getah buah pepaya muda
segar, HCl pekat, NH3, Kloroform, reagen Dragendorff, reagen Meyer,etanol, asetat
anhidrat, H2SO4, NaOH, larutan gelatin, lautan FeCl3, NH3 10%, paper disc, metanol,
air, medium NA, bakteri E.coli, bakteri S.aureus.
3.3. Cara Kerja
Pengambilan getah pepaya dari bagian buah yang masih muda dilakukan
dengan cara melukai bagian kulit buah menggunakan silet. Getah berwarna putih
yang menetes kemudian ditampung dalam wadah sampel.
3. Paper disc ditetesi dengan ekstrak getah pepaya dengan 5 tingkatan volume
ekstrak uji, yaitu 5%, 10%, 15%, 20%,dan 25%. Setiap ekstrak dengan 3
kali ulangan.
4. Sebagai pembanding, disiapkan juga paper disc yang ditetesi dengan
antibiotik standar tetrasiklin 5% volume 25 µl.
5. Paper disc yang telah diberi ekstrak getah papaya ataupun antibiotik standar
diletakkan ke dalam cawan petri yang telah diinokulasi dengan masing-
masing bakteri uji.
Dalam uji fitokimia ada 7 zat yang diuji keberadaannya, yaitu flavonoid, alkaloid,
minyak atsiri, saponin, sterol dan triterpena, tanin, dan kumarin.
1. Uji Flavonoid
Jika hasil uji positif, maka akan timbul warna merah atau merah ungu
2. Uji Alkaloid
Jika hasil uji positif, maka akan timbul tanda berwarna jingga
Pada tabung reaksi satu, filtrat dicampur dengan 2-3 tetes reagen
meyer, jika hasil uji positif akan muncul endapan kekuningan
Pada tabung reksi dua, filtrat dicampur dengan 2-3 tetes reagen
dragendorff, jika hasil uji positif akan muncul endapan oranye
Jika timbul aroma enak, beberapa tetes etanol ditambahkan dan diaduk
hingga homogen
Jika hasil uji positif akan tetap timbul aroma enak yang khas, bahkan
aromanya lebih kuat
4. Saponin
Jika hasil uji positif akan timbul busa dengan tinggi minimal 1 cm yang
dapat bertahan selama 15 menit
Jika hasil uji positif, maka akan timbul cincin violet atau merah
kecoklatan
6. Tanin
Tabung 3: filtrat ditambahkan 1-2 tetes FeCl3, jika warna menjadi biru
kehitaman berarti mengandung hydrolisate-tanin. Jika yang muncul
warna hijau kecoklatan, berarti mengandung katekol.
7. Kumarin
Data yang diperoleh dianalisi secara deskriptif untuk menunjukkan kemampuan daya
hambat ekstrak uji terhadap pertumbuhan bakteru uji. Sedangkan data yang berasal dari
uji fitokimia memberikan informasi kandungan suatu zat secara kualitatif.
BAB IV
4.1. Hasil
Sampel yang digunakan harus masih segar dan tidak berbau menyengat, karena bisa
jadi getah yang sudah berbau menyengat telah terkontaminasi bakteri. Setelah
dicampur dengan DMSO, sampel menjadi lebih cair karena konsentrasi semakin
rendah
Dari tabel diatas, diketahui bahwa DMSO tidak memiliki DDH, artinya tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Jadi, DMSO sebagai pelarut getah papaya
tidak memiliki andil pada getah papaya sebagai agen antibakteri.
10
9
8
7
6
5 E. coli
4 S. aureus
3
2
1
0
5% 10% 15% 20% 25%
Histogram tersebut menggambarkan pola naik. Jadi, semakin tinggi konsentrasi getah
semakin kuat pula daya getah sebagai agen antibakteri.
Keterangan:
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa getah buah pepaya mengandung
alkaloid, minyak atsiri, sterol dan triterpena, dan tannin.
4.2. Pembahasan
Sampel yang digunakan harus segar, karena getah yang masih segar memiliki
kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri yang dapat merusak kandungan dalam
getah lebih rendah. Untuk menjada sampel tetap segar, sampel disimpan dalam lemari
pendingin untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
DDH (Diameter Daya Hambat) adalah zona yang timbul karena tidak ada bakteri yang
tumbuh dan berkembang di zona tersebut. Bakteri tidak dapat tumbuh dan
berkembang di zona tersebut karena adanya pengaruh ekstrak getah pepaya yang
berdifusi dari cakram kertas ke meduim NA. Indikasi adanya zona ini adalah dari
perbedaan warna dengan medium NA. Klasifikasikan kekuatan daya antibakteri
berdasarkan nilai DDH yang terbentuk. Kekuatan suatu antibakteri dikategorikan
“sangat kuat/SK” jika daerah hambatannya lebih dari 20 mm, “kuat/K” jika daerah
hambatan 10 mm sampai 20 mm, “sedang/S” jika daerah hambatan 5 sampai 10 mm,
dan “lemah/L” jika daerah hambatan kurang dari 5 mm (Stout (2000, dalam Hasim,
2003))
Berdasarkan DDH yang didapatkan dari hasil pengukuran yang telah kami lakukan
dan berdasar cara pengklasifikasian tersebut, menunjukkan bahwa besarnya DDH
antara 6-10 mm, berarti tingkat kekuatan getah pepaya sebagai agen anti bakteri
adalah sedang.
Dari uji fitokimia, diketahui bahwa getah pepaya mengandung alkaloid, minyak atsiri,
tanin, katekol,sterol dan triterpana.
Alkaloid dapat digunakan sebagai anti bakteri karena memiliki sifat toksik terhadap
organisme lain, tetapi karena kadar toksiknya rendah maka hanya dapat membunuh
organisme setingkat bakteri.
Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antibakteri karena sifatnya sebagai
pertahanan terhadap organisme lain.
Dalam tanaman tanin berfungsi sebagai alat pertahanan terhadap predator hal ini mem
buktikan bahwa zat tersebut bersifat racun.
BAB V
5.1. Kesimpulan
Getah buah pepaya dapat dimanfaatkan sebagai agen antibakteri. Hal ini dibuktikan
dengan adanya DDH ( Diameter Daya Hambat ) pada uji aktifitas antibakteri secara difusi
agar.
Semakin besar konsentrasi getah buah pepaya yang digunakan, semakin kuat pula
peranannya sebagai agen antibakteri. Hal ini dibuktikan dengan adanya Diameter Daya
Hambat ( DDH ) yang semakin besar dalam paper disc dengan ekstrak getah buah pepaya
yang lebih besar.
Berdasarkan uji fitokimia kandungan senyawa metabolit sekunder dalam getah buah
pepaya yaitu sterol dan triterpena, alkaloid, tanin, katekol, dan minyak atsiri.
5.2. Saran
Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai adanya zat antibakteri dalam
getah buah pepaya.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Hamilton-Miller, J.M.T. and S. Shah, 2000. Activity of the tea component epicatechin gallate
and analogue against methicillin-resistant Staphylococcus aureus. J. of Antimicrob.
Chem. 46:847-863.
Hugo, W.B., dan Russell, A.D., 1998, Pharmaceutical Microbiology, sixth edition, Blackwell
Science, Oxford.
Naczk, M., T. Nichols, D. Pink, and F. Sosulski, 1994. Condensed tannins in canola hulls. J.
Agric. Food Chem. 42: 2196-2200.
Smith A. H., J.A. Imlay, and R.I. Mackie (2003). Increasing the oxidative stress response
allows
Escherichia coli to overcome inhibitory effect of condensed tannins. Appl. and Environ.
Microb. 69 (6): 3406-3411.
Van Steenis, 2002, ,.................
LAMPIRAN
Pengambilan Getah Buah Pepaya Pengambilan Getah Buah Pepaya
Hasil Uji DMSO pada Bakteri Hasil Uji DMSO pada Bakteri E. coli
Hasil Uji Ekstrak Getah Buah Pepaya Hasil Uji Ekstrak Buah Pepaya
Hasil Uji Saponin, Negatif Hasil Uji Sterol dan Triterpen, Positif