Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama dari dasar negara Indonesia berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila
tersebut merupakan sila yang paling mendasar dan sangat berkaitan bagi sila-sila lainnya.
Masalah ketuhanan dan kepercayaan seseorang tidak dapat diganggu gugat karena merupakan
hal yang paling hakiki yang dimiliki manusia.
Ketuhanan dan kepercayaan adalah sesuatu yang sangat sakral dan memiliki makna yang
sangat mendalam. Setiap manusia pasti memiliki kepercayaannya masing-masing, yang jika
dia memiliki iman atau keyakinan yang kuat atas apa yang dipercayainya maka akan tetap ia
pertahankan apa pun yang terjadi. Sehingga, tidak pantas jika mengganggu atau mengusik
kepercayaan orang lain. Dengan adanya sikap saling menghormati dan menghargai
kepercayaan masing-masing tersebut, maka akan tercipta kedamaian dan ketenteraman.
Sebagai ajaran filsafat, Pancasila mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan
hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang
Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan yang kemudian juga dijadikan
fundamental kenegaraan yaitu negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila pertama, yakni “Ketuhanan yang Maha Esa” mengandung pengertian bahwa bangsa
Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan ibadah yang
sesuai dengan ajaran agamanya. Sila pertama ini juga mengajak manusia Indonesia untuk
mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang antar sesama manusia Indonesia,
antarbangsa, maupun dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Dengan demikian, di
dalam jiwa bangsa Indonesia akan timbul rasa saling menyayangi, saling menghargai, dan
saling mengayomi.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi menjiwai kempat sila laainya
.dalam sila Ketehuhanan Yang Maha Esa terkandug nilai bahwa Negara yang didirikan
adalah Negara yang berlandaskan perwujudan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa . oleh karna sebagai Negara yang berlandaskan dasar ketuhanan maka dalam
pelaksanaan ,penyelenggaran Negara ,hukum dan perundang-undangan Negara ,politik
Negara ,pemerintahan Negara, kebebasaan dan hak asasi manusia harus dijawai atau
sejalanan denagn nilai –nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama antara lain sebagai berikut.
1. Keyakinan terhadap adanya Tuhan yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang Maha
Sempurna.
2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara menjalankan semua
perintah-Nya, dan sekaligus menjauhi segala larangan-Nya.
3. Saling menghormati dan toleransi antara pemeluk agama yang berbeda-beda.
4. Kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

Butir-butir Pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima
asas dalam Pancasila menjadi 45 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan
Pancasila. Ketetapan ini kemudian dicabut dan diganti dengan Tap MPR no. I/MPR/2003
yaitu .
1. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
2. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
4. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
6. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam kehidupan
beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan. Setelah ketetapan ini dicabut, tidak
pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam
keseharian warga Indonesia.
Manusia selain merupakan makhluk ciptaan Tuhan juga merupakan makhluk sosial,
yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia
perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.
Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing di
mana pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak
terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan
sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama yang
berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran.

Nilai-nilai Etis Ketuhanan Yang Maha Esa


Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia. Nilai pertama adalah ketuhanan. Secara hierarki, nilai ini dapat dikatakan sebagai
nilai tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan lainnya
diturunkan dari nilai ketuhanan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan
dengan nilai, kaidah dan hukum Tuhan.
Pandangan tersebut demikian secara empiris dapat dibuktikan bahwa setiap perbuatan
yang melanggar nilai, kaidah dan hukum Tuhan, baik yang berkaitan dengan hubungan antara
manusia maupun alam pasti akan berdampak buruk. Seperti contoh apabila terdapat
pelanggaran terhadap kaidah Tuhan tentang menjalin hubungan kasih sayang antar sesama
maka akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Kemudian apabila terdapat pelanggaran
kaidah Tuhan dalam melestarikan alam maka akan menghasilkan bencana alam.
Melihat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila khususnya nilai ketuhanan, maka
Pancasila dapat menjadi sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya
bersifat mendasar namun juga realistis dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan berbudaya.
Apabila dalam kajian aksiologi dikatakan bahwa keberadaan nilai mendahului fakta, maka
nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai ideal yang sudah ada dalam cita-cita bangsa
Indonesia yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Dalam istilah Notonagoro, nilai-nilai tersebut merupakan nilai bersifat abstrak umum dan
universal, yaitu nilai yang melingkupi realitas kemanusiaan dimanapun, kapanpun dan
merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai lain. Seperti contoh, nilai
ketuhanan akan menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi.

Anda mungkin juga menyukai