Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

PSIKOLOGI, KOMUNIKASI DAN KONSELING

NAMA : NURAINA

NIM : 2018.01.00.02.065

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR BUKITTINGGI

2020
Livia adalah seorang gadis yang gagap ketika berbicara, tetapi kekurangan ini
bukan halangan untuk menggapai cita-citanya ia merupakan gadis yang pintar . Livia
pun tidak pernah putus asa dengan apa yang dialaminya. Ibu dan ayahnya yang selalu
memberikan dukungan kepadanya dan dia mempunyai 2 orang saudara kandung.
Ayahnya memiliki depot air terbesar didaerahnya, ibunya seorang ibu rumahtangga
dan adik pertamanya merupakan mahasiswi di universitas ternama di kota. Kemudian
adiknya yang kedua adalah siswa sekolah menengah atas kelas 12. Saat ini umur livia
sudah 26 tahun sehingga menyebabkan keluarganya khawatir livia tidak mendapatkan
jodoh, karena livia gagap dalam berbicara jadi dia memiliki sedikit teman apalagi
teman lelaki, kebanyakan dari mereka hanya mengejeknya. Itu menyebabkan livia
tidak suka keluar rumah dan bercengkrama dengan orang-orang dilingkungannya.

Suatu ketika ibu dan ayahnya pergi ke pasar, kemudian makan disalahsatu
rumah makan sambil berbicara sedikit mengenai anaknya yang sampai saat ini belum
mendapat jodoh dan secara tidak sengaja sepasang suami istri yang memiliki anak
laki-laki mendengar mereka yang sedang menghawatirkan anaknya yang mana sama
khawatirnya mereka juga terhadap anak lelaki nya. Anak merekapun sudah 4 tahun
mencari jodoh dan selalu ditolak. Hingga akhirnya mereka berinisiatif mendatangi ibu
dan ayah livia, menawarkan untuk memperkenalkan anak mereka masing-masing
dan menikahkannya.
Setelah pertemuan kemarin, hari minggu keluarga lelaki tersebut datang
kerumah livia bersama anak laki-lakinya. Paginya ayah dan ibu livia melakukan
persiapan karena sangat antusias untuk pertama kalinya seorang lelaki akan datang
menemui putrinya. Berbagai persiapan dilakukan membereskan rumah, mengganti
seluruh gorden jendela, alas kursi, alas meja dll hingga menyuruh putri mereka yang
kedua untuk pulang ke rumah. Tiba lah saatnya keluarga lelaki tersebut datang,
namanya erwin, mereka dipersilahkan masuk dan ibu ayah livia memanggil livia
untuk menjemput didepan pintu, dan ketika keluarga erwin beserta erwin masuk
keluarga livia sangat terkejut karena erwin lebih pendek daripada livia. Livia pun
mulai bicara dan keluarga erwin pun ikut tertawa karena calon menantu mereka
gagap hingga masing-masing ibu mereka tidak setuju tetapi livia meminta
kesempatan untuk saling mengenal dan perlu keluar untuk saling memahami. Setelah
mereka pergi keluar dan saling bercengkerama livia merasa cocok serta dapat
memahami kekurangan erwin karena ia pun merasa memiliki kekurangan. Hingga
akhirnya mereka akan menikah. Ayah dan ibu livia hanya bisa menuruti keinginan
livia hingga menggadaikan depot airnya untuk membiayai pernikahan livia.
Sampailah dihari pernikahan, setelah semua yang disiapkan orangtua livia.
Erwin dan keluarganya datang. Ketika ijab kabul akan dimulai ia mengingat kata-kata
teman-nya yang mengejeknya menikah dengan perempuan yang berbicara gagap.
Hingga ia menghentikan pernikahan dan menghina livia, liva hanya bisa terdiam atas
lontaran yang diberikan. Ia terbayang ketika semua orang menghinanya dan
keluarganya, ayah livia pun memohon kepada erwin untuk tidak membatalkan nya.
Hingga rela berlutut dan mempertaruhkan harga dirinya. Livia tersadar atas apa yang
dilakukan ayahnya dan segera menahannya. Ia pun menerima keputusan erwin dan
menyuruhnya pergi.
Seminggu kemudian ada surat undangan pekerjaan yang diajukan sebulan
yang lalu datang dan menerima nya. Ayahnya pun menggadai kan rumah untuk biaya
nya selama dikota. Ia pun pergi dan tak lama kemuian ia mendapat kabar kalau toko
dan rumahnya akan ditutup mereka sekeluarga pun di usir dari rumah dan menyusul
livia di kota. Sejak batalnya pernikahan tersebut livia sering kali merenung sendiri
dikamar menyesali keadaannya dan putus asa terhadap apa yang dialaminya. Tetapi
semua itu ditutupi nya terhaap keluarga nya , ia ingin keluarga nya tetap melihat ia
bahagia setelah apa yang terjadi.
Setahun kemudian livia menemukan orang yang sangat tulus kepada nya,
tetapi ia takut kejadian yang sama akan terjadi, ia takut kalau keluarga lelaki tersebut
tidak menerimanya. Tetapi yang dipikirkan nya salah. Ia hanya mengikuti persaan
yang selama ini menghantuinya . lelaki tersebutpun datang kerumah dan melamarnya
tetapi ia menolak karena takut kejadian lama akan terjadi hingga keluarganya pun
memutuskan untuk melakukan konseling dan menemui konselor untuk menceritakan
masalahnya.
Sampai di klinik Livia tidak mau berbicara selama beberapa waktu. Hal ini
terjadi karena livia merasa cemas. Konselor mengatakan “Saya mengerti hal ini untuk
dibicarakan (refleksi perasaan)”. Biasanya pada pertemuan pertama klien-klien saya
juga merasa begitu. Apakah kamu merasa cemas?” sambil menatap livia dan gunakan
bahasa tubuh yang memperlihatkan simpati dan perhatian sambil menunggu
tanggapan livia.

Kemudian setelah beberapa waktu livia menangis tersedu-sedu. livia


menangis karena untuk mengekspresikan kesedihan, menumpahkan segala emosi atau
kegelisahan. Setelah konselor menunggu beberapa saat, bila klien terus-menerus
menangis, konselor mencoba menenangkan livia dengan mengatakan “tidak apa-apa
karena menangis adalah reaksi wajar” sambil menepuk-nepuk bahu atau memegang
tangan livia secara hati-hati. Hal ini membuat livia merasa bebas mengekspresikan
alasannya menangis. Ssehingga saya dapat menanyakan alasan livia dengan lembut.

Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah yang


dihadapi livia. Tetapi berfokus pada livia bukan pada masalahnya. Dengan
mengekspresikan rasa simpati. Terkadang hal tersebutlah yang diinginkan seseorang
serta memberikan saran kepada livia seseorang yang dapat membantunya serta
mengatakan kepada livia bahwa meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan,
tetapi konselor akan selalu menyediakan waktu untuk livia.

Konselor tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan livia. Hal ini


merupakan kecemasan yang biasa diutarakann konselor. Katakan secara jujur dan
terbuka bahwa Anda tidak tahu pemecahannya, namun dapat mencari jalan keluarnya
bersama-sama dan akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien diskusikan
dengan supervisior, teman sejawat, atau cari referensi lain. Lalu berikan pemecahan
masalahnya dengan tepat.
Konselor membuat/melakukan kesalahaan dengan sedikit menyinggung
persaan livia sehingga konselor minta maaf apabila salah/keliru. Sebaiknya konselor
bersikap jujur. Karena semakin jujur konselor menunjukkan perasaan disaat yang
tepat (tanpa harus menceritakan kehidupan pribadi konselor), semakin mudah bagi
livia untuk melakukan hal yang sama.

Sebenarnya konselor dan livia sudah saling kenal, tapi konselor dapat
melayani seperti pada umumnya tetapi perlu ditekankan soal kerahasiaan klien dan
privasinya, selain itu konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap di luar
konseling terhadap klien sebagai temannya. Konselor juga sampaikan kepada livia
bahwa bila livia menginginkan, dapat diatur pertemuan dengan konselor lain yang
melayani konseling. Berdasarkan pengalaman, hubungan akrab ini akan sangat
mempengaruhi jalannya konseling.

Livia bertanya tentang hal-hal pribadi konselor. Sehingga konselor


usahakan untuk tidak membicarakan hal pribadinya karena akan mengalihkan
Perhatian Livia. konselor tidak akan menjawab pertanyaan livia yang bersifat pribadi.
Karena hubungan antara klien dan konselor adalah profesional, bukan hubungan yang
bersifat sosial. Tetapi konselor mencoba membantu livia dengan membicarakan
pengalaman keluarga konselor, tanpa memberitahu nama atau mengidentifikasi orang
tersebut sebagai klien. Hingga akhrinya livia bertanya “Apakah konselor pernah
menghadapi masalah yang sama? Tetapi konselor tidak menjawab “ya” atau “tidak”,

Konselor mulai memberikan solusi kepada livia tetapi Livia menolak


bantuan konselor. Jadi konselor mencoba meyakinkan livia dengan menanyakan
apakah Ini merupakan pertemuan pertama antara Livia dan konselor, konselor ingin
mengetahui mengapa Livia datang untuk konsultasi. Karena banyak klien yang
merasa terpaksa datang, mungkin karena diperintah mertua, takut mengetahui ada
sesuatu dengan kondisi kesehatannya, dan sebagainya. Sehingga menjelaskan kepada
bahwa engan keatangannya ke klinik akan sangat apat mebantu livia menyelesaikan
masalahnya. Selanjutnya konselor mengatakan: “Saya dapat mengerti perasaan kamu
livia, Saya senang kamu datang hari ini untuk mendiskusikan tentang kondisi
kesehatanmu, kita punya waktu untuk membicarakan tentang kebutuhan-kebutuhan
mu”. Tetapi livia sama sekali tidak mau bicara, sehingga konselor menekankan pada
hal-hal yang positif, paling tidak ia sudah datang dan berkenalan dengan konselor,
mungkin ia mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan
lanjutan.

Sebenranya Livia merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor


karena pada kenyataannya berhadapan dengan seseorang dengan jenis kelamin
berbeda menjadi masalah livia, tetapi konselor harus selalu menyakinkan livia bahwa
tidak akan ada masalah lain.

Konselor melihat jam tangan yang ada ditangannya, dan menyadari bahwa
waktu yang dimiliki konselor terbatas dan hampir habis. Konselor sudah
memberitahu kepada livia sejak awal pertemuan, karena klien sebaiknya mengetahui
berapa lama waktu yang dimiliki konselor sediakan untuk dirinya. Ada saat di mana
seorang konselor tidak memiliki waktu sebanyak biasanya. Konselor tadi telah
memberikan informasi tersebut sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan
sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan bahwa konselor mengharapkan
bertemu klien pada pertemuan selanjutnya. Serta menjelaskan bahwa walaupun
waktunya sebentar, dapat diperoleh suatu hasil pembicaraan. Seperti halnya
demonstrasi bermain peran peserta. Lebih baik memanfaatkan sedikit waktu yang ada
daripada meminta klien pergi.

Konselor tidak dapat menciptakan rapport (hubungan) yang baik karena


terkadang rapport yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini bukan berarti konseling
harus diakhiri atau mengirimkan livia kepada konselor lain. Akan lebih baik apabila
konselor meminta pendapat kepada teman sesama petugas kliniknya untuk
mengamati pertemuan dan melihat di mana latak kesulitannya, apakah ada sikap livia
yang membuat konselor merasa ditolak klien. Karena segala kemungkinan perlu
dijaga. Salah satu aspek penting dari pelatihan adalah sebelum konseling yang
sesungguhnya dilakukan. Mengirim atau meminta livia pergi tidak akan membantu,
tetapi mungkin berpengaruh buruk pada klien. Konselor merasa lebih baik mencoba
melanjutkan konseling terutama untuk membuat livia merasa lebih nyaman tentang
dirinya sendiri.

Livia berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan materi
pembicaraan untuk menghindari menceritakan masalahnya tetapi situasi ini kebalikan
dari situasi di mana klien tidak mau berbicara, karena menimbulkan kecemasan dan
kesulitan bicara bagi konselor. Sehingga apabila livia terus-menerus mengulang
pembicaraan, beberapa saat konselor perlu memotong pembicaraannya dengan
mengatakan “Maafkan Saya, livia, apakah kamu tegang atau cemas tentang sesuatu,
Saya perhatikan kamu menyatakan suatu hal yang sama secara berulang-ulang,
apakah ada yang sulit disampaikan?”. Setelah mengatakan hal tersebut Konselor
merasa dipermalukan dengan apa yang bicarakan livia tetapi Konselor
memahami hal ini dapat terjadi, kondisi di mana klien mengatakan sesuatu yang
membuat konselor merasa malu. Tetapi konselor meyakini semakin banyak konselor
berlatih menghadapi hal-hal sensitif, semakin mudah ia mengenali situasi yang rentan
dan semakin siap ia menghadapi situasi tersebut. Sehingga konselor jujur kepada
klien, keadaan ini bisa dimanfaatkan dengan terlebih dahulu mengakui perasaan yang
muncul dan mengembalikan ke topik pembicaraan yang dikemukakan klien. Setelah
pertemuan berakhir, akan sangat membantu bila konselor membicarakan kepada
konselor lain tentang apa yang telah terjadi dan melihat apakah perasaan tidak
nyaman itu bisa diatasi.
Livia mencoba mempermalukan konselor tetapi melihat reaksi konselor begitu
santai dan tidak mempedulikan perkataan livia, hingga livia yakin bahwa dapat
menceritakan segalanya kepada konselor. Sehingga konselor dapat memahami bahwa
kondisi yang dialami livia tersebut sangat kritis dan akan komunikasikan dengan
tegas, tetapi sopan mengenai keadaan darurat tersebut kepada keluarganya.
Memberikan penjelasan dengan singkat tetapi jelas mengenai langkah-langkah yang
harus dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan, meyakinkan keluarga engan
mengatakan “Saya akan berusaha semampu Saya!”.

Livia ingin konselor yang mengambil keputusan, karena sebenarnya livia


membutuhkan bantuan, dan konselor mengajukan pertanyaan “kamu sepertinya
mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, mungkin kamu kurang siap?
Apakah kamu ingin mendiskusikan hal ini lebih lanjut? Apakah kamu membutuhkan
informasi lebih banyak atau waktu yang lebih lama untuk berpikir? Apakah kamu
ingin membicarakan hal ini dengan orang lain, mungkin temanmu? Kemudian
konselor melanjutkan dengan berkata “Saya dapat menjawab pertanyaan kamu dan
membantu kamu memberikan beberapa alternatif pilihan, tetapi kamulah yang lebih
tahu apa yang terbaik untuk kehidupanmu”. Setelah kamu meyakinkan dirimu sendiri
untuk mengambil keputusan, kamu dapat menghubungiku lagi. Sambil meyakinkan
dan tersenyum penuh simpati kepada livia.

“ SELESAI “

Anda mungkin juga menyukai