Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keluarga berencana dilakukan dengan penggunaan atau pemakaian alat
kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan upaya mencegah suatu kehamilan. Penggunaan
kontrasepsi yang digunakan perlu dipertimbangkan efek samping terhadap fungsi reproduksi
dan kesejahteraan umum. Salah satu alasan penghentian atau perubahan penggunaan alat
kontrasepsi adalah efek samping yang dirasakan tersebut. Sampai saat ini belum ada alat
kontrasepsi yang 100% ideal (Prawiroharjo,2009:534).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, metode kontrasepsi yang
paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (46,87%) dan terbanyak
ke dua adalah pil (24,54%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih
oleh peserta KB aktif adalah Metoda Operasi Pria (MOP), yakni sebanyak 0,69%, kemudian
kondom sebanyak 3,22%.
Kontrasepsi hormonal adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormone yang terkandung dalam
kontrasepsi hormonal adalah jenis hormone sintetik kecuali yang terkandung dalam Depo
progestin yang jenis hormonnya adalah jenis progesterone alamiah (Hartanto,2004).
Penggunaan alat kontrasepsi suntik merupakan suatu tindakan invasif. Karena
menembus pelindung kulit. Penyuntikan harus dilakukan hati-hati dengan teknik aseptik untuk
mencegah infeksi. Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakkan keluarga berencana
nasional serta peminatnya main bertambah. Tingginya minat pemakai suntik KB oleh karena
aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca
persalinan.
Hasil penelitian Universitas Andalas tahun 2014, akseptor KB suntik di puskesmas
Lapai Kota Padang pada tahun 2014 mengalami peningkatan berat badan setelah
menggunakan KB suntik DMPA, yaitu sebanyak 57.5%. Hasil ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Diana Purnamasari (2009) bahwa terdapat 73.34%
pengguna KB suntik DMPA mengalami peningkatan berat badan.
Menurut hipotesis para ahli dan beberapa penelitian menyebutkan bahwa
peningkatan berat badan tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan nafsu makan
2

akibat hormon progesteron yang terkandung dalam kontrasepsi DMPA merangsang


pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus.
Hal ini dihubungkan dengan adanya sinyal dari glucocorticoid-like activity, yang
juga memberikan sinyal pada sel-sel lemak untuk menahan sebanyak mungkin lemak.
Peningkatan nafsu makan juga dilaporkan sendiri oleh akseptor setelah menggunakan KB
suntik DMPA setelah 6 bulan pada penelitian
Dari visi program keluarga berencana nasional “mewujudkan keluarga berkualitas
2015” yaitu keluarga yang sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal, berwawasan ke
depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka
generasi mendatang dituntut menjadi generasi yang berkualitas dan keluarga merupakan
salah satu penunjang untuk mengukur yang akan datang akan lebih siap.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana aplikasi asuhan keluarga berencana dengan alat kontrasepsi suntik progestin di
KIA PUSKESMAS GUBUG II?
C. Tujuan
Menjelaskan aplikasi asuhan keluarga berencana dengan alat kontrasepsi suntik progestin di
KIA PUSKESMAS GUBUG II?
3

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan
sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarga yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan
(Maryani, 2008).
Menurut WHO, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasutri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Maryani, 2008).
2. Tujuan Keluarga Berencana
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga
dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 1998).
3. Sasaran Program Keluarga Berencana
Adapun sasaran program keluarga berencana adalah pasangan usia subur istri <20
tahun dengan tujuan menunda kehamilan. Pasangan Usia Subur istri 20-30 tahun dengan
tujuan mengatur kesuburan dan menjarangkan kehamilan, pasangan usia subur dengan usia
istri >30 tahun dengan tujuan untuk mengakhiri kehamilan (Maryani, 2008).
B. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau melawan, sedangkan
kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel
pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma tersebut (Maryani, 2008).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Wiknjosastro, 2005).
4

2. Cara Kerja Kontrasepsi


Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya terdapat 3 cara yaitu :
Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan
sperma dengan sel telur (Winkjosastro, 2005).
3. Syarat-syarat Metode Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah
Aman dan tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat diterima oleh orang
banyak, pemakaian jangka lama/continuationrate tinggi (Hartanto, 2004)
4. Metode Kontrasepsi
Pada umumnya cara untuk metode kontrasepsi dapat dibagi dalam beberapa metode, yakni :
a. Metode Sederhana
1) Tanpa alat
a) KB alamiah : metode kalender (osino-knaus), metode suhu basal (termal),
metode lendir servik (bllings), metode simto termal.
2) Dengan alat :
a) Mekanis
Kondom pria, barier intra vaginal (diafragma, kap serviks/serviksl kap,
spons/sponge, kondon wanita).
b) Kimiawi
Spermisid.
b. Metode modern
1) Kontrasepsi hormonal
Per oral (Pil Oral Kombinasi/POK, mini pil, morning after pil), injeksi/suntikan
(DMPA), sub cutis (implant).
2) Intra Uterine Devices (IUD, AKDR).
3) Kontrasepsi mantap dengan cara :
Tubektomi pada wanita dan Vasektomi pada pria (Saifuddin, 2006).
C. Kontrasepsi Suntik Progestin
1. Pengertian
Depo progestin merupakan suntikan yang berasal dari hormone progesterone.
Mengandung 150 mg progesterone, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
5

intramuscular. Profil KB suntik depo progestin yaitu sangat efektif, aman, dapat dipakai
oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan sangat lambat
rata-rata 4 bulan (Saifuddin,2006)
2. Jenis-Jenis Kontrasepsi Suntik Progestin
Terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150mg DMPA, yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intrsmuskular (di daerah bokong)
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron
Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.
3. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut Saifuddin (2006), cara kerja suntik Depo Progestin adalah
1. Mencegah ovulasi
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
4. Tingkat Efektivitas Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut Saifuddin (2006), kontrasepsi suntik Depo Progestin memiliki efektifitas
yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan – tahun, asal penyuntikannya
dilakukan secara benar sesuai jadwal yang telah ditentukan.
5. Keuntungan Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut Saifuddin (2006), keuntungan Depo progestin adalah
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d. Tidak mengandung estrogen Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
e. Efek samping sedikit.
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
g. Dapat digunakan oleh perempuan usia reproduksi sampai perimenopause
6. Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut Saifuddin (2006), indikasi Depo progestin adalah
1. Usia reproduksi dan pernah memiliki anak
6

2. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.


3. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
4. Setelah abortus
5. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
6. Sering lupa minum pil kontrasepsi kombinasi
7. Kontra Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Suntik Progestin
Menurut Saifuddin (2006), kontraindikasi Depo progestin adalah
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Riwayat kanker payudara.
4. Diabetes melitus disertai komplikasi
8. Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik Progestin
1. Setiap saat selama haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja
ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya
secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan.
Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggatinya
dengan jenis kontrasepsi suntikan progestin, suntikan diberikan saat jadual
kontrasepsi suntikan sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan
dapat segera diberikan, asal ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid. Ibu
tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
7

7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama


dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan
setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama diberikan
setiap saat, asal ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
9. Efek Samping dan penanganan Kontrasepsi Suntik Progestin
a. Amenorea (tidak terjadi perdarahan / spotting)
Penanganan:
1) Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Petugas perlu menjelaskan
bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim serta menasihati untuk kembali
ke klinik.
2) Bila terjadi kehamilan, rujuk klien dan menghentikan penyuntikan.
3) Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.
4) Tidak memberikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena
tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan
juga, rujuk ke klinik.
b. Perdarahan / perdarahan bercak (spotting)
Penanganan:
Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukan masalah
yang serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat
menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat
disarankan pengobatan, yaitu: Satu siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35µg
etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis
lain. jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi
perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan ditangani
dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi / hari selama 3-7 hari
dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50µg etinilestradiol
atau 1,25 mg estrogen equen konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Meningkatnya / Menurunnya Berat Badan
Penanganan :
8

Informasikan bahwa kenaikan / penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja
terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat
badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.
9

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB SUNTIK PROGESTIN
PADA NY L UMUR 24 TAHUN P1A0 KUNJUNGAN ULANG KE-5
DI KIA PUSKESMAS GUBUG II

I. PENGKAJIAN:
Tanggal : 19 Desember 2016
Jam : 09.00 WIB
Tempat : KIA PUSKESMAS GUBUG II
II. IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny L Nama : Tn K
Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Panadaran Alamat : Panadaran

III. DATA SUBYEKTIF


1. Alasan Datang : Ibu datang untuk mendapatkan KB suntik 3 bulanan
Keluhan Utama : Ibu mengatakan kadang tidak menstruasi dan pusing
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun Nyeri Haid :-
Siklus : ±28 hari Banyaknya : 2-3x ganti pembalut/hari
Lama : ±7 hari Warna darah : merah tua
Keluhan : tidak ada keluhan HPHT : 25 September 2016
3. Riwayat Perkawinan : Sah, menurut hukum dan agama
Umur Waktu Nikah : 21 tahun Lama Nikah : 3 tahun
10

Perkawinan ke :1 Jumlah Anak :1


4. Riwayat Kesehatan:
a. Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita suatu penyakit dan tidak
sedang menjalani pengobatan tertentu.
b. Yang lalu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang mengarah
ke penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, malaria, asma, DM, TBC, PMS, HIV/ AIDS.
c. Keluarga : Ibu mengtakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang mengarah ke penyakit  jantung, hipertensi, hepatitis, malaria, asma,
DM, TBC, PMS, HIV/ AIDS. Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit kandungan .
5. Riwayat Kehamilan , Persalinan dan nifas
Ana Umur Ab Jenis Penolong Komplikasi Nifas BBL Keadaan Anak
Hidup Mati
k ke Kehamila Partus
Umur JK Umur JK
n
1 38 mgg - Spontan Bidan - Norma 3200 2,5 P
l gram tahu
n
6. Riwayat KB

JENIS KB LAMA PENGGUNAAN KELUHAN ALASAN BERHENTI


1. KB Suntik Sejak anak pertama berusia Amenore dan Ibu masih menggunakan
Progestin 3 bulan pusing kontrasepsi suntik 3
bulanan
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
a. Pola Nutrisi : Ibu makan 3x sehari, porsi 1 piring sedang, menu nasi, dengan
lauk nabati (tahu, tempe) dan hewani (telur, daging, ikan), sayur dan buah
bervariasi. Minum ±6-7 gelas sehari
Keluhan : tidak ada
b. Pola Eliminasi : Ibu BAK 5-6 x/hari warna kuning jernih dan Ibu BAB 1x/hari
konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada
c. Pola aktivitas : Ibu mengatakan melakukan aktivitas sehari-harinya mengerjakan
pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan merawat anaknya
d. Pola istirahat : Ibu tidur siang ±1 jam sehari dan tidur malam ± 7 jam
11

e. Pola sexual : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 kali dalam


seminggu dan tidak ada keluhan
f. Pola higiene : Ibu mandi 2x sehari, keramas 3x/minggu, gosok gigi 2x/hari, ibu
rajin membersihkan alat genetalia saat mandi dan sehabis BAK/BAB
g. Psiko, social, spiritual, cultural : Ibu mengatakan ber-KB sesuai keinginan
sendiri, suami dan keluarga mendukung keputusan ibu ber-KB, hubungan ibu
dengan suami, keluarga dan masyarakat baik, ibu rajin menjalankan ibadah sesuai
agama yang dianut, ibu tidak menganut pantangan yang merugikan kesehatan dan
lingkungan tempat tinggal ibu tidak melarang untuk ber-KB
h. Data Psikologis : Ibu merasa bahagia menggunakan alat kontrasepsi suntik dan
tidak ada paksaan maupun larangan dalam menggunakan KB suntik ini.
i. Pola Kebiasaan Hidup sehat : Ibu mengatakan tidak merokok, tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan narkoba.
j. Data Psikososial : Hubungan dengan suami/ keluarga/ masyarakat baik
k. Pengetahuan ibu tentang KB (jenis, manfaat dan efek samping):
1) Ibu tahu tentang kontrasepsi sebagai alat untuk mencegah kehamilan
2) Ibu mengetahui macam-macam alat kontrasepsi seperti KB pil, KB suntik,. IUD,
Implant
3) Ibu hanya mengetahui cara pemakaian dan efek samping KB suntik

III. DATA OBYEKTIF:


1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 78 x/mnt
Suhu /T : 36,5oC RR : 20 x/mnt
BB Sebelum/Sekarang : 55 kg /57 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala            : Mesocephal, kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak mudah
dicabut
Muka : Simetris, tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik
Leher              : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe, dan vena
12

jugularis, tidak ada nyeri telan


Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, ictus cordis tak
tampak, tidak ada benjolan, tidak ada wheezing.
Perut : Ada bekas luka operasi SC, tidak ada pembesaran hepar, tidak
ada nyeri tekan
Ekstremitas    : Simetris ,Tidak ada oedema pada tangan dan kaki ,tidak ada
varices, ujung kuku tidak pucat.
Genetalia : Tidak ada odem, tidak ada perdarahan
Anus               : Tidak ada hemorroid.
3. Pemeriksaan penunjang:
HCG Urine :Tidak dilakukan
Hb : Tidak dilakukan
IV. ANALISA
Ny. L Umur 24 tahun, P1A0 akseptor KB suntik progestin kunjungan ulang ke-5
V. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik.
Hasil : ibu mengetahui kondisinya.
2. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan dan rutin berolahraga.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan.
3. Menjelaskan pada ibu kembali bahwa amenorhea (tidak menstruasi) dan pusing
merupakan salah satu efek samping dari KB suntik progestin, dan merupakan hal yang
wajar.
Hasil : ibu mengerti bahwa kondisi yang dialami adalah hal yang normal.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat ketika merasa pusing
Hasil : Ibu akan mencukupi
5. Menginjeksikan KB suntik 3 bulanan (DMPA 150mg) ke bagian pantat ibu secara IM
Hasil : KB progestin telah diberikan pada ibu.
6. Menganjurkan ibu untuk mengompres bekas suntikan dengan air hangat apabila terasa
nyeri/pegal.
Hasil: ibu bersedia mengompres bekas suntikan dengan air hangat apabila terasa nyeri.
7. Menganjurkan ibu untuk datang kembali pada tanggal 7 Maret 2016 untuk diberikan
injeksi berikutnya.
13

Hasil : ibu bersedia untuk datang kembali pada tanggal 7 Maret 2016.
14

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis sebagai praktikan mencoba membandingkan antara teori yang diperoleh
dengan praktek di lapangan tentang pemberian KB suntik khususnya dari pengkajian sampai
pelaksanaan asuhan. Dalam pengkajian, penulis melakukan anamnesa untuk memperoleh data
subyektif dan obyektif secara lengkap.
Secara keseluruhan, pelaksanaan pemberian KB suntik sudah sesuai antara teori dengan
praktik. Namun,ada beberapa hal yang kurang lengkap yaitu pemeriksaan fisik tidak dilakukan secara
keseluruhan, hanya bagian-bagian tertentu saja, misalnya pemeriksaan abdomen. Kemudian pasien
hanya ditimbang berat badannya untuk melihat kenaikan berat badan pasien apakah cukup signifikan
atau tidak.
Setelah dilakukan penyuntikan KB, akan diberikan konseling untuk menambah pengetahuan
pasien tentang efek samping pada KB suntik progestin. Konseling dilakukan dengan baik dan
membantu klien dalam menyelesaikan keluhannya tentang berbagai efek samping KB suntik progestin.
15

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Pelayanan keluarga berencana dilakukan dengan penggunaan atau pemakaian
alat kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan upaya mencegah suatu kehamilan. Penggunaan
kontrasepsi yang digunakan perlu dipertimbangkan efek samping terhadap fungsi
reproduksi dan kesejahteraan umum. Pada laporan ilmiah ini, penulis mengambil kasus
KB suntik progestin yang diberikan setiap 3 bulan sekali. Dalam pelaksanaannya, sudah
sesuai dengan teori serta teknik dalam memberikan konseling juga sudah baik. Untuk
pemeriksaan fisik sudah dilakukan cukup baik, serta pendokumentasian dilakukan secara
lengkap.
B. Saran
Sebaiknya tenaga kesehatan dalam melaksanakan praktik selalu berpedoman
dengan teori yang ada. Dalam memberikan konseling juga sebaiknya menggunakan
bahasa yang mudah dipahami klien serta informasi yang diberikan lengkap. Untuk teknik
penyuntikan, sebaiknya dilakukan dengan hati-hatidan tepat agar klien merasa nyaman
dan tidak ada efek samping yang ditimbulkan dari penyuntikan tersebut.
16

DAFTAR PUSTAKA

Perpustakaan Nasional. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Hartanto, Hanafi. 2002. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Penerbit
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

Maryani, Sri. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : TIM.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.


17

LAPORAN ILMIAH
ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB SUNTIK PROGESTIN
PADA NY L UMUR 24 TAHUN P1A0 KUNJUNGAN ULANG KE-5
DI KIA PUSKESMAS GUBUG II

DISUSUN OLEH:
RETNO KUSUMA DEWI
P1337424414034
DIV KEBIDANAN/SEMESTER V

PRODI DIV KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2016
18

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Ilmiah ini disusun oleh :

Nama : Retno Kusuma Dewi

NIM : P1337424414034

Kelas : DIV Kebidanan/ Semester V

Laporan Ilmiah Berjudul “ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB SUNTIK PROGESTIN


PADA NY L UMUR 24 TAHUN P1A0 KUNJUNGAN ULANG KE-5 DI KIA PUSKESMAS
GUBUG II.”
Dalam Rangka Praktek Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal telah
diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi D-IV Kebidanan
Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Tahun 2016.

Gubug, Desember 2016

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Sri Zakiyah, Amd.Keb Retno Kusuma Dewi


P1337424414034

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Agustin Setianingsih,S.SiT
NIP. 197900820 200212 2 003
19

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Kebidanan pada ibu akseptor KB suntik.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Praktik Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal di Prodi DIV Kebidanan
Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang.
Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bidan pembimbing klinik pada Praktik Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal PUSKESMAS GUBUG II
2. Ibu Agustin Setianingsih,S.SiT selaku dosen pembimbing pada Mata Kuliah Praktik Klinik
Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
3. Rekan-rekan yang mengikuti Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan.
4. Keluarga yang selalu mendukung penulis.
5. Semua pihak yang ikut membantu penulisan makalah yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Gubug, Desember 2016

Penulis

Anda mungkin juga menyukai