Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Proses menua (aging process) biasanya ditandai dengan perubahan

fisik-biologis, mental ataupun psikososial. Perubahan fisik diantaranya

perubahan pada respirasi, pendengaran, penglihatan, dan perubahan pada

kardiovaskuler yang mengakibatkan elastilitas dinding aorta menurun

(Nugroho, 2008). Seiring bertambahnya usia, lansia mengalami perubahan

struktural dan fungsional pada aorta, yaitu arteri besar yang membawa darah

dari jantung, yang menyebabkan semakin parahanya pengerasan pembuluh

darah dan semakin tinginya tekanan darah sehinggah menyebabkan lansia

mengalami hipertensi (Suryono, 2016).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik yang menetap yaitu 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah

diastolik 90 mmHg atau lebih dari pemeriksaan minimal 2 kali dalam waktu

yang berbeda (Karo,S; 2016). Meningkatnya resiko hipertensi tidak hanya

karena faktor keturunan tetapi juga bisa karena faktor stres, kegemukan,

pola makan, merokok dan olaraga (Adib, 2009). Hipertensi sendiri biasanya

disebut dengan “silent killer” atau pembunuh diam-diam karena seseorang

dapat mengidap bertahun-tahun tanpa menyadari sampai terjadi kerusakan

organ vital (Adib, 2009). Hipertensi akan mengakibatkan resiko serangan

terkena stroke 4 kali lebih besar serta 2 kali lebih terkena penyakit gagal

jantung dari pada orang yang mempunyai tekanan darah yang dalam batas

normal (Karo,S; 2016).

Menurut World Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar

972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi,

angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,9% di tahun 2025. Dari

1
2

972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639

sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata,2016).

Penyakit terbanyak pada lansia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun

2013 adalah hipertensi, dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun,

57,6% pada usia 65-75 dan 63,8% pada usia ≥75 tahun (infodatin Kemenkes

RI, 2016). Menurut data Riskesdas Provinsi Jawa Timur prevalensi penyakit

hipertensi mencapai 26,2% yang menderita hipertensi (Kemenkes, 2013).

Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota Kediri tahun 2016 jumlah

kunjungan di Puskesmas se Kota kediri dengan total keseluruhan mencapai

20.026 kunjungan yang menderita hipertensi. Kunjungan di Puskesmas

Mrican sebanyak 1.730 atau (8,6%) kunjungan yang menderita hipertensi.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti dapatkan di Kelurahan

Dermo pada bulan Agustus tahun 2017, lansia yang mengikuti Posyandu

Lansia di Rt 03 Rw 07 ditemukan 24 lansia atau 80% yang mempunyai

tekanan darah tinggi dari 30 orang lansia yang mengikuti posyandu lansia.

Jadi disimpulkan masih banyak lansia yang mengalami tekanan darah tinggi

di kelurahan Dermo Kota Kediri Tahun 2017.

Seiring bertambahnya umur, kepekaan terhadap hipertensi akan

semakin meningkat. Individu yang berumur di atas usia 60 tahun, 50-60%

mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal

ini merupakan pengaruh dari degenerasi yang terjadi pada lansia (Susilo &

Wulandari, 2011).

Dampak dari hipertensi dapat juga terjadi perubahan pada retina

akibat perdarahan dan eksudat, penyempitan arteri dan infark kecil sampai

edema pupil pada kasus hipertensi yang berat. Penyakit arteri coronia seperti
3

angina pectoris dan infark miokard juga dapat terjadi akibat adanya

hipertensi. Hipertrofi vertikel kiri juga terjadi akibat dari peningkatan kerja

ventrikel melawan tekanan sistemik yang mengalami peningkatan. Gagal

jantung, kerusakan ginjal dan gangguan vaskuler di otak juga dapat

ditemukan (Smeltzer & Bare, 2005).

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non

famakologis. Terapi farmakologis menggunakan obat-obatan jenis anti

hipertensi yang di anjurkan oleh JNC 8 adalah Diuretika, terutama jenis

Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant), Beta Blocker

(BB), Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB),

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor

Blocker atau AT, receptor antagonist or blocker (ARB). Sedangkan untuk

terapi non farmakologisnya yaitu dapat berupa menghentikan kebiasaan

merokok, menurunkan berat badan jika berlebihan, berhenti mengkonsumsi

alkohol, mengurangi asupan garam, konsumsi buah dan sayur serta

mengurangi konsumsi makanan berlemak (Potter & Perry, 2010).

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan berbagai

komplikasi kesehatan pada lansia seperti stroke, penyakit jantung, penyakit

ginjal, dan penyakit vaskularisasi lainnya. Untuk mempertahankan

kesehatan pada lansia maka perlu adanya upaya, baik yang bersifat

perawatan, pengobatan, pola hidup sehat, dan juga perlu ada upaya lain

seperti latihan fisik yaitu senam. Berdasarkan penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya oleh Etty Eriyanti Tahun 2016, terdapat adanya

perubahan pada tekanan darah pada lansia dengan hipertensi yaitu dengan

memberikan senam yaitu senam tera.


4

Senam tera merupakan suatu latihan yang melatih fisik dan mental,

yang memadukan gerakan-gerakan anggota tubuh dengan suatu teknik

irama pernapasan melalui pemusatan pemikiran dan dilakukan secara

berurutan, serasi, benar dan keseimbangan. Senam tera juga dapat

memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta fungsi jantung dan peredarah

darah, serta mengontrol hipertensi (Gani F, 2014).

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Senam Tera

terhadap Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan

Dermo Kota Kediri Tahun 2018”

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah

penelitian yaitu “adakah pengaruh senam lansia tera terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi tahun 2018.?

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senam

tera terhadap tekanan pada lansia dengan hipertensi.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum melakukan senam tera

pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Dermo Kota Kediri

Tahun 2018.
5

2. Mengidentifikasi tekanan darah setelah melakukan senam tera pada

lansia dengan hipertensi di Kelurahan Dermo Kota Kediri Tahun

2018.

3. Menganalisis pengaruh senam tera terhadap tekanan darah pada

lansia dengan hipertensi di Kelurahan Dermo Kota Kediri Tahun

2018.

1.4. Manfaat penelitian

1. Bagi ilmu keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan bagi pembaca tentang pengaruh senam tera

terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan

Dermo Kota Kediri Tahun 2018.

2. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman dalam proses belajar serta menambah ilmu

pengetahuan, wawasan peneliti dan pengalaman serta hasil dari

penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian

selanjudnya.

3. Bagi institusi pendidikan

Memberikan tambahan pengetahuan tentang pengaruh senam tera

terhadap tekanan darah pada lansia atau sebagai acuan dalam dalam

belajar untuk menambah wawasan studi kepustakaan dan menjadi suatu

masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa/i Universitas Kadiri.

4. Bagi responden
6

Diharapkan responden mampu menerapkan senam tera serta dapat

menjadi pengobatan nonfarmakologis pada lansia dengan tekanan darah

tinggi.

Anda mungkin juga menyukai