Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Pendekatan Pengelolaan Kelas


Otoriter dan Intimidasi
Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pengelolaan Kelas
Tahun Ajaran 2019/2020.
Dosen Pengampu: Taufik Mustofa, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok: 2/ PIAUD 4A

1. Alipah Chaerani NPM


1810631130019
2. Dinda Aisah Putri Hidayat
NPM 1810631130017
3. Gita Dewi Rasari NPM 1810631130012
4. Siti Fitriasari NPM 1810631130050

Pendidikan Islam Anak Usia Dini


Fakultas Agama Islam
Universitas Singaperbangsa Karawang
Tahun 2020
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarakaatuh
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pendekatan Pengelolaan Kelas Otoriter dan Intimidasi”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah


Manajemen Pengelolaan Kelas tahun ajaran 2019-2020. Selain itu, kami berharap
makalah ini juga dapat berguna untuk kedepannya sebagai bahan bacaan dan
bahan ajar.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan


setinggi-tingginya kepada pihak yang telah memungkinkan tersusunnya makalah
ini. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Taufik Mustofa, S.Pd., M.Pd, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah


Manajemen Pengelolaan Kelas.
2. Seluruh anggota kelompok 2 Manajemen Pengelolaan Kelas yang senantiasa
bekerja sama dalam proses pembuatan makalah ini.
3. Teman-teman kelas PIAUD 4A yang senantiasa mendukung dalam proses
pembuatan makalah ini.
4. Semua pihak yang selalu mendukung dalam proses pembuatan dari awal
hingga akhir, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Selama ini, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah yang


kami buat masih jauh dari sempurna. Mengingat atas kemampuan yang kami
miliki, kami merasa masih terdapat kekurangan baik dari segi teknis maupun
materi, untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak kami harapkan demi
menyempurnakan makalah kami. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk berbagai pihak.

Karawang, Februari 2020

i
Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan..............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1


B. Perumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................2

Bab II Pembahasan.............................................................................................3

A. Pengertian Pendekatan dalam Manajemen Pengelolaan Kelas.................3


B. Pendekatan Intimidasi dalam Manajemen Pengelolaan Kelas..................4
C. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Intimidasi dalam
Manajemen Pengelolaan Kelas..................................................................6
D. Pendekatan Otoriter dalam Manajemen Pengelolaan Kelas......................7
E. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Otoriter dalam
Manajemen Pengelolaan Kelas..................................................................12

Bab III Penutup...................................................................................................13

A. Simpulan....................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13

Daftar Pustaka.....................................................................................................14

ii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah

Mengelola kelas merupakan kegiatan yang memiliki tingkat kesulitan dan


kemudahan masing-masing. Guru yang sudah berpengalaman maupun guru
pemula sering kali menemukan berbagai masalah terkait dengan pengelolaan
kelas. Wajar saja jika demikian, karena yang dihadapi oleh guru dalam mengelola
kelas bukan hanya sarana fisik, melainkan pula peserta didik yang
multikarakteristik.

Sarana fisik bisa dikelola, dipindahkan, digerakkan, dan digunakan


dengan mudah oleh guru karena mereka merupakan benda-benda mati.
Sementara peserta didik yang multikarakteristik bukanlah benda mati, melainkan
makhluk hidup yang memiliki pikiran, keinginan, atau kemauan yang tentu saja
masing-masing pikiran dan keinginan atau kemauan di antara mereka berbeda-
beda pula.

Perbedaan pemikiran dan keinginan atau kemauan pada masing-masing


peserta didik tersebut terkadang menjadi masalah tersendiri bagi seorang guru
dalam mengelola kelas. Tentunya masalah tersebut tidak dapat dihindari oleh
seorang guru, tidak mungkin pula seorang guru memaksakan kepada peserta
didiknya untuk memiliki pemikiran dan keinginan atau kemauan yang sama. Jadi,
dapat dikatakan bahwa permasalahan pokok dalam mengelola kelas tidak lain
dilakukan oleh guru untuk meningkatkan dan mempertahankan semangat peserta
didik dalam belajar baik secara klasikal maupun secara individu seklaigus untuk
membantu guru agar dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan
efektif. Hal itu penting untuk dilakukan agar tujuan kegiatan belajar-mengajar
dapat tercapai sesuai dengan sasaran yang diinginkan.

Untuk itulah diperlukan berbagai langkah pendekatan yang tepat dalam


kegiatan manajemen pengelolaan kelas dan setiap guru sebagai seorang manajer

1
kelas dituntut untuk dapat memahami serta menguasai berbagai pendekatan
tersebut.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Pendekatan dalam Manajemen Pengelolaan Kelas?
2. Pendekatan Intimidasi dalam Manajemen Pengelolaan Kelas?
3. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Intimidasi dalam
Manajemen Pengelolaan Kelas?
4. Bagaimana Pendekatan Otoriter dalam Manajemen Pengelolaan Kelas?
5. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Otoriter dalam
Manajemen Pengelolaan Kelas?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendekatan dalam Manajemen Pengelolaan
Kelas.
2. Pendekatan Intimidasi dalam Manajemen Pengelolaan Kelas.
3. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Intimidasi
dalam Manajemen Pengelolaan Kelas.
4. Untuk Mengetahui Pendekatan Otoriter dalam Manajemen Pengelolaan
Kelas.
5. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Otoriter dalam
Manajemen Pengelolaan Kelas.

3
Bab II

Pembahasan

A. Pengertian Pendekatan dalam Manajemen Pengelolaan Kelas

Kata pendekatan sering disinonimkan dengan kata approach yang berasal


dari bahasa Inggris. Pendekatan sendiri secara bahasa berasal dari kata dekat
yang berarti pendek, tidak jauh, hampir, akrab, dan menjelang. Sementara
pendekatan secara bahasa dapat diartikan sebagai proses atau cara perbuatan
mendekati. Memang secara bahasa, pendekatan merupakan proses atau cara
perbuatan mendekati.

Tetapi secara istilah, pendekatan bersifat aksiomatis dan menyatakan


suatu pendirian, filsafat, keyakinan, atau paradigma terhadap subject matter. Jadi,
pada dasarnya dapat dikatakan bahwa pendekatan merupakan cara pandang
seseorang terhadap suatu subjek.

Dari deskripsi di atas, pendekatan dalam manajemen kelas dapat diartikan


sebagai cara pandang seorang guru dalam kegiatan pengelolaan kelas. Cara
pandang tersebut kemudian menjadi semacam guideline bagi seorang guru dalam
mengelola kelas.

Guru sebagai pekerja profesional sesuai dengan Undang-Undang Guru


dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 diwajibkan untuk memiliki seperangkat
kompetensi, antara lain kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
profesional, dan kompetensi pedagogik.

Kompetensi kepribadian berhubungan dengan bagaimana akhlak,


kedewasaan, dan kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi
sosial berhubungan dengan bagaimana kemampuan seorang guru dalam menjalin
hubungan dengan peserta didik, wali peserta didik, teman sejawatnya, dan juga
masyarakat. Sementara kompetensi profesional berhubungan dengan kemampuan
guru terhadap penguasaan materi pelajaran yang diampunya. Sementara itu,
kompetensi pedagogik berhubungan dengan cara atau metodologi bagaimana

4
guru mengajar. Kemampuan guru dalam mengelola kelas termasuk salah satu dari
perwujudan kompetensi pedagogik. Keterampilan pertama yang harus dikuasai
oleh guru untuk mengelola kelas adalah keterampilan dalam memahami,
memilih, dan menggunakan berbagai pendekatan dalam manajemen kelas.

B. Pendekatan Intimidasi dalam Manajemen Pengelolaan Kelas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia intimidasi merupakan tindakan


menakut-nakuti (terutama untuk memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu);
gertakan; ancaman. Mengintimidasi merupakan tindakan menakut-nakuti;
menggertak; meng-ancam: alat negara tidak dibenarkan.

Pendekatan Intimidasi Menurut Suyanto disebut dengan Pendekatan Tidak Tetap.

Termasuk dalam pendekatan ini adalah penghukuman dan pengancaman,


pengalihan atau pembiaran, serta penguasaan atau penekanan. Pendekatan ini jika
dilaksanakan tidaklah efektif dan hasilnya merupakan pemecahan masalah
sementara yang diikuti oleh timbulnya masalah-masalah yang lebih rumit.
Pendekatan ini baru menjangkau gejala-gejala yang menyertai masalah, belum
menjangkau inti permasalahan yang ada.

Pendekatan Intimidasi dalam Erwin (2018: 32) disebut dengan


Pendekatan Ancaman.

Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas adalah sebagai suatu proses


untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Namun, kontrol tingkah laku
peserta didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang,
ejekan, sindiran, dan memaksa. Pendekatan ini sebisa mungkin tidak digunakan
oleh guru dalam pengelolaan kelas. Pemberian ancaman, larangan, ejekan,
sindiran, dan paksaan justru akan membuat peserta didik merasa tidak nyaman
karena terkekang. Hal tersebut dapat berakibat peserta didik tidak memiliki
kreativitas, inovasi, bahkan tidak memiliki keberanian untuk bereksplorasi
mengembangkan rasa ingin tahunya. Mereka mengikutikegiatan pembelajaran di
kelas karena terpaksa dan merasa takut mendapat hukuman.

5
Ancaman berasal dari kata ancam, kata kerjanya adalah ancaman. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengancam diartikan sebagai menyatakan
maksud, niat, rencana untuk melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan,
menyusahkan, dan mencelakakan pihak lain serta memberikan pertanda atau
peringatan kemungkinan malapetaka atau akibat yang dapat terjadi. Sementara
ancaman berarti perbuatan mengancam. Jadi, dalam konteks manajemen kelas,
pendekatan ancaman dapat didefinisikan sebagai cara pandang guru bahwa
perbuatan mengancam dapat dijadikan sebagai metode atau cara untuk
menciptakan kelas yang kondusif (Novan. 2014: 107).

Pendekatan ancaman ini dapat digunakan oleh guru jika kondisi kelas
benar-benar sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Jika guru masih mampu
mengendalikan kondisi kelas dengan pendekatan lain, sebaiknya guru tidak
menggunakan pendekatan ancaman ini.

Memang benar, diakui ataupun tidak ancaman dapat digunakan oleh guru
untuk mengendalikan kelas. Tetapi sebagai sebuh perbuatan yang berstigma
negative, sebaiknya penggunaan ancaman dihindari, baik berupa ancaman fisik
seperti memukul, mencubit, menjewer, dan lain sebagainya maupun berupa
ancaman psikis seperti, menggeretak, memberi nilai rendah, mengeluarkan
peserta didik dari kelas, dan sebagainya. Tentu saja ancaman seperti itu dapat
melukai fisik dan juga psikis peserta didik. Bahkan, biasanya semakin sering
seorang guru mengancam pesertadidiknya, semakin sering pula si peserta didik
akan mengulangi kesalahan-kesalahannya.

Jika memang seorang guru dengan terpaksa melakukan pendekatan


ancaman kepada peserta didiknya yang berprilaku kurang sesuai dengan yang
harapkan, ancaman tersebut harus dilakukan secara wajar dan jangan sampai
melukai hati peserta didik. Guru dapat memberikan ancaman yang mendidik,
seperti memberikan tugas belajar tambahan dan memberikan tugas-tugas lainnya
seperti membersihkan kelas, merapihkan buku dirak sudut baca, dan lain
sebagainya (Novan, 2014: 108).

6
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas juga
sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Tetapi dalam
mengontrol tingkah laku peserta didik dilakukan dengan cara memberikan
ancaman, misalnya, melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa. Ancaman disini
sepatutnya tidak dilakukan sesering mungkin dan hanya diterapkan manakala
kondisi kelas sudah benar-benar tidak dapat dikendalikan. Selama guru masih
mampu melakukan pendekatan lain di luar ancaman, maka akan lebih baik jika
pendekatan dengan ancaman ini ditangguhkan. Namun satu hal yang harus
diingat, pendekatan ancaman harus dilakukan dalam taraf kewajaran dan
diusahakan untuk tidak melukai perasaan peserta didik.

Guru mungkin perlu memberi ancaman seperti penangguhan nilai,


pemberian tugas tambahan, serta memberikan tugas-tugas lain yang sifatnya
mendidik bagi mereka. Ancaman dalam bentuk intimidasi yang berlebihan,
seperti mengejek, membanding-bandingkan, memukul dan memaksa, sebaiknya
difikirkan ulang sebelum diterapkan. Sebab ancaman seperti itu sangat mungkin
dapat melukai perasaan peserta didik serta menyebabkan mereka semakin
bertindak represif di dalam kelas. Sindiran halus juga dapat dilakukan oleh guru
terhadap peserta didik yang kurang menaati aturan.

C. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Intimidasi dalam Manajemen


Pengelolaan Kelas
1. Kelebihan pendekatan intimidasi
a. Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan
menggunakan teguran keras.
b. Perlakuan yang menggunakan pendekatan ini akan menjadikan siswa
tidak mengulangi perbuatannya lagi (siswa akan merasa jera) dan
sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
2. Kelemahan pendekatan intimidasi
a. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara
sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya, bukan
masalahnya itu sendiri.

7
b. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah
tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru
dan peserta didik.
c. Siswa merasa dikucilkan dan takut terhadap guru, pendekatan ini tidak
berlaku untuk situasi kelas yang ricuh atau ramai keseluruhan karena
bersifat individu.
D. Pendekatan Otoriter dalam Manajemen Pengelolaan Kelas

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia Otoriter /otoritér merupakan


tindakan berkuasa sendiri; sewenang-wenang.

Pendekatan Otoriter (Authority Approach) Menurut Weber

Pendekatan otoriter memandang bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan


guru untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Dalam hal ini, guru berperan
menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara
ketat. Adanya sanksi di setiap pelanggaran yang terjadi merupakan salah satu
cara untuk mendisiplinkan peserta didik. Tata tertib dalam kelas membuat peserta
didik harus taat dan mematuhinya. Jika melanggar maka secara otomatis akan
mendapatkan sanksi.

Pendekatan Otoriter dalam Erwin (2018: 30) disebut dengan Pendekatan


Kekuasaan

Pendekatan kekuasaan berarti guru menciptakan dan mempertahankan


situasi disiplin di dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut
peserta didik untuk menaatinya. Di dalam kelas, ada kekuasaan dan norma yang
mengikat untuk ditaati anggota kelas. Pendekatan ini mirip dengan pendekatan
otoriter yang dinyatakan oleh Weber.

Model Otoriter dalam Ismail (2018: 114) menyatakan bahwa:

Dua sifat manusia dalam kehidupan selalu menjadi warna dalam kelas.
Apatis dan agresif, pengawasan dan ketaatan, pengarahan dan pelaksanaan.
Kesemuanya itu jikalau dikelola dengan produktif akan menjadi bagian yang

8
positif dalam mengaktifkan keberadaan kelas. Aktivitas pembelajaran menuntut
kehadiran seorang guru secara maksimal. Jikalau ini berkurang, maka aktivitas
pembelajaran akan menurun dengan ketiadaan pembimbing. Secara individual dan
kelompok sikap siswa yang apatis dan agersif dapat dikendalikan untuk menjadi
bagian dari pembelajaran. Guru dapat saja menggunakannya secara produktif
sehingga akan menjadi bagian penting dari proses yang berlangsung.

Pendekatan Kekuasaan dalam Novan (2014: 105)

Kekuasaan berasal dari kata kuasa yang berarti kemampuan atau


kesanggupan, kekuatan, wewenang atas sesuatu atau untuk menentukan,
pengaruh, mampu, kesanggupan, dan orang yang diserahi wewenang. Sementara
kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyuruh, memerintah,
mengatur, menguasai, dan sebagainya.

Dalam konteks manajemen kelas, kekuasaan tersebut terwujud melalui


kemampuan guru dalam mengatur peserta didik untuk taat dan patuh terhadap
norma atau aturan-aturan yang terdapat didalam kelas. Tujuan utamanya adalah
untuk mendisiplinkan peserta didik di dalam kelas. Jadi, pendekatan kekuasaan
dapat diartikan sebagai cara pandang guru yang meyakini bahwa kelas yang
kondusif dapat dibentuk melalui berbagai upaya penegakan aturan-aturan didalam
kelas yang dapat menjadikan peserta didiknya memiliki kedisiplinan diri.

Dalam penerapan pendekatan kekuasaan ini guru sebagai seorang manajer


kelas memiliki dua peran. Pertama, berperan sebagai pengontrol (controller).
Kedua, berperan sebagai pembimbing (konselor) perilaku peserta didik di dalam
kelas. Sebagai pengontrol, guru memiliki kekuasaan untuk melakukan
pengawasan terhadap perilaku peserta didik di dalam kelas. Jika peserta didik
berprilaku sesuai dengan aturan-aturan di kelas, guru berkuasa untuk memberikan
penghargaan (reward) kepadanya. Tetapi sebaliknya, jika guru mendapati ada
perilaku peserta didik yang melanggar aturan-aturan kelas, dengan kekuasaannya
guru dapat membimbingnya agar si peserta didik tidak mengulanginya lagi. Guru
dengan kekuasaannya dapat memberikan hukuman (punishment) kepadanya.

9
Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer mengungkapkan bahwa
pemberian penghargaan dan hukuman dapat membantu guru dalam membangun
iklim belajar yang kondusif di dalam kelas. Penghargaan yang di berikan oleh
guru terhadap peserta didiknya yang taat dan patuh terhadap aturan kelas akan
menambah minat atau rasa senang kepada aturan kelas sembari mengarahkan
perhatian menuju perilaku yang tidak sesuai dengan kelas.

Sebaiknya dalam memberikan penghargaan, guru menghindari pemberian


penghargaan dalam bentuk materi seperti uang, permen, kue, dan lainnya., tetapi
berupa pengakuan seperti menganugrahkan sebuah sertifikat bagi peserta didik
yang berperilaku baik kemudian mengucapkan penghargaan tersebut secara lisan.

Penghargaan dapat diberikan secara mingguan atau bulanan seperti


menggunakan sistem seperti “superstar minggu ini”, “daftar kehormatan kelas”,
dan lain sebagainya. Dalam pemberian pengharagaan, pastikan juga guru
menjelaskan dasar pemberian penghargaan tersebut, seperti kehadiran, prestasi,
peningkatan kerja, tindakanyang baik serta kewarganegaraan yang baik.
Kemudian, guru dengan kekuasaannya juga dapat menghukum seorang peserta
didik yang secara kronis perilakunya menimbulkan berbagai gangguan dalam
kegiatan belajar di kelas. Pada dasarnya pemberian penghargaan dan hukuman
kepada peserta didik oleh guru dilakukan untuk mendisiplinkan peserta didiknya
(Novan, 2014: 107).

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah


laku peserta didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan
situasi disiplin kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada peserta
didik untuk menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat
untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru
mendekatinya.

Di dalam kegiatan pembelajaran, factor kedisiplinan adalah kekuatan


utama untuk dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, karena itu guru
perlu menekankan pentingnya peserta didik untuk menaati peraturan yang telah

10
dibuat sebelumnya. Berbagai peraturan itu ibaratnya adalah “penguasa” yang
wajib untuk ditaati. Oleh sebab itu, guru harus mampu melakukan pendekatan
yang baik kepada peserta didik melalui peraturan ini, dan bukan kemauannya
sendiri.

Alangkah lebih baik jika sebelum memulai mengajar, guru membuat


kesepakatan-kesepakatan dengan peserta didik mengenai keharusan untuk menaati
aturan. Namun, tak hanya peserta didik, guru juga harus konsisten mengikuti
segala peraturan yang ditetapkan agar tidak timbul kecemburuan diantara para
peserta didik.

Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan


kelas, maka perlu adanya pendekatan:

1. Perintah dan Larangan

Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar


generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu. Seorang guru yang
melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif, namun jangkauannya
hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja,
sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang
dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat.

2. Penekanan dan Penguasaan

Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan


pada diri guru, banyak memerintah, mengomel dan memarahi. Bila dalam
menghadapi masalah pengelolaan kelas menggunakan pendekatan
penguasaan dan penekanan, maka memungkinkan siswa untuk diam, tertib
karena takut dan tertekan hatinya. Meskipun demikian, namun pendekatan ini
kurang tepat karena kurang toleransi, dan kurang bijaksana.

3. Penghukuman dan Pengancaman

Pendekatan penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah


laku antara lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan

11
pengusiran, menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar,
mencemooh menertawakan atau menghukum seseorang di depan siswa lain,
memaksa siswa untuk meminta maaf, memaksa dengan tuntutan tenentu, atau
bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini termasuk
penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter kurang manusiawi.

Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan


dalam memanajemeni kelas, yaitu:

1. Menciptakan dan menegakkan peraturan

Kegiatan yang dilakukan guru yaitu menggariskan pembatasan-


pembatasan dengan memberitahukan kepada siswa tentang apa yang
diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, maksud
peraturan ini adalah menuntun dan membatasi perilaku siswa.

2. Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan

adalah strategi guru dalam mengendalikan perilaku peserta didik agar


peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru.

3. Menggunakan teguran ramah

adalah strategi memanajemeni kelas yang digunakan guru memarahi


peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan
cara lemah lembut. Strategi yang digunakan yaitu dengan cara menegur siswa
yang berperilaku tidak sesuai dan yang melanggar peraturan dengan cara
lemah lembut. Teguran ini dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal
dengan maksud untuk memberitahukan bukan menuduh.

4. Menggunakan pengendalian dengan mendekati

Guru bergerak mendekati siswa yang berperilaku menyimpang atau


cenderung menyimpang. Tujuannya adalah untuk mencegah berkembangnya
situasi yang mengacaukan.

5. Menggunakan pemisahan dan pengucilan

12
adalah strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta
didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat.

E. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Otoriter dalam Manajemen


Pengelolaan Kelas
1. Kelebihan pendekatan otoriter :
a. Terciptanya suatu disiplin tinggi dalam bentuk peraturan atau norma-
norma yang harus ditaati sehingga terciptanya suatu ketertiban di
kelas.
b. Pemeliharaan tata tertib dan menjaga atau mengawasi peraturan-
peraturan didalam kelas dipatuhi oleh siswa.
c. Siswa harus mematuhi dan mengikuti peraturan-peraturan kelas yang
telah ditetapkan baik oleh sekolah maupun oleh kelas.
2. Kelemahan pendekatan otoriter
1. Umumnya guru yang menganut pendekatan otoriter menganggap apa
yang ia katakan atau ajarkan adalah benar.
2. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan dan
mengembangkan ide atau buah pikirannya.
3. Siswa dikekang didalam mengembangkan sifat dan potensi kreatif,
kritis, dinamis dan potensi yang tersedia didalam diri siswa.

13
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha guru untuk menciptakan


suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif agar tercapai kondisi yang
optimal sesuai dengan yang diharapkan dan mengendalikannya apabila terjadi
gangguan dalam pembelajaran. Dengan kata lain pengelolaan kelas merupakan
kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pembelajaran. Adapun pendekatan
dalam pengelolaan kelas agar pembelajaran menjadi efektif meliputi: pendekatan
kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep,
pendekatan pembelajaran, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan
suasana emosi dan hubungan sosial, pendekatan proses kelompok dan pendekatan
elektis atau pluralistik.

B. Saran

Dalam pelaksanaan manajemen kelas tentunya banyak cara atau


pendekatan yang dilakkukan yang kemudian diharapkan sistem manajemen kelas
agar lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu, seorang guru harus pandai-pandai dalam
memilih dan melaksanakan pendekatan yang ada agar sesuai dengan situasi dan
kondisi kelas.

14
Daftar Pustaka

Wekke, Ismail Suardi. 2018. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah. Cet.1.


Yogyakarta: Deepublish

Widiasworo, Erwin. 2018. Cerdas Pengelolaan Kelas. Ed. Daw. Cet.1.


Yogyakarta: DIVA Press

Wiyani, Novan Ardy. 2014. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk
Menciptakan Kelas yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Zahroh, Lailatu. 2015. “Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas”. Jurnal Tasyri’.


Vol. 22 (2). Hlm. 175-189

15

Anda mungkin juga menyukai