Anda di halaman 1dari 17

JURNAL FORMULA TFS 1

SUSPENSI

OLEH :

KELOMPOK : II (DUA)

KELAS :B

ASISTEN : Alifah Magfirah Syamsuddin

Nama NIM Tugas Nilai Nilai


dokume diskusi
n
Qofifah G70118013 Preformulasi
Rani Purwanti G70118098 Formulasi
Mutmainah G70118113 Evaluasi
Nur Fadhilah G70118197 Kemasan

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2020
I. FORMULA ASLI
1. Asam Mefenamat
2. PGA
3. Natrium Benzoat
4. Propilenglikol
5. Sunset Yellow
6. Perasa jeruk
7. Aquadest
8. Sirup Simpleks

II. RANCANGAN FORMULA

III. MASTER FORMULA


Nama Produk : SUSMEF
Nama Pabrik : PT. Kasi dan Sayang Pharma
Jumlah Produk :3
Tanggal Formula Asli : 19 Maret 2020
Tanggal Rencana produksi : 27 Maret 2020
No. Registrasi : DKL2009910033A1
No. Batch : 0103003

No Komposisi Jumlah Wadah Jumlah Batch Fungsi


1. Asam Mefenamat 1,2 gram 3,2 gram Sebagai Zat aktif
2. PGA 0,45 gram 1,25 gram Sebagai
Suspending
3. Natrium Benzoat 0,54 gram 1,62 gram Sebagai
pengawet
4. Propilenglikol 15 ml 45 ml Sebagai
kosolven
5. Sunset Yellow qs qs Sebagai
6. Perasa jeruk qs qs Sebagai
penambah rasa
jeruk
7. Aquadest Ad 60 mL Ad 90 mL Sebagai pelarut
8. Sirup Simpleks 15 ml 45 ml Sebagai
pemanis
IV. DASAR FORMULASI
IV.1 Alasan pembuatan sediaan

1. Suspensi dibuat karena beberapa zat aktif obat mempunyai kelarutan yang
praktis tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk cair.
Konsentrasi PGA sebagai suspending agent adalah 5-10%, namun PGA pada
konsentrasi kurang dari 10% memiliki viskositas yang rendah sehingga dapat
mempercepat terjadinya sedimentasi. Oleh karena itu PGA dikombinasikan
dengan CMC-Na yang merupakan suspending agent yang dapat
meningkatkan viskositas serta dapat meningkatkan kestabilan suspensi
(Suena, 2015)

2. Suspensi farmasi merupakan dispersi kasar dimana partikel padat yang tidak
larut terdispersi dalam medium cair. Suspensi dalam farmasi digunakan
dalam berbagai cara, antara lain injeksi intramuskuler, tetes mata, oral, dan
rektal. Suspensi oral dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung
partikel obat yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam
pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum
(Aryantini, 2015).

3. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase Suspensi dapat didefinisikan sebagai sediaan
yang mengandung partikel obat halus (suspensoid) yang terdispersi merata
di seluruh pembawa, yaitu obat menunjukan derajat minimum kelarutan
(Alpons, 2018).

IV.2 Alasan pemilihan Bahan Aktif

1. Asam mefenamat adalah obat golongan anti-inflamasi non steroid (AINS)


yang mempunyai efek analgesik, anti-inflamasi, dan antipiretik. Obat ini
digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang termasuk sakit kepala, sakit
gigi, nyeri pasca operasi dan pasca melahirkan, dismenore, osteoarthritis.
Asam mefenamat bekerja dengan cara menghambat enzim siklooxygenase,
yaitu suatu enzim yang berperan dalam pembentukan prostaglandin
(Rahmadani dkk, 2019).

2. Asam mefenamat merupakan obat di pasaran sebagai NSAID (Non Steroid


AntiInflamatory Drugs) yang telah lama digunakan sebagai analgetik-
antiinflamasi penghambat COX dan banyak dimanfaatkan didunia untuk
pengobatan penyakit- penyakit untuk menghilangkan rasa sakit/nyeri dan
radang (Rosita, 2014)

3. Asam mefenamat yang merupakan salah satu obat wajib apotek banyak
digunakan oleh masyarakat pada nyeri ringan sampai sedang misalnya nyeri
kepala, gigi, otot atau sendi (rema, encok) perut nyeri haid (dysmenorae),
nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma) (Pujiwati, 2015).

IV.3 Alasan Pemilihan Bahan Tambahan

 PGA/ Pulvis Gummi Arabicum


1. Digunakan sebagai suspending agent dimaksudkan untuk meningkatkan
kelarutan zat aktif dalam air sehingga dapat terdispersi dalam air
dengan pengocokan ( Kazuo, 2013).
2. PGA sebagai suspending agent adalah PGA pada konsentrasi kurang
dari 10% memiliki viskositas rendah dapat mempercepat terjadinya
sedimentasi yang menyebabkan sediaan menjadi tidak stabil. Oleh
karena itu PGA dikombinasikan dengan CMC-Na yang merupakan
suspending agent yang dapat meningkatkan viskositas serta dapat
meningkatkan kestabilan dari suspensi yang dihasilkan (Suena, 2015).
3. PGA sebagai suspending agent karena mudah larut dalam air,
meghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya. Selain itu, tidak
merubah struktur kimia,bersifat alami, dapat menghindari
pengendapan seta memberikan struktur homogen (Ansel,2015).

 Natrium Benzoat
1. Natrium benzoate merupakan granula atau serbuk berwarna putih,
tidak bebau, stabil di udara, mudah larut dalam air dan agak sukar larut
dalam etanol (Estiasih,dkk, 2018).
2. Natrium benzoate sangat efektif digunawakan sebagai pengawet
karena memiliki pH berkisar antara 2,5 sampai 4,0 dan dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Ilhami,M, 2019).
3. Natrium Benzoate untuk mengawetkan makanan dan minuman yang
mempunyai pH rendah dan tidak menyebabkan efek nrgatif bila
digunakan dalam jumlah kecil (Andriani,2016).

 Propilenglikol
1. Penambahan propilen glikol dapat dapat mengurangi kadar etanol yang
dibutuhkan untuk pelarut (Syamsuni, 2013).
2. Penambahan kosolven propilenglikol dapat meningkatkan konsentrasi
zat terlarut dalam sediaan (Noviza dkk, 2019).
3. Propilenglikol digunakan sebagai pembasah asam mefenamat mudah
terbasahi dan juga berfungsi untuk meningkatkan kestabilan suspensi
(Sainah, 2017).

 Sunset Yellow
1. Sunset Yellow digunakan untuk menambah estetika dari sediaan
(Buchari, 2014).
2. Zat pewarna digunakan untuk mewarnai sediaan farmasi untuk tujuan
estetika dan sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa yang
digunakan (Fickri, 2018).
3. Perwana sintetis yang saat ini mudah didapat dan dapat menghasilkan
warna kuning pada makanan dan minuman (Akbar.,E., F. 2019)

 Perasa Jeruk
1. Pemberi rasa digunakan untuk memberi rasa enak sekaligus pewangi
dalam suatu sediaan emulsi oral (Fickri, 2018).
2. vitamin c salah satunya adalah sebagai antioksidan, yaitu substansi
yang memberikan electron kepada radikal bebas dan membantu
menstabilkan radikal bebas sehingga melindungi sel dari kerusakan
(Sukmawati, A, dkk, 2017).
 Aquadest
1. Sebagai pelarut, karena pelarut sediaan oral adalah air (FI III, 1979;
96).
2. Alasan digunakan aquadest adalah sebagai pelarut pembawa pada
pembuatan obat dan sediaan farmasi (Rowe, 2009).
3. Bentuk sediaan larutan digolongkan menurut cara pemberiannya,
misalnya larutan oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa
bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven air. Aquadest digunakan sebagai pembawa dan
pelarut untuk bahan-bahan pemberi rasa atau bahan aktif obat (Isriany,
2011).

 Sirup Simpleks
1. Penambahan bahan pemanis digunakan untuk membantu menutupi
rasa pahit dari zat aktif. (Ivana, 2016)
2. Banyak jenis Pemanis tersedia sebagai Pemanis meja. Pemanis yang
paling umum adalah Pemanis bergizi. Ini termasuk Pemanis seperti
Sukrosa (mis., Tebu), madu, sirup jagung fruktosa tinggi, molase, sirup
maple, sirup beras merah, pemanis jus buah, malt barley, dan
sejenisnya, serta P emanis buatan. Seperti, Sucralose, aspartame,
Sakarin, dan sejenisnya (Pfister,W,R.,dkk.2012).
3. Pemanis telah menjadi bagian penting dari produk farmasi yang
dimaksudkan untuk dipisahkan di dalam mulut. Sumber klasik pemanis
adalah sukrosa, dekstro, fruktosa, glukosa, glukosa cair dan maltosa
(Ketul,P.,dkk.2013).

V. INFORMASI BAHAN AKTIF & BAHAN TAMBAHAN

V.1 Informasi bahan aktif

1. Asam Mrfenamat (Mims Indonesia, 2020)

a. Indikasi

Meredakan nyeri, seperti sakit gigi, sakit kepala, dan nyeri haid

b. Kontraindikasi

Pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat , penderita yang dengan


aspirin mengalami bronkopasme, alergi rhinitid dan urtikaria, penderita tukak
lambung dan usus, dan penderita gangguan ginjal yang berat.

c. Efek Samping

Hilang nafsu makan, sariawan, mual dan mundah, diare, sakit maag,
gangguan pencernaan, sakit kepala

d. Dosis
Dewasa : 500 mg untuk dosis pertama, dilanjutkan dengan 250 mg tiap
6 jam selama 7 hari.

Anak-anak 14 tahun ke atas : dosis ditentukan oleh dokter.

e. Rute pemberian

Oral

f. Farmakokinetika

Asam mefenamat diabsorbsi pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya
obat akan melalui hati diserap darah dan dibawa oleh darah sampai ke
tempat kerjanya. 90% asam mefenamat terikat pada protein. Konsentrasi
puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam
dengan waktu paruh 2jam. Sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan
dalam urin sebagai metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi. dan 20% obat ini
ditemukan dalam feses sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi.

g. Perhatian

Sebaiknya diminum sesudah makan, hati – hati jika digunakan pada wanita
hamil dan menyusui

h. Interaksi

Jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan lain, asam mefenamat


bisa menimbulkan reaksi yang berbahaya atau mengurangi efek obat
tersebut. Obat-obatan yang sebaiknya dihindari saat menggunakan asam
mefenamat obat untuk darah tinggi, seperti ACE inhibitor, obat
golongan angiotensin receptor blockers (ARB), diuretik, dan
penghambat beta.

i. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja obat Asam mefenamat (mefenamic acid) adalah dengan


cara menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX). Enzim yang berfungsi
untuk membantu pembentukan prostaglandin saat terjadinya luka dan
menyebabkan rasa sakit dan peradangan. Dengan menghalangi kerja enzim
COX, prostaglandin lebih sedikit diproduksi, yang berarti rasa sakit dan
peradangan akan mereda.
V.3 Sifat Fisika & Kimia Bahan Tambahan
1. Aquadest (FI III 1979 : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest/Air suling
Rm/Bm : H2O/18,02
Rumus struktur :

Kegunaan : Sebagai pelarut


Pemerian : Cairan Jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : -
Metode sterilisasi : -
Konsentrasi : -
Stabilitas : Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik
(es, cair, dan uap air). Air meninggalkan sistem
pemurnian farmasi dan memasuki tangki
penyimpanan harus memenuhi persyaratan
khusus. Target ketika merancang dan
mengoperasikan sistem penyimpanan dan
distribusi untuk menjaga agar air tidak melebihi
batas yang diizinkan selama penyimpanan. Di
khususnya, sistem penyimpanan dan distribusi
harus memastikan hal itu air dilindungi terhadap
kontaminasi ionik dan organik, yang akan
menyebabkan peningkatan konduktivitas dan total
karbon organik, masing-masing. Sistem juga harus
dilindungi terhadap fisik masuknya partikel asing
dan mikroorganisme sehingga mikroba
pertumbuhan dicegah atau diminimalkan. Air
untuk keperluan tertentu harus disimpan dalam
wadah yang sesuai (Rowe, 2009).
Inkompabilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan
terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam
keberadaan air atau uap air) pada lingkungan dan
tinggi suhu. Air dapat bereaksi dengan keras
dengan logam alkali dan dengan cepat
logam alkali dan oksida mereka, seperti kalsium
oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi
dengan garam anhidrat untuk terbentuk hidrat
berbagai komposisi (Rowe, 2009).
2. Propilenglikol (FI III 1979 : 543)

Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM


Sinonim : Propilenglikol
Rm/Bm : C3H8O2 /76,10
Rumus struktur :

Kegunaan : Sebagai pelarut


Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak manis, higroskopik.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%)
P dengan kloroform P, larut dalam 6 bagia eter P,
tidak dapat bercampur dengan eter minyak tanah P
dan dengan minyak lemak.

Metode sterilisasi : Propilenglikol secara kimiawi stabil saat dicampur


dengan etanol 95% P, gliserin atau air, larutan
berair biasa disterilkan dengan autoklaf (Rowe,
2009).
Konsentrasi : 10-25% (Rowe, 2009).
Stabilitas : Pada suhu dingin , propilenglikol stabil pada ruang
tertutup tapi pada suhu tinggi ditempat terbuka,
cenderung mengoksidasi menimbulkan produk
seperti propinaldehide, asam laktat, derivat asam
dan asam asetat. Propilenglikol secara kimiawi
stabil saat dicampur dengan etanol 95% P, gliserin
atau air, larutan berair bias disterilkan dengan
autoklaf (Rowe, 2009).
Inkompabilitas : Propilenglikol tidak sesuai dengan reagen
pengoksidasi seperti kalium permanganat (Rowe,
2009).

3. Sukrosa (FI V 2014 : 1120)

Nama resmi : SAKAROSA


Sinonim : Sukrosa
Rm/Bm : C12H22O11 /342,30
Rumus struktur :

Kegunaan : Sebagai pemanis


Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur
atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, rasa manis, stabil diudara. Larutannya
netral terhadap lakmus
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut
dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter
Metode sterilisasi : Larutan sukrosa encer dapat dikenakan
fermentasi oleh mikroorganisme tetapi tahan
dekomposisi pada tingkat yang lebih tinggi
konsentrasi. Larutan dapat disterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi (Rowe, 2009).
Konsentrasi : 67% (Rowe, 2009).
Stabilitas : Memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan
pada kelembapan relatif sedang. Ini menyerap
hingga 1 % kelembaban, yang dilepaskan saat
pemanasan pada 90°C. Sukrosa dikaramelisasi saat
dipanaskan diatas suhu 1608°C (Rowe, 2009).
Inkompabilitas : Sukrosa bubuk mungkin terkontaminasi logam
berat, menyebabkan ketidakcocokan dengan bahan
aktif misalnya asam askorbat (Rowe, 2009).

4.Natrium benzoate (Rowe, 2009 dan Pubcem, 2020)


Nama resmi : NATRII BENZOICUM
Sinonim : Natrium Benzoat
Rm/Bm : C7H5NaO2 /144,11
Rumus struktur :

Kegunaan : Pengawet
Pemerian : Hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit
berbaur, biasanya bau benzaldehida atau benzoin.
Agak mudah menguap pada suhu hangat. Mudah
menguap dalam uap air.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol,
dalam kloroform dan dalam eter.
Metode sterilisasi : Autoklaf dan filtrasi
Konsentrasi : 0,02-0,5%
Stabilitas : Larutan Asam Benzoat berair 0,1% b/v telah stabil
setidaknya 8 minggu bila disimpan dalam polivinil
klorida botol, pada suhu kamar
Inkompabilitas : Mengalami reaksi khas asam organic, misalnya
dengan alkali atau logam berat. Aktivitas pengawet
dapat dikurangi dengan interaksi dengan kaolin

VI. RANCANGAN PENGEMASAN DAN SPESIFIKASI BAHAN


1. Alasan pemilihan wadah (kemasan primer)
a. Wadah sediaan obat adalah sarana yang menahan sediaan obat, yang dapat
langsung ataupun tidak langsung bersentuhan (kontak) dengan sediaan obat
lain (Amalia dkk, 2004).
b. Pengemasan, suhu, dan lama waktu penyimpanan, kandungan metabolic
sekunder dan kapasistas antioksidan produk minuman merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan. Untuk mengetahui jenis kemasan botol dan
suhu penyimpanan terhadap kandungan metabolic sekunder, kapasitas
antioksidan dan cemaran mikroba pada minuman (Saputra dkk, 2018)
c. Berbagai bentuk obat disiapkan telah disimpan dalam botol kaca yang dapat
memberikan perlindungan terhadap cahaya dan pada 40 0, 500, 60 ° C selama
empat bulan (Jawad. F, 2010).
VI.2. Rancangan Label, Leaflet dan Kemasan Sekunder

Indikasi : Komposisi :
Meredakan nyeri, seperti sakit Netto : 60 mL
Tiap 60 mL mengandung :
gigi, kepala, dan nyeri haid
Efek samping : Susmef Asam Mefenamat .......... 1,2 g
Zat tambahan .............. q.s
Hilang nafsu makan,
sariawan, mual dan muntah Aturan Pakai :

No. Batch : 0103003


Exp. Date : 20 Maret 2022 No. Reg : DKL2009910033A1
DIPRODUKSI OLEH:
PT. Kasi dan Syang Pharma

Susmef
Komposisi :
Tiap 60 mL mengandung :
Asam Mefenamat .................................................................1,2g
PGA…………………………………………………….……...0,45 g
Natrium Benzoat……………………………………………0,54 mL
Propilenglikol…………………………………………………15 mL
Sunset Yellow…………………………………………………….q.s
Perasa jeruk………………………………………………………q.s
Sirup Simpleks……………………………………………..…15 mL
Aquadest…………………………………………………………q.s

Indikasi :
Meredakan nyeri, seperti sakit gigi, kepala, dan nyeri haid

Efek samping :
Hilang nafsu makan, sariawan, mual dan mundah, diare, sakit
maag, gangguan pencernaan, sakit kepala

Aturan Pakai :

Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya.

No. Reg : DKL2009910033A1


No. Batch : 0103003
Exp. Date : 20 Maret 2022

Diproduksi Oleh :
PT. Kasi dan Sayang Pharma
Indikasi
Indikasi :: Komposisi
Komposisi ::
Meredakan
Meredakan nyeri,
nyeri, Tiap
Tiap 60
60 mL
mL me
m
seperti
seperti sakit
sakit gigi,
gigi, sakit
sakit Susmef Asam
Asam Mefenam
Mefena

Susmef kepala,
kepala, dan
dan nyeri
nyeri haid
haid
1,2
1,2 g
Zat
g
Zat tambahan
tambahan
q.s
q.s

disimpan
disimpan dalam
dalam wadah
wadah
tertutup Netto : 60 ml Aturan
Aturan Paka
tertutup baik
baik ditempat
ditempat Paka
Suspensi Oral sejuk
sejuk Umur
Umur 8-12
8-12 Tah
Ta
sendok
sendok makan
makan
KOCOK
KOCOK DAHULU
DAHULU Efek
SEBELUM Efek sampin
sampin
SEBELUM DIGUNAKAN
DIGUNAKAN Hilang
Hilang nafsu
nafsu m
m
sariawan,
sariawan, mua
mua
muntah
muntah
Keterangan KOCOK DAHU
DIGUN
Lengkap Lihat
Brosur
PT. KASIH DAN SAYANG
No Reg: DKL20
FARMA
PALU-INDONESIA No.batch: 0103
Exp. Date: 20 M

Baik
Baik digunakan
digunakan sebelum
sebelum

Ashp
®

Elixir

Diproduks
Diproduks

PT.
PT. Shanme
Shanme
VIII. Perhitungan

1. Asam mefenamat
Dosis 300 mg/ 15 mL dibuat dalam 60 mL
300 mg
X 60 mL = 1,2 g
1 5 mL
1,2 g x 3 =3,6 g

2. Na CMC 0,75%
0,75
x 60 mL= 0,45 g
100
0,45 mL x 3 = 1,35 g
Air Na CMC = 1,35 X 20 = 27 mL

3. Natrium Benzoat 0,3%


0 ,3
X 60 m L=0,18 mL x 3=0,54
 mL Membersihkan kulit
100
 Melembutkan serta menutrisi kulit
4. Syrup Simplex 25%
25  5Membantu mencerahkan wajah
X 60 m L=15 m L X 3=4 mL
100

25
5. Propilenglikol = x 60 ml=15 ml
100
Ketika dibuat 3 sediaan maka 15 ml x 3 = 45 ml

6. Aquadest ad 60 mL

Perhitungan Dosis

Produksi :
DL Asam mefenamat (Medscape, 2020)
PT. FIVI DJ
DLsekali = 500 mg PALU-
INDONESIA
8
Untuk umur 8 tahun = x 500 mg = 200 mg
20

9
Untuk umur 9 tahun = x 500 mg = 225 mg
20

10
Untuk umur 10 tahun = x 500 mg = 250 mg
20
11
Untuk umur 11 tahun = x 500 mg = 275 mg
20

12
Untuk umur 12 tahun = x 500 mg = 300 mg
20

IX. Skema kerja

Alat dan Bahan


- Digerus

Asam mefenamat
- Dimasukkan

Nacmc

- Dibuat mucilago

Lumpang

- Ditambahkan sedikit demi sedikit

Syrup Simplex

Gerus hingga
homogen

- Di masukkan

Botol Coklat

- Di ad

Aquadest 60 mL
DAFTAR PUSTAKA

Alpons, C. A. T. (2018). Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Suspensi Asam Mefenamat
Dengan Kombinasi Suspending Agent Pga (Pulvis Gummi Arabici) Dan Na-Cmc
(Natrium Carboxymethylcellulosum) (Doctoral Dissertation). Surakarta .
Universitas Setia Budi.

Apriandi. (2019). Perbandingan Air Dengan Black Mulberry (Morus nigra L) dan Sorbitol
Terhadap Karkteristik Sirup SQUASH BLACK MULBERRY (Morus Nigra L).
Bandung: Universitas Pasundan.

Aprianto. ( 2013). Pengaruh Pemberian Varisi Campuran Sorbitol dan Glukosa Cair
Sebagai Pemanis Pada Sediaan Gummy Candy Paracetamol. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.

Chaerunnisa dan astri. (2015). Formulasi Masker Gel Feel Off Perawatan Kulit Wajah.
Sumedang: Universitas Padjajaran.

Damayanti dkk. (2014). Kandungan Asam Lemak Dalam Minyak Ikan Indonesia.
Bandung: Institut Teknologi Bandung

Departemen Kesehatan Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:


DEPKES RI.

Departemen Kesehatan Indonesia. (1978). Formalarium Nasional Edisi II. Jakarta:


Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Estiasih dkk. (2015). Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat Dan Kondisi Paseurisasi
(Suhu dan Waktu) Terhadap Karakteristik Minuman Sari Apel Berbagai Varietas.
Malang: Universitas Brawijaya.

Haryati. (2017). Formulasi Emulsi Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.) Hasil Pemurnian
Hasanah dkk, (2016). Karakteristik Carboxymethyl Cellulose Sosium (Na-CMC) Dari
Selulosa Eceng Gondok Yang Tumbuh Di Daerah Jatinagor dan Lembang.
Semedang: Universitas Padjajaran.

Jummah. (2013). Efektivitas Gelatin Dari Tulang Ikan Tuna (Thunnus sp.) Co-Emulgator
Dalam Sediaan Emulsi Minyak Ikan (Oleum Lecoris Aselli). Makassar: Universitas
Hasanuddin.

Kamini dkk. (2018). Kualitas Minyak Ikan Komersial (SOFTGEL) Impor Di Wilayah Jawa
Tengah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

MIMS Indonesia. (2020). Diakses Pada Tanggal 05 Maret 2020 Pada Jam 17.25

Muhardina. (2018). Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat Dan Lama Penyimpanan


Terhadap Mutu Minuman Nanas (Annas coosus L.). Banda Aceh: Universitas
Serambi Mekkah.

Rahmawati dkk. (2017). Konsentrasi pengawet Paraben Pada Produk Perawatan Tubuh.
Makassar

Rasyid dkk. (2017). Pembuatan Natrium Karboksimetil Selulosa ( Na CMC) dari Batang
Rumput Gadjah. Padang: Universitas Andalas.

Roy Et Al. (2015). Review: Suhu Penyimpanan Bahan Baku dan Produk Farmasi di
Gudang Industri Farmasi. Sumedang: Universitas Padjajaran.

Rowe, dkk. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients. London: Development


Editor.

Saputra, dkk. (2018). Pengaruh Kemasan Botol, Suhu dan Lama penyimpamam Sirup
Ekstrak Bawang Tiwai (Eleutheriana americana Merr) Terhadap Metablik
Sekunder dan Mikroba. Samarinda: Balai Riset Dan Standarisasi Industri
Samarinda.

Suena, N. M. D. S. (2015). Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi Dengan Kombinasi Suspending


Agent Pga (Pulvis Gummi Arabici) Dan Cmc-Na (Carboxymethylcellulosum
Natrium). Bali. Jurnal Ilmiah Medicamento, 1(1), 34-39.

Sukmawati, A, dkk. (2017). Efek gliserin sebagai humektan terhadap sifat fisik dan
stabilitas vitamin C dalam sabun padat. Vol 14 no. 2

Syatriani dkk. (2017). Sintesis Natrium Karboksimetil Selulosa (Na CMC) dari Selulosa
Hasil Isolasi dari Batang Alang-alang. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Kebangsaan Makassar.
Yuyun dkk. (2016). Analisis Penetapan Kadar Nipagin dalam sediaan Body Lotion Tie
(Tanpa Izin Edar) Yang Beredar Di Pasar Tradisional Kota Palu. Palu: Universitas
Tadulako.

Anda mungkin juga menyukai