Anda di halaman 1dari 57

Kelembagaan

Masyarakat
Perdesaan
PERENCANAAN PERDESAAN
KELOMPOK 3

M. FEBTIAN SYAH PUTRA SISKA BRILLIANT R.


08211740000002 08211740000007
Outline
TINGKATAN
BERMASYARAKAT
01 02 KELEMBAGAAN
DESA
DI DESA

KEPEMIMPINAN
DESA
03 04 ANGGARAN
PEMERINTAH DESA

STUDI
KASUS
05 06 KESIMPULAN
01
Tingkatan
Bermasyarakat di Desa
Masyarakat Desa
• Penduduk di pedesaan cenderung saling tolong-menolong dikarenakan adanya rasa
kebersamaan yang tinggi. Hal tersebut berkontribusi terhadap tingginya tingkat
ketergantungan masyarakat di desa terutama bagi penduduk berusia lanjut.
• Kehidupan keagamaan di pedesaan lebih kuat bila dibandingkan dengan perkotaan.
Hal ini disebabkan ketatnya kontrol sosial oleh sesama masyarakat desa.
• Pembagian kerja antar penduduk di desa cenderung membaur dan tidak memiliki
batasan yang cukup jelas. Hal ini dikarenakan rasa kebersamaan dan gotong
royong yang tinggi pada masyarakat desa.
• Penduduk desa cenderung mengerjakan pekerjaan yang sama seperti anggota
keluarga terdahulu.
• Interaksi yang lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan bersama
daripada faktor kepentingan pribadi.
• Perubahan-perubahan sosial cenderung terjadi perlahan, tergantung pada
keterbukaan masyarakat desa dalam menerima pengaruh yang cukup berbeda dari
adat istiadat setempat.
Tingkatan 1. Individu
Kata “individu” berasal dari kata latin,
yaitu individiuum, “berarti “yang tak

Bermasya-
terbagi”. Jadi, merupakan suatu
sebutan yang dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kesatuan yang

rakat di
paling kecil dan terbatas. Individu
bukan berarti manusia sebagai suatu
kesatuan melainkan manusia sebagai
makhluk hidup yang dihitung dalam

Desa
“perseorangan”.

3. Masyarakat 2. Keluarga
Masyarakat adalah sejumlah manusia Keluarga berasal bahasa Sanskerta:
yang merupakan satu kesatuan “kulawarga”; “ras” dan “warga” yang
golongan yang berhubungan tetap dan berarti anggota. Berdasarkan
mempunyai kepentingan yang sama. penjelasan di atas, Keluarga adalah
Ralph Linton (1968) menjelaskan lingkungan yang terdapat beberapa
bahwa Masyarakat adalah setiap individu yang masih memiliki hubungan
kelompok manusia yang hidup dan darah. Keluarga adalah unit terkecil
bekerja sama dalam waktu yang relatif dari masyarakat yang terdiri atas
lama dan mampu membuat keteraturan kepala keluarga dan beberapa individu
dalam kehidupan bersama dan mereka yang terkumpul dan tinggal di suatu
menganggap sebagai satu kesatuan tempat di bawah suatu atap dalam
sosial. keadaan saling ketergantungan.
Korelasi antara Individu,
Keluarga, dan Masyarakat
Sebagai makhluk yang sosial, seorang individu tidak dapat berdiri sendiri dan saling membutuhkan antara dirinya sendiri
dengan individu lainnya untuk mengadakan hubungan sosialisasi di tengah – tengah masyarakat.

Keluarga merupakan perwujudan dari suatu wahana/wadah di mana seorang individu mengalami proses bersosialisai untuk
yang pertama kalinya, juga memiliki peranan yang begitu penting bagi individu tersebut karena dari keluargalah seorang
individu itu ditempa karakternya untuk bisa menjadi bagian dari masyarakat luas ketika dewasa nanti. Keluarga juga
memiliki kolerasi fungsional dengan masyarakat tertentu. Itulah sebabnya mengapa proses pengembangan Individu menjadi
seseorang yang berwatak dan memiliki kepribadian seharusnya diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada,
sehingga seorang individu menjadi seseorang yang dewasa dan mampu mengendalikan dirinya sendiri juga melakukan
sosialisasi di dalam masyarakat yang ada di lingkungannya.

Masyarkat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi dan memiliki keterikatan untuk mencapai suatu tujuan
bersama. Jika keluarga adalah tempat dimana awal proses bermula, maka dalam masyarakatlah individu akan di uji coba
untuk mengembangkan apa yang telah ia dapatkan dari keluarganya untuk diterapkan ketika menjadi bagian dari
masyarakat.
02
Kelembagaan
Desa
Kelembagaan Desa
Lembaga atau institusi adalah wadah untuk mengemban tugas dan fungsi tertentu dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Desa mendayagunakan lembaga-lembaga untuk pelaksanaan fungsi penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Menurut Undang- undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat enam lembaga Desa yakni :
• Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa);
• Badan Permusyawaratan Desa (BPD);
• Lembaga kemasyarakatan;
• Lembaga Adat;
• Kerjasama Antar Desa; dan
• Badan Usaha Milik Desa(BUMDes);
Pemerintah Desa
Pemerintah Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa, bersama- sama dengan Badan Permusyawaratan Desa
menyelenggarakan urusan pemerintahan desa. Kedudukan pemerintah
desa tersebut menempatkan pemerintah desa sebagai penyelenggara
utama tugas-tugas pemerintahan desa dalam rangka memberikan
pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan
pembanguna masyarakat desa.

Dengan begitu kompleksnya permasalahan dalam penyelenggaraan


pemerintahan desa, maka pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa selaku
kepala pemerintahan desa dan dibantu oleh Perenagkat Desa selaku
pembantu tugas- tugas Kepala Desa. Perangkat Desa merupakan unsur
yang terdiri dari :
• Unsur staf (Sekretariat Desa);
• Unsur lini (pelaksana teknis lapangan); dan
• Unsur kewilayahan (para Kepala Dusun)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga yang melaksanakan
fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk
Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis. Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi :
• Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa;
• Menampung dan Menyalurkan aspirasi masyarakat desa;
• Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa;

Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa merupakan perwakilan dari


penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya
dilakukan secara demokratis. Masa jabatan Badan Permusyawaratan Desa
adlah selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/ janji. Anggota BPD dapat dipilih paling banyak selama 3 (tiga)
periode.
Lembaga Kemasyarakan Desa
Lembaga Kemasyarakan Desa wadah partisipasi masyarakat desa sebagai mitra Pemerintah Desa. Lemabag
Kemasyarakatan Desa mempunyai fungsi :
• Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat;
• Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat desa;
• Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya, serta gotong royong
masyarakat;
• Meningkatkan kesejahteraan keluarga;
• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Lembaga Adat Desa
Lembaga Adat adalah lembaga desa yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli
desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat desa. Lemabaga adat mempunyai tugas membantu
pemerintahan desa dan sebagai mitra dalam memberdyakan, melestarikan dan mengembangkan adat istiadat sebagai
wujud pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat desa.
Kerjasama Antar Desa
Kerjasama Antar Desa meliputi ;
• Pengembangan Usaha Bersama yang dimiliki desa untuk mencapai
nilai ekonomis yang berdaya saing;
• Kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan desa, dan
pemberdyaan antar desa;
• Bidang keamanan dan ketertiban;

Badan Usaha Milik Desa


Badan Usaha Milik Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan
kegotong-royongan dalam bidang ekonomi dan pelayanan umum. Hasil
usaha BUMDes digunakan untuk :
• Pengembangan usaha;
• Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat desa, pemberian
bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial dan
kegiatan dana bergulir;
03
Kepemimpinan
Desa
JENIS PEMIMPIN
Pemimpin Formal Pemimpin Informal
Pemimpin formal ialah seseorang yang oleh organisasi Kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang
tertentu dipilih sebagai pemimpin, berdasarkan dasarnya tidak dipilih atau diangkat secara formal.
keputusan dan pengangkatan resmi untuk memegang Seseorang menjadi pemimpin informal kalau ia diakui
suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan mempunyai keunggulan fisik, keunggulan psikologi,
segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diakui oleh
untuk mencapai sasaran organisasi yang telah para anggota organisasi. Dalam organisasi formal,
ditetapkan. Pemimpin formal memiliki ciri-ciri sebagai pemimpin informal tidak mempunyai wewenang untuk
berikut: memberi perintah dan menghukum para anggota
a. Berstatus sebagai pemimpin formal atau resmi organisasi. Akan tetapi, ia mampu mempengaruhi para
(disahkan dan diangkat) selama masa jabatan anggota organisasi melalui visinya, memberi contoh,
tertentu, atas dasar legalitas formal oleh perilaku dan praktik membuat atau menyelesaikan
penunjukan pihak yang berwenang, ada sesuatu. Ciri-ciri pemimpin informal yaitu:
legitimitas. a. Tidak memiliki penunjukan formal atau
b. Sebelum pengangkatan, harus memenuhi legitimitas sebagai pemimpin.
beberapa persyaratan formal terlebih dahulu. b. Masyarakat menunjuk dirinya, dan mengakuinya
c. Diberi dukungan oleh organisasi formal untuk sebagai pemimpin.
menjalankan tugas kewajibannya. c. Status kepemimpinannya berlangsung selama
d. Bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat kelompok yang bersangkutan masih mau
formal, dan dapat dimutasikan. mengakui dan menerima dirinya.
e. Bila melakukan kesalahan-kesalahan, akan d. Tidak dapat dimutasikan.
dikenai sanksi dan hukuman. e. Tidak pernah mencapai promosi.
Pak Joko
f. Tidak memiliki atasan.
Pak Ahmad
Kepala Desa Sukasekali Pemuka Adat Desa
Sukasekali
TIPE KEPEMIMPINAN KEPALA DESA

Kepemimpinan Kepemimpinan Kepemimpinan


Regresif Konserfatif- Inovatif-
Involutif Progresif

Sumber: Buku Kepemimpinan Desa oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Republik Indonesia
Kepemimpinan
Regresif
▪ Dalam pelaksanaan kewenangan lokal skala Desa tipe Kepemimpinan ini
tidak menyukai adanya partisipasi masyarakat baik dalam pengelolaan
Pemerintahan Desa, Pembangunan, Kemasyarakatan, maupun
Pemberdayaan Desa.
▪ Kepemimpinan ini cenderung menolak Musyawarah Desa,
kepemimpinan ini juga tidak menginginkan adanya masukan, pendapat
dari orang lain. Sangat jauh dari prinsip-prinsip demokrasi, partisipasi,
dan akuntabilitas. Usaha ekonomi Desa baik itu berupa Aset Desa
maupun BUM Desa akan dikuasi sendiri oleh pemimpin dengan tipe ini,
memiliki kecenderungan memanfaatkan sumberdaya lokal untuk
kepentingan pribadi.
▪ Cenderung menolak pengembangan kapasitas teknokratik di Desa.
Tidak menginginkan pendidikan politik, bagi pemimpin ini semakin kritis
serta berdaya akan mengancam kekuasaannya.
Sumber: Buku Kepemimpinan Desa oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Republik Indonesia
Kepemimpinan

Konserfatif-Involutif
▪ Kewenangan lokal skala Desa pada tipe kepemimpinan ini akan dijalankan secara normatif serta prosedural.
Upaya pemberdayaan Desa hanya akan memberdayakan keluarga, kerabat atau warga masyarakat yang dapat
dikendalikan olehnya. Tidak ada inovasi yang akan dilakukan dalam memanfaatkan kewenangan yang dimiliki
Desa.
▪ Melaksanakan Musyawarah Desa sesuai tata tertib atau aturan yang ada, peserta akan diseleksi terlebih
dahulu agar Musdes mudah untuk dikendalikannya. Pendapat atau masukan yang disampaikan oleh
masyarakat dalam forum Musyawarah Desa di-setting atau diatur sedemikian rupa untuk keuntungan dirinya.
Transparansi akan dilakukan terbatas, informasi hanya diberikan kepada pengikut atau pendukungnya saja.
Hasil musyawarah Desa maupun tindak lanjutnya hanya akan disampaikan kepada pengikutnya saja.
▪ Aset Desa akan dikuasai dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan dirinya dan kelompoknya saja. BUM Desa
hanya akan diisi oleh kelompoknya saja, arah program pengembangan ekonomi Desa cenderung meminta
arahan dari pemerintah kabupaten/kota.
▪ Pengembangan kapasitas teknokratik di kepemimpinan konservatif-involutif, hanya mengikuti arahan
pemerintah kabupaten/ kota. Pendampingan untuk pengembangan kapasitas teknokratik diarahkan pada
orang-orang tertentu yang patuh dan taat kepadanya. Sedangkan, kepemimpinan konservatif-involutif tidak
mendukung pendidikan politik dengan alasan khawatir jika warga desa kritis, kuat dan berdaya, maka desa
tidak lagi memperoleh dana dari pemerintah. Kekhawatiran yang lebih ekstrem muncul, bila Desa kuat akan
membangkang kabupaten dan bahkan membahayakan NKRI.

Sumber: Buku Kepemimpinan Desa oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Republik Indonesia
Kepemimpinan

Inovatif-Progresif
Kepemimpinan ini lebih melibatkan Dengan melibatkan prakarsa masyarakat Aset Kepemimpinan ini mendukung penuh usaha
partisipasi/prakarsa masyarakat Desa. Dalam Desa direvitalisasi dan dimanfaatkan seluas- pengembangan kapasitas teknokratik, semakin
hal prinsip transparansi akan selalu meminta luasnya untuk kesejahteraan masyarakatnya. banyak masyarakat yang paham akan
kepada masyarakat untuk mengawasi, Adanya inovasi baru untuk menambah aset memudahkan dirinya untuk berinovasi
akuntabilitas kinerja disampaikan kepada Desa. BUM Desa didirikan dengan prakarsa membuat program pembangunan Desa. Selain
publik dilakukan setiap saat. Pembangunan masyarakat, apa yang menjadi rencana usaha, itu, kepemimpinan ini menyambut baik
Desa dilaksanakan dengan melibatkan penentuan personil, aturan main akan dibahas pendidikan politik untuk memunculkan kader-
partisipasi masyarakat mulai dari bersama-sama secara demokratis melalui kader Desa yang potensial, demokratis,
merencanakan, melaksanakan serta Musyawarah Desa visioner dan akan membantu dirinya dalam
mengawasi proyek pembangunan. melakukan percepatan menuju kesejahteraan
Desa.

Sumber: Buku Kepemimpinan Desa oleh


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia
04
Anggaran
Pemerintah Desa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Pelaksanaan anggaran Kepala desa bersama Pemerintahan desa


adalah tanggung degann BPD* (Badan (otonom) berhak
jawab kepala desa, Permusyawaratan Desa) menyusun Rencana
sedangkan BPD menyusun RAPB Desa Anggaran Pendapatan
bertindak sebagai yang dituangkan dalam dan Belanja Desa
pengawas anggaran bentuk Peraturan Desa. (RAPB Desa).
Struktur Pengelolaan Asas
Keuangan Desa Pengelolaan
Keuangan Desa

PTPKD:
Pelaksana Teknis
Pengelolaan
Keuangan Desa

Tahapan Pengelolaan APBDes


Permendagri Nomor 113 Tahun 2014
APB Desa

Pendapatan Belanja Pembiayaan


Desa Desa Desa

Adalah semua penerimaan Meliputi semua pengeluaran Meliputi semua penerimaan


uang melalui rekening dari rekening Desa yang yang perlu dibayar kembali
Desa yang merupakan hak merupakan kewajiban Desa dan/atau pengeluaran yang
Desa dalam 1 (satu) dalam 1 tahun. akan diterima kembali, baik
tahun. Belanja Desa digunakan pada Tahun Anggaran yang
Anggaran yang tidak perlu dalam rangka mendanai bersangkutan maupun
dibayar kembali oleh desa penyelenggaraan tahun berikutnya.
kewenangan Desa
Pendapatan
Desa
Belanja Desa
Pembiayaan Desa
Bagan Alur Penyusunan
APB Desa
Jadwal Penyusunan APB Desa
Studi Kasus
REALITAS IMPLEMENTASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
PADA APBDES DI DESA DAUH PEKEN
TUJUAN
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Dauh Peken Kecamatan Tabanan
Kabupaten Tabanan serta membandingkan dengan Permendagri 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Pembahasan
Tahap
Perencanaan

• Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes yang disusun Sekretaris Desa berdasarkan RKPDes
telah dibahas bersama BPD untuk kemudian disepakati bersama sebelum dievaluasi pihak
kecamatan.
• Berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 20 Ayat 4, dimana Rancangan APBDes
untuk tahun berikutnya disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan, karena
terlambatnya pagu indikatif dari Pemerintah Kabupaten Tabanan turun ke Desa sehingga
penetapan RAPBDes mundur menjadi bulan januari tahun berikutnya sehingga APBDes tidak dapat
ditetapkan sesuai ketentuan yaitu per 31 Desember tahun berjalan
Pembahasan
Tahap
Pelaksanaan

• Pemerintah Desa memasang baliho di kantor desa juga mengimbau para kepala dusun untuk
memasang papan informasi yang memuat seluruh rencana penggunaan anggaran.
• Terdapat beberapa Surat Permintaan Pembayaran (SPP) belum dilampirkan dokumen-dokumen
secara lengkap oleh PTPKD desa Dauh Peken, hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang
disyaratkan dalam Permendagri 113 Tahun 2014 Pasal 29 bahwa SPP harus dilengkapi dengan
bukti transaksi yang sah.
• Juga merupakan sebuah pelanggaran terhadap ketentuan Permendagri 113 Tahun 2014 Pasal 30
ayat 1 bahwa Sekretaris Desa berkewajiban untuk meneliti kelengkapan SPP yang diajukan oleh
pelaksana kegiatan.
Pembahasan
Tahap
Penatausahaan

• Penatausahaan keuangan di Desa Dauh Peken dilakukan oleh Bendahara Desa sesuai dengan
tugas dan kewajibannya dalam mencatat semua transaksi dan membuat laporan sesuai proses
dan prosedur yang ada
• Penatausahaan dilakukan dengan menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan
Buku Bank.
Pembahasan
Tahap Pelaporan dan laporan hasil pemeriksaan
Pertanggungjawaban Inspektorat Kabupaten Tabanan

• Sebagai pertanggungjawaban APBDes diadakan evaluasi pelaksanaan APBDes yang mengundang


BPD dan LPMD, juga tokoh masyarakat (Kepala Dusun) setiap 3 bulan sekali.
• Terkadang dalam penyusunan laporan masih ada bukti-bukti yang sesuai dengan ketentuan,
seperti nota order/ pesanan, kuitansi ataupun nota pembelian dan dokumen pendukung yang tidak
dilampirkan.
• Pertanggungjawaban APBDes kepada masyarakat dilaksanakan oleh PTPKD melalui forum-forum
yang dihadiri oleh seluruh unsur masyarakat dalam rangka evaluasi program.
Kesimpulan

• Desa Dauh Peken telah melaksanakan prinsip partisipatif dan responsive dalam rangka pemberdayaan
masyarakat desa melalui forum Musrenbangdes.
• Pelaksanaan tugas dan kewenangan dalam pengelolaan keuangan desa menuntut tanggungjawab untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang dilaksanakan dalam koridor Peraturan PerundangUndangan yang
berlaku.
• Pemerintah Desa dituntut memiliki kemampuan dalam mekanisme penyelenggaraan APBDes dari tahap
perencanaan sampai pertanggungjawaban program atau kegiatan yang dananya bersumber dari anggaran
Negara.
Saran

• Meningkatkan kompetensi SDM melalui pelatihan pengelolaan keuangan desa yang diselenggarakan Pemerintah
Daerah kepada Pemerintah Desa.
• Meningkatkan pemahaman penggunaan sistem informasi akuntansi dalam pengelolaan keuangan desa dengan
jalan menyediakan fasilitas teknologi informasi yang memadai.
• Untuk Pemerintah Daerah dan Kecamatan, sebaiknya dilakukan pembinaan dan pengawasan secara rutin dan
berkala yang dilakukan Pemerintah Kecamatan maupun Kabupaten mengenai pengelolaan keuangan desa.
Studi Kasus
PERAN PEMERINTAH-MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN
DESA SEDATIGEDE KECAMATAN SEDATI KABUPATEN
SIDOARJO
Latar Belakang
Kemampuan masyarakat Kabupaten Sidoarjo untuk memenuhi kebutuhan dasar relatif baik. Data penurunan angka
kemiskinan di awal tadi lebih dari cukup untuk menjelaskan premis tersebut. Pembangunan fisik Kabupaten Sidoarjo
cukup berkembang. Demikian pula pembangunan di Desa Sedatigede. Sarana prasarana Desa cukup memadai. Hal ini
dapat dilihat dari kelengkapan fasilitas umum mulai dari pendidikan hingga kesehatan. Namun, kelengkapan fasilitas dan
kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan dasar, belum cukup untuk menilai bahwa kesejahteraan masyarakat Desa
Sedatigede telah tercapai. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang utuh, dibutuhkan berbagai upaya serius
salah satunya dengan menemukan formula paradigma pembangunan yang tepat melalui kerjasama dan keseimbangan
peran yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan swasta. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagimanakah peran pemerintah-masyarakat dalam pembangunan Desa Sedatigede Kecamatan Sedati Kabupaten
Sidoarjo, serta faktor pendukung dan penghambat peran pemerintah-masyarakat dalam pembangunan Desa Sedatigede
Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, peran pemerintah-masyarakat dalam
pembangunan Desa Sedatigede dijelasklan ke dalam tiga bagian
(menurut Levinson dalam Syani (1994: 54)), yakni:

1. 2. 3.

Peran Pemerintah- Peran Pemerintah- Peran Pemerintah-


Masyarakat dalam Masyarakat dalam Masyarakat dalam
Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
Pembangunan Pembangunan Pembangunan
1. Peran Pemerintah-Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan

Dalam pembangunan Desa Sedatigede, peran pemerintah dapat terlihat mulai dari tahap perancanaan
pembangunan. Pemerintah Desa Desa Sedatigede memfasilitasi warga untuk melakukan berbagai
pertemuan dari tingkat RT hingga tingkat Desa. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai berbagai
permasalahan yang muncul di masyarakat. Dalam musyawarah tersebut, masyarakat mempunyai
keleluasaan untuk menyampaikan pendapat. Seperti halnya yang dikatakan Huraerah (dalam Laksana,
2013: 61), bahwa dalam pembangunan masyarakat bisa berperan untuk menyumbangkan pemikiran.

Dari berbagai permasalahan masyarakat yang terkumpul, Pemerintah Desa Desa Sedatigede melakukan
pengkajian sehingga didapat peta permasalahan. Disini peran pemerintah sebagai penentu arah mulai
terlihat jelas. Pada tahap selanjutnya, pemerintah melakukan koordinasi dengan masyarakat untuk
menentukan skala prioritas pembangunan melalui pertemuan tingkat desa, yakni Musrenbangdes
(Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa).
2. Peran Pemerintah-Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan

Setelah semua permasalahan yang terjadi dalam perencanaan pembangunan dapat diatasi, tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan. Masyarakat Desa Sedatigede membuat proposal pengajuan dana sesuai
skala prioritas dan perencanaan yang telah ditentukan bersama. Pemerintah Desa Sedatigede di sini
berperan sebagai regulator yang menyetujui proposal pengajuan dana dari masyarakat.

Selain itu, pemerintah juga berperan sebagai suplaier yang memberikan dana pembangunan agar dapat
dikelola masyarakat. Jadi dalam pelakasanaan pembangunan, peran masyarakat terlihat lebih jelas.
Masyarakat berperan mulai dari memberikan tenaga hingga harta benda. Inisiatif masyarakat di antaranya
adalah ikut serta membuat pondasi jalan, memberikan makanan dan minuman untuk tukang, hingga
menyisihkan sebagian uang untuk menutupi kekurangan dana pembangunan. Kekurangan dana terjadi
karena berbagai sebab, terutama oleh pembengkakan anggaran akibat salah memperhitungkan estimasi
belanja. Di sini pemerintah berperan untuk memberikan masukan-masukan dan arahan bagaimana cara
menutupi kekurangan dana.
3. Peran Pemerintah-Masyarakat dalam Evaluasi Pembangunan

Setelah perencanaan dan pelaksanaan, tahap selanjutnya adalah pengawasan dan evaluasi pembangunan.
Agak sedikit berbeda dengan tahapan sebelumnya, dalam tahap ini pemerintah lebih mendominasi.
Dominasi ini terutama dapat dilihat dalam pengawasan pembangunan fisik. Wawancara yang dilakukan
dengan Kepala Desa Sedatigede menunjukkan hasil bahwa Pemerintah Desa Sedatigede membentuk tim
pengawas yang terdiri dari berbagai unsur masyarakat untuk melaporkan kesesuaian antara perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan. Peran masyarakat memang masih terlihat yakni sebagai pengawas
langsung. Namun dalam menentukan evaluasi, pemerintah lebih dominan. Masyarakat Desa Sedatigede
belum sepenuhnya memahami arti penting pengawasan pembangunan. Meskipun begitu, dalam
pengawasan pembangunan fisik, masyarakat Desa Sedatigede lebih berperan aktif. Peran ini ditunjukkan
dengan adanya pengawasan sosial terhadap kenakalan remaja, pendatang baru, hingga kemanan
lingkungan.
Faktor Pendukung Peran Pemerintah-Masyarakat dalam Pembangunan Desa Sedatigede

1. Pemerintah sebagai fasilitator dan koordinator melakukan pendekatan pada masyarakat dengan memfasilitasi
pertemuan-pertemuan antar warga. Pemerintah Desa menghadiri langsung pertemuan-pertemuan dari level RT
tersebut sehingga masyarakat merasa bahwa pertemuan tersebut memang sangat penting.
2. Pemerintah Desa melakukan mediasi terhadap pihak-pihak yang bertentangan dengan mengunjungi rumahnya.
Pendekatan seperti ini membuat masyarakat lebih mudah menyadari arti penting kesamaan visi-misi demi kebaikan
bersama.
3. Dalam membuat peraturan, Pemerintah Desa memberikan fasilitas untuk menjalankan aturan tersebut. Hal ini
membuat masyarakat lebih mudah untuk mentaati aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama.
4. Dalam pelaksanaan pembangunan, Pemerintah Desa memberikan porsi lebih banyak kepada masyarakat untuk
berperan. Hal ini membuat masyarakat merasa diperhatikan dan dilibatkan secara penuh. Dalam temuan disebutkan,
dengan memberikan porsi yang lebih besar tersebut, masyarakat terdorong untuk melakukan pembangunan dengan
sebaik-baiknya karena merasa dimanusiakan. Dorongan seperti ini dalam teori organisasi disebut pemberian reward
and punishment untuk memotivasi anggota organisasi. Motivasi berupa penghargaan kepada masyarakat dalam
bentuk pemberian wewenang tersebut membuat masyarakat merasa dihargai oleh Pemerintah Desa.
5. Pendekatan dalam pembangunan nonfisik yang dilakukan Pemerintah desa Sedatigede sangat baik salah satunya
dengan mengadakan berbagai acara kebudayaan yang bertujuan untuk mempererat persaudaraan masyarakat
sehingga pembangunan berjalan dengan baik karena kekompakan tersebut.
Faktor Penghambat Peran Pemerintah-Masyarakat dalam Pembangunan Desa Sedatigede

Faktor penghambat kerja sama pemerintah-masyarakat dalam pembangunan desa adalah adanya pihak-pihak dari
masyarakat yang teguh pada pemikirannya dalam penentuan skala prioritas dalam perencanaan pembangunan. Selain itu,
inisiatif masyarakat terhadap program desa, contohnya inisiatif untuk mengolah sampah masih sangat kurang.
Masyarakat lebih memilih membuang sampah daripada mengolahnya. Sedangkan faktor penghambat dari pihak
pemerintah lebih kepada paradigma pemerintah sendiri yang sedikit banyak masih terpengaruh paradigma lama bahwa
masyarakat merupakan objek pembangunan. Meski tidak penuh, paradigma ini terlihat dalam pengawasan pembangunan
yang dilakukan Pemerintah Desa Sedatigede dimana masyarakat lebih cenderung dipandang sebagai bawahan untuk
menerima arahan Pemerintah Desa dalam melakukan pengawasan pembangunan.
Kesimpulan Peneliti
1. Peran pemerintah-masyarakat dalam pembangunan Desa Sedatigede cukup baik dan seimbang. Kerjasama yang
terjadi bersifat mutualistik dimana pihak yang terlibat saling memahami posisi dan perannya dalam
pembangunan desa. Pihak yang terlibat menyadari substansi kerjasama yang dilakukan tersebut. Pemerintah
desa berperan dalam memfasilitasi masyarakat dan memberikan arahan yang baik kepada masyarakat tentang
tujuan pembangunan yang akan dilaksanakan. Masyarakat berperan dalam menyumbangkan pemikiran, tenaga,
hingga harta benda untuk demi keberhasilan pembangunan. Masyarakat menyadari arti penting pembangunan
bagi mereka.
2. Faktor pendukung kerja sama pemerintah-masyarakat adalah pendekatan yang dilakukan pemerintah desa
terhadap masyarakat manusiawi, dan masyarakat sendiri telah memahami dengan baik posisi dan perannya
dalam pembangunan. Faktor penghambatnya adalah minimnya kesadaran masyarakat terhadap program desa
serta masih adanya anggapan pemerintah bahwa masyarakat adalah bawahan dan objek dalam pengawasan
pembangunan.
Skuy!
MENGENAL DESA WISATA ADAT
NGADAS, KECAMATAN
PONCOKUSUMO, KAB. MALANG
Ngadas adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Poncokusumo,
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Ngadas merupakan salah satu
dari 36 desa Suku Tengger yang tersebat dalam empat
kabupaten/kota. Terletak di tengah Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru (TNBTS), Ngadas merupakan kantung (enclave) dari TNBTS dan
berada di ketinggian mencapai 2200 mdpl dengan luas area sekitar
395 ha dengan topografi berbukit. Sebagian besar masyarakat berprofesi
sebagai petani dengan pemeluk kepercayaan Budha Jawa sebesar
50%, Islam 40% dan Hindu 10%. Karena berada di ketinggian lebih dari
2200 mdpl mengakibatkan suhu udara di Ngadas cenderung dingin, suhu
di sekitar Ngadas berkisar 0°C hingga 20 °C. Sejak tahun 2007 Ngadas
ditetapkan menjadi desa wisata oleh Pemerintah Kabupaten Malang
karena memiliki ragam potensi wisata alam.
Desa Ngadas yang terletak di ujung timur Kabupaten Malang
yang terpisah dengan desa lain membuat desa ini sangat orisinil
dalam manjalankan adat dan budaya Tengger, baik adat desa maupun
spiritualitas. Mereka tetap memegang teguh budaya yang diwariskan
nenek moyangnya, ditunjukkan dengan menghormati para leluhur yang
babat alas (buka lahan) untuk menghidupi keluarganya. Mereka tetap
meyakini leluhur akan menciptakan kedamaian di desa.

Pada awalnya Desa Ngadas merupakan hutan lebat. Seseorang yang


bernama Mbah Sadek membabat hutan dan bermukim di daerah
tersebut sebagai orang pertama. Kemudian, Mbah Sadek meninggal
tahun 1831. Pada makam Mbah Sadek hingga kini masih tetap
terjaga, bahkan di makam yang disakralkan masyarakat tersebut
sering digunakan berbagai upacara adat, terutama saat melakukan
ritual bersih desa.
Sistem kekerabatan Masyarakat Tengger dikenal
masyarakat Dusun Ngadas jujur, patuh, dan rajin bekerja.
sangat erat. Meskipun Mereka hidup sederhana,
terdapat tiga agama yaitu tenteram, dan damai. Suka
Hindu, Budha, dan Islam, bergotong royong dengan
namun mereka hidup didukung oleh sikap toleransi
berdampingan secara rukun yang tinggi, disertai sesuatu
dan saling menghormati. yang khas, karena senantiasa
Jika menyangkut tradisi mengenakan “kain sarung”
masyarakat Tengger, kemanapun mereka pergi.
mereka akan bersatu Tidak terbatas laki-laki,
mengikuti adat yang berlaku namun wanita pun juga, yang
yaitu sebagai masyarakat dewasa maupun anak-anak,
suku Tengger. semua berkain sarung.
Masyarakat Tengger masih percaya dengan dengan roh halus, benda-benda gaib, tempat-tempat
keramat serta berbagai mitos. Dalam kehidupan social masyarakat Tengger di Desa Ngadas tidak
terdapat pembagian kelas sosial secara khusus.

Ternyata masih terlihat perbedaan pola bermukim berdasarkan agama tertentu di Desa Ngadas.
Masyarakat muslim Tengger di Desa Ngadas dominasi tinggal di bagian desa yang memiliki kelerengan
lebih rendah dibandingkan masyarakat yang beragama Hindu dan Buddha. Hal tersebut juga dipengaruhi
oleh sejarah masuknya agama-agama ke Desa Ngadas.
Secara tradisi kepemimpinan, masyarakat
Tengger dipimpin oleh seorang dukun.
Seorang kepala dukun biasanya berasal dari
kalangan berkemampuan finansial cukup
baik. Dalam struktur sosial masyarakat
Tengger, posisi dukun, lebih-lebih kepala
dukun, menduduki posisi teratas. Dalam
urusan spiritual (yang juga berdimensi
sosial), ia berada di atas kepala desa,
bahkan di atas kepala daerah (bupati),
karena ia bagai seorang begawan atau guru,
atau suhu. Karena itulah, jabatan kepala
dukun merupakan jabatan yang sangat
strategis dalam struktur sosial masyarakat
Tengger.
Upacara adat di Desa Ngadas cukup beragam. Misalnya
saja upacara Pujan, Kasada, Karo, Unan-Unan, Barikan,
Mayu Dusun, dan Galungan. Sedangkan untuk ritual desa
adat Karo, di antaranya pujan Kliman, pujan Kwolu, pujan
Kesanga, dan pujan Kasodo. Khusus Kasodo,
masyarakat mengadakan kegiatannya di kawasan
Gunung Bromo. Ritual lainnya dilakukan di dukun
setempat atau rumah kepala desa, atau di makam Mbah
Sadek (pendiri desa) yang wafat pada tahun 1831. Karo
adalah upacara yang dilaksanakan untuk menghormati
seluruh leluhur yang ada di daerah Tengger. Salah satu
upacara adat yang diselenggarakan setiap lima tahun
sekali yang dikenal dengan Unan-unan juga menyedot
perhatian peneliti, wisatawan, serta mahasiswa dan
masyarakat umum untuk menyaksikannya. Upacara
Unan-unan bertujuan untuk memberikan sedekah
kepada alam dan isinya. Termasuk kepada mereka yang
menjaga tempat-tempat seperti sumber mata air, desa
mereka, serta tanah pertanian. Upacara ini juga untuk
mendoakan agar penduduk diberi keselamatan dan
mendapat kemudahan rejeki
Lesson Learned
• Sebagai makhluk yang sosial, seorang individu tidak dapat berdiri sendiri dan saling membutuhkan antara dirinya
sendiri dengan individu lainnya untuk mengadakan hubungan. Keluarga merupakan perwujudan dari suatu
wahana/wadah di mana seorang individu mengalami proses bersosialisai untuk yang pertama kalinya. Sedangkan
di dalam masyarakatlah individu akan di uji coba untuk mengembangkan apa yang telah ia dapatkan dari
keluarganya untuk diterapkan ketika menjadi bagian dari masyarakat.
• Di dalam kehidupan kemasyarkatan desa, lembaga atau institusi adalah wadah untuk mengemban tugas dan
fungsi tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Desa mendayagunakan lembaga-lembaga untuk
pelaksanaan fungsi penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
• Pemimpin formal ialah seseorang yang oleh organisasi tertentu dipilih sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan
dan pengangkatan resmi untuk memegang suatu jabatan dalam struktur organisasi. Pemimpin informal adalah
pemimpin yang tidak diakui secara formal, namun mempunyai keunggulan fisik, keunggulan psikologi, ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang diakui oleh para anggota organisasi.
• Asas pengelolaan keuangan desa terdiri dari transparansi, akuntabilitas, partisipatif, serta tertib dan disiplin
anggaran
• Tahap pengelolaan keuangan desa yaitu perencanaan-pelaksanaan-penatausahaan-pelaporan realisasi
pelaksanaan-pertanggungjawaban.
• APBDes terdiri atas pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai