Abstract
The Format of Indonesia Local Government that change with implementation Law Number 32 year
2004 concerning Local Government replaces Law Number 22 year 1999 concerning Local Government,
the one of consequence change that is about responsibility the leader of local government. In
implementation Law Number 22 year 1999 concerning Local Government, the leader of local
government is responsible to DPRD as a local parlement with mechanism Responsible Report. DPRD
as a local government have a authority to give and punish if a Responsible Report accepted or
rejected with implicated the leader of local government can be impeacthment. The important point
in implementation in Law Number 32 year 2004 concerning Local Government, with the simetris
position like a partenership between leader of local government and DPRD as a local parlement is
nothing implication of law with rejected to Progres Report the Leader of Local Government, as a
like impeacthment, to claim in court or punish can not able to be a candidat in leader of local
government in the next election.
dilakukan secara langsung, tetapi pilkada masih (LKPJ) Kepala Daerah. Jika dahulu berdasarkan
menggunakan ketentuan sebagaimana diama- Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
natkan dalam Pasal 34 ayat (1) UU No. 22 Pemerintahan Daerah, DPRD yang berwenang
Tahun 1999 yang menentukan bahwa: Pengisian meminta, menilai dan menolak LKPJ Kepala
jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Implikasi yang timbul dari penilaian
Daerah dilakukan oleh DPRD melalui pemilihan terhadap LKPJ Kepala Daerah oleh DPRD bisa
secara bersama. mengakibatkan Kepala Daerah kehilangan
Dengan diundangkannya UU No. 32 Tahun legitimasi sehingga tidak lagi memiliki legi-
2004, maka pengisian jabatan Kepala Daerah timasi politik dari DPRD untuk menjabat atau
sama dengan pengisian jabatan Presiden dan untuk mencalonkan diri kembali pada periode
Wakil Presiden, serta jabatan Kepala Desa yang selanjutnya.
sudah berpuluh-puluh tahun diselenggarakan Namun seiring dengan perubahan aturan
secara langsung. Hal tersebut sesuai dengan pelaksanaan yang sekarang di atur berdasarkan
amanat Pasal 56 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
yang menentukan bahwa: Kepala Daerah dan Pemerintahan Daerah, memunculkan satu per-
Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasang- tanyaan dan permasalahan berkaitan dengan
an calon yang dilaksanakan secara demokratis, implikasi penolakan terhadap LKPJ Kepala
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, Daerah. Sebab dalam Undang-Undang No. 32
rahasia, jujur dan adil. Tahun 20004 tentang Pemerintahan Daerah
Terjadinya pergeseran kewenangan da- terjadi perubahan pengaturan berkaitan dengan
lam memilih Kepala Daerah kepada rakyat, LKPJ Kepala Daerah.
bukan berarti kedudukan DPRD untuk memain- Berdasarkan latar belakang yang telah
kan perannya dalam menentukan kepemim- diuraikan sebelumnya, maka tulisan ini ber-
pinan Daerah menjadi hilang sama sekali. Hal maksud untuk mengkaji Implikasi Penolakan
tersebut dapat dilihat dari ketentuan Pasal 56 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Ke-
ayat (2) dan Pasal 59 ayat (2) UU No. 32 Tahun pala Daerah Dalam Perspektif Hukum Tata
2004 sebagaimana tersebut diatas, ketentuan Negara.
pasal tersebut dapat dimainkan secara optimal
oleh DPRD yang nota bene merupakan lembaga B. Pembahasan
politik. 1. Definisi dan Pengertian Laporan Kete-
Persoalan yang mengemuka dari perganti- rangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
an sistem pemilihan Kepala Daerah adalah Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
berkaitan dengan mekanisme pertanggung- Kepala Daerah kepada DPRD yang selanjutnya
jawaban penyelenggaraan pemerintahan dae- di sebut LKPJ adalah laporan yang berupa
rah, hal tersebut karena berdasarkan ketentuan informasi penyelenggaraan pemerintahan dae-
Pasal 42 ayat (1) huruf h UU No. 32 Tahun 2004, rah selama 1 (satu) tahun anggaran atau akhir
DPRD tidak lagi mempunyai tugas dan wewe- masa jabatan yang disampaikan oleh kepala
nang meminta pertanggungjawaban kepada daerah kepada DPRD.4
Kepala Daerah, DPRD hanya berwenang memin-
ta laporan keterangan pertanggungjawaban 2. Ruang Lingkup Laporan Keterangan
Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pe- Pertanggungjawaban Kepala Daerah
merintahan daerah. Hal tersebut dipertegas a. Ruang lingkup LKPJ mencakup pe-
kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 nyelenggaraan:
Tahun 2007.
Memperhatikan uraian tersebut di atas, 4
Pasal 1 Angka 9 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
sebenarnya memunculkan suatu pertanyaan da- Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
lam bidang ketatanegaraan, berkaitan dengan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Kepada Masyarakat.
54 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 1 Januari 2009
tugas pembantuan yang diterima dan tugas paripurna yang bersifat istimewa sebagai
pembantuan yang diberikan.15 Tugas pemban- rekomendasi kepada kepala daerah untuk per-
tuan yang diterima meliputi: baikan penyelenggaraan pemerintahan daerah
a. dasar hukum; ke depan. Apabila LKPJ tidak ditanggapi dalam
b. instansi pemberi tugas pembantuan; jangka waktu 30 bari setelah LKPJ diterima,
c. program, kegiatan dan pelaksanaannya; maka dianggap tidak ada rekomendasi untuk
d. sumber dan jumlah anggaran yang diguna- penyempurnaan.18
kan; dan LKPJ Akhir Masa Jabatan kepala daerah
e. permasalahan dan solusi.16 merupakan ringkasan laporan tahun-tahun
Tugas pembantuan yang diberikan seba- sebelumnya ditambah dengan LKPJ sisa masa
gaimana meliputi: jabatan yang belum dilaporkan.19 Sisa waktu
a. dasar hukum; penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
b. urusan pemerintahan yang ditugas pem- belum dilaporkan dalam LKPJ oleh kepala
bantuankan; dan daerah yang berakhir masa jabatannya,
c. sumber dan jumlah anggaran yang diguna- dilaporkan oleh kepala daerah terpilih atau
kan.17 penjabat kepala daerah atau pelaksana tugas
Penyelenggaraan tugas umum pemerin- kepala daerah berdasarkan laporan dalam
tahan meliputi tugas umum pemerintahan yang memori serah terima jabatan.20 Apabila kepala
sekurang-kurangnya menjelaskan: daerah berhenti atau diberhentikan sebelum
a. kebijakan dan kegiatan serta realisasi masa jabatannya berakhir, LKPJ disampaikan
pelaksanaan kegiatan; dan oleh pejabat pengganti atau pelaksana tugas
b. permasalahan dan solusi. kepala daerah.21
asas otonomi dan tugas pembantuan dalam rakat sebagai perwujudan adanya tranparansi
rangka meningkatkan kesejahteraan masya- dan akuntabilitas kepala daerah terhadap
rakat dengan memperhatikan prinsip demo- masyarakat.
krasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan UU No. 32 Tahun 2004 adalah lahir dari
kekhususan serta keragaman daerah dalam sebuah sintesa UU No 22 Tahun 1999. Se-
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.22 bagaimana diketahui, salah satu masalah
Untuk terwujudnya pelaksanaan otonomi mendasar UU 22/1998 adalah lemahnya peng-
daerah sejalan dengan upaya menciptakan awasan maupun check and balances. Kewe-
pemerintahan yang bersih, bertanggungjawab nangan DPRD sangat besar, baik ketika memilih
serta mampu menjawab tuntutan perubahan kepala daerah, maupun LPJ tahunan kepala
secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip daerah. Kewenangan DPRD itu dalam pe-
tata pemerintahan yang baik, maka Kepala nerapan di lapangan sulit dikontrol dan kemudi-
Daerah wajib melaporkan penyelenggaraan an menimbulkan penyimpangan-penyimpangan
pemerintahan daerah. Laporan dimaksud dalam dan ketidakseimbangan kekuasaan. Mekanisme
bentuk LPPD, LKPJ; dan Informasi LPPD. pemilihan Kepala Daerah dan Pertanggung-
Bagi Pemerintah LPPD dapat dljadikan jawaban Kepala Daerah yang menempatkan
salah satu bahan evaluasi untuk keperluan pem- DPRD sebagai lembaga yang memilih dan me-
binaan terhadap pemerintah daerah. Dengan nentukan ”nasib” penilaian laporan pertang-
dilaksanakannya pemilihan langsung kepala gungjawaban Kepala Daerah banyak menimbul-
daerah sebagaimana diatur dalam Undang- kan masalah serius terkait dengan kolusi dan
Undang Nomor 32 Tahun 2004 maka hubungan suap. Beberapa contoh kasus memperlihatkan
kerja Kepala Daerah dengan DPRD mengalami bahwa kewenangan DPRD untuk memilih Kepala
perubahan yang cukup mendasar dibandingkan Daerah dan menilai laporan pertanggungja-
ketika Kepala Daerah dipilih DPRD dan ber- waban Kepala Daerah telah menimbulkan ta-
tanggungjawab kepada DPRD. Pemilihan lang- war-menawar politik dengan berbagai imbalan
sung kepala daerah telah menyebabkan adanya baik itu berupa uang, benda, tanah, jabatan,
kesetaraan dan kemitraan hubungan antara dan motif balas budi lainnya.25
kepala daerah yang menjalankan fungsi ekse- Dari sanalah kemudian UU No. 32/2004
kutif dengan DPRD yang menjalankan fungsi mencoba mengembalikan hubungan kerja
legislatif dalam menyelenggarakan pemerintah- eksekutif dan legislatif yang setara dan bersifat
an daerah.23 kemitraan. DPRD dan Kepala Daerah sama-sama
Kondisi tersebut menjadi landasan ter- dipilih oleh rakyat. Sebagai eksekutif kepala
bentuknya hubungan checks and balances24 daerah melaksanakan, dan DPRD sebagai legis-
yang lebih seimbang antara kepala daerah latif membuat aturan. Kepala daerah melak-
dengan DPRD. Dalam kaitan hubungan tersebut sanakan program, sedangkan DPRD melakukan
maka kepala daerah berkewajiban menyam- pengawasan. Mereka bersama-sama membuat
paikan LKPJ kepada DPRD. Sebagai kepala dae- budget, sehingga esensinya hak budget itu
rah hasil pilihan rakyat, maka kepala daerah ada.26 Selain itu, kepala daerah juga membuat
tersebut berkewajiban pula untuk menginfor- laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah
masikan laporan penyelenggaran pemerintahan ke instansi pemerintah di atasnya. Namun
daerah yang telah dilaksanakan kepada masya- demikian, esensinya, kepala daerah tidak
bertangungjawab kepada pemerintah pusat,
22
Deddy Supriady Bratakusumah, dan Dadang Solihin, 2002,
25
Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Lihat Laporan Penelitian Konteks Historis Perubahan
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm 43 Undang-Undang Pemerintahan Daerah (UU No. 22/1999
23
The Liang Gie, 2006, Pertumbuhan Pemerintahan Daerah Menjadi UU No. 32/2004), oleh Partenership Kemitraan
di Negara Republik Indonesia Jilid III, Jakarta; Gunung dan Yayasan YAPPIKA, Mei 2006, hal 47
26
Agung, hlm 54 Sutoro Eko, 2005, Kata Pengantar dalam buku
24
Jimly Asshiddiqie, 2006, Konstitusi dan Konstitualisme Pembaharuan Otonomi Daerah, Program Studi Ilmu
Indonesia, Jakarta: Setjen dan Kepaniteraan MKRI, hlm. Pemerintahan STPMD “AMPD” dan AMPD Press,
32 Yogyakarta, cetakan pertama, hlm vi
Implikasi Penolakan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban 57
Kepala Daerah dalam Perspektif Hukum Tata Negara
tetapi ke rakyat. Untuk itulah ketika membuat tanggungjawaban kepada DPRD dan menyam-
LKPJ, kepala daerah berkewajiban membuat paikan informasi kepada masyarakat.29
IPPD (Informasi Penyelenggaraan Pemerintah Model akuntabilitas semacam ini, me-
Daerah) kepada rakyat. Sementara akunta- nurut Sutoro Eko, akan menimbulkan dampak
bilitas keuangannya dalam perhitungan ang- buruk; pertama, Depdagri dibuat menjadi organ
garan akan diperiksa oleh BPK. Kalau BPK dan instrumen korporatisme negara (negara
setuju, maka akan memberikan catatan dalam negara) yang mempunyai kekuatan besar
tersebut ke DPRD, dan selanjutnya kalau DPRD untuk mengendalikan daerah secara terpusat.
setuju baru dibuat peraturan daerah terkait Padahal, menurut skema desentralisasi, Dep-
dengan LKPJ tersebut. Ini merupakan alur dagri mestinya menjadi mediator yang baik
pertanggungjawaban dan sekaligus mekanisme antara pusat dan daerah, bahkan harus menjadi
hubungan kepala daerah dengan lembaga ”pembela” agar otonomi daerah lebih kuat.
perwakilan yang ada di daerah; dalam hal ini Kedua, dalam konteks struktur-kultur politik
DPRD. yang masih birokratis dan klientelistik,
Memang, dengan mekanisme pertang- akuntabilitas vertikal justru akan membuat
gungjawaban semacam itu akan menjadi kepala daerah kurang akuntabel dan responsif
masalah ketika ternyata kepala daerah terpilih kepada masyarakat, melainkan akan lebih loyal
kinerjanya buruk. Sementara menurut UU (tunduk) pada kekuasaan di atasnya. Dalam
32/2004, kepala daerah tidak bisa diber- praktik bisa jadi kepala daerah akan meng-
hentikan dengan alasan kinerja, kecuali yang hindar dari desakan rakyat dan akuntabilitas
bersangkutan melakukan kriminal dan divonis publik, sebab sudah merasa cukup menyam-
bersalah oleh pengadilan. Made Suwandi paikan pertanggungjawaban kepada pusat.
menyebut hal ini sebagai resiko pemilihan Loyalitas vertikal dengan mudah akan dijadikan
langsung.27 Jalan keluar yang paling efektif kepala daerah sebagai tameng atas tuntutan
dalam kasus ini adalah mengembalikan ke- publik.30
daulatan kepada rakyat pada Pemiihan Kepala Oleh karena itulah, maka tidak akan
Daerah selanjutnya untuk lebih memilih Kepala mungkin terjadi sebuah implikasi hukum
Daerah yang lebih baik lagi. Dengan kata lain, terhadap penolakan LKPJ Kepala Daerah yang
meminjam pendapat Jimly Asshiddiqie, maka dilakukan baik oleh DPRD maupun oleh masya-
mekanisme LKPJ dan Pilkada adalah sebuah rakat. Sebab meskipun DPRD berhak mem-
proses evolusioner dalam rangka mewujudkan berikan putusan terhadap LKPJ Kepala Daerah,
pemerintahan yang bersih, terbuka, dan bervisi namun putusan DPRD itu hanya bersifat
kesejahteraan rakyat. 28 rekomendasi yang implikasinya hanya berupa
6. Implikasi Pertanggungjawaban Laporan masukan-masukan kepada Kepala Daerah agar
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala dimasa mendatang pemerintahan ditingkatkan
Daerah dengan lebih baik lagi.31 Sementara akunta-
Kepala Daerah menurut UU No. 32 Tahun bilitas publik kepada Masyarakat melalui Infor-
2004 tidak bertanggungjawab ke samping masi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
kepada DPRD dan ke bawah kepada rakyat Daerah,32 hanyalah sebatas menginformasikan
pemilih, melainkan bertanggungjawab ke atas
(Gubernur bertanggungjawab ke Presiden me- 29
UU 32/2004 Pasal 27 ayat (2) dan (3)
30
lalui Mendagri, Bupati/Walikota bertanggung- Sutoro Eko, ”Resentralisasi dan Neokorporatisme.”
Sumber: http://www.ireyogya.org, diakses pada tanggal
jawab ke Mendagri melalui Gubernur). Kepala 5 April 2007.
31
Daerah cukup memberikan keterangan per- Pasal 23 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3
Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin-
tah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Kepada Masyarakat,
27 32
Ibid, hlm. 48 Pasal 1 angka 10 menyebutkan bahwa Informasi Laporan
28
Jimly Asshiddiqie, 2006, Op. Cit. hlm 25 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah informasi
58 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 1 Januari 2009
saja, masyarakat ternyata tidak memiliki dan ke bawah kepada rakyat pemilih, me-
mekanisme untuk menyatakan menerima atau lainkan bertanggungjawab ke atas (Gubernur
menolak, yang bisa dilakukan hanya mem- bertanggungjawab ke Presiden melalui Men-
berikan rekomendasi kepada DPRD terkait dagri, Bupati /Walikota bertanggungjawab ke
evaluasi jalannya pemerintahan melalui meka- Mendagri melalui Gubernur).
nisme public hearing atau agregasi dan aspirasi Kepala Daerah cukup memberikan ke-
kepentingan yang biasa dilakukan oleh DPRD terangan pertanggungjawaban kepada DPRD
atau anggota DPRD dengan masyarakat. dan menyampaikan informasi kepada masya-
Jika kemudian terjadi kasus penolakan rakat. Oleh karena itulah, maka tidak akan
terhadap LKPJ Kepala Daerah, maka secara mungkin terjadi sebuah implikasi hukum
yuridis penolakan tersebut tidak akan mem- terhadap penolakan LKPJ Kepala Daerah yang
punyai implikasi hukum terhadap Kepala Dae- dilakukan baik oleh DPRD maupun oleh masya-
rah: Kepala Daerah tidak dapat diberhentikan rakat. Kepala Daerah tidak dapat diberhentikan
ditengah masa jabatan karena ditolaknya LKPJ ditengah masa jabatan karena ditolaknya LKPJ
atau dituntut dimuka pengadilan karena atau dituntut dimuka pengadilan karena
Penolakan LKPJ, atau dinyatakan tidak boleh Penolakan LKPJ, atau dinyatakan tidak boleh
mencalonkan diri kembali pada pemilihan mencalonkan diri kembali pada pemilihan
Kepala Daerah selanjutnya, artinya meskipun Kepala Daerah selanjutnya, artinya meskipun
LKPJ Kepala Daerah ini banyak mendapatkan LKPJ Kepala Daerah ini banyak mendapatkan
kecaman dan penolakan, Kepala Daerah ini kecaman dan penolakan, Kepala Daerah ini
tetap saja bisa melenggang untuk mencalonkan tetap saja bisa mencalonkan diri kembali pada
diri kembali pada Pemilihan selanjutnya. Pemilihan selanjutnya.
Namun jika implikasi sosial dan politik Mekanisme hubungan kepala daerah de-
yang dimaksud, hal itu bisa saja terjadi. Yang ngan DPRD, dan akuntabilitas kepala daerah
paling memungkinkan adalah dengan adanya dalam sistem LKPJ perlu ditinjau ulang. Ter-
penolakan LKPJ Kepala Daerah, terutama dari utama untuk mengakomodir respons DPRD dan
masyarakat, adalah pada saat sang Kepala masyarakat terhadap LKPJ Kepala Daerah yang
Daerah mencalonkan diri kembali, maka sudah tidak memuaskan dan tidak menggambarkan
pasti akan kehilangan pendukung sebagai kemajuan pemerintahan daerah. Kekurangan
implikasi sosial dan politik terhadap penolakan yang nampak dalam sistem akuntabilitas LKPJ
LKPJ. Bukan hanya itu, integritas dan kapa- yang tidak mengakomodir pertanggungjawaban
bilitas seorang Kepala Daerah yang LKPJ nya dari sisi kinerja Kepala Daerah harus segera
ditolak akan mengalami kemerosotan, sehingga disempurnakan, sehingga DPRD dan masyarakat
akan berimbas dalam hubungan sosial ke- bisa memberikan penilaian terhadap LKPJ
masyarakatan, terutama dengan konstituen dilihat dari kinerja Kepala Daerah dan ada
pemilihnya. mekanisme hukum terhadap LKPJ dari sisi
kinerja dan progress report.
C. Penutup
Pemilihan langsung kepala daerah telah Daftar Pustaka
menyebabkan adanya kesetaraan dan kemitra- Buku Literatur
an hubungan antara kepala daerah yang
Asshiddiqie, Jimly. 2006. Konstitusi dan
menjalankan fungsi eksekutif dengan DPRD Konstitualisme Indonesia. Jakarta: Setjen
yang menjalankan fungsi legislatif dalam me- dan Kepaniteraan MKRI;
nyelenggarakan pemerintahan daerah. Kepala Bratakusumah, Deddy Supriady dan Dadang
Daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004 tidak Solihin. 2002. Otonomi Penyelenggaraan
bertanggungjawab ke samping kepada DPRD Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama;
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
masyarakat melalui media yang tersedia di daerah.
Implikasi Penolakan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban 59
Kepala Daerah dalam Perspektif Hukum Tata Negara
Cipto Handoyo, B. Hestu. 1998. Otonomi Eko, Sutoro, ”Resentralisasi dan Neokor-
Daerah Titik Berat Otonomi dan Urusan poratisme” Sumber: http://www.ire-
Rumah Tangga Daerah. Yogyakarta: yogya.org, diakses pada tanggal 5 April
Penerbitan Universitas Atma Jaya; 2007
Eko, Sutoro. 2005. Kata Pengantar dalam buku
Pembaharuan Otonomi Daerah. Yogya-
Perundang-undangan
karta: Program Studi Ilmu Pemerintahan
STPMD “AMPD” dan AMPD Press; Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo-
nesia 1945 Amandemen ke tiga Tahun
Ensiklopedia Indonesia, Vol 4, halaman 2348
2001;
(Jakarta : Ikhtiar Baru Van Hoeve);
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Fajar, Mukthie. 2005. Tipe Negara Hukum. Ma-
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
lang: Bayu Media;
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
Gie, The Liang. 2006. Pertumbuhan Pemerin- 125, Tambahan Lembaran Negara
tahan Daerah di Negara Republik Indo- Republik Indonesia Nomor 4437);
nesia Jilid III. Jakarta: Gunung Agung;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3
Jatmika, Sidik. 2001. Otonomi Daerah Pers- Tahun 2007 tentang Laporan Penyeleng-
pektif Hubungan Internasional. Yogyakar- garaan Pemerintah Daerah Kepada Peme-
ta: BIGRAF Publishing; rintah, Laporan Keterangan Pertanggung
jawaban Kepala Daerah Kepada Dewan
Jimung, Martin. 2005. Politik Lokal dan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi
Pemerintah Daerah dalam Perspektif
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Yayasan
Kepada Masyarakat (Lembaran Negara
Pustaka Nusantara;
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Internet, Majalah dan Surat Kabar Indonesia Nomor 4693).
60 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 1 Januari 2009
CURICULUM VITAE
Pendidikan
No Perguruan Tinggi Kota & Negara Tahun Lulus Bidang Studi
1 Universitas Diponegoro Semarang, 1979 Hukum Tata
(S1) Indonesia Negara
2. Universitas Surabaya, 1997 Ilmu Hukum
Airlangga Indonesia