Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

AIDS adalah singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrom,

sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi merupakan kumpulan gejala-gejala

penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai macam mikroorganisme, serta

keganasan lain akibat menurunnya daya tahan tubuh / kekebalan tubuh

penderita. HIV (Human Immunodeficiency Virus Infeection) menyerang dan

merusak sel-sel limfosit T yang mempunyai peranan penting dalam sistem

kekebalan tubuh (Tim Dapur Naskah, 2015).

HIV/AIDS saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

global (WHO, 2016) dan menempati ranking keempat diantara penyakit-

penyakit utama penyebab kematian. Hal ini berarti pencapaian MDGs

(Millenium Development Goals) yang keenam yaitu menurunkan jumlah kasus

baru HIV/AIDS serta mewujudkan akses terhadap pengobatan AIDS belum

optimal sehingga dilanjutkan dengan tujuan ketiga SDG’s (Sustainable

Development Goals) tahun 2030 adalah menjamin kehidupan yang sehat serta

mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur

(ensure healthy lives and promote well – being for all at all ages) (Demartoto et

al., 2017).

1
World Health Organization (WHO) diperkirakan 35 juta (33,2-37,2 juta)

orang di dunia hidup dengan HIV pada tahun 2013, termasuk 2,1 orang dan

240.000 anak baru terinfeksi HIV. Pada tahun 2013 sebanyak 1,5 juta orang

meninggal karena AIDS di seluruh dunia. Jumlah tersebut cenderung menurun

dibandingkan tahun sebelumnya. Di Asia dan Pasifik, diperkirakan sekitar 4,8

juta orang hidup dengan HIV pada tahun 2013 termasuk 350.000 orang infeksi

HIV baru. Ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menyatakan bahwa di Asia

dan Pasifik, jumlah infeksi HIV baru cenderung menurun sekitar 6 % di wilayah

ini, kecuali Indonesia yang megalami kenaikan 48 % sejak tahun 2013.

Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 30-39 tahun

(37.7%), diikuti oleh kelompok umur 20-29 tahun (29.9%) dan kelompok umur

40-49 tahun (19%). Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1.

Sedangkan peresentase resiko HIV/AIDS tertinggi adalah hubungan seks

berisiko pada heteroseksual (73.8%), LSL (Lelaki Suka Lelaki) (10.5%),

penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (5.2%), dan perinatal (2.6%)

( Mardaniah,dkk 2018).

Di Indonesia dua cara utama penularan HIV / AIDS pertama melalui

perilaku seksual yang tidak aman khususnya dikalangan kelompok berisiko

tinggi seperti pekerja seks perempuan, homoseksual dan transgender laki-laki.

Kedua transmisi melalui praktik-praktik yang tidak aman dari penggunaan

narkoba suntik. Tansmisi penularan melalui hubungan seksual dari tahun 2008

sampai 2015 mengalami peningatan sampai 58 % (Najmah, 2016).

Berdasarkan hasil statistik kasus HIV/AIDS yang dilaporkan oleh DitJen

P2P (Kemenkes RI,2018) jumlah Kasus Baru HIV di Indonesia tahun 2017

2
sebanyak 48.300 orang dengan kasus AIDS sebanyak 9.280 orang dengan

prevalensi HIV pada kelompok usia muda (15-49 tahun) diperkirakan sekitar

0,27% diantara 237.500.000 pada tahun 2016, sedangkan di Sumatera Barat

tahun 2018 jumlah kasus baru HIV sebanyak 563 orang. Kasus AIDS tahun

2015 terjadi peningkatan 7,8 %. Angka kematian akibat AIDS 2014 sebanyak

956 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 610 kasus. Provinsi Sumbar dari data profil

kesehatan 2018 Sumbar urutan ke sembilan kasus AIDS tertinggi. Tahun 2018

terdapat kasus sebanyak 243 disebabkan karena hubungan seksdan 3 orang tidak

tanda dan gejala kurang memahmi gejala HIV/AIDS batuk berdahak, berat

badan turun. Pencegahan penyakit HIV/AIDS 4 orang pelajar mengatakan tidak

melakukan hubungan seks dan tidak berciuman, 3 pelajar tidak melakukan

hubungan bebas, hudup dengan benar dan mendekatkan diri pada Tuhan dan 3

orang pelajar tidak sembarangan dalam memilih teman (Kemenkes, 2019).

Penyebaran HIV dipengaruhi oleh perilaku berisiko kelompok-

kelompok masyarakat. Kegiatan–kegiatan dari pencegahan dalam bentuk

penyuluhan, promosi hidup sehat, pendidikan sampai kepada cara menggunakan

alat pencegahan yang efektif dikemas sesuai dengan sasaran upaya pencegahan,

diantara kelompok rentan adalah remaja (Noviana, 2013).

Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada

tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja

menurut WHO adalah 12 sampai 21 tahun. Menurut Kementerian Kesehatan RI

tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum

kawin (Efendi, 2009). Menurut Menteri Kesehatan RI Nila F.Moeloek

pengetahuan remaja soal bahaya HIV dan AIDS masih rendah, sekitar 11

3
persen. Sedangkan harapan peningkatan adalah 95 persen. Mengingat remaja

adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan

dewasa. Jika remaja tidak mengenal dan tidak tahu mengenai pencegahan HIV

maka akan berdampak buruk pada perkembangan HIV/AIDS di Indonesia.

Peningkatan angka perderita akan meningkat dan terus bertambah, jadi tindakan

pencegahan secara dini perlu dilakukan.

Perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang

menyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit (Kasl dan Cobb

(1966); Niel Niven (2008). Sedangkan menurut Lawrence Green dalam

admojdo (2012) perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi (faktor

pemudah) yaitu faktor-faktor positif yang mempermudah terwujudnya perilaku

(pengetahuan, sikap masyarakat tentang kesehatan, sistem nilai yang dianut,

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan). Faktor pemungkin

(enabling) yaitu faktor-faktor yang mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan (ketersediaan sarana dan prasarana), dan

faktor penguat (reinforcing) meliputi motivasi dan perilaku tokoh masyarakat

(toma), tokoh agama (toga), serta motivasi dan perilaku petugas kesehatan,

dan dukungan dari pemerintah daerah. Faktor yang dominan seperti

pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, akses

terhadap media informasi, komunikasi dengan orang tua, serta adanya

pengaruh dari teman yang berperilaku beresiko (Depkes, 2015)

Pengetahuan remaja yang rendah soal HIV dan AIDS ini kemudian

dibarengi dengan rentannya remaja melakukan perilaku berisiko seperti

menggunakan narkoba dan seks bebas. Pengetahuan rendah, melakukan

4
perilaku berisiko tinggi inilah yang menyebabkan kerentanan remaja menjadi

tinggi. Kemudian, di lain pihak layanan kesehatan belum sepenuhnya ramah

pada remaja (AntaraNews.com, tanggal 15 Desember 2018). Strategi utama

untuk memerangi penyakit di Indonesia adalah dengan pencegahan yaitu

mengurangi resiko terinfeksi. Kebanyakan program preventif memfokuskan

pada pengetahuan, sikap, dan perilaku (Profil Kesehatan Sumbar, 2018).

Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya

peningkatan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia.

Respons harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan

kasus baru dan kematian (Noviana, 2013). Berdasarkan Survei Kesehatan

Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, bahwa remaja yang

melakukan perilaku beresiko seperti merokok, minum alkohol, penyalahgunaan

narkoba, dan melakukan hubungan seksual pranikah dipengaruhi oleh faktor

yang dominan seperti pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan,

status ekonomi, akses terhadap media informasi, komunikasi dengan orang tua,

serta adanya pengaruh dari teman yang berperilaku beresiko (Depkes, 2015).

Infeksi HIV / AIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang

panjang dan hingga saat ini belum ditemukan obat yang efektif, maka

pencegahan dan penularan menjadi sangat penting terutama melalui pendidikan

kesehatan dan peningkatan pengetahuan yang benar mengenai patofisiologi HIV

dan cara penularannya (Noviana, 2013). Upaya pencegahan HIV dan AIDS

dapat berjalan efektif apabila adanya komitmen masyarakat dan pemerintah

untuk mencegah atau mengurangi perilaku risiko tinggi terhadap penularan

HIV. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan HIV/AIDS

5
adalah penyuluhan kesehatan ke sekolah dan masyarakat mengenai perilaku

risiko tinggi yang dapat menularkan HIV (Najmah, 2016).

Menurut Peter, J. Paul dan Olson, terdapat lima jenis kelompok referensi

dan karakteristiknya. Salah satunya adalah kelompok informal, contohnya

teman sekolah atau kuliah. Selain itu juga ada kelompok primari yaitu keluarga

dan kerabat terdekat yang banyak menghabiskan waktu dengan seseorang

(www.academia.edu, di akses tanggal 14 April 2020).

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmojo (2014) menyatakan

bahwa pengetahuan merupakan bagian dari faktor presdiposisi yang sangat

menentukan dalam membentuk perilaku seseorang. Sedangkan pengetahuan

sebelum melakukan tindakan adalah merupakan hal yang sangat penting, jadi

ini dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi atau baik pengetahuan

seseorang maka akan semakin baik juga seseorang dalam penanganan

pencegahan HIV/AIDS. Pengetahuan tidak hanya didapat dari pendidikan

formal tetapi bisa juga didapat dari pendidikan non formal seperti media massa,

media elektronik maupun dari media perorangan seperti penyuluhan kesehatan (

Nurcholis AB,dkk, 2016)

Hasil penelitian terdahulu Setiawati (2015) tentang pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap dalam pencegahan

HIV/AIDS pada pekerja seks komersil menyebutkan bahwa pendidikan

kesehatan sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap pekerja

seks komersil dalam pencegahan HIV/AIDS. Hasil penelitian lainnya yang

berkaitan dengan masalah ini Yetti,B (2016) menyimpulkan bahwa ada

6
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang

pencegahan HIV/AIDS

.Berdasarkan survei penduluan yang dilakukan di SMAN 2 Lubuk alung

adalah sekolah yang melakukan penyuluhan HIV/AIDS terbanyak pada

siswa/siswi setiap tahunnya yaitu dari tahun 2019 sampai 2020. Setiap murid

baru yang masuk ke SMA Negeri 2 Lubuk alung sudah pernah semuanya

terpapar informasi mengenai penyakit HIV/AIDS.. Studi pendahuluan yang

peneliti lakukan di SMAN 2 Lubuk alung melalui wawancara dan observasi

yang peneliti lakukan pada tanggal

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

Pengaruh Pendidikan kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang

Pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA 2 Lubuk alung tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini Pengaruh Pendidikan kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Tentang Pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA 2 Lubuk

alung tahun 2020. ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

7
Untuk Mengetahui Pengaruh Pendidikan kesehatan Terhadap

Tingkat Pengetahuan Tentang Pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA

2 Lubuk alung tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Pengaruh Pendidikan kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Tentang Pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA 2

Lubuk alung tahun 2020.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang tindakan pencegahan

HIV/AIDS pada siswa di di SMA 2 Lubuk alung tahun 2020.

c. Mengetahui sikap remaja tentang tindakan pencegahan HIV/AIDS

pada siswa di di SMA 2 Lubuk alung tahun 2020.

d. Mengetahui pengaruh teman sebaya terhadap pencegahan HIV/AIDS

pada siswa di SMA 2 Lubuk alung tahun 2020.

e. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan

HIV/AIDS pada siswa di SMA 2 Lubuk alung tahun 2020.

f. Mengetahui hubungan sikap dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS

pada siswa di SMA 2 Lubuk alung tahun 2020.

g. Mengetahui hubungan pengaruh teman sebaya dengan tindakan

pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA 2 Lubuk alung tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian (SMA 2 Lubuk Alung)

8
Diharapkan menambah informasi pada pihak Puskesmas dalam mengambil

kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam memfasilitasi

media informasi tentang pencegahan HIV/AIDS pada kalangan remaja dan

membuat suatu kebijakan dalam pencegahan HIV/AIDS pada remaja.

2. Bagi Institusi Pendidikan (STIKes Nan Tongga Lubuk Alung)

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi institusi pendidikan

STIKes Nan Tongga Lubuk Alung terutama dalam mengetahui dan

memahami tentang Pengaruh Pendidikan kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Tentang Pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA 2 Lubuk

alung tahun 2020.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini akan menjadi data dasar untuk penelitian lebih lanjut terkait

dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 2 Lubuk alung ,

mengenai Pengaruh Pendidikan kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan

Tentang Pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA 2 Lubuk alung tahun

2020, dengan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA

Negeri 2 Lubuk alung kelas X, XI, dan XII dengan yang berjumlah orang.

Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling . Variabel yang

diteliti yaitu Variabel indenpenden terdiri dari pengetahuan, sikap dan

9
pengaruh teman sebaya. Variabel dependen adalah tindakan pencegahan

HIV/ AIDS. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross

sectional study. Data diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat

dengan menggunakan uji Chi-Square.

10

Anda mungkin juga menyukai