Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KONSEP TEORI

1.1 Pengertian Bukti Audit

Mulyadi (2002 : 74) mendefinisikan bukti audit sebagai : Segala


informasi yang mendukung angka – angka atau informasi lain yang disajikan
dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar
untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan
keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat
(corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Arens, Elder dan
Beasley (2008 : 225) mendefinisikan bukti audit “sebagai setiap informasi
yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit
telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan”.

Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam


meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan
prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bukti audit mencakup
informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan auditor atas sekuritas
yang diperjualbelikan dan informasi yang kurang persuasif, misalnya respons
atas pertanyaan – pertanyaan dari para karyawan klien. Penggunaan bukti
bukan hal yang aneh bagi auditor. Bukti juga digunakan secara ekstentif oleh
para ilmuwan, pengacara dan ahli sejarah. Tujuan audit laporan keuangan
adalah menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk
mendasari pemberian pendapat tersebut, maka auditor harus menghimpun dan
mengevaluasi bukti – bukti yang mendukung laporan keuangan tersebut.
Dengan demikian, pekerjaan audit adalah pekerjaan mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti, dan sebagian besar waktu audit sebenarnya tercurah pada
perolehan atau pengumpulan dan pengevaluasian bukti tersebut. Buku harian,
buku besar dan buku pembantu, memo, dan catatan tidak resmi seperti daftar
lembaran kerja (work sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan
rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan
keuangan. Informasi pendukung lainnya meliputi semua dokumen seperti cek,
faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan pernyataan tertulis dari
pihak yang kompeten, informasi yang diperoleh auditor melalui tanya jawab,
pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang
dihasilkan atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik
kesimpulan dengan alasan kuat. Bukti audit merupakan suatu konsep yang
fundamental di dalam audit, dan hal itu dinyatakan dalam standar pekerjaan
lapangan ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326 pr. 1) menyatakan
bahwa : “ Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi : Bukti audit kompeten
yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan.” Bukti audit sangat besar
pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu
auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan
kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak
pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang
berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak
pantas.

1.2 Sifat Arsesi


Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau
eksplisit serta dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar sebagai
berikut ini:
a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence).
b. Kelengkapan (completencess).
c. Hak dan kewajiban (right and obligation).
d. Penilaian (valuation) atau alokasi.
f. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva
atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat
telah terjadi selama periode tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi
bahwa sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk
dijual. Begitu pula, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan
laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk
lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan
akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di
dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian
barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula,
manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua
kewajiban entitas.
Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva
merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna
usaha (lease) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak
entitas atas kekayaan yang disewaguna-usahakan (leased) dan utang sewa guna
usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas.
Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam
laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen
membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan
pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam periode-
periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen membuat asersi
bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai
bersih yang dapat direalisasikan.
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah
komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan
diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa
kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di
neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikian pula,
manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa
dalam laporan laba rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.

1.3 Sifat Bukti Audit

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi
dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Jurnal, buku besar
dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta
catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung
alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti
yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam
bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai
pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan; di pihak lain, tanpa
cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang
melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektonik,
seperti cek; catatan electonic fund transfers; surat kontrak; notulen rapat;
konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi
yang diperoleh auditor melalui permintaaan keterangan, pengamatan, inspeksi
dan pemerikasaan fisik; serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau
tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat.
Dalam entitas tertentu, beberapa data akuntansi dan bukti penguat tersedia
dalam bentuk elektronik. Dokumen sumber seperti order pembelian, surat
muat, faktor, dan cek digantikan dengan pesan elektronik. Sebagai contoh,
entitas dapat menggunakan Electronic Data Interchange (EDI) atau sistem
pengolahan citra (image processing systems) Dalam EDI, entitas dan
pelanggannya atau pemasok menggunakan hubungan komunikasi untuk
melakukan transaksi bisnis secara elektronik. Transaksi pembelian,
pengiriman, penagihan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas seringkali
dilaksanakan seluruhnya dengan pertukaran pesan elektronik di antara pihak-
pihak yang terkait. Dalam sistem pengolahan citra, dokumen di-scan dan
diubah menjadi citra elektronik untuk memfasilitasi penyimpanan dan
pengacuan, dan dokumen sumber dapat tidak disimpan setelah diubah ke
dalam citra tersebut. Bukti audit tertentu dapat ada pada titik waktu tertentu.
Namun, bukti tersebut mungkin tidak dapat diambil setelah periode waktu
tertentu jika file diubah dan jika backup file tidak ada. Oleh karena itu, auditor
harus mempertimbangkan waktu yang pada saat itu informasi ada atau tersedia
dalam menentukan sifat, saat, dan luasnya pengujian subtantif, dan jika
berlaku, pengujian pengendalian yang akan dilaksanakan.
Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan dengan keuangan
dengan:
a. menganalisa dan me-review
b. menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam
proses akuntansi dan dalam proses pembuata alokasi yang
bersangkutan
c. penghitungan kembali dan
d. rekonsiliasi tipe-tipe dan aplikasi yang berkaitan dengan informasi
yang sama.
Melalui pelaksanaan prosedur seperti itu, auditor dapat menentukan
bahwa catatan akuntansi konsisten secara intern. Konsistensi intern semacam
itu biasanya memberikan bukti tentang kewajaran penyajian laporan
keuangan.
Data yang berkaitan dengan akuntansi dan bukti penguat yang
mendukung pembukuan ke dalam akun dan asersi dalam laporan keuangan
biasanya tersedia dari file entitas dan dapat diakses oleh auditor untuk
pemeriksaan pada titik atau periode waktu tertentu. Baik di dalam entitas
maupun di luarnya terdapat orang yang berpengetahuan yang dapat dihubungi
oleh auditor untuk dimintai keterangan. Aktiva yang memiliki keberadaan
fisik tersedia bagi auditor untuk diinspeksi. Aktivitas personel entitas dapat
diamati. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas tersebut atau kondisi
atau situasi lain, auditor dapat mencapai kesimpulan tentang validitas
berbagai asersi dalam laporan keuangan.

1.4 Keputusan Bukti Audit


Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis
dan jumlah bukti yang tepat, yang diperlukan untuk memenuhi keyakinan
bahwa komponen laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan telah
disajikan secara wajar, dan bahwa klien menyelenggarakan pengendalian
internal yang efektif atas pelaporan keuangan. Ada empat keputusan mengenai
bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa banyak bukti tersebut :

  a. Prosedur audit yang digunakan

  b. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut. 

  c. Item – item mana yang akan dipilih dari populasi

e. Kapan melaksanakan prosedur tersebut.

1.5 Kompetensi Bukti Audit


Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah
dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan
pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara
umum mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung
pada pengecualian penting yang ada. Namun, jika pengecualian yang penting
dapat diketahui, anggapan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam
audit, meskipun satu sama lain tidak bersifat saling meniadakan, dapat
bermanfaat:
a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan,
untuk tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan
keandalan yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan
itu sendiri.
b. Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang
diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui
inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat
menyimpulkan dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak
langsung.

1.6 Kecukupan Bukti Audit


Audit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti
audit kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai dasar memadai dalam
merumuskan pendapatnya. Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh
auditor untuk mendukung pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional
auditor setelah mempelajari dengan teliti keadaan yang dihadapinya. Dalam
banyak hal, auditor independen lebih mengandalkan bukti yang bersifat
mengarahkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat meyakinkan
(convincing evidence). Baik asersi secara individual dalam laporan keuangan
maupun gambaran umum bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
menyajikan posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas perusahaan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia adalah sedemikian
sifatnya, sehingga seorang auditor yang sangat berpengalaman pun jarang
dengan mudah diyakinkan, dalam hubungannya dengan semua aspek laporan
keuangan yang diauditnya.
Auditor bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomi; agar secara
ekonomis bermanfaat, pendapatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu
yang pantas dan dengan biaya yang masuk akal. Auditor harus memutuskan,
sekali lagi dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya, apakah bukti
audit yang tersedia baginya dengan batasan waktu dan biaya, cukup memadai
untuk membenarkan pernyataan pendapatnya.
Sebagai pegangan, harus terdapat hubungan yang rasional antara biaya untuk
mendapatkan bukti dengan manfaat informasi yang diperoleh. Masalah
kesulitan dan biaya pengujian suatu pos bukan merupakan dasar yang sah
untuk menghilangkan pengujian tersebut dalam proses audit.

1.7 Penilaian Bukti Audit


Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan
audit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti
audit dan tidak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang
prosedur audit untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus
memperhatikan kemungkinan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam merumuskan
pendapatnya, auditor harus mempertimbangkan relevansi bukti audit, terlepas
apakah bukti audit tersebut mendukung atau berlawanan dengan asersi dalam
laporan keuangan. Bila auditor masih tetap ragu-ragu untuk mempercayai
suatu asersi yang material, maka ia harus menangguhkan pemberian
pendapatnya sampai ia mendapatkan bukti kompeten yang cukup untuk
menghilangkan keraguannya, atau ia harus menyatakan pendapat wajar
dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat.

1.8 Prosedur Analitik


Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari
evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan
yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya,
atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup
perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang mengaitkan
berbagai hubungan dan unsur data. Asumsi dasar penerapan prosedur analitik
adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada
dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang
dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain,
peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha,
fluktuasi acak, atau salah saji.
Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan
mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya
pengetahuan tentang klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien.
Pemahaman atas tujuan prosedur analitik dan keterbatasannya juga penting. Oleh
karena itu, identifikasi hubungan dan jenis data yang digunakan, serta kesimpulan
yang diambil apabila membandingkan jumlah yang tercatat dengan yang
diharapkan, membutuhkan pertimbangan auditor. Prosedur analitik digunakan
dengan tujuan sebagai berikut:
a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lainnya.

b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu


yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.

c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.

Prosedur analitik harus diterapkan untuk tujuan yang disebutkan pada butir a dan c
di atas untuk semua audit laporan keuangan yang dilakukan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sebagai tambahan, dalam
beberapa hal, prosedur analitik lebih efektif atau efisien daripada pengujian rinci
untuk mencapai tujuan pengujian substantif.

Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang
dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang
dikembangkan oleh auditor. Auditor mengembangkan harapan tersebut dengan
mengidentifikasi dan menggunakan hubungan yang masuk akal, yang secara pantas
diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien dan
industrinya. Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam
mengembangkan harapan:

a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan


memperhatikan perubahan yang diketahui.
b. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk
ekstrapolasi dari data interim atau tahunan.
c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode.
d. Informasi industri bidang usaha Mien, misalnya informasi laba bruto.
e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.

1.9 Prosedur Analitik dalam Perencanaan Audit


Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu
dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan
digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi
tertentu. Untuk maksud ini,
prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau


peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit terakhir dan,
b. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu
yang bersangkutan dengan audit.

Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasikan hal seperti adanya
transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, ratio serta trend yang
dapat menunjukkan masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan
perencanaan audit. Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit
umumnya menggunakan data gabungan yang digunakan untuk pengambilan
keputusan di tingkat atas. Lebih lanjut kecanggihan, lingkup, dan saat audit,
yang didasarkan atas pertimbangan auditor dapat berbeda tergantung atas
ukuran dan kerumitan klien. Untuk beberapa entitas, prosedur analitik dapat
terdiri dari review atas perubahan saldo akun tahun sebelumnya dengan tahun
berjalan, dengan menggunakan buku besar atau daftar saldo (trial balance)
tahap awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang lain,
prosedur analitik mungkin meliputi analisis lapotan keuangan triwulan yang
ekstensif. Pada kedua keadaan tersebut, prosedur analitik yang
dikombinasikan dengan pengetahuan auditor tentang bisnis, menjadi dasar
dalam menentukan permintaan keterangan tambahan dan perencanaan yang
efektif.

Walaupun prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit


seringkali hanya menggunakan data keuangan, tetapi kadangkala informasi
nonkeuangan yang relevan juga dipertimbangkan. Misalnya jumlah karyawan,
luas ruang penjualan, jumlah barang yang diproduksi dan informasi serupa
lainnya mungkin membantu dalam mencapai tujuan prosedur.

1.10 Ketetapan Harapan


Harapan auditor harus cukup tepat untuk memberikan tingkat keyakinan yang
diinginkan sehingga perbedaan yang mungkin merupakan salah saji yang
material, baik secara individu atau secara kelompok, dengan salah saji lainnya,
akan teridentifikasi untuk diaudit oleh auditor (paragraf 20). Ketika harapan
menjadi lebih tepat, toleransi perbedaan yang diharapkan menjadi lebih
sempit, sehingga jika terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil prosedur
analitik dengan angka sesungguhnya, perbedaan tersebut kemungkinan besar
karena salah saji. Ketepatan harapan tergantung pada, antara lain, identifikasi
dan pertimbangan auditor terhadap faktor-faktor yang secara signifikan
mempengaruhi jumlah yang diaudit dan tingkat kerincian data yang digunakan
untuk mengembangkan harapan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hubungan keuangan. Sebagai
contoh, penjualan dipengaruhi oleh harga, volume dan campuran produk.
Sebaliknya, masing-masing hal itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan
faktor yan bertentangan dapat menutupi salah saji. Identifikasi yang lebih
efektif terhadap faktor yang secara signifikan mempengaruhi hubungan
umumnya dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya keyakinan yang
diinginkan dari prosedur analitik.
Harapan yang dikembangkan pada tingkat yang rinci biasanya mempunyai
kemungkinan yang lebih besar dalam mendeteksi salah saji jumlah tertentu
dari pada perbandingan secara luas. Jumlah bulanan biasanya akan lebih
efektif dari pada jumlah tahunan dan perbandingan berdasarkan lokasi atau
jalur usaha biasanya akan lebih efektif dari pada membandingkan perusahaan
secara keseluruhan. Tingkat kerincian yang cocok akan dipengaruhi oleh sifat
klien, besarnya dan kerumitannya. Umumnya risiko salah saji yang material
menjadi kabur akibat meningkatnya faktor yang bertentangan karena operasi
klien menjadi lebih rumit dan lebih beragam. Penguraian masalah akan
membantu mengurangi risiko ini.
1.11 Penyelidikan dan Evaluasi Perbedaan Yang Signifikan
Dalam merencanakan prosedur analitik sebagai pengujian substantif, auditor
harus mempertimbangkan jumlah perbedaan yang diharapkan yang dapat
diterima tanpa penyelidikan lebih lanjut. Pertimbangan ini dipengaruhi
terutama oleh materialitas dan harus konsisten dengan tingkat keyakinan yang
diinginkan dari prosedur ini. Penentuan jumlah ini melibatkan pertimbangan
kemungkinan bahwa kombinasi dari salah saji dalam saldo akun tertentu, atau
golongan transaksi tertentu, atau saldo atau golongan transaksi lainnya, dapat
terhimpun menjadi suatu jumlah yang tidak dapat diterima.2
Auditor harus mengevaluasi perbedaan material yang tidak diharapkan.
Dengan mempertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan
dalam mengembangkan harapan dan permintaan keterangan dari manajemen
dapat membantu auditor dalam hal ini Namun, tanggapan manajemen
biasanya harus didukung dengan bukti lain. Dalam keadaan tersebut, bila
penjelasan tentang perbedaan tidak dapat diperoleh, auditor harus
mendapatkan bukti yang cukup mengenai asersi yang bersangkutan dengan
melakukan prosedur audit lainnya untuk meyakinkan dirinya apakah
perbedaan tersebut kemungkinan merupakan salah saji ³Dalam mendesain
prosedur audit lainnya itu, auditor harus mempertimbangkan perbedaan yang
tidak dapat dijelaskan, yang mungkin menunjukkan risiko yang meningkat
dari salah saji yang material. (Lihat SA Seksi 316 [PSA No. 70]
Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan.)

1.12 Prosedur Analitik yang Digunakan Dalam Review Yang Menyeluruh


Tujuan prosedur analitik yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh
adalah untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan
dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Berbagai macam prosedur analitik mungkin bermanfaat untuk tujuan ini.
Review menyeluruh umumnya meliputi pembacaan laporan keuangan dan
catatannya serta mempertimbangkan:

a. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang


tidak biasa atau yang tidak diharapkan, yang diidentifikasi pada waktu
perencanaan audit atau dalam pelaksanaan audit, dan

b. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan yang
sebelumnya tidak diidentifikasi.

Hasil review menyeluruh dapat menunjukkan bahwa bukti tambahan mungkin


diperlukan.
BAB II

PEMBAHASAN

Sebagai wujud pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder, wajib


menyampaikan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan
ekonomisnya. Manajemen sebagai pengelola sumber daya sepantasnya
menetapkan kebijakan akuntansi, mendesain dan mengimplementasikan
pengendalian intern yang dijadikan sebagai acuan dalam menggolongkan,
memposting, mengikhtisarkan dan menyajikan serta mengungkapkan laporan
keuangan.
Dalam suatu perseroan terbatas, terlebih yang telah go public, tampak kentara
pemisahan antara pemilik dan pengelola yang seringkali mempunyai kepentingan
yang berbeda. Perbedaan kepentingan tersebut sering-sering berimplikasi terhadap
perlakuan akuntansi dan pada akhirnya mempengaruhi penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Sisi lain perbedaan perilaku antara prinsipal dan
agen menimbulkan asimetri informasi. (Adams, 1994)
Seyogyanya laporan keuangan dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan
keputusan bagi semua pihak yang berkepentingan. Untuk menghasilkan informasi
keuangan yang handal dan dapat dipercaya, membutuhkan kehadiran pihak yang
independen dan berkompeten yaitu akuntan publik atau Kantor Akuntan Publik
yang memberikan attest lunction dan sebagai pihak kepercayaan masyarakat.
Pada dasarnya pelaksanaan audit adarah untuk memperoleh keyakinan memadai
atas suatu evidence (bukti audit) yang berhasil dikumpulkan dan di evaluasi
tentang kewajaran'penyalian dan pengungkapan laporan keuangan yang disajikan
manajemen, sehingga memungkinkan auditor memberikan suatu pendapat atau
opini alls kewajaran penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. strategi audit
yang diaplikasikan adarah merakukan perencanaan audit, pelaksanaan audit dan
penyelesaian audit. pada tahap perencanaan audit di antaranya melakukan
prosedur analitis dan pemahaman risiko audit. Prosedur analitis dapat dilakukan
pada tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian audit. Tujuan pelaksanaan prosedur
analitis yaitu untuk memahami usaha bisnis, menentukan dapat tidaknya bisnis
berlanjut, menentukan kemungkinan adanya salah saji menilai kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan. Strategi lainnya adalah pemahaman terhadap risiko
audit. Risiko audit merupakan kegagalan auditor dalam mengumpulkan atau
menilai bukti audit yang disebabkan oleh risiko bawaan, risiko pengendalian, dan
risiko deteksi.
Berdasarkan data yang ada dan hasil analisis, dapat dirumuskan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang kuat antara prosedur analitis dengan pemahaman
risiko audit. Besarnya hubungan antara prosedur analitis dengan
pemahaman risiko sebesai o,grz dengan tingkat signifikan berada di bawah
5 %.
2. Besarnya pengaruh prosedur analitis dan pemahaman risiko secara
simultan terhadap pengembangan program audit sebesar 63,1%. Pengaruh
faktor-faktor lain yang tidak idlkutsertakan dalam penelitian ini sebesar
36,19%. Hal ini berarti bahwa prosedur analitis dan pemahaman risiko
patut dipertimbangkan dan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pengembangan program audit, ini sesuai dengan standar auditing.
Besarnya pengaruh prosedur analitis secara parsial terhadap
pengembangan program audit sebesar 37,310/o, sedangkan besarnya
pengaruh pemahaman risiko secara parsial terhadap pengembangan
program audit sebesar 26,50%.
DAFTAR PUSTAKA

http://katarinadesi.blogspot.com/2015/10/makalah-bukti-audit.html

SA 326 : BUKTI AUDIT

SA 329 : PROSEDUR ANALITIK

Anda mungkin juga menyukai