Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka pertambahan penduduk di Indonesia saat ini sekitar 6,6 juta jiwa atau 1, 3 persen
pertahun. Dengan laju petumbuhan penduduk berkisar dalam angka tersebut, diprediksikan
pada tahun 2015 total penduduk indonesia berjumlah 270 juta jiwa. Jumlah penduduk ini
sebenarnya bisa dikurangi menjadi 240 juta jiwa jika pemerintah berhasil menekan angka
pertambahan penduduk menjadi satu persen per tahun melalui program Keluarga Berencana
(UGM, 2007).
Program Keluarga Berencana (KB) awalnya dimaksudkan untuk mengatur kelahiran
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Dalam perkembangannya program
KB ditujukan untuk membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
Keluarga yang kecil dimungkinkan dapat hidup sejahtera dan bahagia, sehingga pengaturan
kelahiran menjadi upaya pokok dalam program nasional (Maryani, 2008).
Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang
positif tentang KB di perlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan
kurang maka kapatuhan menjalani program KB berkurang (Notoadmojo, 2007).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, metode kontrasepsi yang
paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (46,87%) dan terbanyak
ke dua adalah pil (24,54%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih
oleh peserta KB aktif adalah Metoda Operasi Pria (MOP), yakni sebanyak 0,69%, kemudian
kondom sebanyak 3,22%.
Kontrasepsi hormonal adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormone yang terkandung dalam
kontrasepsi hormonal adalah jenis hormone sintetik kecuali yang terkandung dalam Depo
progestin yang jenis hormonnya adalah jenis progesterone alamiah (Hartanto,2004).
Dari visi program keluarga berencana nasional “mewujudkan keluarga berkualitas
2015” yaitu keluarga yang sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal, berwawasan ke
depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka
2

generasi mendatang dituntut menjadi generasi yang berkualitas dan keluarga merupakan
salah satu penunjang untuk mengukur yang akan datang akan lebih siap.
B. Rumusan masalah
Bagaimana aplikasi asuhan keluarga berencana dengan alat kontrasepsi pil kombinasi di
PONED PUSKESMAS GUBUG II ?
C. Tujuan
Menjelaskan aplikasi asuhan keluarga berencana dengan alat kontrasepsi pil kombinasi di
PONED PUSKESMAS GUBUG II.
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan
sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarga yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan
(Maryani, 2008).
Menurut WHO, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasutri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Maryani, 2008).
2. Tujuan Keluarga Berencana
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga
dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 1998).
3. Sasaran Program Keluarga Berencana
Adapun sasaran program keluarga berencana adalah pasangan usia subur istri <20
tahun dengan tujuan menunda kehamilan. Pasangan Usia Subur istri 20-30 tahun dengan
tujuan mengatur kesuburan dan menjarangkan kehamilan, pasangan usia subur dengan usia
istri >30 tahun dengan tujuan untuk mengakhiri kehamilan (Maryani, 2008).
B. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau melawan, sedangkan
kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel
pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma tersebut (Maryani, 2008).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Wiknjosastro, 2005).
4

2. Cara Kerja Kontrasepsi


Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya terdapat 3 cara yaitu :
Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan
sperma dengan sel telur (Winkjosastro, 2005).
3. Syarat-syarat Metode Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah
Aman dan tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat diterima oleh orang
banyak, pemakaian jangka lama/continuationrate tinggi (Hartanto, 2004)
4. Metode Kontrasepsi
Pada umumnya cara untuk metode kontrasepsi dapat dibagi dalam beberapa metode, yakni :
a. Metode Sederhana
1) Tanpa alat
a) KB alamiah : metode kalender (osino-knaus), metode suhu basal (termal),
metode lendir servik (bllings), metode simto termal.
2) Dengan alat :
a) Mekanis
Kondom pria, barier intra vaginal (diafragma, kap serviks/serviksl kap,
spons/sponge, kondon wanita).
b) Kimiawi
Spermisid.
b. Metode modern
1) Kontrasepsi hormonal
Per oral (Pil Oral Kombinasi/POK, mini pil, morning after pil), injeksi/suntikan
(DMPA), sub cutis (implant).
2) Intra Uterine Devices (IUD, AKDR).
3) Kontrasepsi mantap dengan cara :
Tubektomi pada wanita dan Vasektomi pada pria (Saifuddin, 2006).
C. Kontrasepsi Pil Kombinasi
1. Pengertian Pil Kombinasi
Pil Kombinasi adalah pil atau tablet untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
mengandung hormon estrogen dan hormon progesteron (Saifuddin, 2006).
5

2. Jenis-jenis Pil Kombinasi


Ada 3 jenis pil Kombinasi :
a. Monofasik
Yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
b. Bifasik
Yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang mengandung 35 mcg EE+0,05 mg
norethindrone untuk hari 1-10, 35 mcg EE+1,0 mg norethindroneuntuk hari 11-21 dari tiap
siklus
c. Triphasik
Yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang mengandung 30 mcg+0,05 mg
levonogestreluntuk hari 1-6, 40 mcg EE+0,075 mg levonogestrel untuk hari ke 7-11 dan
30 mcg EE+0,125 mg levonogestrel untuk hari ke 12-21 (Saifuddin, 2006).
3. Indikasi dan Kontraindikasi Pil Kombinasi
a. Indikasi
Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi seperti usia
reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak, gemuk atau kurus, setelah
melahirkan atau tidak menyusui, menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas
tinggi, setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan Air Susu Ibu secara eksklusif.
b. Kontraindikasi
Hamil atau dicurigai hamil, menyusui eksklusif, perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya, penyakit hati akut, perokok usia >35 tahun, riwayat penyakit
jantung, migrain (pusing kepala yang hebat), kanker payudara atau dicurigai kanker
payudara, tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari (Saifuddin, 2003).
4. Cara Menggunakan Pil Kombinasi
a. Pil pertama diminum hari kelima haid seterusnya berturut-turut setiap hari satu pil.
Khususnya untuk pil-pil dengan kemasan khusus dimulai pada hari pertama haid sesuai
dengan petunjuk pada kemasan.
b. Pada pasca persalinan pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari, sedang pada
pasca keguguran 1-2 minggu pada pasca kejadian.
6

c. Pada paket yang berisi 28 pil, mulai minum pil sejak hari pertama haid dan diteruskan
setiap hari.
d. Pada paket yang berisi 21 pil, minum pil mulai hari kelima haid. Bila telah habis istirahat
dan tunggu haid, kemudian diteruskan dengan kemasan yang selanjutnya pada hari
kelima haid.
e. Bila lupa satu pil, segera minum pil ketika ingat atau minum dua pil pada waktu yang
sama.
f. Bila lupa dua pil atau lebih, sebaiknya minum dua pil setiap hari selama pil yang tertunda
pada jadwal yang ditetapkan (Maryani, 2008).
5. Efek Samping Pemakaian Kontrasepsi Pil Kombinasi
a. Perdarahan Pervaginam atau Spotting
Terjadi bercak-bercak perdarah diantara masa haid, terutama pada bulan-bulan pertama
pemakaian pil KB.
Penanggulangan :
Menjelaskan kepada akseptor bahwa hal ini akibat pengaruh hormon dalam tubuh dan hal
ini tidak berbahaya bagi kesehatan (Maryani, 2008).
b. Tekanan Darah Meningkat
Tekanan darah yang sama atau lebih tinggi dari 140/90 mmHg dalam keadaan istirahat.
Penderita kadang-kadang merasa pusing atau terasa pegal pada kuduknya.
Penanggulangan :
Menjelaskan kepada akseptor, sebelum akseptor menggunakan KB bahwa pil tidak
menyebabkan tekanan darah tinggi. Akan tetapi pada wanita yang mempunyai bakat atau
riwayat darah tinggi, maka gejala darah tinggi akan lebih jelas (Maryani, 2008).
c. Perubahan Berat Badan
Berat badan bertambah atau berkurang beberapa Kg dalam beberapa bulan setelah
pemakaian pil KB.
Penanggulangan :
Kebanyakan wanita yang minum pil KB, bertambah sedikit berat badannya, karena
pemulihan cairan dalam beberapa hari sebelum haid. Hal ini akan segera hilang setelah
haid dimulai. Wanita yang minum pil bertambah berat badannya setelah beberapa bulan
pemakaian. Ini disebabkan hormon progesteron, atau peningkatan selera makan ketika
7

ketakutan akan kehamilan, pertambahan berat badan biasanya dikendalikan oleh diet
yang teratur (Jones, 2005).
d. Jerawat
Timbulnya jerawat diwajah atau badan bisa disertai infeksi atau tidak.
Penanggulangan :
Pemberian vitamin A dan vitamin Edosisi tinggi. Bila disertai infeksi dapat diberikan
preparat tetracycline 250 mg 2x1 kapsul selama satu atau dua minggu (Maryani, 2008).
e. Air Susu Berkurang
ASI berkurang bahkan kadang-kadang sampai berhenti setelah pemakaian pil KB dengan
dosis estrogen rendah.
Penanggulangan :
Menjelaskan bahwa pemakaian pil KB tidak dianjurkan bagi wanita yang menyusui. Bagi
wanita yang menyusui dapat memakai pil mini yang hanya mengandung progestin
(Maryani, 2008).
f. Pusing dan Sakit Kepala
Rasa berputar atau sakit pada kepala yang dapat terjadi pada satu sisi atau seluruh
bagian kepala.
Penanggulangan :
Menjelaskan secara jujur kepada calon akseptor bahwa kemungkinan tersebut mungkin
ada, tetapi biasanya bersifat sementara dan jarang terjadi
(Maryani, 2008).
g. Perubahan Libido
Terjadi peningkatan libido atau penurunan libido. Sulit dinilai karena bersifat subjektif ini
disebabkan oleh faktor psikis (kejiwaan) dan biasanya bersifat sementara.
Penanggulangan :
Menjelaskan kepada klien kemungkinan terjadi tentang hal ini dan sifatnya yang subjektif
(sementara). Akseptor dianjurkan untuk memperbaiki keadaan umum termasuk
kesehatan bila perlu konsultasi ke psikolog.
h. Varises
Rasa pegal dan nyeri pada tungkai dan terdapat pelebaran pembuluh darah balik (vena)
pada ektremitas bawah yang biasanya terlihat menonjol dibawah kulit.
8

Penanggulangan :
Menjelaskan bahwa varises hanya terdapat pada wanita yang berbakat untuk varises.
Bagi wanita yang tidak mempunyai varises tetap dapat memakai pil KB (Maryani, 2008).
i. Tromboemboli
Gejala yang timbul akibat tersumbatnya pembuluh darah oleh darah yang membeku
(thrombus). Gejala yang timbul tergantung dari bagian yang tersumbat dan dapat terjadi
didaerah otak, arteri coronaria, pada pembuluh vena atau paru-paru.
Penanggulangan :
Menjelaskan secara jujur kepada calon akseptor bahwa kemungkinan terjadi
tromboemboli, walaupun sangat kecil dan biasanya dapat dikurangi kemungkinan dengan
pemakaian pil KB dengan dosis estrogen rendah (Maryani, 2008).
6. Cara Kerja Pil Kombinasi
Cara kerja pil kombinasi adalah sebagai berikut :
Menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir servik mengental sehingga sulit dilalui
oleh sperma dan pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya
akan terganggu pula (Saifuddin, 2006).
7. Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Pil Kombinasi
a. Keuntungan Pemakaian Pil Kombinasi
Reversibilitasnya sangat tinggi bila diminum pil sesuai dengan aturan dijamin
berhasil 100%, mudah menggunakannya, mengurangi rasa sakit pada waktu menstruasi,
mencegah anemia karena defisiensi zat besi, mengurangi resiko kanker ovarium,
menguirangi kemungkinan resiko pelvic infection dan kehamilan ektopik, cocok sekali
digunakan untuk menunda kehamilan pertama dari PUS (Pasangan Usia Subur) muda,
khusus mini pil tidak mempengaruhi ASI, dapat meningkatkan libido (Saifuddin, 2006).
b.   Kerugian Pemakaian Pil Kombinasi
Memerlukan disiplin dari pemakaian/harus minum pil secara teratur, dapat
mengurangi ASI terutama 6 minggu post partum kecuali mini pil, kembalinya kesuburan
agak lambat (Saifuddin, 2006).
9

8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Tentang Kontrasepsi PilKkombinasi


a. Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirka atau diadakan (Alwi, 2003). Dari
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup ; semakin tua semakin
bijaksana, semakin banyak informasi dan semakin banyak hal laoin yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuannya (Notoadmojo, 2007).
Menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum
cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan
jiwa.
Semakin bertambah umur ibu, pengalaman ibu waktu hamil, melahirkan dan
mengasuh anak menyebabkan ibu menjadi lebih rasional dalam bersikap, menyadari
semakin banyak jumlah anak dan semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi,
mendorong ibu untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai kesehatan
pemilihan kontrasepsi yang tepat (Notoadmojo, 2007).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
(Alwi, 2003).
Menurut Suwarno yang dikutip oleh Nursalam (2001), pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan oleh seseorang terhadap pekembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang, karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide atau
teknologi baru (Notoadmojo, 2003).
Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam (2001) makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi. Sehingga semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
10

c. Paritas
Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan
(Ramli, 2003).
Paritas dua sampai tiga merupakan palitas paling aman ditinjau dari sudut kamatian
maternal. Resiko pada paritas satu dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik,
sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana (Winknjosastro, 2005).
Ketika seorang ibu melahirkan anak pertama sampai anak ketiga maka resiko
kematian rendah. Tetapi resiko kematian yang paling rendah ketika si ibu melahirkan
anak yang kedua (Winjosastro, 2005).
Wanita usia subur dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah terlalu
yaitu; terlalu banyak, seorang wanita dengan jumlah anak lebih dari 4 orang akan lebih
sering mengalami kematian karena perdarahan setelah persalinan atau penyebab yang
lain (Hartanto, 2004).
Pada usia subur dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah terlalu
dekat jarak anak, sehingga wanita membutuhkan waktu untuk memulihkan tenaga dan
kekuatan diantara kehamilan. Jarak antara kehamilan yang dianggap cukup aman adalah
3-4 tahun, karena jarak kelahiran < 2 tahun dapat mengakibatkan kehamilan resiko tinggi
yang dapat menyebabkan berat badan lahir rendah, nutrisi kurang, waktu atau lama
menyusui berkurang, lebih sering terkena penyakit dan tumbuh kembang menjadi lebih
lambat (Hartanto, 2004).
d. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah tahap perkembangan pemikiran manusia dapat dilihat dari
sedikit banyaknya sumber informasi yang didapat.
Dari informasi yang diperoleh tersebut dapat membuat masyarakat mengetahui apa
yang tidak mereka ketahui. Dalam persoalan tentang pemilihan Alat Kontrasepsi yang
baik memang sangat tergantung kepada pemakaiannya sendiri. Untuk itu informasi
sangat dibutuhkan bagi pasangan usia subur yang belum mengetahui tentang Alat
Kontrasepsi (Notoatmodjo, 2007).
11

Menuruut Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sumber informasi yaitu alat atau
media informasi yang memungkinkan responden mengetahui tentang alat kontrasepsi pil
kombinasi, dengan kategori :
1) Media cetak : leaflet, flip chart, poster dan foto.
2) Media elektronik : televisi, radio, video, slide dan film.
3) Petugas kesehatan : dokter bidan dan perawat
12

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB PIL
PADA NY Z P2A0 UMUR 30 TAHUN CALON AKSEPTOR KB PIL KOMBINASI
DI BPM ARTATI NURJANAH S.ST Keb

I. PENGKAJIAN:
Tanggal : 18 Juni 2017
Jam : 16.00 WIB
Tempat : BPM Artati Nurjanah
II. IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Identitas suami
Nama : Ny Z Nama : Tn. I
Umur : 30 tahun Umur : 33 tahun
Agama : Katolik Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Alamat : Candi 4/2 Alamat : Candi 4/2

III. DATA SUBYEKTIF


1. Alasan Datang : Ibu datang ingin menggunakan KB pil kombinasi
Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun Nyeri Haid : tidak ada nyeri haid
Siklus : ±28 hari Banyaknya : 2-3x ganti pembalut/hari
Lama : ±5-6 hari Warna darah : merah tua
Keluhan : tidak ada keluhan HPHT :13 Juni 2017
3. Riwayat Perkawinan : Sah, menurut hukum dan agama
Umur Waktu Nikah : 22 tahun Lama Nikah : 8 tahun
Perkawinan ke :1 Jumlah Anak :2
13

4. Riwayat Kesehatan:
a. Sekarang : Ibu mengatakan sekarang dalam keadaan sehat , tidak menderita
tekanan darah tinggi, tidak mempunyai penyakit hati, tidak sedang hamil dan tidak
mempunyai benjolan pada payudara
b. Yang lalu : Ibu mengatakan dahulu tidak pernah menderita tekanan darah
tinggi, tidak pernah mempunyai penyakit hati, tidak sedang hamil dan tidak pernah
mempunyai benjolan pada payudara
c. Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah
memiliki tekanan darah tinggi, tidak pernah ada yang mempunyai penyakit hati dan
tidak pernah ada yang memiliki benjolan pada payudara.
5. Riwayat Kehamilan , Persalinan dan nifas
Ana Umur Ab Jenis Penolon Komplikasi Nifas BBL Keadaan Anak
Hidup Mati
k ke Kehamila Partus g
Umur J Umur JK
n
K
1 38 mgg - spontan Bidan Tidak ada Normal 3550 8 th L - -
gram
2 40 mgg - spontan Bidan Tidak ada Normal 3300 4 th P - -
gram

6. Riwayat KB

JENIS KB LAMA PENGGUNAAN KELUHAN ALASAN BERHENTI


1. KB suntik 2 tahun Amenore, Terjadi peningkatan BB
3 bln peningkatan yang signifikan.
BB
2. KB suntik 2 tahun Spotting, Ibu ingin ganti dengan pil
1 bln peningkatan KB
BB

Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:


14

a. Pola Nutrisi : Ibu makan 3x sehari, porsi 1 piring sedang, menu nasi, dengan
lauk nabati (tahu, tempe) dan hewani (telur, daging, ikan), sayur dan buah
bervariasi. Minum ±6-7 gelas sehari
Keluhan : tidak ada
b. Pola Eliminasi : Ibu BAK 5-6 x/hari warna kuning jernih, konsistensi cair, bau khas
urine dan Ibu BAB 1x/hari konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada
c. Pola aktivitas : Ibu mengatakan melakukan aktivitas sehari-harinya yaitu bekerja
di puskesmas. Apabila di rumah, ibu melakukan pekerjaan rumah tangganya seperti
menyapu, mencuci, memasak dan mengurus anak serta suaminya
d. Pola istirahat : Ibu tidur siang ±1 jam sehari dan tidur malam ± 7-8 jam
e. Pola sexual : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 kali dalam
seminggu dan tidak ada keluhan
f. Pola higiene : Ibu mandi 2x sehari, keramas 4x/minggu, gosok gigi 2x/hari, ibu
rajin membersihkan alat genetalia saat mandi dan sehabis BAK/BAB
g. Psiko, social, spiritual, cultural : Ibu mengatakan ber-KB sesuai keinginan
sendiri, suami dan keluarga mendukung keputusan ibu ber-KB, hubungan ibu
dengan suami, keluarga dan masyarakat baik, ibu rajin menjalankan ibadah sesuai
agama yang dianut, ibu tidak menganut pantangan yang merugikan kesehatan dan
lingkungan tempat tinggal ibu tidak melarang untuk ber-KB
h. Data Psikologis : Ibu merasa bahagia menggunakan alat kontrasepsi pil kombinasi
dan tidak ada paksaan maupun larangan dalam menggunakan KB pil kombinasi ini.
i. Pola Kebiasaan Hidup sehat : Ibu mengatakan tidak merokok, tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan narkoba.
j. Data Psikososial : Hubungan dengan suami/ keluarga/ masyarakat baik
k. Pengetahuan ibu tentang KB (jenis, manfaat dan efek samping):
1) Ibu tahu tentang kontrasepsi sebagai alat untuk mencegah kehamilan
2) Ibu mengetahui macam-macam alat kontrasepsi seperti KB pil, KB suntik,. IUD,
Implant
3) Ibu hanya mengetahui cara pemakaian dan efek samping KB pil kombinasi
III. DATA OBYEKTIF:
15

1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
Tensi : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/mnt
Suhu /T : 36,2oC RR : 20 x/mnt
BB Sebelum/Sekarang : 60 kg /60 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala            : Mesocephal, kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak mudah
dicabut
Muka : Simetris, tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik
Leher               : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe, dan vena
jugularis, tidak ada nyeri telan
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, ictus cordis tak
tampak, tidak ada benjolan, tidak ada wheezing.
Perut : Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran hepar,
tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas    : Simetris ,Tidak ada oedema pada tangan dan kaki ,tidak ada
varices, ujung kuku tidak pucat.
Genetalia : Tidak ada odem, tidak ada perdarahan, tidak ada benjolan
abnormal
Anus               : Tidak ada hemorroid.
3. Pemeriksaan penunjang:
HCG Urine :Tidak dilakukan
Hb : Tidak dilakukan

IV. ANALISA
Ny Z umur 30 tahun P2A0 calon akseptor KB Pil Kombinasi

V. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik.
Hasil : Ibu tampak senang dan mengucapkan Alhamdulillah
16

2. Memberi tahu ibu kembali bahwa efek samping KB pil kombinasi adalah mual, nyeri
payudara, dan berat badan naik
Hasil : Ibu mengerti efek samping KB pil kombinasi dan mampu mengulang kembali apa
saja efek samping yang ditimbulkan dari KB pil kombinasi
3. Memberi tahu ibu cara minum pil, yaitu dimulai dari hari ini lalu ikuti panah untuk
selanjutnya. Usahakan diminum pada jam yang sama.
Hasil : Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali.
4. Memberi tahu ibu cara minum pil apabila lupa satu hari, yaitu dengan cara minum 2 pil. Pil
yang seharusnya diminum kemarin dan hari ini.
Hasil : Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali.
5. Menganjurkan ibu untuk menggunakan pengaman tambahan semisal kondom sampai
hari ke 5 atau ke 7.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia
6. Memberitahu ibu agar kembali untuk kunjungan ulang yaitu 2 atau 3 hari sebelum pil
habis atau segera ke tempat pelayanan kesehatan jika terjadi keluhan
Hasil : Ibu bersedia datang kembali. Jika pil sudah hamper habis
17

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis sebagai praktikan mencoba membandingkan antara teori yang diperoleh
dengan praktek di lapangan khususnya dari pengkajian sampai pelaksanaan asuhan.
Pada dasarnya pelaksanaan asuhan kebidanan keluarga berencana untuk jenis alat
kontrasepsi pil di lapangan sudah sesuai dengan teori yang ada, mulai dari pengkajian sampai
pelaksanaan asuhan. Pengumpulan data pasien dilakukan dengan rinci dan lengkap. Namun, untuk
pemeriksaan fisik pada kunjungan ulang hanya meliputi pengukuran tekanan darah dan berat badan
saja
Konseling dilakukan dengan baik sehingga membantu klien dalam menentukan pilihan ber KB
dengan mengulas kembali berbagai efek samping dari macam macam KB .
18

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pelayanan keluarga berencana dilakukan dengan penggunaan atau pemakaian alat
kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan upaya mencegah suatu kehamilan. Penggunaan kontrasepsi
yang digunakan perlu dipertimbangkan efek samping terhadap fungsi reproduksi dan
kesejahteraan umum. Pada pelaksanaannya, bidan bertugas sebagai tenaga pemberi layanan.
Beberapa alat kontrasepsi yang diberikan yaitu dalam bentuk pil, suntik, implan, kondom, IUD,
atau metode alami Pada laporan ilmiah ini, penulis mengambil kasus KB pil kombinasi. Dalam
pelaksanaannya, sudah sesuai dengan teori serta teknik dalam memberikan konseling juga sudah
cukup baik. Untuk pemeriksaan fisik kurang lengkap karena hanya mengukur tekanan darah
dantimbang berat badan saja. Sedangkan pendokumentasian dilakukan secara lengkap.
B. Saran
Sebaiknya tenaga kesehatan dalam melaksanakan praktik selalu berpedoman dengan teori
yang ada. Dalam memberikan konseling juga sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah
dipahami serta informasi yang diberikan lengkap. sehingga klien merasa nyaman dan tidak timbul
efek samping yang terlalu memberatkan klien akibat informasi yang disampaikan kurang lengkap.
19

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Glasier, Anna & Gabbie, Alisa. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.

Hartanto. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : EGC.

Jones. 2005. Setiap Wanita. Jakarta : Delup Ratansa Publhising.

Maryani, Sri. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : TIM.

Machfoedz, Ircham. 2009. Metodologi Penelitian. Yogyakarta :Fitramaya.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Saifuddin, BA. 2006. Buku Panduan praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Anda mungkin juga menyukai