Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REPTILIA “SERPENTES”
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Zoologi Vertebrata)
Dosen Pengampu:
JURUSAN BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan tuntunan-Nya kami
kelompok 6 dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Zoologi Vertebrata tentang materi
Reptilia “Serpentes”. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang pengertian, morfologi,
Habitat, penutup tubuh, macam-macam serta manfaat pada ular bagi manusia.
Semoga makalah ini dapat diberguna dan bermanfaat bagi para pembaca serta
menambah wawasan pengetahuan kita. Kritik dan saran terhadap penyempurnaan makalah ini
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….…i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….….ii
BAB I Pendahuluan
1.3. Tujuan………………………………………………………………………………...2
BAB II Pembahasan
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………21
3.2. Saran…………………………………………………………………………………..21
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………...22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata yang memiliki anggota yang cukup besar
dan paling dikenal. Tubuh dibagi menjadi tiga bagian yang cukup jelas: kepala, badan, dan ekor.
Kepala dengan rangka dalam, cranium, di dalamnya terdapat otak, karena mempunyai cranium.
Vertebrata terbagi menjadi enam kelas, yaitu kelas Cyclostomata, kelas Pisces, Kelas Amfibi,
kelas Reptilia, kelas Aves, dan kelas Mamalia.
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok
hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini
yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering
atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau
sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total maupun
sebagain. Pengelupasan secara total misalnya pada anggota sub-ordo ophidia dan pengelupasan
sebagian pada anggota sub-ordo lacertilia. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya
hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada Reptil memiliki sedikit
sekali kelenjar kulit
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada
beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada
serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya
memiliki 5 jari atau Pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada Reptilia
mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru.
1
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Karakteristik Reptilia
Reptilia (dalam bahasa latin, reptil = melata) memiliki kulit bersisik yang terbuat
dari zat tanduk (keratin). Sisik berfungsi mencegah kekeringan. Ciri lain yang dimiliki oleh
sebagian besar reptil adalah anggota tubuh berjari lima, bernapas dengan paru-paru, jantung
beruang tiga atau empat, menggunakan energi lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya
sehingga tergolong hewan eksoterm, fertilisasi secara internal, menghasilkan telur sehingga
tergolong ovipar dengan telur amniotik bercangkang.
Tubuh ditutupi kulit kering bertanduk (tidak licin), biasanya dilengkapi sisik atau
kuku, dan kelenjar dipermuakaan hanya sedikit.
Memiliki dua pasang anggota badan, masing-masing dengan lima jari yang pada
bagian ujungnya terdapat cakar dan dapat digunakan untuk berlari, merayap atau
memanjat. Anggota badan menyerupai dayung pada penyu, memendek pada kadal,
dan tidak ada anggota badan pada beberapa jenis kadal dan semua jenis ular.
Kerangka terdiri dari tulang keras, tengkorak dilengkapi rongga oksipital
Jantung terdiri dari empat ruang yang belum terpisah sempurna, dua serambi dan
vertikel yang sebagian saling terpisah, satu pasang berkas aorta, sel darah merah oval
bikonkaf dengan inti.
Resppirasi dengan paru-paru, pada kura-kura air dilengkapi dengan respirasi kloaka.
Terdapat 12 pasang saraf cranial.
Suhu tubuh berubah-ubah bergantung suhu lingkungan (poikilothermis).
Fertilisasi internal, menggunakan organ kopulasi, telurnya besar mengandung kuning
telur yang terbungkus cangkang licin atau berkulit, biasanya telur ditetaskan tetapi
pada beberapa jenis ular dan kadal embrio berkembang didalam tubuh betina.
3
Hewan Reptilia lebih maju dibanding amphibi karena memiliki diantaranya:
Penutup tubuh yang kering dan bersisik sebagai adaptasi terhadap kehidupan di
darat.
Anggota tubuh memungkinkan hewan untuk berlari.
Pemisahan darah bersih dan kotor di jantung.
Skeleton terdiri dari tulang sejati.
Telur dilengkapi dengan membrane dan cangkang sebagai pelindung embrio
sehingga memungkinkan untuk berkembang di darat.
Ular merupakan kelompok hewan Reptil melata yang tidak mempunyai tungkai,
memiliki sisik di seluruh tubuhnya, dan memiliki tubuh yang ramping memanjang. Ular
termasuk salah satu satwa yang berperan penting dalam rangkaian alur rantai makanan.
Ular adalah kelompok reptilia tidak berkaki dan bertubuh panjang yang tersebar luas di
dunia. Secara ilmiah, semua jenis ular dikelompokkan dalam satu subordo, yaitu Serpentes
dan juga merupakan anggota dari ordo Squamata (reptilia bersisik), bersama-sama dengan
kadal. Reptilia tersebut antara lain Serpentes (Ular modern), ular prasejarah, kadal tak
berkaki dan tak bertelinga, serta kadal-ular prasejarah, serta Titanoboa termasuk di
dalamnya.
Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya termodifikasi
memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya vestigial atau
4
mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut Organ
Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor. Ada sebagian
famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan mangsa
dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah mangsa (Zug, 1993).
Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.
Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan).
Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.
Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak
dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.
Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya.
Contohnya pada Famili Hydrophiidae
Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan
mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu :
Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara
menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae
dan Viperidae.
Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang
jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan
akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik.
Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.
Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah
sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae
dan Hydrophiidae adalah contoh fam.
Ciri-ciri utama ular adalah bertubuh panjang dan tidak memiliki kaki. Akan tetapi,
ciri-ciri tersebut juga dimiliki oleh beberapa jenis kadal (misalnya kadal-pensil Burton).
Ciri-ciri selanjutnya adalah, ular tidak memiliki indera pendengaran samasekali. Akan
tetapi, ular bisa merasakan getaran melalui rahang bawahnya saat menempel di tanah atau di
permukaan. Ular tidak memiliki kelopak mata yang dapat di buka-tutup, dan matanya selalu
terbuka selama hidupnya. Walaupun begitu, mata ular dilapisi oleh sisik bening yang
melindunginya dari kotoran. Ophidia diperkirakan berevolusi dari kadal tanah atau kadal
penggali liang pada sekitar periode Jurassic akhir (sekitar 112 juta tahun yang lalu) yang
menyesuaikan diri dengan kehidupan yang panas pada waktu itu. Diperkirakan ular-ular
prasejarah kemudian berevolusi selama zaman Pleistosen hingga menjadi ular modern
seperti yang kita kenal sekarang. Namun kekerabatan antara ular modern dengan ular
prasejarah masih belum diketahui sepenuhnya karena catatan fosil yang kurang memadai
5
Ciri utama lainnya adalah, lidah ular bercabang dua dengan masing-masing
cabangnya berukuran panjang dan runcing, dan dapat dijulurkan ke luar melalui rongga di
tengah bibirnya. Dengan kata lain, ular dapat menjulurkan lidahnya dalam keadaan mulut
tertutup rapat. Ular menjulurkan lidahnya untuk mendeteksi bau di udara, sementara hidung
ular hanya digunakan untuk bernafas.
Setiap cabang lidah ular dilengkapi dengan kelenjar yang dapat menangkap
partikel bau di udara, lalu ular akan menarik lidahnya kembali ke mulut. Selanjutnya,
partikel-partikel bau yang menempel di lidahnya itu disalurkan ke sebuah organ pengenal
bau yang terletak di langit-langit rahang atasnya. Organ tersebut disebut Organ Jacobson.
Setelah diidentifikasi, organ tersebut mengirimkan informasi ke otak ular. Otak akan
memprosesnya dan menentukan hal selanjutnya yang akan dilakukan oleh ular, berdasarkan
hasil identifikasi bau tersebut, misalnya memburu sumber bau yang berupa mangsanya.
Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.
Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan).
Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.
Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak
dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.
Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya.
Contohnya pada Famili Hydrophiidae
Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan
mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu :
Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara
menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae
dan Viperidae.
Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang
jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan
akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik.
Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.
Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah
sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae
dan Hydrophiidae adalah contoh fam.
6
Karakteristik Ular
Organ internal ular telah menyusut, ditumpuk satu sama lain dan dirancang dengan cerdik
agar sesuai dengan tubuh mereka. Kerangka mereka terdiri dari tulang punggung yang
fleksibel dan puluhan pasang tulang rusuk. Kulit mereka ditutupi oleh sisik dan umumnya
kering saat disentuh.
Sebagian besar ular hanya memiliki satu paru-paru. Ini sangat panjang, mencapai jauh ke
dalam tubuh ular. Ketika paru-paru penuh dengan udara, tampaknya seolah-olah ular itu
menelan ular lain. Ular tidak memiliki otot diafragma untuk mendorong paru-paru mereka.
Otot-otot tulang rusuk mereka yang membentang di dada selama setiap napas juga
mendorong tubuh ke depan ketika ular itu bergerak.
Sisik ular tidak tumbuh sehingga kulit harus dilepaskan ketika ular semakin besar. Ular
menumpahkan kulit mereka beberapa kali dalam setahun. Sebelum ini terjadi, warna kulit
mereka kusam dan mata mereka berwarna susu. Ular sebagian buta pada keadaan ini dan
biasanya mencoba untuk tetap tersembunyi. Beberapa hari sebelum menumpahkan kulit
dimulai, warnanya kembali ke kulit dan mata. Sekresi berminyak berkumpul di bawah kulit
tua dan mengendurnya, dan kulit pecah-pecah di bibir. Ular itu menggulung kembali
kulitnya, seringkali dengan bantuan batu, dan mulai merangkak keluar, menggulungnya ke
luar seperti sarung tangan saat ia bergerak keluar. Penutup mata ditumpahkan bersama
dengan kulit.
Kulit dari kobra, ular sanca, kadal, ular air dan ular lainnya memiliki tekstur dan pola
yang indah. Mereka digunakan untuk membuat sepatu mahal, tas, koper, ikat pinggang dan
pakaian. Warna-warna cerah yang ditemukan pada beberapa ular beracun adalah peringatan
bagi pemangsa potensial bahwa ular itu berbahaya bagi mereka. Beberapa ular tidak beracun
memiliki pola yang meniru ular beracun, yang dimaksudkan untuk menakuti para pemangsa.
Kadang-kadang Anda mendapatkan ular berbisa biru terang karena cacat genetik.
Beberapa ular menggali lubang. Sebagian besar dari mereka yang melakukannya —
bersama dengan makhluk tanpa kaki lainnya yang menggali lubang — biasanya
mengandalkan kepala mereka untuk menggali atau memadatkan bumi. Ular hognose timur
memiliki tonjolan di kepalanya yang membantunya mengikis tanah dan memadatkannya,
Ular pinus Louisiana melonggarkan pasir dan tanah dengan “hidung” dan “cangkul” keluar
dengan menundukkan kepalanya ke bawah.
7
2.4. HABITAT DAN MAKANAN
8
4. Ular Pohon (Arboreal)
Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di pohon (arboreal). Biasanya ular
pohon ekornya prehensil (dapat untuk berpegangan / bergelantungan) Contoh : Boiga
dendrophila (cincin emas) dan Dryophis prasinus (Ular pucuk).
Ular memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular-ular perairan
memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa
burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar
seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.
Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara
melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang
dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak
peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui
9
gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan
makanan itu apabila telah ditelan.
Bisa yang dimiliki ular itu disuntikkan melalui gigitan yang mengandung enzim pencerna
yang memudahkan ular mencerna makananya setelah ditelan. Enzim pencerna ini dapat
melarutkan dan menyerap segala sesuatu, kecuali rambut dan cakar. Keduanya akan dikeluarkan
bersamaan dalam bentuk kotoran.
Makanan yang masuk ke perut ular, dicerna oleh usus yang bekerja terus menerus selama
kurang lebih 48 jam atau sekitar 2 hari. Setelah makan ular biasanya menjadi tidak aktif. Akan
tetapi proses pencernaan di dalam perutnya tetap berlangsung. Pada saat mencerna makanannya,
ular juga sangat peka dengan suhu udara di sekitarnya. Suhu yang ideal saat ular mencerna
makanannya adalah 30 derajat Celcius. Sehingga apabila tidak mendapatkan suhu yang ideal,
sering kali setelah menelan mangsanya, ular memuntahkannya lagi.
2. Ophistoglypha : Memiliki taring bisa pendek dan terletak agak ke belakang pada rahang atas.
Contoh : Boiga dendrophila. (ular cincin emas). Ular ini berbisa menengah.
3. Proteroglypha : Memiliki taring bisa panjang dan terletak di bagian depan. Contoh : Naja
naja sputatrix (ular kobra), Ophiophagus hannah(ular king kobra) Ular ini berbisa tinggi
10
Gambar. Ophiophagus hannah(ular king kobra)
4. Solenoglypha : Memiliki taring bisa sangat panjang di bagian depan dan dapat dilipat.
Contoh : Agkistrodon rhodhostoma (Ular tanah) Ular ini berbisa tinggi.
11
membedakannya dengan menggunakan sistem resonansi internal yang rumit, yang
kemungkinan melibatkan peranan sisik di dalamnya.
Sebagian ular-ular primitif seperti boa, dan juga ular-ular bandotan, memiliki
kepala yang tertutupi oleh sisik-sisik kecil tak beraturan. Namun kebanyakan ular memiliki
sisik-sisik besar yang menutupi kepalanya, yang disebut perisai (shields). Pola dan susunan
perisai-perisai ini berbeda-beda dari spesies ke spesies, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi jenisnya.
2. Morfologi sisik
Sisik ular merupakan modifikasi dan diferensiasi dari lapisan kulit terluar atau
epidermis. Sisik-sisik ini terbuat dari keratin, bahan yang sama yang menyusun kuku dan
rambut. Tiap sisik memiliki permukaan luar dan dalam, sisik-sisik ini saling menutupi pada
pangkalnya, seperti susunan genting. Setiap individu ular menetas dengan jumlah sisik yang
tetap; sisik-sisik ini tidak bertambah atau berkurang sejalan dengan bertambahnya umur ular.
Meski demikian, sisik-sisik ini bertambah besar ukurannya, dan kadang-kadang berubah
bentuknya, setiap kali melungsung. Sisik-sisik ini tertancap sedemikian rupa di kulit di
sekitar mulut dan sisi tubuh, memungkinkan kulit itu mengembang sehingga ular dapat
menelan mangsa yang berukuran lebih besar dari diameter tubuhnya.
Contoh modifikasi yang lain adalah sisik tansparan yang menutupi mata ular.
Sisik yang serupa kaca arloji ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai brille atau spectacle.
Sisik ini dianggap sebagai kelopak mata yang menyatu, dan turut mengelupas ketika ular
berganti kulit. Beberapa variasi bentuk sisik itu, di antaranya:
Membulat (sikloid), seperti sisik-sisik pada tubuh ular kawat dari suku Typhlopidae.
Panjang meruncing dengan ujung lancip, misalnya pada ular gadung (Ahaetulla prasina).
Lebar serupa bentuk daun, misalnya pada ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris).
Sama lebar dan panjangnya, misalnya pada ular jali (Ptyas korros)
Berlunas kuat, seperti pada ular picung (Rhabdophis subminiatus) dan kerabatnya.
Dengan dua ujung, seperti pada beberapa spesies ular Natrix.
Serupa duri, bersusun sejajar. Contohnya pada ular lempe (Lapemis)
Seperti kenop yang besar dan tak saling tumpang-tindih, misalnya pada ular-lumpur
Jawa (Xenodermus javanicus)
3. Susunan sisik
Sisik-sisik pada tubuh bagian atas atau punggung dikenal sebagai sisik dorsal atau
kostal (costal). Sisik-sisik ini tersusun sebagai genting, yang disebut susunan imbrikata
(imbricate), serupa dengan susunan sisik pada tubuh kadal dan bunglon. Sisik-sisik dorsal
tersusun berderet-deret di sepanjang tubuhnya, deretan berikutnya terletak sedikit bergeser,
sehingga sisik-sisik ini dari satu deret ke deret sebelahnya- nampak lurus pada garis diagonal.
12
Kebanyakan jenis ular memiliki deretan sisik yang ganjil jumlahnya, kecuali pada beberapa
spesies semisal ular sapi (Zaocys). Sementara, pada beberapa spesies ular laut dan ular-ular
akuatik lainnya, sisik-sisik ini berbutir-butir (granular) dan deretannya tak bisa dihitung.
4. Tatanama sisik
Aneka sisik pada kepala dan tubuh ular ditunjukkan di bawah, dengan rujukan
pada foto ular rumput Amphiesma stolata yang telah diberi kode nama sisik.
Sisik-sisik kepala
Sisik-sisik di badan
Sisik-sisik yang menutupi tubuh ular sebelah atas dikenal sebagai sisik-
sisik dorsal (dorsum, punggung) atau kostal. Ini adalah deretan sisik-sisik kecil mulai
dari belakang kepala (leher dan seterusnya) hingga sebelah atas dubur. Deretan yang
paling atas (apabila dilihat dari samping tubuh) atau yang paling tengah (dari kanan-kiri
tubuh), kadang-kadang membesar dan memiliki bentuk yang berbeda dengan deretan di
kanan kirinya; sisik-sisik yang demikian dikenal sebagai perisai vertebral karena terletak
tepat di atas tulang punggung (vertebrae). Lihat pula uraian pada bagian Susunan sisik di
atas. Pada ular-ular yang tergolong primitif, seperti ular kawat (Typhlops), ular kadut
(Acrochordus), ular kepala-dua (Cylindrophis) dan beberapa yang lain, sisik-sisik
ventral ini tidak berbeda bentuknya dari sisik-sisik dorsal.
5. Sisik-sisik ekor
13
Ekor ular adalah bagian yang terletak di belakang dubur (yang sebenarnya adalah
kloaka). Menutupi dubur ini dan tepat di belakang deretan perisai ventral, terletak perisai
anal (anus, dubur). Berbentuk serupa perisai ventral, perisai ini kadang-kadang tunggal dan
kadang-kadang berbelah dua atau sepasang; bergantung kepada spesiesnya.
Di sisi bawah ekor, di belakang dubur, biasanya terdapat deretan sisik-sisik besar
yang menyerupai dan menjadi kelanjutan dari perisai ventral. Perisai-perisai ini dinamai
subkaudal atau urosteges (cauda atau ura, ekor), dan sebagaimana perisai anal, perisai-
perisai ini kadang-kadang tunggal atau berpasangan atau kombinasi keduanya, bergantung
kepada spesiesnya. Ujung ekor amat bervariasi bentuknya, mulai dari meruncing biasa
sebagaimana umumnya ular; menyerupai duri seperti pada ekor ular adder (Acanthophis),
duri yang menulang seperti pada ular bandotan marga Lachesis, kerincingan kulit seperti
pada ular derik (Crotalus), atau memipih seperti dayung (pada ular laut).
Shedding (Ecdysis) adalah proses dimana ular periodik membuang bagian terluar
dari kulit mereka. Kegiatan ini berada di bawah kontrol hormonal dan dikaitkan dengan
pertumbuhan. Kebanyakan ular berganti kulit mereka 4-8 kali per tahun. Frekuensi shedding
tergantung pada banyak faktor, termasuk suhu lingkungan, frekuensi makan, jumlah makan
di setiap makan, dan tingkat aktivitas. Ular muda pergantian kulit lebih sering dari yang
lebih tua karena pertumbuhannya relatif cepat dalam beberapa tahun pertama kehidupan.
Ular sehat biasanya mengalami sedikit kesulitan atau tidak sama sekali dengan
proses shedding dan cenderung untuk menumpahkan kulit mereka dalam keadaan utuh
secara keseluruhan. Pengecualian ini termasuk ular dengan luka pada kulit dan atau
timbangan yang mengakibatkan bekas luka, dan ular ditempatkan di kandang dengan suhu
sub-optimal dan atau relatif tingkat kelembaban. terkait Tekanan dengan shedding sangat
besar. Ular yang sakit atau tidak sehat, mereka yang menderita kekurangan gizi, Ular ini
cenderung untuk mengelupaskan kulit mereka di potong. Bahkan, banyak dari potongan-
potongan tetap menempel pada kulit yang mendasari mata (mata topi dipertahankan).
Proses shedding didahului oleh suatu periode tidak aktif. Periode ini biasanya
berlangsung 1-2 minggu, selama waktu tersebut penampilan mata mulai memperlihatkan
yaitu kusam putih kebiruan. Selama periode ini, visi ular terganggu, yang menyebabkan
mereka agak tak terduga dan terkadang agresif. Kulit selama periode ini cenderung memiliki
penampilan membosankan secara keseluruhan. Kulit baru yang mendasari adalah lembut
dan rentan terhadap kerusakan sementara lapisan luar mempersiapkan diri untuk mendesau
pergi.
Mata kembali menjadi transparan setelah 7-15 hari dan shedding dimulai. Seekor
ular akan menggunakan benda kasar atau permukaan dalam kandang untuk membantu
14
melepaskan kulit. Shedding dimulai dengan kulit kepala. Setelah ular telah melonggarkan
dan copot kulit di sekitarnya mulut dan hidung, itu kemudian melewati antara obyek kasar
yang dapat menjebak kulit longgar dan tahan seperti ular meluncur keluar dari kulit "lama".
Kulit tampak kering dan dibuang seperti tabung atau lembab dan kusut di gugurkan soliter.
Banyak ular buang air besar setelah proses shedding sukses, atau mengkonsumsi sejumlah
besar air.
Ular ada yang berbisa (memiliki racun, venom/venomous), namun banyak pula yang
tidak. Akan tetapi tidak perlu terlalu kuatir bila bertemu ular. Dari antara yang berbisa,
kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia. Lagipula, umumnya ular pergi
menghindar bila bertemu orang. Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala
dua, dan ular sanca, tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku Colubridae;
akan tetapi bisanya umumnya lemah saja. Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya
termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae (ular sendok, ular belang, ular cabai,
dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).
Beberapa jenisnya, sebagai contoh:
suku Typhlopidae
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
15
Subordo : Serpentes
Famili : Thyphlopidae
Genus : Indotyphlops
Suku Cylindrophiidae
u l a r k
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo
: Serpentes
Famili : Cylindrophiidae
Genus : Cylindrophis
Spesies : C. ruffus
Ular kepala-dua atau ular-pipa ekor-merah adalah sejenis ular primitif penggali liang yang
menghuni tanah subur dan lembap di kawasan tropis Asia Tenggara. Ular ini disebut "ular
kepala-dua" karena bentuk ekornya yang tumpul dan lebar, nyaris mirip dengan bentuk kepala
aslinya. Perbedaannya, pada bagian bawah ekornya berwarna merah cerah, sedangkan bagian
bawah kepalanya berwarna keputihan.
suku Pythonidae
ular sanca kembang (Python reticulatus)
ular peraca (P. curtus)
ular sanca hijau. (Morelia viridis')
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
16
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Cylindrophiidae
Genus : Cylindrophis
Spesies : C. ruffus
Sanca hijau(Morelia viridis') adalah sejenis ular Sanca pohon yang ditemukan di Pulau Papua
beserta kepulauan sekitarnya dan Semenanjung Tanjung York di Australia. Sanca hijau dicirikan
dengan tubuhnya yang relatif langsing. Ekornya yang relatif panjang terhitung sekitar 14% dari
panjang total hewan ini.
suku Acrochordidae
ular karung (Acrochordus javanicus)
K lasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Acrochordidae
Genus : Acrochordus
suku Xenopeltidae
ular pelangi (Xenopeltis unicolor)
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
17
Famili : Xenopeltidae
Genus : Xenopeltis
suku Colubridae
ular siput (Pareas carinatus)
ular-air pelangi (Enhydris enhydris)
ular kadut belang (Homalopsis buccata)
ular cecak (Lycodon capucinus)
ular gadung (Ahaetulla prasina)
ular cincin mas (Boiga dendrophila)
ular terbang (Chrysopelea paradisi)
ular tambang (Dendrelaphis pictus)
ular birang (Oligodon octolineatus)
ular tikus atau ular jali (Ptyas korros)
ular babi (Elaphe flavolineata)
ular serasah (Sibynophis geminatus)
ular sapi (Zaocys carinatus)
ular picung (Rhabdophis subminiata)
ular kisik (Xenochrophis vittatus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Pareatidae
Genus : Pareas
Spesies : Pareas carinatus
Ular siput (Pareas carinatus) adalah spesies ular Pareidae yang terdapat di Asia
Tenggara. Dinamakan demikian karena ular ini memangsa beberapa jenis Moluska,
terutama siput atau bekicot. Nama umumnya dalam bahasa Inggris adalah keeled slug-
snake atau keeled slug-eating snake, mengacu pada sisik-sisik punggung atasnya
(vertebra) yang berlunas (keeled).
18
suku Elapidae
ular cabai (Maticora intestinalis)
ular weling (Bungarus candidus)
ular sendok (Naja spp.)
ular king-cobra (Ophiophagus hannah)
Klasifikasi :
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata
Subordo: Serpentes
Famili: Elapidae
Genus: Bungarus
Spesies: B. candidus
Ular Weling (Bungarus candidus) atau ular belang adalah sejenis ular berbisa dari suku Elapidae
yang bisa ditemukan di Asia Tenggara. Ular Weling merupakan salah satu ular yang dikenal
umum di Indonesia terutama di Jawa dan Bali.Ular Weling memiliki karakteristik warna yang
khas yaitu berwarna belang hitam putih sehingga sering juga disebut ular belang.
suku Viperidae
ular bandotan puspo (Vipera russelli)
ular tanah (Calloselasma rhodostoma)
ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Viperidae
Genus : Trimeresurus
Spesies : Trimeresurus albolabris
Ular bangkai laut biasa juga dikenal dengan
sebutan viper Hijau adalah sejenis ular berbisa yang berbahaya. Memiliki nama ilmiah
Trimeresurus albolabris. Ular ini juga dinamai ular hijau karena warna tubuhnya.
19
Bisa ular secara garis besar dapat kita kategorikan dalam dua jenis, yaitu neurotoxin dan
hemotoxin. Neurotoxin adalah racun yang melumpuhkan sistem pernafasan dan merusak otak
korban. Adapun hemotoxin adalah racun yang merusak sel-sel hingga darah menggumpal dan
berujung pada kematian. Bisa ular juga mengandung berbagai enzim berbahaya, namun bisa pula
sangat berguna. Sedikitnya terdapat 20 jenis enzim pada bisa ular. Komposisi masing-masing
enzim berbeda-beda, tergantung jenis ularnya. Salah satu enzim yang terdapat dalam bisa ular
adalah proteinase.
Gigitan ular yang mengeluarkan bisa yang mengandung proteinase akan menyebabkan
jaringan kulit dan otot mati secara cepat. Tapi, menurut sebuah penelitian di Australia, dalam
dosis tertentu enzim proteinase dapat mengobati kanker. Enzim lain yang cukup populer ada
pada bisa ular adalah cholin esterase. Enzim ini biasanya menyerang sistem saraf dan membuat
otot menjadi kendur.Enzim cholin esterase dapat digunakan untuk mencegah serangan jantung
dan stroke.
Norbert Zimmermann, seorang ahli pengobatan dari Bottrop Jerman, melakukan riset
terhadap bisa ular untuk mengobati alergi. Caranya, memasukkan alergen yang ada dalam bisa
ular ke dalam tubuh pasien secara bertahap dalam dosis ringan. Lalu, dosisnya akan terus
dinaikkan hingga tubuh pasien menciptakan kekebalan atau antibodi terhadap zat berbahaya
yang masuk ke dalam tubuhnya. Cara ini akan meningkatkan kekebalan dalam tubuh.[10] Selain
itu kulit ular dijadikan bahan baku untuk kerajinan tas, sabuk, dompet, dan sepatu.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ular merupakan kelompok hewan Reptil melata yang tidak mempunyai tungkai, memiliki
sisik di seluruh tubuhnya, dan memiliki tubuh yang ramping memanjang. Ular termasuk salah
satu satwa yang berperan penting dalam rangkaian alur rantai makanan. Ular adalah kelompok
20
reptilia tidak berkaki dan bertubuh panjang yang tersebar luas di dunia. Secara ilmiah, semua
jenis ular dikelompokkan dalam satu subordo, yaitu Serpentes dan juga merupakan anggota dari
ordo Squamata (reptilia bersisik), bersama-sama dengan kadal. Reptilia tersebut antara lain
Serpentes (Ular modern), ular prasejarah, kadal tak berkaki dan tak bertelinga, serta kadal-ular
prasejarah, serta Titanoboa termasuk di dalamnya.
Ciri-ciri utama ular adalah bertubuh panjang dan tidak memiliki kaki. Akan tetapi, ciri-
ciri tersebut juga dimiliki oleh beberapa jenis kadal (misalnya kadal-pensil Burton). Ciri-ciri
selanjutnya adalah, ular tidak memiliki indera pendengaran samasekali. Akan tetapi, ular bisa
merasakan getaran melalui rahang bawahnya saat menempel di tanah atau di permukaan. Ular
tidak memiliki kelopak mata yang dapat di buka-tutup, dan matanya selalu terbuka selama
hidupnya. Walaupun begitu, mata ular dilapisi oleh sisik bening yang melindunginya dari
kotoran. Ophidia diperkirakan berevolusi dari kadal tanah atau kadal penggali liang pada sekitar
periode Jurassic akhir (sekitar 112 juta tahun yang lalu) yang menyesuaikan diri dengan
kehidupan yang panas pada waktu itu.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui apa yang di maksud dengan serpentes (ular),
dan semoga para pembaca dapat memahami materi ini, seperti habitat ular, karakteristik, macam-
macam serta manfaat ular.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniati, tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. HMPB Painting. Bandung
21
ularindonesia.com/wp-content/uploads/.../makalah-sioux-2009.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Ular
Campbell, N. A., Jane, B. Reece., dan lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid II. Jakarta:
Erlangga
Hickman, P. Hickman, Jr. 2008. Integrated Principles Of Zoology, Fourteenth Edition. New
York: McGraw-Hill
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar Jaya
Kutniati, Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Jakarta: UIN Sunan Gunung Djati
http://www.siouxindonesia.org/?page_id=35
http://binatangpoerba.wordpress.com/2011/09/27/macam-macam-bisa-ular/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sisik_ular
http://id.wikipedia.org/wiki/Ular
22