Anda di halaman 1dari 15

FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK

ATSIRI JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DENGAN


COCAMID DEA SEBAGAI SURFAKTAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :
DINIAH APRIYANI
K 100 090 130

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2013
ii
FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR MINYAK ATSIRI
JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DENGAN COCAMID DEA SEBAGAI
SURFAKTAN

FORMULATION OF LIQUID SOAP FROM ESSENTIAL OIL LIME (Citrus


aurantifolia) WITH COCAMIDE DEA AS SURFACTANT

Diniah Apriyani*, TN. Saifullah S.**, dan Peni Indrayudha*


*Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
**Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara Yogyakarta 55281

ABSTRAK
Citrus aurantifolia mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus yang merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi kulit.
Penambahan minyak atsiri jeruk nipis dalam sediaan sabun mandi cair sebagai
agen antibakteri dapat meningkatkan efektivitas sabun dalam fungsinya sebagai
pembersih kulit. Penambahan surfaktan cocamid DEA dapat memberikan
stabilitas busa yang baik pada sabun mandi cair. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat apakah sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan konsentrasi cocamid DEA yang
dapat memberikan stabilitas busa yang baik.
Sabun mandi cair dibuat sebanyak 5 formula yaitu formula I tanpa
penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA, formula II dengan
konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%, formula III dengan
konsentrasi 2,4%, formula IV dengan konsentrasi 3,2%, formula V dengan
konsentrasi 4%. Evaluasi sabun mandi meliputi organoleptik, berat jenis, pH,
kadar alkali bebas, stabilitas busa, cemaran mikroba, dan uji daya hambat bakteri
dengan metode difusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sabun mandi cair memiliki aroma
jeruk nipis, pH sesuai dengan pH kulit, tidak ada kadar alkali bebas, dan tidak ada
cemaran mikroba. Aktivitas antibakteri terbesar dengan zona hambat 28±1,80 mm
adalah formula V yaitu dengan penambahan minyak atsiri jeruk nipis sebesar 4%.
Konsentrasi cocamid DEA sebesar 1,6% pada formula II memberikan busa paling
stabil.

Kata kunci: Minyak Atsiri Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia), Staphylococcus


aureus, Sabun Mandi Cair.
ABSTRACT
Citrus aurantifolia has antibacterial activity againts Staphylococcus
aureus which is one of the bacteria that causes skin infections. The aim of this
study is to add lemon essential oil in the preparation of liquid soap as an
antibacterial agent to improve the effectiveness of the soap in its function as a

1
skin cleanser. This study aimed to determine if the liquid soap lemon essential oil
to inhibit the growth of bacteria Staphylococcus aureus and concentration of
cocamid DEA can provide good foam stability.
Liquid soap is made in 5 formula with the concentration of lemon essential
oil and cocamid DEA are 0, 1,6, 2,4, 3,2, and 4% for FI, FII, FIII, FIV, and FV
respectively. The evaluation of the liquid soap include organoleptic, specific
gravity, pH, levels of alkali free, foam stability, microbial contamination, and the
inhibition of against Staphylococcus aureus by diffusion method.
The result showed that the liquid soap has a scent of lime, pH according to
the pH of skin, there is no free alkali content, and no microbial contamination.
The greatest antibacterial activities with drag zone 28±1,80 mm was the by the
formula with the addition of lemon essential oil of 4%. Cocamide DEA
concentration of 1,6% in the formula II gives the most stable foam.

Key words: Essential Oil of Lime (Citrus aurantifolia), Staphylococcus aureus,


Liquid Soap Bath

PENDAHULUAN
Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri. Salah satu spesiesnya yaitu Citrus aurantifolia atau biasa dikenal dengan
nama jeruk nipis. Minyak atsiri jeruk nipis pada kadar 2% v/v mempunyai aktivitas
sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus (Hammer et al., 1999) yang
merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi kulit. Minyak atsiri kulit jeruk
secara luas dimanfaatkan dalam kosmetik khususnya dalam sediaan sabun.
Sabun merupakan bahan pembersih kulit yang sering digunakan untuk
keperluan sehari-hari, namun pembersihan dengan surfaktan yang keras seperti
surfaktan anionik dapat menyebabkan iritasi dan kulit kering. Surfaktan mengikat
kuat protein kulit menyebabkan kerusakan kulit dan iritasi (Mukherjee et al.,
2010). Oleh sebab itu, penggunaan cocamid DEA sebagai surfaktan nonionik
dalam sediaan sabun mandi diharapkan dapat mengurangi iritasi yang ditimbulkan
oleh surfaktan anionik (Noor & Nurdyastuti, 2009) dan berpengaruh pada
stabilitas busa yang dihasilkan.
Penelitian Hambali et al. (2002) menunjukkan bahwa stabilitas busa
tertinggi yang dihasilkan oleh sabun mandi padat diperoleh pada konsentrasi
cocamid DEA 3% sehingga pada penelitian ini dilakukan formulasi minyak atsiri
jeruk nipis dalam sediaan sabun mandi cair dengan menggunakan cocamid DEA

2
sebagai surfaktan antiiritasi dan pengaruhnya terhadap stabilitas busa yang
dihasilkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri
jeruk nipis terhadap Staphylococcus aureus setelah diformulasikan dalam sediaan
sabun mandi cair dan pengaruh peningkatan konsentrasi cocamid DEA terhadap
stabilitas busa yang dihasilkan.

METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan: minyak atsiri jeruk nipis (Lansida Herbal, Yogyakarta), asam
miristat, asam stearat, texapon N70, cocamid DEA, akua DM, gliserin, propilen
glikol (Brataco, Yogyakarta), KOH, Na2EDTA, asam sitrat 25%, media MH,
media PCA (Laboratorium Fakultas Farmasi, UMS)
Alat : Timbangan analitik Ohaus (Jerman), pH meter Lutron (Jerman),
piknometer, disolution tester ERWEKA IKA (Jerman), laminar air flow,
inkubator Memmert (Jerman), autoclave MY LIFE MA652 (Jerman), oven
BINDER (Jerman)
Jalannya Penelitian
Identifikasi buah jeruk nipis
Identifikasi buah jeruk nipis dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan cara
mencocokkan ciri-ciri buah jeruk nipis pada buku pustaka Flora of Java.
Destilasi minyak atsiri
Destilasi minyak atsiri dilakukan oleh Lansida Herbal Teknologi
Yogyakarta. Destilasi dilakukan dengan cara destilasi uap air.
Pengujian sifat fisik minyak atsiri
Pengujian sifat fisik minyak atsiri jeruk nipis dilakukan oleh LPPT I
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta meliputi uji indeks bias dan uji bobot jenis.

3
Pembuatan sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis
Prosedur pembuatan sabun meliputi pencampuran komponen (Tabel 1)
dengan tahapan sebagai berikut : ditimbang komponen 1 kemudian dimasukkan
dalam wadah tahan panas. Komponen 1 dipanaskan kemudian dimasukkan 50%
komponen 3, diaduk hingga larut. KOH dilarutkan pada aqua DM 4 mL,
kemudian dimasukkan ke dalam no.2, diaduk hingga rata. Dimasukkan sisa
komponen 3, diaduk hingga rata. Ditambahkan komponen 5. Dilakukan
pengukuran pH, ditambahkan asam sitrat. Disimpan dalam wadah tertutup.
Tabel 1. Formula sabun mandi cair dengan variasi konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
Bahan Satuan FI F II F III F IV FV
Komponen 1 Asam miristat g 3 3 3 3 3
Asam stearat g 3 3 3 3 3
Texapon N70 g 40 40 40 40 40
Cocamid DEA mL 0 2 3 4 5
Komponen 2 KOH g 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Aqua DM mL 4 4 4 4 4
Komponen 3 Aqua DM mL 100 100 100 100 100
Propilen glikol g 5 5 5 5 5
Gliserin g 10 10 10 10 10
EDTA Na g 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Komponen 4 Asam sitrat 25% mL 10 10 10 10 10
Komponen 5 Minyak atsiri jeruk nipis mL 0 2 3 4 5
Keterangan:
FI : cocamid DEA (0%), minyak atsiri jeruk nipis (0%)
FII : cocamid DEA (1,6 %), minyak atsiri jeruk nipis (1,6%)
FIII : cocamid DEA (2,4 %), minyak atsiri jeruk nipis (2,4%)
FIV : cocamid DEA (3,2 %), minyak atsiri jeruk nipis (3,2%)
FV : cocamid DEA (4%), minyak atsiri jeruk nipis (4%)

Evaluasi sediaan sabun mandi cair


Sediaan sabun mandi cair diuji organoleptik, pH, alkali bebas, bobot jenis,
cemaran mikroba (Angka lempeng total), uji aktivitas antibakteri, dan uji stabilitas
tinggi busa.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengamatan organoleptik
Tabel 2. Hasil pengamatan organoleptik sabun mandi cair
Pengamatan FI F II F III F IV FV
organoleptik
Bentuk Cair Cair Cair Cair Cair
Kejernihan Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih
Warna Putih Putih Putih Putih Putih
Bau Khas sabun Jeruk nipis Jeruk nipis Jeruk nipis Jeruk nipis
Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)

4
Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati secara visual sabun mandi
cair meliputi bentuk, kejernihan, dan warna (Tabel 2). Sediaan sabun mandi cair
tanpa penambahan minyak atsiri memiliki warna yang sama dengan sabun mandi
cair minyak atsiri jeruk nipis yang berwarna putih. Formula I yang tidak
mengandung minyak atsiri jeruk nipis memiliki bau khas sabun, sedangkan
formula II sampai IV yang mengandung minyak atsiri jeruk nipis memiliki bau
khas jeruk nipis.

Hasil pengamatan pH
Persyaratan pH sabun mandi cair menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI 1996) adalah berkisar antara 6-8. Formula I menunjukkan nilai pH paling
tinggi yaitu 7,53 sedangkan pada formula II dan formula III mengalami penurunan
pH dikarenakan penambahan minyak atsiri jeruk nipis (Gambar 1). Sabun mandi
cair formula V menghasilkan nilai pH yang paling asam yaitu 6,7, penurunan pH
ini disebabkan karena penambahan minyak atsiri jeruk nipis dengan konsentrasi
tertinggi yaitu 4%. Selain itu penurunan pH juga dapat disebabkan bahan-bahan
lain penyusun sabun yaitu gliserin dan asam sitrat yang bersifat asam (Rowe et al,
2009).

Gambar 1. Grafik perbandingan pH kelima formula sabun mandi cair

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)

Sabun cair formula IV terjadi peningkatan pH, hal ini mungkin disebabkan
karena cocamid DEA bersifat basa sehingga dengan penambahan cocamid DEA

5
4% menyebabkan kenaikan pH pada sabun mandi cair yang dihasilkan (Hambali
et al, 2002).
Peningkatan konsentrasi minyak atsiri berpengaruh signifikan terhadap
penurunan pH sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis dengan hasil nilai
signifikan 0,001 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa pH sabun
dengan penambahan minyak atsiri konsentrasi 1,6% tidak berbeda nyata dengan
penambahan minyak atsiri konsentrasi 2,4%. Sabun yang dibuat dengan
penambahan minyak atsiri konsentrasi 3,2% dan 4% memiliki nilai pH yang
berbeda nyata. Analisis Post Hoc test menunjukkan bahwa rata-rata pH sabun
dengan konsentrasi minyak atsiri 1,6% tidak berbeda nyata dengan sabun dengan
konsentrasi minyak atsiri 2,4%, namun sangat berbeda nyata pada konsentrasi
3,2% dan 4%.
Kadar alkali bebas
Sabun mandi cair dari formula I sampai formula V tidak terdapat adanya
alkali bebas (Tabel 3), sehingga sudah memenuhi SNI 1996. Hal ini dikarenakan
bahan utama dalam pembuatan sabun mandi cair ini adalah surfaktan anionik
yaitu Sodium Lauryl Sulfate, sehingga tidak diperlukan penambahan alkali dalam
jumlah berlebih pada proses penyabunan. Menurut Hambali et al. (2004)
kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih pada
pembuatan sabun.
Tabel 3. Kadar alkali bebas dan bobot jenis sabun mandi cair
Formula sabun Kadar alkali bebas Bobot jenis

FI 0% 1,037 ± 0,005
FII 0% 1,051 ±0,004
FIII 0% 1,040 ± 0,003
FIV 0% 1,037 ± 0,009
FV 0% 1,042 ± 0,003

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)

Adanya alkali dalam bentuk bebas menandakan kurangnya jumlah asam


lemak dalam formula sabun (Fachmi, 2008). Cocamid DEA yang ditambahkan
pada formula sabun mandi cair merupakan asam lemak yang dapat mengikat

6
alkali dalam bentuk bebas (Fiume, 1996), asam stearat dan asam miristat dalam
formula sabun juga merupakan asam lemak sehingga dapat mengikat kelebihan
alkali (Fachmi, 2008). Selain itu penambahan asam sitrat pada pembuatan sabun
dapat menetralkan kelebihan alkali (Nurhadi, 2012).

Bobot jenis (25°C)


Berdasarkan hasil pemeriksaan bobot jenis yang dilakukan (Tabel 3),
semua formula sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis memenuhi Standar
Nasional Indonesia untuk sediaan sabun cair, yaitu 1,01 – 1,10. Nilai bobot jenis
pada formula II meningkat, hal ini disebabkan karena minyak atsiri dan cocamid
DEA yang ditambahkan pada formula II. Namun pada formula III dan IV
mengalami penurunan, hal ini mungkin disebabkan pada saat pengujian bobot
jenis sabun menggunakan piknometer sampel sabun mudah membentuk
gelembung udara sehingga bobot sampel yang ditimbang akan menjadi berkurang
dan dapat mempengaruhi nilai bobot jenis yang dihasilkan.
Peningkatan konsentrasi minyak atsiri berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan bobot jenis sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis dengan hasil
nilai signifikan 0,017 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa bobot
jenis sabun berbeda signifikan pada penambahan minyak atsiri konsentrasi 1,6%.
Sabun yang dibuat dengan penambahan minyak atsiri konsentrasi 2,4%, 3,2%, dan
4% memiliki nilai bobot jenis yang tidak berbeda nyata. Analisis Post Hoc test
menunjukkan bahwa rata-rata bobot jenis sabun tanpa penambahan minyak atsiri
berbeda nyata dengan penambahan minyak atsiri 1,6%, namun tidak berbeda
nyata dengan penambahan minyak atsiri 2,4%, 3,2%, dan 4%.
Cemaran mikroba (Angka Lempeng Total)
Hasil pengujian angka lempeng total pada sabun mandi cair formula I
menunjukkan adanya kontaminasi mikroba, sedangkan pada sabun yang
ditambahkan minyak atsiri jeruk nipis (formula II-V) menunjukkan nilai negatif
(<10 koloni/gram) (Tabel 4). Hal ini berarti sabun yang dihasilkan telah
memenuhi standar mutu sabun cair SNI 1996, yaitu sabun telah bebas dari
kontaminasi mikroba. Formula sabun mandi cair pada penelitian ini terdapat zat

7
aktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, yaitu minyak atsiri
jeruk nipis sehingga dapat membantu mengurangi kontaminasi mikroba.
Tabel 4. Hasil uji cemaran mikroba (Angka lempeng total)

Pengenceran Jumlah bakteri / gram


FI FII FIII FIV FIV
10 - - - - -
100 - - - - -
1,000 300±0,58 - - - -
10,000 3,000±0,58 - - - -
100,000 100,000±0 - - - -
1,000,000 600,000±0,58 - - - -
Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)

Uji stabilitas tinggi busa


Gambar 2 menunjukkan bahwa formula I, III, IV, dan V mengalami
penurunan tinggi busa pada menit ke 10 sedangkan formula II dengan
penambahan cocamid DEA 1,6% memiliki busa yang cukup stabil hingga menit
ke 30, hal ini disebabkan karena penambahan cocamid DEA sebagai foam
stabilizer. Stabilitas busa dapat ditingkatkan dengan penambahan surfaktan dan
dietanolamida berfungsi menstabilkan busa dan dapat membuat sabun menjadi
lebih lembut (Williams & Schmitt (2002) cit Fachmi, 2008).

Gambar 2. Grafik perbandingan tinggi busa (cm) sabun mandi cair

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)

8
Sabun cair formula III, IV, dan V mengalami penurunan tinggi busa, hal
ini dapat disebabkan karena penambahan minyak atsiri jeruk nipis yang bersifat
asam. Cocamid DEA akan menjadi reaktif dan terhidrolisis pada konsentrasi asam
yang tinggi (Fiume, 1996). Menurut Piyali et al. (1999) cit Fachmi (2008),
keberadaan ion-ion logam (seperti Ca2+ dan Mg2+) dalam air dapat menurunkan
stabilitas busa.
Peningkatan konsentrasi cocamid DEA berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan stabilitas busa sabun mandi cair dengan hasil nilai signifikan 0,012
(signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa stabilitas busa sabun mandi
cair tanpa penambahan cocamid DEA tidak berbeda signifikan dengan
penambahan cocamid DEA konsentrasi 1,6% dan pada penambahan cocamid
DEA 2,4% tidak berbeda signifikan dengan penambahan cocamid DEA
konsentrasi 4%. Sabun yang dibuat dengan penambahan cocamid DEA
konsentrasi 3,2% memiliki stabilitas busa yang berbeda signifikan. Analisis Post
Hoc test menunjukkan bahwa rata-rata stabilitas busa sabun tanpa penambahan
cocamid DEA berbeda nyata dengan penambahan cocamid DEA 2,4% dan 4%,
namun tidak berbeda nyata dengan penambahan cocamid DEA 1,6% dan 3,2%.
Aktivitas antibakteri
Tabel 5. Hasil uji aktivitas antibakteri sabun mandi cair
Formula Kandungan minyak atsiri jeruk nipis Diameter zona hambat (mm)
(µl/ml)
I (kontrol negatif) 0 22,3 ± 0,29
II 0,002 23,7 ± 3,51
III 0,003 20,6 ± 1,16
IV 0,004 22 ± 1,73
V 0,005 28 ± 1,80
Kontrol positif 100 30

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
Kontrol positif : minyak atsiri jeruk nipis 100µl

Minyak atsiri jeruk nipis memiliki aktivitas antibakteri setelah


diformulasikan ke dalam bentuk sediaan sabun mandi cair. Zona hambat sabun
mandi cair minyak atsiri jeruk nipis terbesar ditunjukkan pada formula V sebesar
28 mm (Tabel 5). Formula I sebagai kontrol negatif juga didapatkan hasil dapat

9
menghambat bakteri Staphylococcus aureus, ini dikarenakan bahwa pada formula
sabun mandi cair terdapat sodium lauryl sulfate yang memiliki fungsi sebagai
bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif, selain itu juga terdapat gliserin dan
propilen glikol yang juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Rowe et al,
2009).
Peningkatan konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis berpengaruh signifikan
terhadap zona hambat yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dengan hasil
nilai signifikan 0,010 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa zona
hambat sabun mandi cair dengan penambahan minyak atsiri 4% memiliki
pengaruh yang nyata. Zona hambat yang dihasilkan pada penambahan minyak
atsiri 1,6%, 2,4%, dan 3,2% tidak berpengaruh nyata. Analisis Post Hoc test
menunjukkan bahwa rata-rata zona hambat sabun tanpa penambahan minyak atsiri
tidak berbeda nyata dengan penambahan minyak atsiri 1,6%, 2,4%, dan 3,2%,
namun berbeda nyata dengan penambahan minyak atsiri 4% .
Uji panelis

Gambar 3. Grafik nilai kesukaan panelis terhadap sabun mandi cair

Keterangan:
Nilai 1 = tidak suka
Nilai 2 = kurang suka
Nilai 3 = cukup
Nilai 4 = suka
Nilai 5 = sangat suka

Hasil rata-rata nilai kesukaan 20 panelis menunjukkan bahwa konsumen


memberi nilai kesukaan tertinggi pada aroma sabun mandi cair minyak atsiri jeruk
nipis dengan nilai 3,8 nilai ini mengartikan bahwa panelis cukup menyukai aroma
sabun mandi cair (Gambar 3). Parameter kekentalan yang didapatkan memiliki
nilai rata-rata 2,7 yang menunjukkan bahwa panelis kurang menyukai kekentalan

10
sabun mandi cair. Penilaian kesan kesat mendapatkan nilai rata-rata panelis
sebesar 3,1.
Penilaian kesan lembab setelah pemakaian perlu dilakukan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan sabun mandi terhadap kelembaban kulit, kesan
lembab mendapatkan nilai rata-rata cukup baik yaitu 3,4. Penilaian kesukaan
terhadap kesegaran kulit mengindikasikan kemampuan sabun dalam mengangkat
kotoran dan sisa-sisa kulit yang mati, sehingga membuat kulit bersih dan terasa
segar. Nilai kesukaan panelis terhadap kesegaran yaitu 3,5, menunjukkan bahwa
sabun mandi cair dapat memberikan kesegaran pada kulit panelis.
Uji Stabilitas Sediaan
Tabel 7. Hasil uji stabilitas fisik organoleptik sabun mandi cair selama 8 minggu penyimpanan
Formula Pengamatan Lama pengamatan
organoleptik Minggu ke-0 Minggu ke-8
I Bentuk Cair -
Warna Putih -
Kejernihan Tidak jernih -
Bau Khas sabun -
II Bentuk Cair -
Warna Putih -
Kejernihan Tidak jernih -
Bau Jeruk nipis -
III Bentuk Cair -
Warna Putih -
Kejernihan Tidak jernih -
Bau Jeruk nipis -
IV Bentuk Cair -
Warna Putih -
Kejernihan Tidak jernih -
Bau Jeruk nipis -
V Bentuk Cair -
Warna Putih -
Kejernihan Tidak jernih -
Bau Jeruk nipis -

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
- : tidak ada perubahan

Pengamatan stabilitas dilakukan setelah 8 minggu penyimpanan pada suhu


kamar (28-30°C) dengan melakukan pengamatan stabilitas organoleptik sabun
mandi cair. Hasil uji stabilitas (Tabel 7) menunjukkan bahwa semua formula
stabil selama 8 minggu penyimpanan pada suhu kamar (28-30°C). Sabun mandi
cair minyak atsiri jeruk nipis tidak mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau.
Adanya bahan pengawet seperti Na2EDTA sebagai chelating agent dapat
meyebabkan sabun mandi cair menjadi stabil selama penyimpanan, serta

11
penyimpanan sabun cair dalam botol tertutup rapat dan terhindar dari sinar
matahari juga mempengaruhi kestabilan sediaan sabun cair.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Minyak atsiri jeruk nipis setelah diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun
mandi cair memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus,
sabun mandi cair formula V dengan konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis 4%
memiliki daya hambat terbesar terhadap Staphylococcus aureus dengan zona
hambat 28 mm, sehingga formula V merupakan formula sabun mandi cair
terbaik.
2. Peningkatan konsentrasi cocamid DEA dalam sabun mandi cair minyak atsiri
jeruk nipis memiliki pengaruh signifikan dalam peningkatan stabilitas tinggi
busa yang dihasilkan, stabilitas tinggi busa terbesar dihasilkan pada sabun
mandi cair formula II dengan konsentrasi cocamid DEA 1,6%.
Saran
1. Perlu dilakukan uji kadar deterjen untuk mengetahui apakah sabun mandi cair
sudah memenuhi syarat mutu sabun mandi cair untuk kadar detergen
2. Perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri setelah 8 minggu penyimpanan agar
dapat diketahui bahwa sabun mandi cair masih memiliki aktivitas antibakteri
atau tidak setelah 8 minggu penyimpanan

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Standarisasi Nasional, 1996, Standar Mutu Sabun Mandi Cair, No. 06-
4085, Jakarta.
Dongmo, P. M. J., Tatsadjieu, L. N., Sonwa, E. T., Kuate, J., Zollo, P. H. A., &
Menut C., 2009, Essential Oils of Citrus aurantifolia from Cameroon and
Their antifungal Activity Againts Phaeoramularia angolensis, Afr. J.
Agric. Res. Vol. 4 (4), pp 354-358.
Fachmi, C., 2008, Pengaruh Penambahan Gliserin dan Sukrosa terhadap Mutu
Sabun Transparan, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

12
Franchomme P., Jollois R., & Penoel D., 1990, Matiere Medicale Aromatique
Fondamentale L’aromatherapie Exactement, Roger Jollois Editeur,
Limoges, France, pp. 44-48.
Fiume, M. M., 1996, Amended Final Report on the Safety Assessment of
Cocamide DEA, J. Am. Coll. Toxicol. Vol. 15 No. 6 : 527-542, Lippincott-
Raven Publisher, Philadelphia.
Hambali, E., Bunasor, T. K., Suryani, A., & Kusumah, G. A., 2002, Aplikasi
Dietanolamida dari Asam Laurat Minyak Inti Sawit pada Pembuatan
Sabun Transparan, , J. Tek. Ind. Pert. Vol 15 (2), 46-53.
Hambali, E., Suryani A., & Umiarti E. I., 2004, Kajian Pengaruh Penambahan
Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Mutu Sabun Transparan, J. Tek. Ind.
Pert. Vol 14 (2), 74-79.

Hammer, K. A., Carson, C. F., & Riley, T. V., 1999, Antimicrobial Activity of
Essential Oils and Other Plant Extracts, The Society for Applied
Microbiology, Journal of Applied Microbiology, 86: 985-990.
Mukherjee, S., Edmunds M. B. S., Lei X., Ottaviani M. F., Ananthapadmanabhan
K. P., & Turro N. J., 2010, Steric acid Delivery to Corneum from a Mild
and Mosturizing Cleanser, Wiley Peridicals, INC. Journal of Cosmetic
Dermatology, 9, 202-210.
Noor, S. U. & Nurdyastuti, D., 2009, Lauret-7-Sitrat sebagai Detergensia dan
Peningkat Busa pada Sabun Cair Wajah Glysine soja (Sieb.) Zucc., Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia, ISSN 1693-1831, Vol. 7 No.1, hal. 39-47.

13

Anda mungkin juga menyukai