Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DESTILASI UAP

KIMIA ANALITIK III

Disusun oleh :
1. Ima Purnamsari (18030194005)
2. Almira Nindya (1803019038)
3. Siti Nur Manzilatul (1803019063)
4. Artika Giovani (1803019078)
5. Muhammad Arizal (1803019076)
6. Gunur Mutia (1803019075)
PKA 2018

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk
mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran
senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam
keadaan yang tidak murni seperti tercampur dengan senyawa lain. Untuk
beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahan
baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produk suatu senyaa
kmia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan. Suatu
contoh pada proses pemisahan adalh pada proses pemisahan minyak bumi
karena merupakan sampuran dari berbagai hidrokarbon (Abbassato, 2007).
Destilasi adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan
penguapan senyawa cair denagn cara memanaskannya, kemudian
mengembunkan uap yang terbentuk. Prinsip dasar dari destilasi adalah
perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut
sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih terendah akan menguap
lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan menetas
sebagai zat murn (destilat) (Tri, 2012).
Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair
lainnya yang mempunyai titik didih cairan murni yang berbeda. Pada destilasi
biasa, tekanan uap diatas cairan adalah tekanan atmosfer ( titk didih normal).
Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan
pada tempat terjadinya proses distilasi adalah sama dengan titik didih destilat.
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah
pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus
seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dan lain-lain. Udara
didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan
medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak
lama untuk pemekatan alcohol dengan penerapan panas terhadap larutan
hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling. Oleh karena itu agar
lebih mengetahui dan memahami prinsip kerja destilasi maka dilakukanlah
percobaan ini dengan menggunakan destilasi sederhana sebagai awal metode
pemisahan bahan kimia.
Untuk memurnikan zat senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik
didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi
pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnkan
secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus dengan
destilasi uap.
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi
campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara
mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat
menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada
dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa
yang akan dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap. Uap air
yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan,
dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik
didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-
komponennya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan destilasi uap?
2. Apa prinsip destilasi uap?
3. Bagaimana proses destilasi uap?
4. Bagaimana penerapan dari destilasi uap?
5. Apa saja dampak dari penggunaan destilasi uap?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari destilasi uap.
2. Untuk mengetahui prinsip destilasi uap.
3. Untuk mengetahui proses destilasi uap.
4. Untuk mengetahui penerapan destilasi uap.
5. Untuk mengetahui dampak dari destilasi uap.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Destilasi Uap


Proses penyaringan suatu campuran air dan bahan yang tidak larut
sempurna atau larut sebagian dengan menurunkan tekanan sistem sehingga
didapatkan hasil penyulingan jauh dibawah titik didih awal.
Destilasi uap digunakan untuk memurnikan zat/senyawa cair yang
tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat
cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau
mengalami reaksi pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut
tidak dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat,
melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah
yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa
yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke dalam
campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada
temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk
destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan
dengan labu pembangkit uap. (Cahyono,1991)
Uap air yang dialirkan kedalam labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut,
karena titik didih suatu campuran lebih rendah daripada titik didih
komponen-komponennya.
Distilasi uap biasanya digunakan pada campuran senyawa-senyawa
yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang
fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendestilasi campuran senyawa
di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu
distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di
semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air.
2.2 Prinsip Destilasi Uap
Prinsip kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi
didalam boiler, kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk
ketel yang berisi bahan baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan
dengan kondensor. Cairan kondensat yang berisi campuran minyak dan
air dipisahkan dengan separator yang sesuai berat jenis minyak.
Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang
membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel
tanaman, misalnya gaharu, cendana, dll.
Lebih jelasnya prinsip kerja dari destilasi uap yaitu memisahkan
suatu campuran yang memiliki titik didih yang tinggi dengan cara
mengalirkan uap kedalamnya. Dimana senyawa yang memiliki titik
didih yang tinggi sebelum mencapai titik didihnya dimurnikan dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Campuran substansi yang tidak
larut menunjukkan reaksi yang sangat beda dalam larutan homogen dan
deskripsi sifatnya memerlukan hukum fisik yang berbeda. Dasar aturan
dapat dipakai dengan mempertimbangkan akibat naiknya deviasi pada
hukum rault. Satu gejala dari deviasi positif adalah dalam diagram
hubungan antara tekanan dengan temperatur. Pada batas deviasi positif
besar dari hukum rault, dua komponen dapat larut dan komponen
tersebut menguap yang secara matematis memberikan tekanan total
yang merupakan jumlah total dari tekanan masing-masing.
Dimana bunyi dari hukum Raoult adalah: “Tekanan uap larutan ideal
dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang
terkandung dalam larutan tersebut”. Secara matematis ditulis sebagai:
P larutan = Xterlarut . P pelarut
Pada destilasi uap, uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi
senyawa yang akan dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik
didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran lebih rendah
dari pada titik didih komponen-komponennya. Secara matematis dapat
dituliskan :
Po = P1 + P2
2.3 Azeotrop
Campuran yang ideal atau berangkat hanya sedikit dari idealistis
dapat dipisahkan menjadi konstituen mereka dengan distilasi fraksional.
Di sisi lain, jika penyimpangan dari hukum Raoult yang begitu besar
untuk menghasilkan maksimum atau minimum pada kurva tekanan uap,
maka sesuai dengan minimum atau maksimum yang muncul pada kurva
titik didih. Campuran tersebut tidak dapat sepenuhnya dipisahkan
menjadi konstituen dengan distilasi fraksional. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa jika kurva tekanan uap memiliki maksimum atau
minimum, maka pada saat itu cairan dan uap kurva harus bersinggungan
satu sama lain dan cairan dan uap harus memiliki komposisi yang sama
(teorema Gibbs-Konovalov). Campuran memiliki tekanan uap
maksimum atau minimum disebut azeotrop (dari bahasa Yunani:
mendidih tidak berubah) (Castellan, 1983).
Mempertimbangkan sistem ditunjukkan pada Gambar. 2.1, yang
menunjukkan titik didih maksimum. Jika campuran dideskripsikan oleh
titik, memiliki komposisi azeotropik, dipanaskan, uap akan bentuk
pertama pada suhu t; uap yang memiliki komposisi yang sama seperti
cairan;

Gambar 2.1 Diagram t-X Gambar 2.1 Diagram t-X


dengan titik didih maksimum dengan titik didih minimum
(Castellan, 1983)
Akibatnya, distilat yang diperoleh memiliki tepat komposisi yang
sama seperti cairan aslinya; ada pemisahan yang dilakukan. Jika
campuran dideskripsikan oleh b pada Gambar .2.1 dipanaskan, bentuk
uap pertama di tf, dan memiliki uf komposisi. uap ini lebih kaya dalam
komponen didih lebih tinggi. Fraksinasi akan memisahkan campuran ke
komponen murni 1 di distilat dan meninggalkan campuran azeotropik
dalam pot. Campuran dideskripsikan oleh c akan mendidih pertama di t ";
uap akan memiliki komposisi u". Fraksinasi campuran ini akan
menghasilkan murni komponen 2 di distilat dan azeotrop dalam pot.
(Castellan, 1983)
Perilaku azeotrop didih minimum ditunjukkan pada Gambar.
II.1.4.2 adalah analog. Azeotrop sendiri menyaring tidak berubah.
Campuran digambarkan oleh b mendidih pertama pada suhu t, uap
memiliki komposisi v Fraksinasi campuran ini menghasilkan azeotrop di
distilat.; komponen murni 1 tetap dalam pot. Demikian pula, fraksinasi
dari campuran digambarkan oleh c akan menghasilkan azeotrop di distilat
dan meninggalkan komponen murni 2 di pot. (Castellan, 1983)
Dalam Tabel 2.1, sejumlah campuran azeotropik dicantumkan,
bersama-sama dengan sifat-sifat mereka. Azeotrop menyerupai senyawa
murni merupakan bagian pendidihan pada suhu konstan sementara
campuran biasa mendidih pada rentang suhu tertentu. Namun, perubahan
dalam tekanan menghasilkan perubahan dalam komposisi azeotrop ini,
serta perubahan titik didih, dan sehingga tidak dapat menjadi senyawa
murni. Pendidihan konstan asam klorida adalah kasus pada titik ini.
Variasi dalam komposisi dengan tekanan diilustrasikan oleh data pada
Tabel 2.2. Komposisi ini telah ditentukan dengan cukup akurat bahwa
solusi Hel standar dapat dibuat dengan pengenceran asam didih konstan.
(Castellan, 1983)
Tabel 2.1 Pendidihan minimum azeotrop
Component A Tb/oC Component B Tb/oC Azeotrope
Mass % A Tb/oC
H2O 100 C2H5OH 78.3 4.0 78.174
H2O 100 CH3COC2H5 79.6 11.3 73.41
CCl4 76.75 CH3OH 64.7 79.44 55.7
CS2 46.25 CH3COCH3 56.15 67 39.25
CHCl3 61.2 CH3OH 64.7 87.4 53.43

Tabel 2.2 Pendidihan maksimum azeotrop


Component A Tb/oC Component B Tb/oC Azeotrope
Mass % A Tb/oC
H2O 100 HCl -80 79.778 108.584
H2O 100 HNO3 86 32 120.5
CHCl3 61.2 CH3COCH3 56.10 78.5 64.43
C6H5OH 182.2 184.35 42 186.2

2.4 Proses Destilasi Uap


Destilasi uap meggunakan panas sebagai sumber energi untuk
proses distilasi dengan cara open steam, dimana uap tersebut
mengadakan kontak lansung di dalam sistem distilasi baik pada proses
batch maupun kontinyu. Pada umumnya distilasi dilakukan dengan
penambahan komponen inert seperti nitrogen, karbondioksida, flue, dan
sebagainya.
Destilasi uap inert digunakan untuk proses-proses sebagai berikut:
a. Untuk memisahkan sejumlah kecil dari impuritas yang mudah
menguap dari sejumlah bahan masukan.
b. Untuk memisahkan dalam jumlah yang cukup besar pada bahan
yang mempunyai titik didih tinggi.
c. Untuk mendapatkan titik didih dari suatu bahan dari sejumlah kecil
impuritas yang mempunyai titik didih lebih tinggi
 Skema umum distilasi uap
Proses destilasi uap sebenarnya bertumpu pada 3 komponen
utamanya yaitu retort,kondensor dan pemisah. Proses kerja
yang terjadi akan dijelaskan dibawah ini :
a. Retort
Pada bagian retort ini berisi bagian tanaman yang akan
didistilasi atau tanaman yang memiliki senyawa yang kita
inginkan (aromatik). Uap akan masuk lewat bawah seperti
yang ditunjukan (steam in) dan akan masuk melalui lubang
lubang kecil yang ada dibawahnya dan mulai memberikan
tekanan uap pada tanaman. Setelah itu uap akan melewati
retort ini juga tanaman tadi dengan membawa hasil (senyawa
yang diinginkan) dengan menjenuhkannya bersama air / uap.
Uap tersebut akan melalui pipa yang terhubung melalui
condenser.
b. Kondenser
Air/uap yang membawa hasil tadi nantinya akan
didinginkan pada bagian kondensor yang berbentuk tabung
yang berisi spiral panjang panjang itu yang berbentuk seperti
tabung yang melingkar. Air/uap ini didinginkan oleh air yang
mengalir didalam tabung tersebut. Hasil dari kondensor ini
berupa 2 fasa yaitu air dan senyawa aktif yang akan keluar
dari kondensor secara bergantian sesuai dengan daya
grafitasinya masing masing.
c. Seperator / Pemisah.
Hasil dari kondensator tadi yang berupa 2 fasa itu akan
ditampung pada tabung sepertor ini dan akan bercampur,
walaupun nantinya perbedaan fasa ini akan terlihat dengan
munculnya senyawa aktif/ zat yang diinginkan dibagian atas
sedangkan air dibagian bawah. Setelah dua bagian ini terlihat
memisah maka air atau hydrolat akan dibuang melalui bagian
bawah tabung seperti ditunjukan (hydrolat from bottom
seperation) sedangkan senyawa / zat yang diinginkan diambil
dari atas.

2.5 Penerapan Destilasi Uap


Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Destilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C
dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih.
Sifat yang fundamental dari destilasi uap adalah dapat mendestilasi
campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa
campurannya. Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk campuran
yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didestilasi
dengan air. (Cahyono,1991)
Larutan ideal memiliki tekanan yang uap yang berbanding lurus
dengan fraksi molnya dalam larutan untuk seluruh kisaran fraksi mol :
Pi = Xi Pi 0

Keterangan :

Pi0= Tekanan
uap zat murni I

Xi = Fraksi
mol zat murni I

Dengan Pi 0 adalah tekanan uap (pada suhu tertentu) zat


murninya I, Xi adalah fraksi molnya dalam larutan dan Pi adalah
tekanan uap parsial diatas larutan. Ini merupakan generalisasi dari
Hukum Raoult untuk setiap komponen larutan. Ketika fraksinasi
terjadi pada campuran yang tidak saling larut (immiscuble), hal ini
sering disebut condistillation. Ketika salah satu zat tersebut berupa
air, maka proses ini disebut steam distillation (penyulingan uap).
Untuk kondisi dimana suatu bahan tidak saling larut tekanan total
dapat dicari dengan Hukum Dalton, yaitu :
P = P0A+ P0B

Keterangan :

P = Tekanan total

P0A = Tekanan air


P0B = Tekanan uap sampel

(Maron & Lando, 1965)


Dimana P adalah tekanan total, P0A adalah tekanan air dan P0B tekanan
uap dari sampel. P0A dan P0B adalah berkoresponding terhadap
temperatur (Maron & Lando, 1965).
Setiap suhu yang mendidih selama campuran dilambangkan dengan T
(tekanan uap parsial dari dua konstituen P0A dan P0B sesuai dengan
suhu tertentu). Jika kita membiarkan Na’ dan Nb’ menjadi fraksi mol
dari kedua konstituen dalam uap maka,

P0A = NA’ P dan P0 B= NB’ P

Keterangan :
P0A = Tekanan air
NA’ = Fraksi mol air
P0B = Tekanan uap sampel
NB’ = Fraksi mol sampel
P = Tekanan total
(Maron & Lando, 1965)
Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa
produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus
dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari
tumbuhan. Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke
dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap
dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya
masuk ke labu distilat. (Cahyono,1991)
Destilasi uap ditunjukkan pada gambar berikut
Gambar 2.3
(Wahab,2014)

Salah satu aplikasi destilasi adalah pada pembuatan minyak atsiri.


Metode destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3
cara, antara lain :
d. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)
Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan
memasukkan bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering
ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling yang telah
berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel
dialirkan dengan pipa yang dihubungkan dengan kondensor.
Uap yang merupakan campuran uap air dan minyak akan
terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah.
e. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam
Distillation)
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan
sistem kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan system
rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak bersinggungan
langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air. Cara ini
adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri
karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa
menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa
dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar
dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel
agar meminimkan kehilangan air.
Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan dalam
aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih
menguntungkan oleh karena terbebas dari proses hidrolisa
terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak
dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat
panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap
langsung (Direct Steam Distillation). Metode penyulingan
dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas
yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan.
f. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan
air maupun api namun hanya uap bertekanan tinggi yang
difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip kerja metode
ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler,
kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk
ketel yang berisi bahan baku.
Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor.
Cairan kondensat yang berisi campuran minyak dan air
dipisahkan dengan separator yang sesuai berat jenis minyak.
Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan
baku yang membutuhkan tekanan tinggi pada proses
pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu,
cendana, dll.
Penerapan penggunaan ketiga metode tersebut didasarkan
atas beberapa pertimbangan seperti jenis bahan baku
tanaman, karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan
air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi
produksi dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.

2.6 Dampak Penggunaan Destilasi Uap


 Keuntungan
a. Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang
tinggi.
b. Produk yang dihasilkan benar-benar murni.
 Kekurangan
a. Berlaku hanya untuk zat dengan fase cair dan gas.
b. Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik
didih yang besar.
c. Biaya penggunaan alat ini relatif mahal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi
campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara
mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat
menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari
pada dengan pemanasan langsung.
2. Prinsip kerja dari destilasi uap yaitu memisahkan suatu campuran yang
memiliki titik didih yang tinggi dengan cara mengalirkan uap kedalamnya.
3. Destilasi uap meggunakan panas sebagai sumber energi untuk proses
distilasi dengan cara open steam, dimana uap tersebut mengadakan kontak
lansung di dalam sistem distilasi baik pada proses batch maupun kontinyu.
4. Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk
alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon
atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
5. Keuntungan destilasi uap adalah dapat memisahkan zat dengan perbedaan
titik didih yang tinggi dan produk yang dihasilkan benar-benar murni.
Kekurangan destilasi uap antara lain, berlaku hanya untuk zat dengan fase
cair dan gas, hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik
didih yang besar, biaya penggunaan alat ini relatif mahal.

3.2 Saran
1. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kerurangannya, sehingga pembaca dapat menambahkan maupun
mengurangi materi yang telah ada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abbassato, Tony Irwanto & Eko Aris Budiarto.2007.”Efisiensi Kolom Sieve Tray
pada Destilasi yang Mengandung Tiga Komponen (Aceton-Alkohol-
Air)”. Jurnal Nasional. 978-979.
Castellan, G.W. 1983. Physical Chemistry Edisi ke–3. Addison-Wesley
Publishing Co Inc. Massachusetts, pp.
Supriyanto dan B. Cahyono. 2012. Perbandingan Kandungan Minyak Atsiri
antara Jahe Segar dan Jahe Kering. Chem. Prog. 5(2):81-85.

Tri, Fuki Yuliarto, Lia Umi Khasanah,&R. Baskara Katri Anandito.2012.


“Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi (Destilasi Air dan
Destilasi Uap-Air) terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu
Manis”. Jurnal Teknosains Pangan. Vol.1, No.1.
Wahab, A.W., and Nafie, N.L., 2014, Metode Pemisahan dan Pengkuran, Hibah
Penulisan Buku Ajar, UNHAS, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai