Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 1

Jodi Elvin Manalu 165040207111132


Anwarul Ihsan Daroini 175040201111018
Fasya Afitra Maraya Putri 175040201111050
Eryn Muryandani 175040201111053
Aly Akbar Rhauf 175040201111057

A. Sikap jujur
Jujur adalah salah satu sifat yang diajarkan oleh rosullulah yakni Amanah atau dapat
dipercaya. Sikap jujur pada diri seseorang akan muncul jika mempunyai pikiran yang terbuka
dan berprinsip pada sebab-akibat yang akan diperolehnya kelak. Ajaran sifat jujur tentu telah
diberikan sejak masa anak-anak hingga dibangku perkuliahan. Lingkungan perkuliahan juga
melatih kita dalam bersikap jujur seperti dalam ujian UTS ataupun UAS tidak melalukan hal
yang tidak jujur dengan mengisi jawaban dari hasil contekan teman atau catatan. Selain itu,
dalam tugas ataupun laporan diajarkan bagaimana kita tidak boleh memanipulai data ataupun
memberikan informasi yang tidak sesuai kepada pembaca. Pelajaran dalam bersikap jujur ini
sangat diperlukan nantinya dalam dunia pekerjaan.
Kejujuran dalam berprofesi di dunia kerja sangat diperlukan yang menjadi moral
kepribadian dari seseorang untuk mengatakan kebenaran dan mudah dipercayai. Bersikap jujur
kepada rekan kerja, relasi ataupun atasan di lingkungan pekerjaan akan baik bagi karir kita
kedepannya. Amanah yang diberikan atasan kepada seseorang akan lebih tinggi maka juga
perlu adanya sifat tanggungjawab jika diberikan kepercayaan. Kepercayaan yang diperoleh dari
hasil kejujuran dalam waktu yang lama bekerja dalam suatu instansi membuat kebohongan
sekecil apapun akan membuat karier seseorang hancur. Namun, setiap individu untuk
membangun sikap jujur dalam segala bidang profesi tentu harus mengigat bahwa setiap
ucapan yang kita sampaikan tidak dapat diulang kembali, sebab-akibat pasti ada, tidak mudah
tergoyahkan dengan sogokan, selalu berfikir positif, dan konsisten dalam menyampaikan
kebenaran.
B. Sopan santun
Budaya sopan santun menjadi salah satu yang melekat khususnya pada masyarakat
Jawa. Sikap sopan santun berarti peraturan hidup yang diperoleh dari pengaulan atau
lingkungan yang membentuk pribadi seseorang. Sikap santun dalam bermasyarakat
menjadikan seseorang dapat dihargai dan disenangi keberadaanya. Ajaran sikap sopan santun
tentu telah diberikan oleh orang tua ataupun lingkungan tempat tinggal dan juga pendidikan
formal. Lingkungan perkuliahan mengajarkan sikap sopan satun untuk diterapkan dalam
bertegur sapa dengan sesama teman, dosen dan etika sopan santun dalam berkomunikasi
lewat Hp dengan dosen. Hal ini juga akan terus digunakan dan bermanfaat dalam dunia kerja
nantinya.
Sikap sopan santun dalam berprofesi dalam diterapkan dalam menghormati sesama
rekan kerja, atasan ataupun relasi. Menjaga perkataan dengan sopan dan tidak bersikap
seenaknya dengan melanggar peraturan. Norma yang berlaku pada suatu instansi tempat
bekerja harus benar-benar ditaati agar kita dihargai keberadaanya dengan menjalankan tugas
dan norma secara baik.
C. Ambisius
Jiwa ambisius dalam diri seseorang tergantung dari konteksnya jika ambisus dalam hal
yang positif maka, lebih baik dibandingkan ke arah negatif. Seperti contoh dalam perkuliahan
ambisius dalam hal positif yaitu mahasiswa jika diberikan tugas oleh dosen untuk membaca
jurnal, buku ataupun yang lainya berambisi untuk segera mencari dan memahami isinya.
Namun jika kearah negatif ambisus dalam perkuliahan seperti mencari perhatiaan dosen,
mengahalakan bebagai cara untuk mendapatkan nalai bagus, mengambil jalan pintas untuk
naik jabatan dalam organisasi dll. Sikap ini terganting individu yang menjalaninya harus pintar
dalam memilih mana yang bajik dan batil. Sehingga nanti dalam dunia pekerjaan sikap ambisus
boleh diterapkan asal arahnya positif. Seperti halnya berlomba dalam bekerja dengan baik antar
rekan, menyelesaikan agenda tepat jadwal, dan selalu bekerja keras serta serius dalam bagian
pekerjaan apapun. Namun, sikap ambisius akan menjadi dibenci jika menjadikan seseorang
menjadi acuh,menang sendiri, dan mengambil banyak cara untuk mencapai suatu jabatan di
instansi tempat dia bekerja.
D. Individualisme
Individualisme merupakan satu sifat yang memiliki pandangan moral, politik atau sosial
yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan
kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan percapaian dan kehendak pribadi.
Mereka menentang intervensi dari masyarakat, negara dan setiap badan atau kelompok atas
pilihan pribadi mereka. Oleh itu, individualisme melawan segala pendapat yang menempatkan
tujuan suatu kelompok sebagai lebih penting dari tujuan seseorang individu yang dengan
sendiri adalah dasar kepada setiap badan masyarakat.Sifat individualis cenderung
mementingkan diri sendiri dan bersikap acuh kepada orang lain.
E. Etika Berpakaian
Melalui pakaian, seseorang bisa mengekspresikan diri dan menunjukan diri. Tanpa sadar
banyak hal diluar sana yang bisa mempengaruhi cara kita berpakaian dan bergaya. Percaya
Atau tidak ,gaya personal seseorang bisa mengubah perspektif seseorang. Manusia
membutuhkan pakaian (sandang) untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dasar sehari-hari di
samping kebutuhan akan tempat tinggal (papan) dan makanan (pangan). Pakaian dapat
memberikan keindahan, proteksi dari penyakit, kenyamanan, dan lain sebagainya. Tanpa
pakaian dapat mengakibatkan seseorang dikatakan gila. Oleh karena itu, dalam berpakaian
seharusnya kita memerhatikan etika dalam berpakaian. Terdapat beberapa tata cara
berpakaian sesuai dengan etika berpakaian, yaitu :
1. Menutup Aurat Bagian Tubuh
Saat ini banyak kita jumpai gadis dan wanita yang tidak menutup aurat dengan
bajunya, sehingga dapat memunculkan rangsangan kepada kaum laki-laki yang
melihatnya. Ada banyak pilihan pakaian yang tertutup dan sopan yang bisa digunakan
tanpa mengurangi kecantikan perempuan. Seharusnya pemerintah memberikan teguran
dan hukuman bagi orang-orang yang mengumbar tubuhnya.
2. Sesuai Dengan Tujuan, Situasi dan Kondisi Lingkungan
Jika ingin sekolah gunakanlah pakaian seragam sekolah, bukan pakaian untuk tidur
(piyama), renang, kerja, dan lain-lain. Apabila suhu di luar rumah sangat dingin,
gunakanlah jaket yang tebal, bukan memakai pakaian tipis .
3. Tampak Rapi, Bersih, Sehat, dan Ukurannya Pas
Pakaian yang dipakai sebaiknya pakaian yang telah dicuci bersih, disetrika rapi dan
jika dipakai tidak kebesaran maupun kekecilan. Pakaian yang kotor merupakan sarang
penyakit bagi kita diri sendiri maupun kepada oang lain yang ada di sekitarnya.
4. Tidak Mengganggu Orang Lain
Pakailah baju-baju yang biasa-biasa saja tidak mengganggu akivitas maupun
kenyamanan orang lain. Misalnya menggunakan gaun wanita dengan ekor puluhan meter
sangat tidak pantas jika kita gunakan di tempat seperti di bus umum.
5. Tidak Melanggar Hukum Negara dan Hukum Agama
Sebelum memakai pakaian ada baiknya diingat-ingat dulu hukum di dalam maupun
di luar negeri. Hindari memakai pakaian yang bertentangan dengan adat istiadat, hukum
budaya yang berlaku di tempat tersebut. Di mana bumi di pajak, di situ langit di junjung.

Anda mungkin juga menyukai