Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DALAM

KELUARGA TERHADAP KARAKTER NASIONALISME ANAK PADA


KELUARGA BURUH MIGRAN SEKTOR PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT

DIMAS TEGUH PRASETYO


teguh_dimas23@yahoo.com
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta

ABSTRACT
This study aims to identify and analyze the Influence of Nationalism
Character Education in Family Against Child’s Nationalism Character of
Migrant Workers Family on Oil Palm Plantation Sector, Bintulu, Sarawak,
Malaysia which started from August 2015 - January 2016. The research method is
survey method with the simple correlational approach. The population of this
study was all students in grade 4,5, and 6 CLC (Community Learning Center)
Saremas in Saremas Estate, PPB Oil Palms Sdn Bhd, Bintulu, Sarawak, Malaysia.
The amount of sample in this study is about 30 respondents. The data analysis
using measurement of non-parametric the Spearman Rank test. Generate
Spearman Rank correlation coefficient r = 0.502. Results of research and test
hypotheses about the relationship shows that there is a positive influence on
Nationalism Character Education in Family Against Child’s Nationalism
Character. The coefficient of determination obtained in this study amounted to
25.50% shows that the child’s nationalism character affected by nationalism
character education in the family.

Keywords: Nationalism Character Education in the Family, Character


Nationalism, Children of Migrant Workers

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendidikan
karakter nasionalisme dalam keluarga terhadap karakter nasionalisme anak pada
keluarga buruh migran sektor perkebunan kelapa sawit, terhitung dari bulan
Agustus 2015 - Januari 2016. Metode penelitian menggunakan metode survei
dengan pendekatan korelasional sederhana. Populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas 4,5 dan 6 CLC (Community Learning Center) atau PKBM Saremas di
Saremas Estate, PPB Oil Palms Sendirian Berhad, Bintulu, Serawak, Malaysia.
Sampel penelitian berjumlah 30 responden. Data penelitian berupa data ordinal
maka uji analisis data menggunakan pengukuran non-parametrik yakni uji
Spearman Rank. Koefisien korelasi Spearman Rank menghasilkan rs = 0,502.
Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa terdapat pengaruh yang positif
pendidikan karakter nasionalisme dalam keluarga terhadap karakter nasionalisme
anak. Koefisien determinasi yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 25,50%
yang menunjukkan bahwa besarnya karakter nasionalisme anak yang dipengaruhi
oleh pendidikan karakter nasionalisme dalam keluarga.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter Nasionalisme dalam Keluarga, Karakter


Nasionalisme Anak, Anak Buruh Migran

1
2

PENDAHULUAN
Nasionalisme merupakan suatu Menurut data Badan Nasional
konsep penting yang harus tetap Penanggulangan dan Penanganan
dipertahankan untuk menjaga suatu Tenaga Kerja Indonesia atau
bangsa tetap berdiri dengan kokoh BNP2TKI (2012), selama periode
dalam kerangka sejarah 2006-2012 jumlah pekerja migran
pendahulunya. Dengan semangat mencapai sekitar 4 juta. Aspek gaji
nasionalisme yang tinggi, maka yang diperoleh lebih tinggi
eksistensi suatu negara akan selalu dibandingkan upah di Indonesia,
terjaga dari segala ancaman, baik serta kenyamanan saat bekerja
ancaman secara internal maupun menjadi salah satu faktor pendorong
eksternal. Rasa nasionalisme atau para buruh migran ini membawa
cinta tanah air dapat ditanamkan anak-anaknya untuk tinggal bersama.
kepada anak sejak usia dini agar Berdasarkan data Imigrasi
anak menjadi manusia yang dapat Serawak dari hasil program 6P
menghargai bangsa dan negaranya. (Pendaftaran, Pemutihan,
Karakter nasionalisme sudah Pengampunan, Pemantauan,
seyogyanya dimiliki oleh setiap anak Penindakan, dan Pengusiran) pada
bangsa Indonesia. Sejatinya dalam 2011 terdapat 3.600 anak TKI di
menumbuhkan nasionalisme generasi bawah usia 12 tahun yang ikut
muda, pemerintah memiliki peran orangtuanya. Dari jumlah tersebut,
penting dalam memberikan baru 814 anak yang terjangkau di 17
pemahaman dan motivasi kepada CLC (Community Learning Centre)
semua anak bangsa agar jiwa ladang di Sarawak (Liputan Majalah
nasionalisme dan rasa cinta Gatra, 13 Mei 2015). Keberadaan
(patriotisme) mereka terhadap CLC atau komunitas belajar sebagai
bangsanya semakin inheren dan lembaga pendidikan non-formal bagi
tertanam dalam sanubari mereka anak-anak buruh migran Indonesia
yang paling dalam. Namun di sisi memiliki pengaruh bagi
lain, peran pemerintah perlu perkembangan anak-anak buruh
diintensifkan melalui pendekatan migran khususnya rasa nasionalisme
yang lebih progresif dan komunikatif mereka. Sekolah memberikan
(Illahi, 2012). Pendekatan edukasi mengenai hal yang terkait
pemerintah dalam hal peningkatan ke-Indonesiaan. Oleh karena itu,
rasa nasionalisme tersebut haruslah hadirnya CLC di tiap ladang
merata kepada semua generasi perkebunan kelapa sawit membuat
bangsa Indonesia, tidak terkecuali mereka mengenal Indonesia melalui
anak Indonesia yang menjadi anak- mata pelajaran yang diajarkan seperti
anak buruh di luar Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan, IPS,
Keberadaan para buruh migran dan Seni Budaya.
Indonesia di Sarawak, Malaysia Para buruh migran yang tinggal
dilatarbelakangi oleh rendahnya di luar negara Indonesia dan
tingkat pendidikan. Perusahaan- perbatasan negara Indonesia dengan
perusahaan di Sarawak, khususnya Malaysia juga tidak terlepas dari
untuk sektor perkebunan kelapa berbagai ancaman, salah satunya
sawit dan industri papan lapis adalah terkikisnya rasa nasionalisme
(plywood), sangat bergantung kepada mereka. Mereka kurang menyadari
buruh migran Indonesia. Sebanyak pentingnya peran identitas nasional,
95% jumlah tenaga kerja asing tapi kedepan akan sangat penting
berasal dari Indonesia. sebagai pengakuan mereka ditengah
3

keberadaan mereka yang asing di Merujuk pada Effendi (1995)


negara lain (Houtum, 2001). keluarga memang memiliki andil
Ancaman nasionalisme ternyata juga besar dalam pembentukan karakter
terjadi pada anak-anak mereka. anak. Kemudian dalam pembentukan
Sesuai pengamatan peneliti di karakter anak, pengasuhan orang tua
lapangan pada program Volunteerism juga berperan utama dimana segala
Teaching Indonesian Children pada norma dan etika yang berlaku di
4 sampai 28 Agustus 2015, anak dalam lingkungan masyarakat, dan
buruh migran lebih menyukai bahasa budayanya dapat diteruskan dari
melayu dibandingkan menggunakan orangtua kepada anaknya dari
bahasa Indonesia. Kemudian generasi generasi yang disesuaikan
pengetahuan tentang ke-Indonesiaan dengan perkembangan masyarakat.
yang rendah membuat kecintaan Permasalahan rendahnya
mereka berkurang bagi Indonesia. karakter nasionalisme pada anak-
Keadaan yang demikian anak buruh migran Indonesia di
nampaknya juga serupa terjadi pada sektor perkebunan kelapa sawit di
beberapa anak yang berada di Sarawak, Malaysia sudah saatnya
perbatasan antara Indonesia bagian menjadi perhatian khusus bagi para
Barat dengan Malaysia seperti yang buruh migran itu sendiri. Waktu
dikutip dari Saraswati (2014): bekerja rata-rata perharinya sekitar 8
Dibandingkan Indonesia, sampai 12 jam membuat para buruh
fasilitas umum, infrastruktur serta migran kelelahan sebelum mendidik
pembangunan di Serawak jauh lebih karakter anak-anak mereka. Terlebih
baik. Mulai dari biaya sekolah gratis dengan kondisi lingkungan pekerja
hingga biaya kesehatan yang jauh perkebunan kelapa sawit yang
lebih manusiawi dengan tetap menganggap bahwa pendidikan
menyuguhkan pelayanan kesehatan bukan hal penting merupakan
yang memadai. Selain itu dalam tantangan terbesar para orang tua
melakukan aktifitas sosial ekonomi, untuk dapat mendidik dan
masyarakat perbatasan cenderung mengendalikan anak-anak mereka.
memilih ke Serawak karena akses Pendidikan karakter
transportasi yang lebih mudah. nasionalisme dalam keluarga buruh
“Malaysia bak surga, Indonesia migran Indonesia di Malaysia saat ini
hanyalah oase fatamorgana”, kalimat masih belum optimal. Anak-anak
yang cukup jelas menggambarkan lebih senang menonton tayangan
perbedaan kondisi kedua negara televisi khas Malaysia di rumah.
tersebut. Orangtua mereka juga mengajarkan
Keluarga (suami, istri dan anak- nilai-nilai sosial budaya yang
anak) yang merupakan kelompok diberikan oleh majikan mereka yang
sosial terkecil dalam masyarakat berkebangsaan Malaysia. Misalnya,
mempunyai proses sosialisasinya orang tua banyak yang mengajarkan
untuk dapat memahami, menghayati anaknya untuk memanggil orang
budaya yang berlaku dalam Indonesia dengan sebutan “Indon”.
masyarakatnya. Mudjijono Hal tersebut merendahkan diri orang
menambahkan bahwa “Manusia Indonesia di depan orang Malaysia.
Indonesia yang berkualitas hanya Menurut Gardner (2015) proses
akan lahir dari remaja yang internalisasi pendidikan karakter
berkualitas, remaja yang berkualitas nasionalisme pada diri anak-anak
hanya akan tumbuh dari anak yang menjadi amat penting untuk
berkualitas” (Mudjijono,1995). diterapkan sedini mungkin. Pendapat
4

Gardner dimaksudkan karena pada seseorang atau kelompok melalui


masa ini anak-anak akan melihat dan upaya pengajaran dan pelatihan.
mengolah dalam pikirannya apa Berdasarkan pengertian tersebut
diterima dari orangtuanya. Orangtua pendidikan mengandung arti proses
sebagai role model bagi anak di dalam membina, melatih,
dalam keluarga seharusnya mampu memelihara anak atau siapapun
menanamkan pendidikan karakter sehingga menjadi manusia yang
nasionalisme agar dapat membentuk santun, cerdas, kreatif, berguna bagi
generasi muda yang memiliki diri, keluarga, masyarakat dan
kecintaan dan rasa bangga terhadap bangsa.Hal itu berarti Sistem
Indonesia. Pendidikan Nasional telah
Dari uraian latar belakang di menunjukan konsistensi untuk
atas, tersirat suatu keyakinan bahwa menuju pembelajaran ke arah
di dalam jiwa yang memiliki sikap pendidikan karakter.
nasionalisme akan tertanam sebuah Pendidikan karakter yang digagas
keinginan untuk membangun bangsa oleh Pemerintah dalam Undang-
dan negara sesuai dengan cita-cita, Undang Sisdiknas ternyata telah
harapan, karakter, serta kemampuan lama dirumuskan dalam suatu
setiap komponen bangsa. Oleh pengertian menurut Lickona
karena itu, peneliti meyakini bahwa (2012),yaitu pendidikan karakter
penelitian ini penting untuk adalah pendidikan untuk membentuk
dilakukan sebagai dasar dalam kepribadian seseorang melalui budi
mengetahui seberapa besar pengaruh pekerti, yang hasilnya terlihat dalam
karakter nasionalisme dalam tindakan nyata seseorang, yaitu
keluarga buruh migran di sektor tingkah laku yang baik, jujur
perkebunan kelapa sawit. bertanggung jawab, menghormati
PEMBAHASAN hak orang lain, kerja keras dan
Pendidikan Karakter sebagainya.
Pendidikan karakter dewasa ini Megawangi dalam Koesoema
telah memiliki banyak arti dan (2011) di sisi lain mendefinisikan
beragam pandangan. Termasuk salah bahwa pendidikan karakter sebagai
satunya yang dikemukakan Hendri sebuah usaha untuk mendidik anak-
(2013) yang mengutipUndang- anak agar dapat mengambil
Undang(UU) Nomor 20 Tahun 2003 keputusan dengan bijak dan
Tentang Sistem Pendidikan Nasional mempraktikannya dalam kehidupan
(Sisdiknas) yakni: sehari-hari sehingga mereka dapat
Pendidikan adalah usaha sadar memberikan kontribusi yang positif
dan terencana untuk mewujudkan kepada lingkungannya. Definisi ini
suasana belajar dan proses menguatkan definisi sebelumnya
pembelajaran agar peserta didik menurut Lickona bahwa muara dari
secara aktif mengembangkan pendidikan karakter ialah tindakan
potensi dirinya untuk memiliki nyata dan kontribusi pada
kekuatan spiritual keagamaan, lingkungannya.
pengendalian diri, kepribadian, Adapun Samani dan Hariyanto
kecerdasan, ahlak mulia, serta (2012) yang mengutip pendapat
keterampilan yang diperlukan Muchlas dan Hariyanto menyebutkan
dirinya, masyarakat, bangsa dan bahwa pendidikan karakter
negara. Secara bahasa, merupakan suatu upaya proaktif
pendidikan adalah proses yang dilakukan, baik oleh sekolah
mengubah sikap dan tata laku maupun pemerintah, untuk
5

membantu anak mengembangkan inti karakter timbul dampak persamaan


pokok dari nilai-nilai etnik dan nilai- nasib (Suhartono, 2001).Pengertian
nilai kinerja, seperti kepedulian, tersebut juga timbul kesamaan inti
kejujuran, kerajinan, keadilan, dengan pendapat pelaku sejarah di
keuletan, dan ketabahan, tanggung Indonesia yakni Moh.Yamin (2015)
jawab, menghargai diri sendiri serta yang menyebutkan bahwa
orang lain. Namun, peran sekolah nasionalisme muncul karena adanya
dan pemerintah juga harus didorong persamaan sejarah, bahasa, dan
oleh pihak keluarga dimana institusi persamaan hukum (adat dan
keluarga merupakan tulang kebudayaan).
punggung pendidikan karakter Berbeda dengan definisi yang
terhadap anak (Lickona, 2012). diungkapkan L. Stoddard (Bina
Berdasarkan beberapa definisi Syifa, 2015) yang mengatakan
pendidikan karakter menurut para bahwa nasionalisme lebih dari
ahli di atas, maka dapat dimaknai adanya persamaan nasib namun
pendidikan karakter sebagai proses sebagai suatu kepercayaan yang
internalisasi nilai-nilai baik yang ada dimiliki sebagian besar individu
dalam diri manusia bersumber dari untuk menyatakan rasa kebangsaan
budaya bangsa, menjadikan anak sebagai perasaan memiliki secara
yang memiliki ciri khas atau identitas bersama dalam suatu bangsa dan
untuk kehidupan sehari-hari baik negara.Kemudian Taufik Abdullah
dalam keluarga, masyarakat dan (2001) menyebutkan nasionalisme
bangsa. kedalam makna yang lebih luas
Karakter Nasionalisme yakni sebagai sebuah cita-cita yang
Nasionalisme sendiri mengacu ingin memberi batas antara “kita
pada faham yang mementingkan yang sebangsa” dengan mereka dari
perbaikan dan kesejahteraan nation bangsa lain, antara “negara kita” dan
atau bangsanya. Hal ini senada negara mereka, hubungan cita-cita
dengan arti kata “Nasionalisme” itu nasionalisme, yang bercorak trans-
sendiri dalam Kamus Besar Bahasa etnik dan yang menginginkan
Indonesia (2015) yang menyebutkan terjadinya identifikasi “bangsa”dan
bahwa nasionalisme merupakan “negara”, bisa tersalin dalam pola
paham untuk mencintai bangsa dan perilaku, yang bahkan
negara sendiri.Selain itu menuntutpengorbanan.
nasionalisme juga berkaitan dengan Sementara itu, Edi Sudrajat
makin menjiwainya seseorang atas dalam Elmubarok (2008)
bangsanya sendiri sehingga menyatakan Nasionalisme
menimbulkan kesadaran dalam suatu merupakan salah satu unsur dalam
bangsa secara potensial atau aktual pembinaan kebangsaan atau nation-
bersama-sama mencapai, building. Dalam proses pembinaan
mempertahankan dan mengabadikan kebangsaan semua anggota
identitas, integritas, kemakmuran, masyarakat bangsa dibentuk agar
dan kekuatan bangsa itu sendiri. berwawasan kebangsaan serta
Banyak ahli menjelaskan definisi berpola tata-laku secara khas yang
nasionalisme dimana salah satunya mencerminkan budaya maupun
Ernest Renan yang menyatakan ideologi. Rasa kebangsaan
nasionalisme ialah kehendak untuk merupakan perekat paling dasar dari
manunggal dan bernegara.Sementara setiap anggota masyarakat bangsa
itu, menurut Otto Bauar, yang karena sejarah dan budayanya
nasionalisme ialah suatu persatuan memiliki dorongan untuk menjadi
6

satu dan bersatu tanpa pamrih di 2. Menghargai jasa-jasa pahlawan.


dalam satu wadah negara bangsa Meneladani sikap kepahlawanan
(nation-state).Apabila rasa dan patriotisme adalah bentuk
kebangsaan lebih bernuansa nyatapenghargaan terhadap para
emosional maka faham kebangsaan pahlawan. Dalam kehidupan
lebih bernuansa intelektual. Dalam sehari-hari, dapat melatih diri
implementasinya faham kebangsaan supaya memiliki sifat-sifat
Indonesia disublimasikan dalam kepahlawanan dan semangat
bentuk wawasan nusantara yang cinta bangsa dengan memulainya
mengamanatkan kesatuan di berbagai menghargai para pahlawan
bidang. bangsa dengan mengingat jasa-
Adapun dalam Kamus Tesaurus jasa mereka. Selain itu,
Bahasa Indonesia (2009) mencontoh beberapa sikap
menyatakan bahwa “nasionalisme” mereka seperti sikap rela
dipadankan dengan cinta tanah berkorban, bersedia meminta dan
air.Sedangkan pecinta nusa bangsa memaafkan.
disebut “nasionalis” (Purwadinata, 3. Rela berkorban untuk
2006).Jika nasionalisme disini kepentingan bangsa dan negara.
sepadan dengan cinta tanah air, maka Realitas menunjukan bahwa
Menurut Prof Drs. Kansil, S.H. Tuhan Yang Maha Esa
(2011) menyebutkan bahwa cinta mengarahkan kepadabangsa
tanah air adalah perasaan cinta Indonesia pluraritas diberbagai
terhadap bangsa dan negaranya hal seperti suku, budaya, ras,
sendiri. Untuk memahami agama, dansebagainya. Anugrah
pentingnya mewujudkan cinta tanah itu patut disyukuri dengan cara
air, dapat kita wujudkan setiap hari menghargai kemajemukantetap
dengan bagaimana sikap kita dalam dipertahankan, dipelihara, dan
menjalani hidup berbangsa dan dikembangkan demi kemajuan
bertanah air dengan giat, pantang dan kejayaanbangsa.
menyerah, peduli, dan saling 4. Mengutamakan persatuan dan
membantu antar umat. Itu merupakan kesatuan.
cerminan dari cinta tanah air.Cinta Kata persatuan dan kesatuan
tanah air ialah perasaan cinta berasal dari kata “satu” yaitu
terhadap bangsa dan negaranya sesuatu yang tidak terpisah-pisah.
sendiri. Nilai persatuan Indonesia
Kemudian Aman (2011) juga mengandung usaha kearah
mengemukakan bahwa nasionalisme bersatu dalam kebulatan rakyat
seseorang dapat terbentuk dari enam membina nasional dalam Negara.
indikator sebagai berikut: 5. Berjiwa pembaharu dan tidak
1. Cinta tanah air. kenal menyerah.
Cinta tanah air merupakan modal Kesadaran bernegara dari
yang penting dalam membangun seseorang ditentukan oleh
suatu Negara. Suatu negara yang kualitas mental sumber daya
dihuni oleh orang-orang yang manusia itu sendiri. Kualitas
cinta tanah air akan membawa mental yang diharapkan adalah
kearah kemajuan. Sebaliknya manusia yang berkualitas
negara yang tidak didukung oleh tersebut maka diperlukan
cinta tanah air dari penduduk manusia yang berjiwa inovatif
tersebut maka Negara tersebut dan tidak kenal menyerah dalam
menunggu kehancuran.
7

kehidupan berbangsa dan yang telah menjadi kesepakatan


bernegara,. di dalam keluarga.
6. Memiliki sikap tenggang rasa 2. Memberikan contoh
sesama manusia Orang tua melakukan terlebih
Tenggang rasa artinya dapat dahulu perilaku-perilaku yang
menghargai dan menghormati mengandung nilai-nilai moral
perasaan oranglain, dengan yang akan disampaikan kepada
tenggang rasa manusia dapat anak. Misalnya, ketika orang tua
merasakan atau menjaga ingin menyampaikan nilai
perasaan oranglain sehingga tentang ketaatan dalam
orang lain tidak merasa beribadah, maka orang tua
tersinggung. Pelaksanaan sikap melakukannya terlebih dahulu
tenggangrasa dapat diwujudkan dan menjadikan dirinya sebagai
dalam kehidupan sehari-hari model atau telada bagi anak.
misalnya sebagai berikut: Memberikan contoh terus
a. Menghormati hak-hak orang menerus yang diikuti dengan
lain. pemantauan pada perilaku anak
b. Kerelaan membantu teman dapat membentuk kebiasaan
yang mengalami musibah. pada anak.
c. Kesediaan menjenguk teman 3. Berdialog
yang sedang sakit. Metode ini orang tua
d. Kemampuan mengendalikan menyampaikan nilai-nilai pada
sikap, perbuatan, dan tutur anak melalui proses interaksi
kata yang yang bersifat dialogis. Orang tua
dapatmenyinggung atau menyampaikan harapan-
melukai perasaan orang lain. harapannya pada anak dan
Metode Sosialisasi Karakter bentuk-bentuk perilaku yang
Nasionalisme dalam Keluarga diharapkan dilakukan oleh anak.
Beberapa metode yang Anak diberi kesempatan untuk
digunakan orang tua dalam menyampaikan tanggapannya
melakukan sosialisasi pada anak terhadap orang tua.
melalui pengasuhan. Beberapa 4. Memberikan instruksi
metode yang digunakan oleh orang Harus ada konsistensi antara
tua dalam melakukan sosialisasi perkataan dan tindakan orang
dapat dipaparkan sebagai berikut tua, bila konsistensi antara
(Lestari, 2012): perkataan dan tindakan tidak
1. Memberikan nasihat ada, maka perkataan orang tua
Metode ini dilakukan dengan menjadi kurang diperhatikan
cara menyampaikan nilai-nilai oleh anak. Misalnya, orang tua
yang ingin disosialisasikan pada memberikan instruksi pada anak
anak dalam suatu komunikasi untuk melakukan ibadah
yang bersifat searah. Orang tua sementara orang tua tidak
berperan sebagai komunikator menunaikannya, tidak membuat
atau pembawa pesan, sedangkan anak mau mengikuti instruksi
anak berperan sebagai penerima yang diberikan. Bahkan anak
pesan. Pemberian nasihat ini mempertanyakan kembali
pada umumnya dilakukan kepada orang tua mengapa
setelah anak melakukan orang tua menyuruh sementara
pelanggaran terhadap aturan dirinya sendiri tidak melakukan.
Oleh karena itu, konsistensi
8

antara perkataan dan tindakan agar berwawasan kebangsaan serta


orang tua dalam berinteraksi berpola tata-laku secara khas yang
dengan anak penting untuk mencerminkan budaya maupun
diperhatikan. ideologi. Rasa kebangsaan
Pelaksanaan Pendidikan Karakter merupakan perekat paling dasar dari
Nasionalisme dalam Keluarga setiap anggota masyarakat bangsa
Keluarga sebagai unit sosial yang karena sejarah dan budayanya
terkecil dalam masyarakat memiliki memiliki dorongan untuk menjadi
fungsi dalam menjalankan satu dan bersatu tanpa pamrih di
kehidupannya di tengah masyarakat. dalam satu wadah negara bangsa
Badan Kependudukan dan Keluarga (nation-state).
Berencana Nasional Republik Berkaitan dengan pemahaman
Indonesia dalam Sudiharto (2007) karakter Nasionalisme di atas dapat
menjelaskan bahwa keluarga diimplementasikan pada keluarga
memiliki fungsi pendidikan bagi sebagai unit terkecil masyarakat
anak-anaknya.Dalam fungsi tersebut melalui tahapan-tahapan yang
keluarga dijadikan sebagai lembaga digunakan untuk pembinaan rasa
pendidikan non-formal dalam kebangsaan itu sendiri. Pembinaan
menanamkan nilai-nilai serta karakter tersebut dapat melihat pula
pedoman hidup bagi anak sebagai pendapat Dobbert dan Winkler
bekal di masyarakat. Anak yang dalam Endang (2010) bahwa terdapat
tumbuh dan berkembang dalam empat fungsi dan peran keluarga
keluarga akan banyak menanamkan yang amat strategi dalam membentuk
nilai-nilai yang dianut keluarganya karakter Nasionalisme pada anak:
dalam setiap aspek kehidupannya. 1. Identification Process
Lickona dalam Tridhonanto Proses memahami, merespon dan
(2014) menjelaskan bahwa dalam memilih nilai-nilai. Rasa
penanaman nilai-nilai moral atau kebangsaan yang ada dalam diri
karakter pada anak, keluarga orang tua dapat mulai diajarkan
khususnya orang tua harus pada tahapan ini. Namun, orang
memberikan contoh konkret tua juga harus mampu mengenali
mengenai karakter yang diajarkan karakter anak agar dapat
dalam wujud konsep, sikap dan mengajarkannya dengan senang
perilaku.Setiap memberikan konsep hati. Orang tua harus mampu
keluarga sebaiknya orang tua mempengaruhi perasaan anak
menunjukan sikap dan berperilaku terhadap kecintaannya pada
sesuai konsep yang diajarkannya. bangsanya hingga anak mampu
Selanjutnya pada konteks merespon nilai-nilai dan terjadi
pendidikan karakter nasionalisme interaksi diantara keduanya.
jika dihubungkan dengan teori yang Dalam hal ini orang tua dapat
dijabarkan Lickona di atas, keluarga mengajak anak mengenal simbol-
memiliki peranan penting dalam simbol negaranya.
proses internalisasi karakter 2. Internalization Process
Nasionalisme. Sudrajat dalam Proses identifikasi nilai terhadap
Suhartono (2001) menyatakan anak sudah terbentuk motivasi
Nasionalisme merupakan salah satu dan kecintaan anak terhadap
unsur dalam pembinaan kebangsaan nilai-nilai yang dipilihnya. Orang
atau nation-building. Dalam proses tua juga perlu mengamati
pembinaan kebangsaan semua perkembangan sejauh mana
anggota masyarakat bangsa dibentuk kecintaan anaknya terhadap
9

bangsanya. Pada konteks ini, (3,071) > ttabel (1,701). kemudian


keluarga dapat dijadikan wahana diketahui nilai koefisien korelasi rs=
dalam mengembangkan rasa 0,502 dan thitung(3,071) > ttabel(1,701),
nasionalisme anak seperti Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembiasaan-pembiasaan untuk terdapat pengaruh positif yang
menghargai pendapat anggota signifikan pendidikan karakter
keluarga, memunculkan sikap nasionalisme terhadap karakter
empati dan simpati kepada nasionalisme anak. Adanya
anggota keluarga yang pengaruh yang positif pada
mengalami kesulitan dan lain- pendidikan karakter nasionalisme
lain. dalam keluarga terhadap karakter
3. Modelling Process nasionalisme anak memang sejalan
Anak yang sudah mampu dengan apa yang dikatakan
membatinkan nilai-nilai tertentu Haeurwas dalam Ponzetti (2005)
di dalam dirinya. Pada tahap ini yakni “Keluarga adalah sekolah
orang tua akan berperan aktif karakter. Kebajikan dan karakter
dalam menjadi contoh bagi dipelihara di komunitas informal
karakter anaknya. Sikap seperti keluarga dan bukan melalui
Nasionalisme yang tinggi pada penalaran otonom”. Hal tersebut
orang tua harus dapat ditularkan menegaskan bahwa anak-anak
melalui teladan-teladan yang bisa merupakan subjek yang akan paling
dengan langsung ditiru anak berdampak pada pendidikan karakter
seperti bangga membeli produk di dalam keluarga. Sebagaimana
dalam negeri, mencintai kesatuan pendapat Sandage & Hill (2001)
dan kedamaian dalam bahwa keluarga bertugas untuk
bertetangga dan lain sebagainya. melayani perkembangan moral. Jika
4. Direct Reproduction pada keluarga memiliki fungsi
Proses pelakonan tersebut di atas pendidikan yang positif, selanjutnya
akan lahir proses pembakuan juga akan memiliki pengaruh positif
yang selanjutnya akan mampu bagi perkembangan moral anak-anak
melahirkan tertanamnya nilai sekarang dan di masa depan.
moral atau isi pesan perlikau tadi Berdasarkan besaran korelasinya,
ke dalam diri anak. Sesuai pula penelitian ini sendiri masuk dalam
dengan apa yang diungkapkan kategori sedang. Pendidikan karakter
Lickona, pada tahapan ini orang nasionalisme dalam keluarga
tua hanya perlu menguatkan saja memiliki sumbangan sebesar 0,2520
karakter Nasionalisme yang ada atau 25.20% terhadap karakter
pada diri anak. Orang tua tetap nasionalisme anak, sehingga semakin
harus memberikan penghargaan tinggi pendidikan karakter
bagi anak dalam rangka menjaga nasionalisme dalam keluarga maka
komitmennya untuk menjunjung semakin tinggi pula karakter
tinggi rasa Nasionalisme yang nasionalisme anak. Demikian
sudah dipupuknya sejak dini. sebaliknya semakin rendah
Pada tahap ini orang tua harus pendidikan karakter nasionalisme
pula konsisten terhadap hal yang dalam keluarga maka semakin
telah dilakukannya. rendah pula karakter nasionalisme
HASIL DAN PEMBAHASAN anak. Adapun hal tersebut didukung
Berdasarkan penelitian yang pendapat yang dikemukakan oleh
telah dilakukan, diketahui nilai Okin & Reich dalam Ponzetti (2005)
koefisien korelasi rs= 0.502 dan thitung bahwa intensitas dalam keluarga
10

pada fungsi pendidikan kadang- Pendidikan karakter nasionalisme


kadang tidak stabil karena masalah di dalam keluarga bagi anak-anak
dalam keluarga yang sangat buruh migran pun masuk ke dalam
kompleks. Oleh karena itu keluarga rata-rata tingkat yang baik. Dimana
hanya hadir dari sebagian tanggung anak-anak menyatakan bahwa
jawab dalam pembentukan moral metode sosialisasi karakter
anak. nasionalisme yang dilakukan oleh
Berdasarkan uraian di atas, maka orangtua mereka di dalam keluarga
dapat disimpulkan bahwa peran sudah baik. Sedangkan dalam
orangtua masih sangat dominan dimensi pelaksanaanya sendiri
dalam proses pendidikan karakter masuk dalam tingkat yang sangat
nasionalisme anak-anak buruh baik. Dari beberapa indikator yang
migran di Sarawak, Malaysia. diukur dari 2 dimensi tersebut,
Orangtua harus mampu orangtua perlu meningkatkan
menginternalisasi karakter-karakter kemampuannya dalam hal
nasionalisme seperti cinta tanah air, internalisasi pendidikan karakter
berjiwa pembaharu dan pantang khususnya dalam menjadi suri
menyerah dan sikap tenggang rasa. tauladan bagi anak. Orangtua sebagai
Terlebih lagi nilai-nilai patriotism role model harus tetap menanamkan
dalam diri anak-anak. Keberadaan rasa cinta kepada Indonesia meski
para orangtua sebagai buruh migran sedang tidak berada di Indonesia.
diharapkan menjadi orangtua Terdapat pengaruh yang
seutuhnya yang tidak hanya signifikan pendidikan karakter
berorientasi pada pekerjaan semata nasionalisme dalam keluarga
namun juga pengembangan moral terhadap karakter nasionalisme anak
anak. Hal tersebut sangat penting buruh migran. Tingkat kekuatan
karena keluarga membutuhkan upaya hubungan pendidikan karakter
yang proaktif sebagai salah satu nasionalisme dalam keluarga
institusi yang menjadi tulang terhadap karakter nasionalisme anak
punggung bagi pendidikan karakter adalah sedang. Koefisien korelasi
anak (Lickona, 2012). positif dan memiliki sumbangan
KESIMPULAN variabel X terhadap variabel Y,
Berdasarkan pengolahan artinya hubungan bersifat positif
deskriptif, analisis, dan pengolahan dimana semakin tinggi pendidikan
data statistik maka dapat karakter nasionalisme dalam
disimpulkan bahwa karakter keluarga yang diterapkan pada anak
nasionalisme yang terdapat pada maka semakin tinggi pula karakter
anak-anak buruh migran Indonesia di nasionalisme anak. Hasil
Serawak, Malaysia pada sektor perhitungan uji analisis statistik
perkebunan kelapa sawit memiliki menyatakan bahwa 25,20% karakter
rata-rata tingkat karakter yang nasionalisme anak ditentukan oleh
tinggi. Hal ini didukung dari hasil pendidikan karakter nasionalisme
penelitian karakter nasionalisme dalam keluarga, sedangkan sisanya
anak bahwa karakter rela berkorban ditentukan oleh variabel lain yang
bagi kepentingan bangsa dan negara tidak diteliti.
masuk dalam kategori sangat tinggi DAFTAR PUSTAKA
sedangkan karakter yang memiliki Abdullah, Taufik. 2001.
skor terendah saja pada dimensi Nasionalisme dan sejarah.
menghargai jasa-jasa pahlawan Bandung: Satya Historika
masih masuk dalam kategori tinggi.
11

Aman. 2011. Model Evaluasi Bangsa. Jakarta : Yayasan


Pembelajaran Sejarah. Pustaka Obor Indonesia
Yogyakarta: Ombak Elmubarok, Z. 2008. Membumikan
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metode Pendidikan Nilai:
Penelitian. Jakarta: Rineka Mengumpulkan yang
Cipta Terserak, Menyambung yang
Arita, Murwani. 2007. Asuhan Terputus, dan Menyatukan
Keperawatan Keluarga yang Tercerai. Bandung:
Konsep dan Aplikasi Kasus. Alfabeta
Yogyakarta: Cendikia Press Gunawan, Heri. 2012.
Azwar, Saifuddin. 2011. Metode PENDIDIKAN KARAKTER :
Peneltiian. Yogyakarta: Konsep dan Implemantasi.
Pustaka Pelajar Offset Bandung: Alfabeta
Blank, T. & Schmidt, P. 2003. Hendri. 2013. Pendidikan Karakter
National Identity in a United Berbasis Dongeng. Bandung:
Germany: Nationalism or Simbiosa Rekatama Media
Patriotism? An Empirical Jamal. 2011. Buku Panduan
Test With Representative Internalisasi Pendidikan
Data”. Journal of Political Karakter Sekolah. Jogjakarta:
Psychology, Vol 24, No. 2, Diva Press
2003 Kansil. 2011. Empat Pilar
Budiyono, Kabul. 2007. Nilai-Nilai Berbangsa dan Bernegara.
Kepribadian dan Perjuangan Jakarta: Rineka Cipta
Bangsa Indonesia. Bandung : Kementerian Pendidikan Nasional.
Alfabeta 2010. Desain Induk
Departemen Pendidikan Nasional. Pendidikan Karakter di
2009. Tesaurus Alfabetis Sekolah Menengah Pertama.
Bahasa Indonesia. Bandung: Jakarta : Direktorat
Mizan & Departemen Mandikdasmen,
Pendidikan dan Kebudayaan Koeseoma, Doni. 2007. Pendidikan
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Karakter: Strategi Mendidik
Bahasa Indonesia Pusat Anak di Zaman Global.
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Grasindo
Jakarta: Gramedia Pustaka Lestari, Sri. 2012. Psikologi
Utama Keluarga. Jakarta: Kencana
Direktorat Pembinaan Sekolah Lickona, Thomas. 2012. Educating
Menengah Pertama for Character, How Our
Kemendiknas. 2010. Schools Can Teach Respect
Pengembangan pendidikan and Responsibility. Jakarta :
budaya dan kakrakter bangsa PT. Bumi Aksara
pedoman sekolah. Jakarta : Maksudin. 2013. Pendidikan
Puskurbuk Karakter Nondikotomik.
Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pengukuran Dalam Bidang Muchlas dan Hariyanto. 2011.
Pendidikan. Jakarta: Konsep Dan Model
Grasindo Pendidikan Karakter.
Djojodibroto, R. Darmanto. 2012. Bandung: PT Remaja
PANDU IBUKU, Rosdakarya
Mengajarkan Budi Pekerti,
Membangun Karakter
12

Muchson, Samsuri. 2013. Dasar- Santrock, J.W.


Dasar Pendidikan Moral. 2008. Psikologi Pendidikan. J
Yogyakarta: Penerbit Ombak akarta : Kencana
Muslih, Masnur. 2011. Pendidikan Sudiharto. 2007. Asuhan
Karakter Menjawab Keperawatan Keluarga
Tantangan Kritis dengan Pendekatan
Multidimensional. Jakarta: Keperawatan Transkultural.
Bumi Aksara Jakarta: EGC
Nefy Irawati, De. 2012. Pendidikan Sugiyono. 2002. Metode Penelitian
karakter dalam mata Administrasi. Bandung:
pelajaran PKN untuk Alfabeta
membangun kecintaan Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
terhadap bangsa Indonesia. Kuantitatif, Kualitatif dan
Jakarta: FIS UNJ R&D. Bandung: ALFABETA
Ponzetti, James. 2005. The Family as Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Moral Center. Canada: Kuantitatif, Kualitatif dan
University of British R&D. Bandung: ALFABETA
Columbia Suharjo, Sri. 2006. Balai Kajian
Purwadinata, W.J.S. 2006. Kamus Sejarah dan Nilai
Umum Bahasa Indonesia. Tradisional,Manado
Jakarta: Balai Pustaka Suhartono. 2001. Sejarah
Purwaningsih, Endang. 2010. Pergerakan Nasional Dari
Keluarga dalam Mewujudkan Budi Utomo Sampai
Pendidikan Nilai Sebagai Proklamasi 1908-1945.
Upaya Mengatasi Degradasi Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nilai Moral. Jurnal Sumaatadja, N. 2005. Manusia
Pendidikan Sosiologi dan dalam Konteks Sosial,
Humaniora, Vol.1, No.1, Budaya dan Lingkungan
2010 Hidup. Bandung: Alfabeta
Purwanto. 2007. Metodologi Supranto, J. 2000. Statistik : Teori
Penelitian Kuantitatif. dan Aplikasi, Edisi Keenam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Ridwan dan Engkos, A, K. 2011. Suyanto, Bagong & Sutinah. 2005.
Cara Menggunakan dan Metode Penelitian Sosial:
Memaknai Path Analysis Berbagai Alternatif
(Analisis Jalur). Bandung: Pendekatan Edisi Ketiga.
Alfabeta. Jakarta: Kencana
Rifqi Hani, Suci. 2014. Pendidikan Prenadamedia Group
Nilai Dalam Keluarga Takdir Illahi, Mohammad. 2012.
Sebagai Upaya Pembentukan Nasionalisme dalam Bingkai
Karakter Remaja. Jakarta: Pluralitas Bangsa.
FIP UNJ Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Salahudin, Anas dkk. 2013. Tim Liputan Majalah Gatra. 2015.
Pendidikan Karakter, Sekolah Indonesia di Ladang
Pendidikan Berbasis Agama Malaysia. Malaysia
dan Budaya Bangsa. Tridhonanto, AL. 2014.
Bandung: CV. Pustaka Setia Mengembangkan Pola Asuh
Santrock, J.W. 2002. Life Span Demokratis. Jakarta:
Development. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Erlangga
13

Widyanto, AM. 2013. Statistika


Terapan. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo

Sumber Internet :
Bina Syifa. Berbagai Bentuk Rasa
Nasionalisme. Diunduh
melalu situs
http://www.binasyifa.com/52
9/54/27/berbagai-bentuk-
rasa-nasionalisme.htm.
[Diakses pada 20 Desember
2015]
International Labor Organization
Indonesia, 2013. ILO
Document Publications.
Diunduh melalui situs
http://www.ilo.org/wcmsp5/g
roups/public/---asia/--ro-
bangkok/---ilo
jakarta/documents/publicatio
n/wcms_213360.pdf. [Diakses
pada 5 September 2015]
Saraswati. Mati Surinya
Nasionalisme Perbatasan.
Diunduh melalui situs
http://www.siperubahan.com/
read/544/MATI-SURINYA-
NASIONALISME. [Diakses
pada 5 September 2015]
Suyanto. 2010 Pendidikan Karakter
dan Kecerdasan. Diunduh
melalui situs
www.suparlan.com. [Diakses
pada 10 November 2015]

Anda mungkin juga menyukai