Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SYOK ANAFILAKTIK


DI RUANG UGD RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR

Oleh :

NI MADE NARI MAHENDRI


NIM. 189012130

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2019
A. Konsep Dasar Syok Anafilatik
1. Definisi
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah
arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi
jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung,
volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini
kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok.
Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi
dan metabolisme sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.
Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaksis
dan merupakan bagian dari syok distributif yang ditandai oleh adanya hipotensi
yang nyata akibat vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan disertai kolaps
pada sirkulasi darah yang menyebabkan terjadinya sinkop dan kematian pada
beberapa pasien. Syok anafilaktik merupakan kasus kegawatan, tetapi terlalu
sempit untuk menggambarkan anafilaksis secara keseluruhan, karena anafilaksis
yang berat dapat terjadi tanpa adanya hipotensi, dimana obstruksi saluran napas
merupakan gejala utamanya.

2. Etiologi
a. Karena obat-obatan terjadi reaksi histamine tak langsung yang berat biasanya
mengikuti suntikan obat, serum, media kontras foto rontgen.
b. Makanan tertentu, gigitan serangga.
c. Reaksi kadang dapat idiopatik / manifestasi abnormalitas immunologis.

3. Manifestasi klinis
a. Kardiovaskuler : takikardi, hipotensi, renjatan, aritmia, palpitasi
b. Saluran nafas : rinitis, bersin, gatal dihidung, spasme bronkus, suara serak,
sesak, apnea.
c. Gastrointestinal : nausea, muntah, sakit perut.
d. Kulit : pruritus, urtikaria, angioedema, kulit pucat dan dingin
e. Lain-lain: rasa cemas, batuk, gangguan pebekuan darah, kejang, kesadaran
menurun, parestesi.
4. Patofisiologi
Bila suatu alergen spesifik disuntikkan langsung kedalam sirkulasi
darah maka alergen dapat bereaksi pada tempat yang luas diseluruh tubuh dengan
adanya basofil dalam darah dan sel mast yang segera berlokasi diluar pembuluh
darah kecil, jika telah disensitisasi oleh perlekatan reagin Ig E menyebabkan
terjadi anafilaksis.
Histamin yang dilepaskan dalam sirkulasi menimbulkan vasodilatasi
perifer menyeluruh, peningkatan permebilitas kapiler menyebabkan terjadi
kehilangan banyak plasma dari sirkulasi maka dalam beberapa menit dapat
meninggal akibat syok sirkulasi. Histamin yang dilepaskan akan menimbulkan
vasodilatasi yang menginduksi timbulnya red flare (kemerahan) dan peningkatan
permeabilitas kapiler setempat sehingga terjadi pembengkakan pada area yang
berbatas jelas (disebut hives). Urtikaria muncul akibat masuknya antigen kearea
kulit yang spesifik dan menimbulkan reaksi setempat.
Histamin yang dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi menyebabkan
dilatasi pembuluh darah setempat terjadi peningkatan tekanan kapiler dan
peningkatan permeabilitas kapiler menimbulkan kebocoran cairan yang cepat
dalam hidug menyebabkan dinding mukosa hidung bengkak dan bersekresi.
Pathway

Alergen
(Antibiotik, makanan, bisa binatang, lateks )

Terpapar pada sel plasma

Pembentukan Ig E spesifik terhadap allergen

Reaksi antibody

Lepasnya mediator kimia


(Histamin, serotonin, bradykinin)

SYOK ANAFILAKTIK

Peningkatan Peningkatan Spasme Spasme pembuluh


permeabilitas vaskular mucus pada bronkus darah koroner
jalan napas

Perpindahan cairan dr Penyempitan Penurunan aliran darah


Gangguan jalan napas pada arteri koroner
intravascular ke
pada jalan
interstisial
napas
Penurunan suplai oksigen
ke miokard jantung
Penurunan tekanan Ketidakefektifan
perfusi jaringan bersihan jalan napas Miokard kekurangan
oksigen (energi)
Jaringan kekurangan
Penurunan cairan
suplai darah (oksigen) Penurunan kekuatan
intravaskular
kontraksi otot jantung
Akral dingin Penurunan aliran
darah balik Penurunan curah
jantung
Penurunan perfusi
jaringan perifer Penurunan TD

Kekurangan volume
cairan
5. Pemeriksaan Penunjang
Penunjang diagnostik EKG untuk mengetahui gambaran jantung (biasanya
pada gambar EKG gelombang T mendatar dan terbalik), aritmia. Tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang khas, diagnosa ditegakkan dengan adanya keluhan
dan tanda anafilaktik dengan riwayat sebelumnya memakai obat parenteral atau
adanya gigitan serangga.

6. Penatalaksanaan
a. Memerlukan tindakan cepat, diutamakan dengan pemberian adrenalin sesegera
mungkin
b. Penanganan utama
1) Hentikan antigen penyebab, beri antihistamin
2) Baringkan pasien dengan posisi tungkai / kaki lebih tinggi dari kepala
3) Pemberian adrenalin 1:1000 ( 1mg / ml )
4) Segera diberi im dosis 0,3-0,5 ml pada otot deltoideus ( anak 0,01 mg/ kg
BB ) dapat diulang tiap 5 menit
5) Pemberian adrenalin iv bila tidak ada respon pemberian dengan im atau
terjadi kegagalan sirkulasi dan syok dosis 0,5 ml. Adrenalin 1:1000
diencerkan dalam 10 ml larutan dan diberikan selama 10 menit
6)  Pasang infus untuk mengatasi hipovolemia dan tanda kolaps vaskuler
7) Bebaskan jalan nafas kalau perlu pasang intubasi endotrakeal
8) Pemberian oksigen 5-10 lt/mt, bila perlu bantuan pernafasan
c. Pengobatan tambahan
1) Antihistamin : dipenhidramin iv 50 mg pelan ( 5-10 menit ) diulang tiap 6
jam selama 48 jam
2) Kortikosteroid : untuk mencegah reaksi berulang seperti hidrokortison
d.  Tindakan dan pengobatan simptomatis
1) Apabila terjadi bronkospasme yang menetap atau tidak mempan dengan
adrenalin maka diberikan aminopillin 1v 4-7 mg/kg BB selama 10-20
menit , bronkodilator aerosol.
2) Apabila tekanan darah tidak naik dengan pemberian cairan maka dapat
diberikan dopamin 0.3-1.2 mg/ kg BB / jam dalam larutan infus Dextrose
5%
3) Apabila ada obstruksi saluran nafas atas karena oedema maka dilakukan
intubasi dan trakeostomi.

7. Komplikasi
Komplikasinya meliputi :
a. Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.
b. Bronkospasme persisten.
c. Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian).
d. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
e. Kerusakan otak permanen akibat syok.
f. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan
Kemungkinan rekurensi di masa mendatang dan kematian. (Michael I.
Greenberg, Teks- Atlas Kedokteran Kedaruratan).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway
- Edema laring
- Stridor, tingginyya suara unspirasi karena saluran napas atas yang
mengalami obstruksi
- Ada rinitis/ mukosa hidung bengkak
b. Breathing
- Napas pendek, peningkatan frekuenssi napas
- Wheezing
- Napas dengan bibir
- Pasien menjadi lelah
- Respiratory arrest
c. Circulation
- Tanda syok, pucat berkeringat
- Takikardi
- Hipotensi, merasa ingin jatuh, kolaps
- Cardiac arrest
d. Dissability
- Penurunan kesadaran
e. Eksposure
- Timbul eritema pada kulit
f. Five intervensi

2. Pengkajian sekunder
a. Give comfort
- Nyeri
- Mual muntah
b. History
1) Alergi
2) Medication
3) Past medical history
4) Last meal
5) Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab keluhan utama

Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan


intravena seperti antibiotik atau media kontras. Obat-obat yang sering
memberikan reaksi tetrasiklin, kloramfenikol, sulfanamid, kanamisin, serum
antitetanus, serum antidifteri, dan antirabies. Alergi terhadap gigitan serangga,
kuman-kuman, insulin, ACTH, zat radiodiagnostik, enzim-enzim, bahan
darah, obat bius (prokain, lidokain), vitamin, heparin, makan telur, susu,
coklat, kacang, ikan laut, mangga, kentang, dll juga dapat menyebabkan reaksi
anafilaktik.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk semestris atau tidak, warna rambut hitam atau tidak,
distribusi
Rambut : merata atau tidak.
Palpasi : rambut rontok atau tidak, kulit kepala kotor atau tidak, ada benjolan
atau tidak, tekstur rambut kasar atau halus.
b. Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris atau tidak, reflek kedip baik atau tidak
Palpasi : konjungtiva merah muda atau tidak, adanya nyeri tekan atau tidak
c. Hidung
Inspeksi : hidung simetris atau tidak,adanya inflamasi atau tidak, adanya
sekret atau tidak.
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak pada daerah sinus, adanya massa atau
tidak.
d. Mulut
Inspeksi : bentuk mulut simetris atau tidak, andanya kelainan kongenental atau
tidak seperti bibir sumbing, mukosa bibir kering atau tidak, gigi ada yang
berlubang atau tidak, adanya caries gigi atau tidak. Palatum berada di tengah
atau tidak.
e. Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris atau tidak, leher bersih atau tidak, adanya lesi
atau tidak.
Palpasi : adanya benjolan atau tidak, adanya pembesaran kelenjar tiroid atau
tidak, adanya bendungan vena jugularis atau tidak.
f. Dada
 Paru – paru
Inspeksi : bentuk dada simetris atau tidak,adanya interaksi interkosta atau
tidak, amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
Palpasi : merasakan paru kanan atau kiri sama atau tidak.
Auskultasi : apakah suara paru vesikuler atau wheezhing ataucreckles
Perkusi : suara paru sonor atau tidak.
 Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris atau tidak
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak
Auskultasi : bunyi S1LUB, adanya suara tambahan atau tidak. Bunyi S2 DUB
adanya suara tambahan atau tidak
Perkusi : bunyi jantung normal atau tidak adanya sura tambahan.
g. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut simetris atau tidak, adanya massa / tidak, adanya
benjolan/ tidak.
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak
Auskultasi :mendengarkan peristaltic usus 5 – 35 kali atau menit atau tidak
h. Ektremitas
Inspeksi : Kaki kiri dan kanan simetris atau tidak
Palpasi : adanya lesi atau tidak
i. Akral
palpasi : Dingin, hangat atau tidak.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Hematologi: Hitung sel meningkat, Hemokonsentrasi,
trombositopenia, eosinophilia naik atau normal atau turun.
- Kimia: Plasma Histamin meningkat, sereum triptaase meningkat.
b. Radiologi
X foto: Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus, plug.
c. EKG: Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia

5. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan vasodilatasi
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan syok
d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipotensi
DAFTAR PUSTAKA

Bailey, J.J., Sabbagh, M., Loiselle, C. G., Boileau, J.,& McVey, L. (2010).
Intensive and Critical Care Nursing 2010, Vol. 26, Hal. 986.

Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta:
MediAction.
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta., E. A. (2014). Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi IV, Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai