Anda di halaman 1dari 5

HANDOUT FIELDTRIP SANGIRAN

MATA KULIAH SEDIMENTOLOGI STRATIGRAFI, PETROLOGI,


MAKROPALENTOLOGI, DAN GEOLOGI STRUKTUR
TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2019
Disusun oleh: Anis Kurniasih, S.T., M.T.
PENDAHULUAN
Sangiran merupakan sebuah lipatan dalam bentuk kubah, yang disebut Kubah
Sangiran, merupakan tempat yang paling banyak ditemukan fosil vertebrata dan
fosil manusia purba di Jawa dan kini dijadikan sebagai cagar budaya oleh UNESCO
sebagai salah satu warisan budaya dunia. Fosil vertebrata dan manusia purba
ditemukan pada Formasi Pucangan dan Formasi Kabuh.

KONDISI GEOLOGI SANGIRAN


Secara fisiografis, Sangiran termasuk dalam Zona Pegunungan Kendeng. Stratigrafi
Zona Pegunungan Kendeng dari tua ke muda menurut Pringgoprawiro (1981)
adalah sebagai berikut:

1. Formasi Pelang
Ciri litologi Formasi Pelang) adalah terdiri dari perulangan antara napal dan
napal lempungan dengan sisipan – sisipan melensa dari batugamping bioklastik,
diendapkan pada lingkungan laut terbuka. Umur Formasi Pelang berdasarkan
kandungan foraminifera planktonik adalah Miosen Bawah.

2. Formasi Kerek
Ciri litologi Formasi Kerek adalah terdiri dari perulangan antara napal
lempungan, napal, dan lempung dengan batupasir tufaan gampingan dan
batupasir tufaan. Umur formasi ini adalah Miosen Tengah hingga Miosen Atas
bagian tengah berdasarkan foraminifera planktonik.

3. Formasi Kalibeng
Ciri litologi Formasi Kalibeng terdiri dari urut – urutan napal globigerina dan
napal lempungan. Umur Formasi Kalibeng adalah Miosen Atas hingga Pliosen
Bawah berdasarkan kandungan foraminifera, sedangkan lingkungan
pengendapannya adalah laut terbuka.
Oleh Watanabe dan Kadar (1985), Formasi Kalibeng di Sangiran disebut
sebagai Formasi Puren yang merupakan fasies pengendapan laut yang terdiri
dari batugamping, batupasir lempungan, batulanau, dan batulempung. Batuan
tersebut merupakan hasil pengendapan dekat pantai (nearshore deposit), yang
memiliki kandungan fosil moluska laut melimpah yaitu Anadara sp. dan sedikit
Corbicula sp. yang merupakan moluska airtawar. Umur formasi ini adalah
Pliosen.
4. Formasi Pucangan
Ciri litologi Formasi Pucangan terdiri dari batupasir berbutir kasar hingga
konglomeratan, batupasir tuff berbutir halus hingga kasar dan batupasir tufa
mengandung lempung. Umur Formasi Pucangan adalah Pliosen Atas hingga
Plestosen Bawah berdasarkan kandungan foraminifera planktonik. Formasi
Pucangan mempunyai lingkungan pengendapan yang berbeda – beda. Di
Kendeng Barat, yakni Trinil, satuan ini diwakili oleh breksi vulkanik dengan
sisipan batupasir, tuff, dan lempung hitam yang kaya akan moluska air tawar,
sehingga formasi ini di daerah tersebut diendapkan pada lingkungan darat.
Di Kubah Sangiran, formasi ini oleh Watanabe dan Kadar (1985) disebut
sebagai Formasi Sangiran yang juga ditunjukkan oleh Larick dkk. (2004) dalam
peta geologi Kubah Sangiran (Gambar 1). Formasi Sangiran tersusun dari
endapan fluviatil dari material vulkanik, namun terdapat ciri lingkungan transisi
yakni adanya diatomae air payau dan moluska laut pada sisipan lempung. Fosil
manusia purba tertua di Pulau Jawa ditemukan pada formasi ini.
Di daerah Kedungbrubus, Formasi Pucangan hampir seluruhnya terdiri dari
endapan vulkanik yang menunjukkan ciri lingkungan darat. Di Kendeng Timur
mulai Jombang hingga Sidoarjo, Formasi Pucangan merupakan endapan laut
dari adanya lapisan mengandung moluska laut. Dengan demikian, terdapat
perubahan fasies dari Formasi Pucangan, yakni fasies darat untuk Kendeng
Barat (Trinil, Ngawi, Kedungbrubus, dan Gunung Pandan) dan fasies litoral
untuk Kendeng Timur.

5. Formasi Kabuh
Ciri litologi Formasi Kabuh di Kendeng Timur terdiri dari dua fasies, yaitu
fasies vulkanik dan fasies lempung laut, dengan batas kedua fasies yang tidak
jelas. Fasies vulkanik tersingkap di sayap selatan antiklin Pucangan dan
Kedungwaru terdiri dari batupasir kasar dengan perlapisan silang siur,
seringkali diselingi oleh sisipan lapisan konglomerat dan batupasir tufaan.
Fasies laut dapat ditemukan pada sayap utara antiklin Kedungwaru yang terdiri
dari batulempung napalan berwarna hijau berselingan dengan batupasir halus
hingga kasar dan batulanau. Di Kendeng Tengah, Formasi Kabuh terdiri dari
perselingan silang siur konglomerat dan debu tuff berwarna kuning.
Di Kubah Sangiran, Formasi Kabuh oleh Watanabe dan Kadar (1985) disebut
sebagai Formasi Bapang terdiri dari batupasir silang siur dengan sisipan
konglomerat dan lapisan tuff halus, mengandung fosil vertebrata.
Formasi Kabuh terletak selaras di atas Formasi Pucangan. Umur Formasi Kabuh
adalah Akhir Plestosen Bawah - Plestosen Tengah didasarkan atas
ditemukannya fosil vertebrata yang termasuk dalam fauna Trinil yaitu Axis
lydekkeri dan Duboisia kroesenii. Berdasarkan kandungan fosil dan ciri litologi
serta struktur sedimen yang ada maka Formasi Kabuh secara umum terbentuk
pada lingkungan darat. Namun, di Kendeng Timur endapan Kabuh mempunyai
fasies yang berbeda. Mulai dari Mojokerto hingga Sidoarjo, fasies darat
berangsur –angsur berubah menjadi fasies laut terutama sepanjang sayap utara
dari antiklin Pucangan.
Fosil manusia purba dari Bukuran (Fosil Bukuran) yang ditemukan pada
Formasi Kabuh bagian bawah hanya beberapa meter di atas lapisan Grenzbank.
Lapisan grenzbank adalah lapisan tipis konglomerat dengan semen besi yang
merupakan bagian paling bawah Formasi Kabuh di daerah Sangiran (Formasi
Bapang) dan menjadi batas dengan Formasi Pucangan (Formasi Sangiran).

6. Formasi Notopuro
Ciri litologi Formasi Notopuro terdiri dari batuan tuff berselingan dengan
batupasir tufaan, breksi vulkanik, dan konglomerat. Di Kubah Sangiran,
Formasi Notopuro oleh Watanabe dan Kadar (1985) disebut sebagai Formasi
Pohjajar yang merupakan hasil pengendapan sungai, namun sedimennya lebih
banyak berasal dari material vulkanik berukuran halus. Material vulkanik
tersebut berupa debu vulkanik, dan lahar yang berumur Plestosen Atas.

Struktur Geologi
Secara umum struktur – struktur yang ada di Zona Kendeng berupa :
1. Lipatan, yang ada pada daerah Kendeng sebagian besar berupa lipatan asimetri
bahkan beberapa ada yang berupa lipatan overturned. Lipatan – lipatan di
daerah ini ada yang memiliki pola en echelon fold dan ada yang berupa lipatan
– lipatan menunjam. Secara umum lipatan di daerah Kendeng berarah barat –
timur.
2. Sesar naik, biasa terjadi pada lipatan yang banyak dijumpai di Zona Kendeng,
dan biasanya merupakan kontak antar formasi atau anggota formasi.
3. Sesar geser, biasanya berarah timur laut- barat daya dan tenggara -barat laut.
4. Struktur kubah, terdapat di daerah Sangiran pada satuan batuan berumur
Kuarter. Bukti tersebut menunjukkan bahwa struktur kubah pada daerah ini
dihasilkan oleh deformasi yang kedua, yaitu pada Plestosen.
~ eq. Notopuro
~ eq. Kabuh
~ eq. Pucangan

~ eq. Kalibeng

Gambar 1. Peta Geologi Kubah Sangiran (Larick dkk., 2004)


Gambar 2. Stratigrafi detil Formasi Bapang/Formasi Kabuh, yang mengandung
banyak fosil vertebrata dan manusia purba di Sangiran (Zaim dkk., 2011).

PUSTAKA
Larick, R., Ciochon, R.L., Zaim, Y. (2004): Homo erectus and the emergence of
Sunda in the Tethys Realm: contribution of potassium – based chronology
in the Sangiran dome, Central Java, Athena Review, 4.

Pringgoprawiro, H. (1981): Revisi stratigrafi cekungan Jawa Timur bagian utara


dan paleogeografinya, Disertasi Program Doktor, Institut Teknologi
Bandung, 22 – 60.
Watanabe, N. dan Kadar, D. (1985): Quaternary geology of the hominid fossil
bearing formations in Java, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Zaim, Y., Ciochon, R.L., Polanski, J.M., Grine, F.E., Bettis III, E.A., Rizal, Y.,
Franciscus, R.G., Larick, R.R, Heizler, M., Aswan, Eaves, K.L., dan
Marsh, H.E. (2011): New 1,5 million-year-old Homo erectus maxilla from
Sangiran (Central Java, Indonesia), Journal of Human Evolution, 61, 363
– 376.

Anda mungkin juga menyukai