Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh
wanita setiap bulanya untuk kehamilan. Walaupun menstruasi datang setiap bulan pada
usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik saat menjelang
atau selama haid berlangsung. Salah satu ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu
nyeri haid. Nyeri haid dalam istilah medis disebut juga dysmenorrhea (dismenore) atau
menstrual cramps.
Dismenore adalah kondisi medis saat haid yang dapat mengganggu aktivitas dan
memerlukan pengobatan, ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun
panggul. Dismenore adalah keluhan yang sering dialami seorang wanita pada bagian
perut bawah saat haid yang disebabkan karena kontraksi uterus (rahim) yang intens.
(Winkjosastro,2007)
Dismenore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic biasanya dari enam bulan
sampai tahun kedua setelah menarche (menstruasi pertama kali didapatkan perempuan,
biasanya perempuan indonesia pada usia 12-14 tahun. Tapi seiring kemajuan jaman usia
itu semakin dini saja). Dismenore ini sering hilang pada usia 25 tahun atau setelah
perempuan hamil atau melahirkan normal.
Dismenore atau nyeri haid adalah suatu nyeri haid yang demikian hebatnya,
sehingga membuat penderita harus beristirahat cukup, bahkan kadang harus memaksa
untuk meningalkan pekerjaan sehari-hari. Hal itu yang merupakan suatu gejala yang
menyebabkan wanita muda sering pergi ke dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Namun
demikian, gejala ini bersifat kadang pula berupa nyeri yang sanggat hebat, meskipun
frekuensi dismenore cukup tinggi sudah lama terjadi pada wanita, namun sampai
sekarang patogenesisnya belum dapat diperankan dengan baik. Sebagai bidan upaya
yang dilakukan dengan meningkatkan preventif dan kkuratif dengan cara banyak makan-
makanan bergizi, berolah raga, berfikir positif, minum air hangat dll. (Winkjosastro, H.
2007)
Dahulu, nyeri haid dianggap sebagai masalah psikologis wanita, tetapi sekarang
merupakan kondisi medis yang nyata dan menyebabkan gangguan apabila tidak diatasi
dengan baik. Nyeri haid dijumpai pada 30-75 % dari populasi dan kurang lebih
separuhnya memerlukan pengobatan.
Asuhan kebidanan pada Nn. S usia 16 tahun dengan Disminorhea Primer di
Puskesmas Gubug II.

A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada Nn. S dengan gangguan
system reproduksi Dismenorhea Primer secara komprehensif
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada pada Nn. S dengan gangguan system
reproduksi Dismenorhea Primer
b. Melakukan pengkajian data objektif pada Nn. S dengan gangguan system
reproduksi Dismenorhea Primer
c. Melakukan analisa pada Nn. S dengan gangguan system reproduksi
Dismenorhea Primer
d. Melakukan penatalaksanaan pada Nn. S dengan gangguan system reproduksi
Dismenorhea Primer

B. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk study kasus selanjutnya.
2. Bagi Lahan Praktik
Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan
manajemen kebidanan yang diharapkan oleh lahan praktik.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat khususnya
remaja-remaja tentang penataksanaan dismenorhea primer..
4. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat
mengaplikasikan pada penanganan d kalangan remaja.
5. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pendidikan kesehatan berupa
penyuluhan kesehatan kepada remaja tentang penatalaksanaan dismenorhea primer
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Menstruasi
Setiap bulan, secara periodik, seorang wanita normal akan mengalami peristiwa
reproduksi, yaitu menstruasi. Menstruasi merupakan meluruhnya jaringan endometrium
karena tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh sperma. Peristiwa itu begitu wajar
dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita yang normal pasti akan
mengalami proses tersebut.
Seorang wanita subur, selama kira-kira 38 tahun dalam hidupnya dan setiap
bulannya, akan melepaskan sel telur matang yang dikeluarkan secara bergantian dari
salah satu indung telur. Pematangan telur dirangsang oleh organ kecil yang berada di
dasar otak yang disebut hipofisis.
Selama menstruasi, proses pematangan telur telah dimulai. Sesudah 14 hari,
proses pematangan telah selesai dan telur melepaskan diri dari indung telur (ovulasi).
Silia yang mengelilingi saluran telur akan menangkap telur tersebut. Melalui saluran telur,
telur menuju ke arah ruang rahim. Di saluran telur, sel telur dapat bertemu dengan sperma
(benih dari pria) yang datang dari arah yang berlainan (dari ruang rahim).
Telur dapat dibuahi oleh satu benih sperma (ada kira kira 200 juta sperma yang
masuk melalui vagina). Jika telur yang telah dibuahi itu sampai ke ruang rahim, selaput
lendir ruang rahim telah siap untuk menerima telur. Sebelumnya, rahim telah menerima
isyarat melalui hormon esterogen dan progesteron bahwa akan datang sel telur yang telah
matang. Selaput lendir ruang rahim mempersiapkan diri dengan baik untuk dapat
menerima telur.
Jika dalam perjalanannya telur tidak bertemu dengan sperma, telur akan mati
beberapa jam setelah lepas dari indung telur. Selaput lendir ruang rahim seakan-akan sia-
sia mempersiapkan diri untuk menerima telur. Hipofisis juga memperhatikan hal tersebut.
Kira-kira 14 hari setelah pelepasan telur, lapisan paling luar dari selaput lendir rahim
(endometrium) diberi isyarat bahwa bagian tersebut perlu mengalami peluruhan . maka
secara tiba-tiba, lapisan tersebut lepas atau meluruh sehingga menyebabkan perdarahan.
Ha seperti itulah yang dimnamakan haid atau menstruasi.
B. Pengertian Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi adalah perdarahan menstruasi yang tidak normal dalam hal
panjang siklus, lama siklus, jumlah darah siklus dan nyeri. Hal ini melibatkan hipotalamus,
hipofisis, ovarium, dan emdometrium.
Fisiologi menstruasi normal adalah sebagai berikut:
1. Siklus berlangsung antara 23 - 35 hari atau 21 - 31 hari.
2. Estrogen dihasilkan oleh folikel dan korpus luteum.
3. Peningkatan estrogen depengaruhi hanya oleh corpus luteum.
4. Korpus luteum hanya ada jika terjadi ovulasi.
5. Korpus luteum hanya dapat bertahan ± 10_14 hari.
6. Fase luteal ± 14 hari (hampir selalu tetap).
7. Fase folikulogenesis (proliferasi) bervariasi ±7_21 hari.

C. Pengertian Dismenore
Menstruasi merupakan proses yang dialami dan wajar dalam kehidupan seorang
wanita .Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah
menstruasi, di antaranya adalah nyeri haid atau dismenore.
Dismenore adalah rasa nyeri pada perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi
selama menstruasi. Dismonere biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan
prostaglandin tertentu, prostaglandin F2 alfa, dari sel-sel endometrium uterus.
Dismenore juga dapat diartikan sebagai haid yang nyeri yang terjadi tanpa tanda-
tanda infeksi atau penyakit panggul. Selain itu, Dismenore juga memiliki arti sebagai nyeri
uteri pada saat menstruasi. Dismenore primer tidak dikaitkan dengan patologi pelvis dan
bisa timbul tanpa penyakit organik. Intensitas dismonerea bisa berkurang setelah hamil
atau pada umur sekitar 30 tahun. Jadi dapat disimpulkan definisi dari disminore adalah
nyeri yang dirasakan wanita saat haid.

D. Macam-Macam Dismenore
1. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan
dismenore kongestif.
a. Nyeri Dismenore Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum
masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak wanita terpaksa harus
berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan
apa pun. Ada di antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada
yang benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah wanita muda
walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas.
Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya
bayi pertama walaupun banyak pula wanita yang tidak mengalami hal seperti itu.

b. Nyeri Dismenore Kongestif


Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari
sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Dia mungkin akan
mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu, bra
terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah
atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi
ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas dan
sebagainya. Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung
antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin
tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari
pertama masa haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa
lebih baik. 

2. Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid dapat
dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder
a. Dismenore Primer
Dismenore primer muncul pada permulaan menstruasi saat menarche,
dan biasanya tidak terdapat dasar organik untuk nyeri tersebut, yang diyakini
disebabkan oleh aktivitas abnormal saraf dan otot serviks uterus ataupun
hormonal. Sering dimulai pada waktu wanita mendapatkan haid hari pertama dan
sering dibarengi rasa mual, muntah, dan diare. Gadis dan wanita muda dapat
diserang nyeri haid primer. Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri
timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu
hilang sesudah wanita itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu
diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari wanita yang belum pernah
melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori
itu. Etiologi patogenesis adalah teori prostaglandin terutama prostaglandin F2
alfa. Pada akhir daur haid, kadar progesteron menurun, kadar prostaglandin
dalam endometrium (dan darah haid) bertambah. Peninggian kadar prostaglandin
ini menyebabkan bertambahnya kontraksi otot uterus, menyebabkan timbulnya
iskemi yang menimbulkan rasa sakit
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan karena kelainan
yang jelas. Nyeri menstruasi dimulai lebih lambat dan sering kali terkait dengan
penyakit organik yang mendasari. Nyeri haid yang baru timbul 1 tahun atau lebih
sesudah haid pertama dapat dengan mudah ditemukan penyebabnya melalui
pemeriksaan yang sederhana. Jika pada usia 40 tahun ke atas timbul gejala nyeri
haid yang tidak pernah dialami, penting sekali baginya untuk memeriksakan
diri. Rasa nyeri biasanya mulai sebelum datang haid, dapat berlangsung
sepanjang haid serta dapat pula disertai keluhan-keluhan lainnya seperti
pendarahan banyak, disprareunia serta keputihan nyeri haid sekunder dapat
disebabkan oleh hal-hal berikut:
1) Rahim yang terbalik sehingga membuat darah haid tidak mudah dikeluarkan,
tetapi penyebab itu lebih jarang daripada yang diperkirakan sebelumnya
2) Benjolan besar atau kecil di rahim dapat menimbulkan keluhan perdarahan
yang banyak atau sering disertai gumpalan darah
3) Mioma uteri
4) Adanya AKDR
5) Peradangan selaput lendir rahim. Hal itu biasanya hanya terjadi-dan jarang
terjadi-sesudah persalinan atau keguguran. Peradangan dapat pula terjadi
akibat penyakit kelamin yang dilalaikan
6) Pemakaian spiral
7) Endometriosis. Pertumbuhan jaringan lapisan rahim di tempat lain di dalam
ruang panggul
8) Fibroid atau tumor
9) Infeksi pelvis

Patogenesis dismenore sekunder yaitu disebabkan karena adanya kadar


prostaglandin F2α dalam endometrium meningkat dengan adanya alat
kontrasepsi dalam rahim. Faktor antara lain adanya sumbatan dalam uterus,
kelainan anatomi rahim, regangan karena bekuan darah ataupun karena
pertumbuhan jaringan menyebabkan bertambahnya kontraksi uterus akibatnya
bertambah nyeri

E. Tanda dan Gejala Dismenore


1. Dismenore primer
a. Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
b. Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
c. Sering terjadi pada nulipara
d. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
e. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid
f. Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
g. Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
h. Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
i. Pemeriksaan pelvik normal
j. Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala

2. Dismenore sekunder
a. Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
b. Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
c. Tidak berhubngan dengan siklus paritas
d. Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
e. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
f. Berhubungan dengan kelainan pelvic
g. Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
h. Seringkali memerlukan tindakan operatif
i. Terdapat kelainan pelvik

F. Patofisiologi Dismenore
Ada beberapa faktor yang terkait dengan dismenore primer yaitu prostaglandin
uterine yang tinggi, aktivotas uteri abnormal, dan faktor emosi/ psikologis. Belum diketahui
dengan jelas bagaimana protaglandin bisa menyebabkan dismenore tetapi telah diketahui
bahwa wanita dengan dismenore mempunyai prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi dari
pada wanita tanpa dismenore. Dismenore primer biasanya timbul pada hari pertama atau
kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen.
G. Penatalaksanaan Desminore
Dismenore primer dapat diatasi dengan inhibitor prostaglandin yang bisa
menghalangi sintesis dan metabolisme prostaglandin. Obat NSAIN (Nonsteroidal Anti-
Inflamatory Drugs) adalah obat yang efektif untuk menghambat sintesis prostaglandin.
Contoh obat-obat ini adalah Ibuprofen, Naproxen, dan Ketoprofen. Dismenore sekunder
diatasi dengan memperbaki penyebab organik.
Bagi sebagian besar wanita, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) yang
menghambat terbentuknya prostaglandin, misalnya ibuprofen, dapat secara efektik
mengurangi kram. Asetaminofen kurang membantu, karena bekerja dengan mekanisme
yang berbeda dengan obat-obat anti-inflamasi terdahulu. Inhibitor prostaglandin harus
digunakan pada saat tanda awal nyeri muncul atau pada tanda pertama pengeluaran
darah haid. Hal ini dikarena kram akibat haid yang kuat dapat menyebabkan terjadinya
endometris (pertumbuhan jaringan uterus di luar uterus yang menyebabkan nyeri) keluhan
dismenore harus selalu dianggap serius dan harus dilakukan upaya untuk mengurangi
insidensnya.
Selain itu penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut Prawirohardjo (2009),
adalah sebagai berikut :
1. Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang
tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi
mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan
salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu
dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan
olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

2. Pemberian obat analgetik.


Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesic yang dapat diberikan sebagai
terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan
kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesic
yang sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.
Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-
aminophen.
Berdasarkan penelitian, pada saat dismenore, para wanita dapat
mengunakan obat analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut yang berasal
dari gejala fisik, namun selain gejala fisik mungkin juga ada hal lain yang
berhubungan dengan gejala psikologis. Penyembuhan secara psikologis sangat
individual tergantung sikap dan mental dalam menghadapinya. Dengan
seimbangnya kondisi fisik dan psikologis seseorang pada saat menstruasi, itu akan
meningkatkan aktivitas dan dengan meningkatnya aktivitas maka akan meningkat
pula produktivitas seseorang. Pada penelitian ini terdapat kelemahan yaitu pada
variabel perancu menoragia dan penggunaan obat analgetik, dimana variabel
tersebut tidak dikendalikan. (Kurniawati, 2011)

3. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore
primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada
waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu
jenis pil kombinasi kontasepsi.

4. Terapi alternative
Sebagai tambahan pemakaian obat penawar sakit tanpa resep, ada banyak
yang dapat anda lakukan sendiri untuk membantu mengurangi kram menstruasi, dan
dengan sedikit percobaan, anda pasti dapat menemukan cara untuk membawa
kelegaan. Suhu panas merupakan ramuan tua yaitu dapat dilakukan dengan
kompres handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah.
Mandi air hangat juga bisa membantu.
Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya
mengurangi stress dan orgasme juga dapat membantu dengan mengurangi
tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa kekenduran dan rasa nyaman.
Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram menstruasi. Salah
satunya adalah peregangan kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak
kemudian secara perlahan menaikkan punggung anda keatas setinggi-tingginya.
Vitamin E sebagai Terapi Alternatif Dismenore
Dengan adanya mekanisme efek dari vitamin E dalam biosintesis
prostaglandin, dimana prostaglandin berperan dalam menimbulkan sensasi rasa
nyeri, maka vitamin E mempunyai peranan dalam mengurangi rasa nyeri haid.
Berdasarkan data meta analisis dikatakan vitamin E dosis rendah < 400 IU dan
vitamin dosis tinggi adalah ≥ 400 IU (Miller ER, 2005)
Menurut Ziaei (2001), dalam suatu penelitian dengan pemberian vitamin E
500 IU selama 5 hari, dimulai dari hari kedua sebelum hari haid pertama mempunyai
perbedaan bermakna dibandingkan dengan placebo dalam mengurangi nyeri haid
yang diukur dengan visual analog scale. Dilanjutkan dengan penelitian selanjutnya
pemberian dengan dosis yang lebih rendah dengan pemberian Vitamin E 200 IU
selama dua sampai empat siklus pada 2 hari sebelum haid sampai hari ketiga haid
juga ditemukan perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok dalam intensitas
nyeri haid yang dinilai dengan visual analog scale
Vitamin E terdapat dalam makanan seperti kacang-kacangan, gandum,
papaya, alpukat, tomat, brokoli, minyak zaitun, dan lain sebagainya

H. Hasil penelitian berdasarkan Jurnal Ilmiah


Pengaruh Senam Dismenore terhadap Penurunan Dismenore pada Remaja Putri di Desa
Sidoharjo Kecamatan Pati
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rofli Marlinda (2012) yaitu sebelum
dilakukan senam dismenore sebanyak 46,7% mengalami nyeri derajat 2 dan sesudah
dilakukan senam dismenore sebanyak 40,0% mengalami nyeri derajat 1. Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan mean penurunan tingkat dismenore pada responden
yang melakukan senam dismenore dan responden yang tidak mengalami senam
dismenore.
Senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi. Olahraga atau
latihan fisik dapat menghasilkan hormone endorphin. Hormone ini dapat berfungsi
sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan
untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat meningkatkan
kadar β-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Semakin banyak melakukan
senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar β-endorphin. Seseorang yang
melakukan olahraga/senam, maka β-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor
di dalam hypothalamus dan system limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi (Harry,
2005)
Kadar endorphin beragam di antara individu, seperti halnya factor-faktor seperti
kecemasan yang mempengaruhi kadar endorphin. Individu dengan endorphin yang
banyak akan lebih sedikit merasakan nyeri. Sama halnya aktifitas fisik yang berat diduga
dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam system control desendens (Smeltzer
& Bare, 2011)
Hal ini didukung juga penelitian oleh Martchelina (2011) dengan judul “Pengaruh
Senam Dismenore Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Saat Menstruasi Pada Remaja
Putri Usia 12 – 17 Tahun SMP 31 di Cipedak Kecamatan Jagakarsa” yaitu rata – rata
penurunan tingkat nyeri pada pengukuran pertama sebesar 5,6%. Rata – rata penurunan
tingkat nyeri pada pengukuran kedua sebesar 3,2%, dari kedua hasil tersebut dapat
diketahui terdapat selisih penurunan sebesar 2,4%. Hasil dari p-value sebesar 0,000 < α
(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh senam dismenore terhadap
penurunan tingkat nyeri saat menstruasi pada remaja putri di SMP 31 Cipedak
Kecamatan Jagakarsa.
Senam dilakukan pada minggu ketiga setelah menstruasi terakhir berdasarkan
responden yang diambil adalah remaja yang tidak memiliki siklus menstruasi yang teratur.
Selama 1 tahun setelah terjadinya menarche, ketidakteraturan menstruasi masih sering
dijumpai. Ketidakteraturan terjadinya menstruasi adalah kejadian yang biasa dialami oleh
para remaja putri, namun demikian hal ini dapat menimbulkan keresahan pada diri remaja
itu sendiri. Sekitar 2 tahun setelah menarche akan terjadi ovulasi. Ovulasi ini tidak harus
terjadi setiap bulan tetapi dapat terjadi setiap 2 atau 3 bulan dan secara beransur
siklusnya akan menjadi lebih teratur. Dismenore primer dapat timbul pada saat terjadinya
ovulasi. Dismenore akan semakin berkurang dan hilang dengan sendirinya dengan
semakin bertambanya umur (Proverawati & Misaroh, 2009).
Peningkatan kadar prostaglandin terjadi pada akhir fase luteal atau pada fase
menstruasi yaitu pada hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3 dalam siklus menstruasi.
Gambaran klinis dismenore primer termasuk onset segera setelah menstruasi pertama
dan biasanya berlangsung sekitas 48 – 72 jam, sering mulai beberapa jam sebelum atau
sesaat setelah menstruasi (Anurogo & Wulandari, 2011).
Peningkatan kadar prostaglandin yang diimbangi dengan senam yang
menghasilkan endorphin maka diharapkan nyeri dapat berkurang. Senam dilakukan
setiap sore hari karena konsentrasi endorphin terendah ditemukan pada saat malam hari
dan tertinggi pada saat pagi hari (Harry, 2005).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA Nn.S USIA 16 TAHUN DENGAN DISMENORE PRIMER
DI PUSKESMAS GUBUG II

PENGKAJIAN:
Tanggal : 19 Desember 2016
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Gubug II

IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Identitas Penanggung jawab : Ibu
Nama : Nn. S Nama : Ny S
Umur : 16 tahun Umur : 43 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Jeketro Alamat : Jeketro

A. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang:
Nn S mengatakan ingin memeriksakan keadaannya.
2. Keluhan Utama:
Nn S mengatakan nyeri perut pada saat menstruasi. Ini adalah menstruari hari ke-2
3. Riwayat Kesehatan:
a. Sekarang :
Nn S mengatakan saat ini tidak pernah/tidak sedang menderita penyakit jantung,
penyakit ginjal, asma, diabetes mellitus, alergi dan PMS
b. Yang lalu :
Nn S mengatakan dahulu tidak pernah menderita menderita penyakit jantung,
penyakit ginjal, asma, diabetes mellitus, alergi dan PMS
c. Keluarga :
Nn S mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, penyakit
ginjal, asma, diabetes mellitus, alergi dan PMS

4. Riwayat Haid
Menarche : Usia 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Nyeri Haid : Nyeri sejak hari pertama menstruasi
Banyaknya : Ganti pembalut 3 kali sehari
Warna Darah : Merah kehitaman

5. Riwayat Perkawinan :
Nn S mengatakan belum pernah menikah.

6. Riwayat KB :
Nn S mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Nn S mengatakan belum pernah hamil, melahirkan, dan mengalami masa nifas

8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:


a. Pola Nutrisi
Makan : Frekuensi 3 kali sehari, porsi 1 piring
Lauk pauk : tempe, tahu, telur
Minum : Frekuensi 6-8 gelas sehari
Jenis : air putih

b. Pola Eliminasi
BAB : Frekuensi 1 kali sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek
BAK : Frekuensi 2-4 kali sehari, warna kuning jernih.

c. Pola aktivitas
Sehari-hari melakukan kegiatan sekolah, menyapu, mengepel, mengaji, dll
d. Pola istirahat
Tidur siang : ± 1 jam (pukul 14.00-15.00 WIB )
Tidur malam : ± 7 jam (pukul 22.00 – 05.00 WIB)
e. Pola sexual
Frekuensi :-
Contact bleeding :-
Keluhan : Nn.S mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual
karena belum menikah

f. Pola higiene
Mandi : 2 kali sehari
Sikat gigi : 2 kali sehari
Keramas : 3 kali seminggu
Ganti pakaian : 1 kali sehari
Ganti celana dalam : 2 kali sehari

g. Psiko, social, spiritual, cultural


Psikologis : Nn.S sangat terganggu aktifitasnya dikarenyakan nyeri perut
Sosial : Keluarga Nn.S menyarankan untuk periksa keadaannya
Spiritual : Pada saat ini Nn.S sedang tidak diperbolehkan beribadah
Cultural : Kebudayaan yang dianut Nn.S tidak ada hubungan dengan nyeri haid
yang dirasakannya

9. Tingkat Pengetahuan
Nn.S mengatakan bahwa belum mengetahui mengenai kesehatan reproduksi apapun

B. DATA OBYEKTIF:
1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
Tensi : 100/60 mmHg Nadi : 80 x/mnt
Suhu /T : 37 C o
RR : 22 x/mnt
BB Sebelum/Sekarang : 49 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bentuk mesocephal, persebaran rambut merata, kulit kepala
bersih, tidak ada ketombe, rambut tidak mudah rontok.
Muka : Simetris, konjungtiva pucat, sklera sedikit ikterik
Hidung : simetris, tidak ada polip, secret dalam batas normal
Bibir : sedikit pucat, tidak ada perdarahan gusi, gigi lengkap, tidak
ada gigi berlubang, tidak ada karies gigi
Telinga : simetris, serumen dalam batas normal, pendengaran baik
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan
vena jugularis.
Dada : Cardio dan pulmo dalam batas normal.
Perut : Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : Simetris, jari-jari lengkap, tidak ada oedem, akral tidak dingin,
turgor kulit baik
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Pemeriksaan penunjang:
Tidak dilakukan pemeriksaan

C. ANALISA
Diagnosis : Nn.S usia 16 tahun dengan dismenore primer
Masalah : Nyeri haid
Kebutuhan : Pemberian penkes mengenai cara mengurangi nyeri haid

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu mengenai hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam keadaan normal
Hasil : Nona mengetahui hasil pemeriksaan dalam keadaan normal
2. Memberitahu Nona bahwa nyeri haid merupakan hal wajar yang dialami pada saat
mentruasi
Hasil : Nona mengetahui dan mengerti mengenai nyeri haid yang dialami anaknya
3. Memberitahu Nona cara pengurangan nyeri saat menstruasi yaitu dengan kompres
air hangat
Hasil : Nona mengerti dan bersedia melakukan kompres air hangat bila nyeri
4. Menganjurkan Nona untuk banyak mengkonsumsi makan makanan yang
mengandung zat besi agar sel darah merah dalam tubuh meningkat sehingga tidak
terjadia anemia dan lemas
Hasil : Nona mengerti dan bersedia untuk banyak mengkonsumsi makan makanan
yang mengandung zat besi
5. Memberikan obat asam mefenamat 3x1 dan antacid 3x1
Hasil : Nona mengerti dan bersedia untuk minum obat yang telah diberikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan gangguan kesehatan reproduksi kepada Nn. S dengan dismenorhea
primer maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan mengenai penanganan dismenorhea ini,
pengkajian, analisa, dan planning yang telah penulis lakukan antara lain :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap sehingga mendukung penetapan
diagnosa.
Persamaan dan perbedaan pengkajian antara teori dan praktek
PENGKAJIAN TEORI PRAKTEK
DS Identitas Nama, Umur, Agama, Sama dengan teori
pasien dan Pendidikan,Pekerjaan, Suku,
penanggung Alamat
jawab
Alasan datang Ada alasan datang dan keluhan Sama dengan teori
utama pasien
Riwayat Kesehatan sekarang, dahulu, dan Sama dengan teori
kesehatan keluarga
Riwayat Riwayat haid, riwayat kehamilan, Sama dengan teori
obstetrik persalinan dan nifas lalu,riwayat
perkawinan, kehamilan sekarang,
dan KB
Pola Pola nutrisi,istirahat, Hanya ada personal
pemenuhan aktivitas,eliminasi, personal hygiene
kebutuhan hygiene,psico,sosial,
sehari – hari cultural,tingkat pengetahuan

DO KU,Tanda- Kesadaran, TD, N, RR, T Sama dengan teori


tanda vital
Pemeriksaan Head to toe Hanya muka saja
fisik (kepala,muka,mata,hidung,mulut,
telinga,leher,ketiak,dada,abdome
n,lipat
paha,vulva,ekstremitas,punggung
,anus
Pemeriksaan Muka, payudara, abdomen, Hanya muka saja
obstetri genetalia

2. Analisa
Analisa yang ada pada praktek umumnya sudah sesuai dan sama dengan teori asuhan nifas.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan kesehatan reproduksi pada Nn. S dengan Dismenorhea
antara teori dengan praktik tidak terdapat kesenjangan. Diantaranya sesuai teori untuk
menghilangi rasa nyeri saat haid di lakukan kompres hangat pada bagian yang nyeri, sama
dengan yang dilakukan saat praktik. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik pada
asuhan gangguan kesehatan reproduksi ini.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dari data subjektif tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek
2. Dari data objektif terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus dimana saat
pemeriksaan fisik hanya memeriksa muka saja dan tidak terdapat pemeriksaan
penunjang. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang sudah ada
3. Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam analisa
4. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dalam penataksanaan

A. SARAN
1. Sebagai tenaga kesehatan, sebaiknya melakukan pemeriksaan fisik secara
menyeluruh untuk mendapat data yang lebih akurat dan komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA
Hartanto. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Harapan.
Manuaba, I. 2007. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Saifudin, A. 2010. Buku Panduan Praktek Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai