Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tropoblas gestasional merupakan kelompok penyakit yang dapat muncul
dengan spektrum yang sangat luas. Penyakit-penyakit yang tergolong dalam penyakit
tropoblas gestasional ini meliputi mola hidatidosa (komplit maupun parsial), mola
invasif, koriokarsinoma, dan plasental site trophoblastic tumor, yang secara umum
ditandai oleh proliferasi abnormal dari jaringan tropoblas.1 Kelainan-kelainan tersebut
berasal dari jaringan fetus yang mengandung sel-sel sitotropoblas dan sinsitiotropoblas
yang mampu menghasilkan hormon korionik gonadotropin (hCG). Beberapa dari
kelainan ini benar-benar suatu keganasan, sementara yang lainnya menunjukkan bentuk
plasenta abnormal dengan transformasi tropoblas kearah keganasan, karena sel-sel
sitotropoblas dan sinsitiotropoblas dapat mengadakan hiperplasia dan pada suatu ketika
dapat mengalami anaplasia.
Koriokarsinoma merupakan keganasan yang berasal dari tropoblas plasenta, bersifat
sangat agresif dengan kemampuan yang tinggi menyebar secara hematogen.
Koriokarsinoma dapat berasal dari tropoblas previllus saat implantasi atau dari
permukaan villus plasenta. Mola hidatidosa merupakan asal tersering dari
koriokarsinoma. Kurang lebih 50% koriokarsinoma berkembang dari mola hidatidosa
komplit, seperempatnya berasal dari abortus, dan sisanya berkembang dari kehamilan
normal atau kehamilan ektopik. Meskipun pasien-pasien dengan koriokarsinoma paling
sering menunjukkan gejala perdarahan abnormal pervaginam, koriokarsinoma yang tidak
didahului oleh kehamilan mola sering kali tidak dicurigai sebelumnya. Sebaliknya,
koriokarsinoma dapat mengalami regresi di uterus tanpa menimbulkan gejala, dan
metastasis merupakan gejala awal dari penyakit tersebut

Koriokarsinoma terjadi setelah kehamilan, biasanya setelah Mola Hydatidosa


kadang – kadang setelah abortus atau kehamilan aterm maka merupakan penyakit masa
reproduktif, tetapi adakalanya timbul pada teratoma. Tumbor ini warnanya ungu dan
sangat rapuh. Pada dinding uterus Nampak sebagai benjolan sebesar kacang Bogor.
Choriocarcinoma adalah tumor ganas ( maligna ) dari trofoblast. Kejadiannya
dipengaruhi oleh, status social ekonomi, umur, gizi, dan perkawinan antar keluarga.
Mikroskopis tanda – tanda yang khas untuk choriocarcinoma ialah, Nekrose,
haemorhagia, dan infeksi. Selain dari itu Nampak sel-sel trofoblast yang menembus
otot – otot dan pembuluh darah.
Choriocarcinoma terbagi dalam dua jenis :
1. Choriocarcinoma non villosum, pada jenis ini sama sekali tidak ada bentuk villus
jenis ini lebih ganas dari jenis kedua.
2. Choriocarcinoma villosum disana sini masih ada bentuk villus.
Choriocarcinoma mengadakan metastase yang bersifat haematogen, biasanya ke
vagina dan paru – paru. Kadang – kadang juga ke ginjal, hati, ovarium, dan otak.
Gejala choriocarcinoma ditandai dengan :
a) pendarahan yang tidak berhenti setelah kelahiran moal. Bersifat metrorhargia
subinvolusi.
b) Metastase pada paru – paru, vulva atau vagina.
c) Reaksi biologis yang tetap positif atau yang naik kwantitatif setelah kelahiran Mola.
Kadang – kadang terjadi perforasi Rahim dengan tanda – tanda perdarahan
intraperitoneal.
Semua penderita yang telah melahirkan mola harus dicurigai dan harus diawasi
dengan teliti. Juga perdarahan yang tidak berhenti – henti setelah abortus atau persalinan
aterm. Harus mengingatkan kita akan kemungkinan choriocarcinoma. Yang menjadi
pegangan ialah reaksi biologis atau immunologis reaksi harus menjadi negative dalam
beberapa hari setelah abortus atau partus, kalau reaksi biologis tetap positif atau
kwantitatif naik, maka harus ada pertumbuhan sel trofoblast yang baru.
Koriokarsinoma merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG)
dimana sejumlah 15-28% wanita dengan mola hidatidosa mengalami degenerasi
keganasan menjadi PTG. Salah satu penyebab perdarahan saat kehamilan adalah mola
hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi (usia 15-
45 tahun) dan pada multipara. Mola hidatidosa adalah bentuk jinak dari penyakit
trofoblas gestasional dan dapat mengalami transformasi menjadi bentuk ganasnya yaitu
koriokarsinoma (Kusumaningrum, 2009).
Koriokarsinoma tidak selalu berasal dari mola hidatidosa namun tidak jarang
berasal dari kehamilan normal, prematur, abortus maupun kehamilan ektopik yang
jaringan trofoblasnya mengalami konversi menjadi tumor trofoblas ganas. Bila seorang
wanita menderita koriokarsinoma dan mempunyai riwayat kehamilan biasa dan mola
sebelumnya, maka dengan pemeriksaan DNA, dapat ditentukan apakah koriokarsinoma
berasal dari mola atau kehamilan biasa (Matsui et al., 2000).
Koriokarsinoma ini sering terjadi pada usia 14-49 tahun dengan rata-rata 31,2
tahun. Resiko terjadinya PTG yang non metastase 75% didahului oleh mola hidatidosa
dan sisanya oleh abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan aterm. Resiko terjadinya
PTG yang metastase 50% didahului oleh mola hidatidosa, 25% oleh abortus, 22% oleh
kehamilan aterm dan 3% oleh kehamilan ektopik (Berek et al., 1996).
Angka kejadian tertinggi koriokarsinoma di dunia ditemukan terbanyak pada daerah
Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Juga disebutkan bahwa angka kejadian rata-rata
terendah secara signifikan terlihat di daerah Amerika Utara, Eropa dan Australia. Di
Amerika angka kejadian koriokarsinoma berkisar 1 dari 20-40 ribu kehamilan, dimana
diperkirakan angka kejadiannya 1 dari 40 kehamilan mola hidatidosa, 1 dari 5.000
kehamilan ektopik, 1 dari 15.000 kasus abortus, dan 1 dari150.000 kehamilan normal.
Sedangkan di Indonesia sendiri disebutkan bahwa angka kejadian penyakit trofoblas
secara umum bervariasi, di antara 1/120 hingga1/200 kehamilan (Kusumaningrum,
2009).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny “E” dengan kasus
koriokarcinoma pasca Abortus di ruang Tulip RSUD Arifin Ahmad Kota Pekanbaru.

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan umum
Mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny.”E” pada ibu dengan kasus
Koriocarcinoma pasca abortus di ruang Tulip RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny.”E” pada ibu dengan kasus
Koriocarcinoma pasca abortus.
b. Melakukan pengkajian pada Ny. “E” dengan post kemoterapi.
c. Mampu merumuskan diagnose kebidanan pada Ny. “E” dengan post kemoterapi.
d. Melakukan tindakan kebidanan pada Ny. “E” dengan post kemoterapi.
e. Melakukan evaluasi pada Ny. “E” dengan post kemoterapi

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung dilapangan dalam
memberikan Asuhan Kebidanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat mengaplikasikan materi yang telah diberikan dalam proses perkuliahan serta
mampu memberikan Asuhan Kebidanan secara berkesinambungan yang bermutu dan
berkualitas.
3. Bagi tenaga kesehatan Khususnya Tenaga Kebidanan
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama
dalam memberikan asuahan pada Ny “E” dengan kasusu koriokarcinomapasca abortus
dalam pelayanan kebidanan. Dan dapat memberikan ilmu yang dimiliki serta mau
membimbing kepada mahasiswa tentang cara memberikan asuahan yang berkualitas.
4. Bagi Ny.”E”
Ibu mendapatkan asuhan kebidanan yang prima sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi, selain itu ibu juga dapat menambah pengetahuan tentang Korioarcinoma.

E. Ruang Lingkup
Proposal ini berisi tentang penerapan manajemen Asuhan Kebidanan dengan kasus
Koriokarcinoma Pasca abortus dengan Kemoterapi pada Ny.”E“.

Anda mungkin juga menyukai