Disusun Oleh :
Kelompok: 2/ PIAUD 4A
i
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan..............................................................................................1
Bab II Pembahasan.............................................................................................3
A. Simpulan....................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
Daftar Pustaka.....................................................................................................14
ii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
1
kelas dituntut untuk dapat memahami serta menguasai berbagai pendekatan
tersebut.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Pendekatan dalam Manajemen Pengelolaan Kelas?
2. Pendekatan Intimidasi dalam Manajemen Pengelolaan Kelas?
3. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Intimidasi dalam
Manajemen Pengelolaan Kelas?
4. Bagaimana Pendekatan Otoriter dalam Manajemen Pengelolaan Kelas?
5. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Otoriter dalam
Manajemen Pengelolaan Kelas?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendekatan dalam Manajemen Pengelolaan
Kelas.
2. Pendekatan Intimidasi dalam Manajemen Pengelolaan Kelas.
3. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Intimidasi
dalam Manajemen Pengelolaan Kelas.
4. Untuk Mengetahui Pendekatan Otoriter dalam Manajemen Pengelolaan
Kelas.
5. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Otoriter dalam
Manajemen Pengelolaan Kelas.
3
Bab II
Pembahasan
4
guru mengajar. Kemampuan guru dalam mengelola kelas termasuk salah satu dari
perwujudan kompetensi pedagogik. Keterampilan pertama yang harus dikuasai
oleh guru untuk mengelola kelas adalah keterampilan dalam memahami,
memilih, dan menggunakan berbagai pendekatan dalam manajemen kelas.
5
Ancaman berasal dari kata ancam, kata kerjanya adalah ancaman. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengancam diartikan sebagai menyatakan
maksud, niat, rencana untuk melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan,
menyusahkan, dan mencelakakan pihak lain serta memberikan pertanda atau
peringatan kemungkinan malapetaka atau akibat yang dapat terjadi. Sementara
ancaman berarti perbuatan mengancam. Jadi, dalam konteks manajemen kelas,
pendekatan ancaman dapat didefinisikan sebagai cara pandang guru bahwa
perbuatan mengancam dapat dijadikan sebagai metode atau cara untuk
menciptakan kelas yang kondusif (Novan. 2014: 107).
Pendekatan ancaman ini dapat digunakan oleh guru jika kondisi kelas
benar-benar sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Jika guru masih mampu
mengendalikan kondisi kelas dengan pendekatan lain, sebaiknya guru tidak
menggunakan pendekatan ancaman ini.
Memang benar, diakui ataupun tidak ancaman dapat digunakan oleh guru
untuk mengendalikan kelas. Tetapi sebagai sebuh perbuatan yang berstigma
negative, sebaiknya penggunaan ancaman dihindari, baik berupa ancaman fisik
seperti memukul, mencubit, menjewer, dan lain sebagainya maupun berupa
ancaman psikis seperti, menggeretak, memberi nilai rendah, mengeluarkan
peserta didik dari kelas, dan sebagainya. Tentu saja ancaman seperti itu dapat
melukai fisik dan juga psikis peserta didik. Bahkan, biasanya semakin sering
seorang guru mengancam pesertadidiknya, semakin sering pula si peserta didik
akan mengulangi kesalahan-kesalahannya.
6
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas juga
sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Tetapi dalam
mengontrol tingkah laku peserta didik dilakukan dengan cara memberikan
ancaman, misalnya, melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa. Ancaman disini
sepatutnya tidak dilakukan sesering mungkin dan hanya diterapkan manakala
kondisi kelas sudah benar-benar tidak dapat dikendalikan. Selama guru masih
mampu melakukan pendekatan lain di luar ancaman, maka akan lebih baik jika
pendekatan dengan ancaman ini ditangguhkan. Namun satu hal yang harus
diingat, pendekatan ancaman harus dilakukan dalam taraf kewajaran dan
diusahakan untuk tidak melukai perasaan peserta didik.
7
b. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah
tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru
dan peserta didik.
c. Siswa merasa dikucilkan dan takut terhadap guru, pendekatan ini tidak
berlaku untuk situasi kelas yang ricuh atau ramai keseluruhan karena
bersifat individu.
D. Pendekatan Otoriter dalam Manajemen Pengelolaan Kelas
Dua sifat manusia dalam kehidupan selalu menjadi warna dalam kelas.
Apatis dan agresif, pengawasan dan ketaatan, pengarahan dan pelaksanaan.
Kesemuanya itu jikalau dikelola dengan produktif akan menjadi bagian yang
8
positif dalam mengaktifkan keberadaan kelas. Aktivitas pembelajaran menuntut
kehadiran seorang guru secara maksimal. Jikalau ini berkurang, maka aktivitas
pembelajaran akan menurun dengan ketiadaan pembimbing. Secara individual dan
kelompok sikap siswa yang apatis dan agersif dapat dikendalikan untuk menjadi
bagian dari pembelajaran. Guru dapat saja menggunakannya secara produktif
sehingga akan menjadi bagian penting dari proses yang berlangsung.
9
Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer mengungkapkan bahwa
pemberian penghargaan dan hukuman dapat membantu guru dalam membangun
iklim belajar yang kondusif di dalam kelas. Penghargaan yang di berikan oleh
guru terhadap peserta didiknya yang taat dan patuh terhadap aturan kelas akan
menambah minat atau rasa senang kepada aturan kelas sembari mengarahkan
perhatian menuju perilaku yang tidak sesuai dengan kelas.
10
dibuat sebelumnya. Berbagai peraturan itu ibaratnya adalah “penguasa” yang
wajib untuk ditaati. Oleh sebab itu, guru harus mampu melakukan pendekatan
yang baik kepada peserta didik melalui peraturan ini, dan bukan kemauannya
sendiri.
11
pengusiran, menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar,
mencemooh menertawakan atau menghukum seseorang di depan siswa lain,
memaksa siswa untuk meminta maaf, memaksa dengan tuntutan tenentu, atau
bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini termasuk
penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter kurang manusiawi.
12
adalah strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta
didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat.
13
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
14
Daftar Pustaka
Wiyani, Novan Ardy. 2014. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk
Menciptakan Kelas yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
15