Anda di halaman 1dari 60

1

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Manajemen

2.1.1. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki

arti seni melaksanakan, mengatur, mengelola dan melaksanakan. Fayol

mendefinisikan Sebagai suatu metode atau proses untuk mencapai suatu tujuan

tertentu secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan sumber daya yang

tersedia, yang dituangkan dalam fungsi – fungsi perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), Pelaksanaan (actuating) dan Pengedalian

(controlling).

Manjemen Konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktikan

aspek-aspek manajerial dan teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi

juga dapat diartikan sebagai sebuah modal bisnis yang dilakukan oleh konsultan

konstruksi dalam memberi nasehat dan bantuan dalam sebuah proyek

pembangunan. Diantaranya perencanaan proyek manajemen, manajemen harga,

manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen

keselamatan, dan praktik profesional.

2
3

2.1.2. Fungsi Manajemen Konstruksi

Manajemen konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen

pada suatu proyek dengan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar

tercapai tujuan proyek secara optimal. Beberapa diantara fungsi manajemen

konstruksi lainnya adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

Fungsi perencanaan dari manajemen konstruksi adalah menentukan apa

yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Ini menyangkut

pada pengambilan keputusan terhadap beberapa pilihan-pilihan yang

berkaitan pada proses pembuatan konstruksi.

2. Mengorganisasi (Organizing)

Fungsi ini berkaitan dengan usaha manajemen untuk menetapkan jenis-jenis

kegiatan yang perlu dilakukan. Gunanaya agar tugas atau kegiatan-kegiatan

tadi lebih mudah ditangani oleh bawahannya karena sudah terorganisir

dengan sangat baik.

3. Penempatan Orang (Staffing)

Fungsi ini meliputi usaha pengembangan dan penempatan orang-orang yang

tepat di dalam jenis-jenis pekerjaan yang sudah direncanakan awalnya.

4. Mengarahkan (Directing)

Fungsi lain dari manajemen konstruksi adalah directing atau  biasa juga

disebut supervisi. Fungsi ini menyangkut pembinaan motivasi dan

pemberian bimbingan kepada bawahan untuk pelaksanaan tugas yang sesuai

perencanaan.
4

5. Mengontrol (Controlling)

Fungsi terakhir adalah controlling. Fungsi ini berguna untuk menjamin

bahwa perencaan bisa diwujudkan secara pasti. Proses kontrol pada

dasarnya selalu memuat unsur: perencanaan yang diterapkan, analisa atas

deviasi atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan menentukan

langkah-langkah yang perlu untuk dikoreksi.

2.1.3. Tujuan Manajemen Konstruksi

Sasaran manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau

mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil

optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian

tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang

digunakan dan waktu pelaksanaan dalam rangka pencapaian hasil ini selalu

diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya

(Cost Control) dan pengawasan mutu pelaksanaan (Time Schedule).

Manajemen konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.

Pengelolaan proyek dengan sistem manajemen konstruksi, disini mencangkup

pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan-masukan atau

keputusan yang berkaitan dengan teknik operasional proyek konstruksi, yang

mencangkup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan,

perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.

Tim manajemen konstruksi sudah berperan sejak awal disain, pelelangan

dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak (feasible)

mulai dari tahap desain.Tim manajemen konstruksi akan memberikan masukan


5

atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai.Manajemen

konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan

melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan.

2.1.4. Manfaat Manajemen Konstruksi

Adapun manfaat dari pencapaian sistem manajemen konstruksi adalah

sebagai berikut:

a. Segi biaya

Manfaat dari segi biaya meliputi beberapa hal;

1. Selesainya fasilitas yang dibangun dalam waktu singkat bearti

penghematan untuk pemilik proyek.

2. Jumlah biaya akhir proyek dapat diketahui sebelumnya, arus dana

senantiasa selalu diikuti dan dipengaruhi dengan seksama dan menerus.

3. Pemilik senantiasa dapat mengetahui posisi keuangan proyek.

4. Pemilik material yang memerlukan waktu penyerahan yang lama dapat

diketahui seawal mungkin.

b. Segi mutu

Manfaat dari segi mutu meliputi beberapa hal;

1. Manajemen konstruksi yang berlatar belakang pengalaman dan keahlian

yang luas dibidang kontrak pekerjaan konstruksi akan sangat membantu

pemilik sejak awal suatu proyek.


6

2. Dalam pelaksanaan dilapangan, peran manajemen akan sangat membantu

dalam menilai usul, prestasi dan sistem kerja para kontraktor dilapangan

agar dapat tercapai kualitas pekerjaan sebaik-baiknya.

3. Kualitas dan kemampuan kontraktor spesialis lebih terseleksi oleh pemilik

dibantu oleh tim manajemen konstruksi.

4. Pengawasan proyek dilakukan oleh manajemen konstruksi yang ahli dan

pengalaman.

b. Segi waktu

Manfaat dari segi waktu meliputi beberapa hal;

1. Masa pembangunan dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, yang

bearti pemilik bangunan dapat memakai fasilitas yang telah selesai dengan

segera.

2. Pemilik tidak perlu membuang waktu hanya untuk mengurus hal-hal

bukan profesinya.

3. Dengan manajemen konstruksi, tugas-tugas manajerial, keputusan-

keputusan dalam tahap perencanaan, pelelangan pengadaan material dan

pelaksanaan dapat diatur dan disesuaikan menurut skala urutan prioritas

kebutuhan proyek yang mendesak.


7

2.2. Manajemen Proyek

2.2.1. Pengertian Manajemen Proyek

Pengertian manajemen proyek adalah implementasi ilmu pengetahuan,

keterampilan, dan keahlian, serta teknik yang terbaik dan berkualitas yang

dijalankan secara bersamaan untuk mencapai target yang sebelumnya telah

direncanakan. Dengan dukungan sumber daya, sangat diharapkan bahwa semua

rangkaian kegiatan ini dapat menghasilkan output yang optimal, terutama output

yang berkaitan dengan kinerja, kualitas, waktu, dan keselamatan kerja. Dalam

dunia manajemen proyek, setiap perusahaaan memerlukan sistem pengelolaan

yang terkonsep karena suatu proyek pastinya memiliki keterbatasan sehingga goal

akhir proyek tersebut bisa terselesaikan. Terdapat beberapa hal yang perlu

dikelola dalam bidang manajemen proyek, yaitu  waktu, kualitas, biaya,

keselamatan kerja, kesehatan karyawan, lingkungan, sumber daya, sistem

informasi, dan risiko.

Manajemen proyek meliputi suatu proses perencanaan (planning) kegiatan,

pelaksanaan (actuating) dan pengendalian (controlling). Proses perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian tersebut dikenal dengan proses manajemen proyek.

Berikut tabel hasil dari proses manajemen proyek :

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan

dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya.

Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi

sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997). Secara


8

garis besar, perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek,

yaitu penjadwalan, anggaran dan mutu. Pengertian di atas menekankan

bahwa perencanaan merupakan suatu proses, ini berarti perencanaan

tersebut mengalami tahap-tahap pengerjaan tertentu Tahap-tahap pekerjaan

itu yang disebut proses. Dalam menyusun suatu perencanaan yang lengkap

minimal meliputi :

a. Menentukan tujuan

Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak

dari kegiatan yang akan dilakukan.

b. Menentukan sasaran

Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk

mewujudkan suatu tujuan yang lelah ditetapkan sebelumnya

c. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan

Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu

diadakan kajian terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan

sasaran yang hendak dicapai.

d. Memilih alternatif

Selalu tersedia bexberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk

mewujudkan tujuan dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang

paling sesuai untuk suatu kegiatan yang hendak dilakukan

memerlukan kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar alternatif

yang dipilih tidak merugikan kelak.


9

e. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan

Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat

dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan.

Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian proses yang

dilakukan sesuai urutannya. Dari proses tersebut perencanaan disusun dan

selanjutnya dilakukan pelaksanaan.

Proses dan Hasil proses perencanaan adalah

a. Proses Biaya menghasilkan proses Rencana Anggaran Biaya (RAB).

b. Proses Mutu menghasilkan proses Rencana Gambar Kerja (shop

drawing), Hasil uji slump test, Perhitungan struktur dan Job mix.

c. Proses Waktu menghasilkan proses Time Schedule.

2. Pelaksanaan (actuating)

Pelaksunaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau

badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa

konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan

suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain,

termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan

fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan

pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model

penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).

Proses dan Hasil proses pelaksanaan adalah :


10

a. Proses Biaya menghasilkan proses Rencana Anggaran Biaya (RAB).

b. Proses Mutu menghasilkan proses Dokumentasi.

c. Proses Waktu menghasilkan proses Time Schedule seperti laporan

harian, laporan mingguan dan laporan bulanan.

3. Pengendalian (controlling)

pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang

sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,

membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan

adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian

mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya

digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan.

Proses dan Hasil proses pengendalian adalah

a. Proses Biaya meghasilkan proses Rencana Anggaran Biaya (RAB).

b. Proses Mutu menghasilkan proses seperti gambar yang akan

dibangun (As Built Drawing).

c. Proses Waktu menghasilkan proses Time Schedule seperti laporan

harian, laporan mingguan dan laporan bulanan.

2.2.2. Manajemen Biaya Proyek

Project Cost Manajement atau biasa disebut dengan manajemen biaya

adalah sebuah metode yang menggunakan teknologi untuk mengukur biaya dan

produktivitas melalui siklus hidup penuh proyek tingkat perusahaan. Project Cost
11

Manajemen meliputi beberapa fungsi khusus manajemen proyek yang mencakup

kontrol pekerjaan memperkirakan, pengumpulan data lapangan, penjadwalan,

akuntansi dan desain.

Dimulai dengan memperkirakan, alat vital di Project Cost Manajement, data

historis aktual digunakan untuk merencanakan secara akurat semua aspek proyek.

Karena proyek akan terus berlanjut, kontrol pekerjaan menggunakan data dari

estimasi dengan informasi yang dilaporkan dari lapangan untuk mengukur biaya

dan produksi dalam proyek. Dari inisiasi proyek sampai selesai, proyek

manajemen biaya memiliki tujuan untuk menyederhanakan dan murahnya

pengalaman proyek.

Biaya adalah semua sumber daya yang harus dikeluarkan untuk mencapai

tujuan spesifik atau untuk mendapat sesuatu sebagai gantinya. Biaya pada

umumnya diukur dalam satuan keuangan seperti dollar, rupiah, dsb.

Dalam Menerapkan sistem manajemen Biaya, unit yang dicakup yaitu

tentang pengetahuan keterampilan dan sikap prilaku yang diperlukan dalam

menerapkan sistem Manajemen Biaya.

Elemen – Elemen yang yang tercantum pada SKKNI ( Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ) yaitu :

a. Memberikan kontribusi dalam perencanaan anggaran proyek

b. Memonitor dan mengendalikan biaya proyek

c. Memberikan kontribusi pada proses finalisasi biaya proyek


12

2.2.3. Manajemen Waktu Proyek

Waktu proyek atau biasa disebut umur proyek merupakan salah satu

atribut proyek yang sangat penting dalam manajemen proyek . Kegagalan

mengelola waktu proyek akan berakibat pada penyelesaian proyek yang tidak

tepat waktu.

Penyelesaian waktu proyek yang mundur dan kurangnya pengelolaan waktu

proyek tentunya akan berakibat pada membengkaknya berbagai sumber daya

proyek, khususnya biaya dan SDM proyek. Dengan demikian seorang manajer

proyek dituntut untuk dapat mengelola waktu proyek sebaik-baiknya dalam

rangka keberhasilan proyek.

Dilihat dari fase proyek, penerapan manajemen waktu proyek lebih banyak

diterapkan pada fase Planning dan selebihnya pada fase controlling. Kagiatan

manajemen waktu proyek pada fase planning meliputi : Mendefinisikan Aktivitas,

Pengurutan Aktivitas, Estimasi Lama Aktivitas dan Penyusunan Jadwal Proyek.

Sedangkan pada fase controlling kegiatannya adaah Pengendalian Jadwal Proyek.

Dalam Menerapkan sistem manajemen Waktu, unit yang dicakup yaitu

tentang pengetahuan keterampilan dan sikap prilaku yang diperlukan dalam

menerapkan sistem Manajemen Waktu.

Elemen – Elemen yang yang tercantum pada SKKNI ( Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia ) yaitu :

a. Memberikan kontribusi terhadap penetapan jadwal waktu

b. Menerapkan dan mengendalikan jadwal waktu pelaksanaan proyek

c. Menilai hasil / progress jadwal waktu pelaksanaan proyek


13

2.2.4. Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja Proyek / SMK3L

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3L)

adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan

dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26

Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3, perlu

menunjuk lembaga audit independen sebagai pelaksana penilaian

penerapan SMK3 pada setiap tempat kerja. PT TUV Rheinland

Indonesia telah ditunjuk sebagai Lembaga Audit SMK3 (LASMK3) dari

Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia.

Dalam Menerapkan sistem manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja /

SMK3, unit yang dicakup yaitu tentang pengetahuan keterampilan dan sikap

prilaku yang diperlukan dalam menerapkan sistem Manajemen SMK3.

Elemen – Elemen yang yang tercantum pada SKKNI ( Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia ) yaitu :

a. Memberikan kontribusi dalam perencanaan K3

b. Melaksanakan dan mengendalikan K3

c. Berperan dalam pencapaian hasil pelaksanaan K3


14

2.2.5. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) suatu Proyek termasuk proses

yang diperlukan untuk membuat penggunaan secara efektif dari orang yang

terlibat dengan proyek. Ini mencakup semua proyek stakeholder - sponsor,

pelanggan, mitra, kontributor individu, dan lain-lain.

Manajemen Sumber Daya Manusia dalam proyek adalah proses

mengorganisasikan dan mengelola atau menempatkan orang-orang yang terlibat

dalam proyek, sehingga orang tersebut dapat dimanfaatkan potensinya secara

efektif dan efisien.Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) suatu Proyek

termasuk proses yang diperlukan untuk membuat penggunaan secara efektif dari

orang yang terlibat dengan proyek. Ini mencakup semua proyek stakeholder -

sponsor,  pelanggan, mitra, kontributor individu dan lain-lain.

Dalam Menerapkan sistem manajemen Sumber Daya Manusia , unit yang

dicakup yaitu tentang pengetahuan keterampilan dan sikap prilaku yang

diperlukan dalam menerapkan sistem Manajemen Sumber Daya Manusia.

Elemen – Elemen yang yang tercantum pada SKKNI ( Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia ) yaitu :

a. Bekerja dalam lingkungan kelompok

b. Melakukan Pengembangan tim proyek

c. Pengembangan Kebutuhan Pelatihan


15

2.2.6. Manajemen Mutu Proyek

Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) adalah bagian

sistem manajemen organisasi yang memfokuskan perhatian (mengarahkan dan

mengendalikan) pada pencapaian hasil berkaitan dengan sasaran mutu dalam

rangka memenuhi persyaratan pelanggan/penerima manfaat. Selama pelaksanaan

Sistem Mananajeman Mutu, prosedur-prosedur yang akan dikembangkan, antara

lain; Panduan Mutu, Rencana Mutu, Prosedur Pengendalian Dokumen,

Pengendalian Bukti Kerja, Audit Mutu Internal, Produk Tidak Sesuai (PTS),

Tindakan Koreksi (TK), Tindakan Pencegahan (TP), Pemantauan dan Pengukuran

Proses dan Produk, Pengadaan Barang dan Jasa, Pemeliharaan Sarana dan

Prasarana dan Tinjauan (Review) Design.

Elemen – Elemen yang yang tercantum pada SKKNI ( Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia ) yaitu :

a. Memberikan kontribusi pada perencanaan Mutu

b. Memberikan kontribusi pelaksanaan jaminan mutu

c. Kontribusi pada proses peningkatan mutu secara terus menerus

2.2.7. Unsur-Unsur Manajemen Proyek

Unsur-unsur manajemen merupakan sumber daya yang berpengaruh

terhadap berfungsinya manajemen didalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Unsur-unsur manajemen yang utama biasanya dinyatakan dalam 5M,yaitu:


16

1. Tenaga Kerja (Manpower);

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.

Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses

untuk mencapai tujuan. Penyediaan tenaga kerja meliputi:

a. Tenaga kerja terdidik (Skill Labour) adalah tenaga kerja yang biasanya

memiliki cukup kemampuan atau skill yang dibutuhkan sebagai tenaga

kerja namun mereka tidak memiliki pelatihan atau belum terlatih.

b. Tenaga kerja terlatih(Trained Labour) adalah tenaga kerja yang

langsung siap kerja begitu memasuki dunia kerja tanpa mendapatkan

pelatihan yang signifikan terlebih dahulu seperti pada tenaga kerja

terdidik (skill labour).

c. Tenaga kerja biasa atau tidak terdidik dan tidak terlatih (Unskill

Labour) adalah tenaga kerja atau orang dalam usia produktif namun

merupakan korban dari putus sekolah sehingga tidak memiliki cukup

jenjang pendidikan yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Selain

itu,tenaga kerja ini juga dapat dikatakan sebagai tenaga kerja dalam

lingkup pekerjaan kasar karena selain tidak memiliki jenjang

pendidikan formal atau informal sangat minim keterampilan sehingga

tidak memiliki pengalaman kerja dan tidak memiliki keahlian atau

kemampuan spesifik yang mampu mereka tawarkan dalam kebutuhan

ketenagakerjaan.
17

Tanpa adanya manusia tidak ada proses kerja,sebab pada dasarnya manusia

adalah mahluk kerja. Oleh karena itu manajemen timbul karena adanya

orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.

2. Alat dan Peralatan (Machiners);

Mesin sebagai fasilitas /alat penunjang kegiatan konstruksi baik operasional

maupun non operasional dengan tujuan mempermudah pekerjaan dan

mempercepat waktu kegiatan manusia.

3. Bahan Bangunan ( Material);

Bahan baku sebagai unsur utama untuk diolah sampai menjadi produk akhir

untuk diserahkan kepada konsumen.

4. Uang ( Money );

Uang sebagai modal untuk pembiayaan seluruh kegiatan proyek. Uang

adalah faktor kunci keberhasilan dari suatu kegiatan,jika tidak berjalan

dengan baik maka unsur-unsur yang lain ikut terganggu karena unsur yang

satu tergantung dengan unsur yang lain.

5. Metode /Cara /Teknologi ( Method ).

Metode adalah sebagai panduan pelaksanaan kegiatan proyek dengan tujuan

memperlancar kegiatan proyek. Sebuah metode dinyatakan sebagai

penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai


18

pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas yang tersedia dan

penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha.

2.3. Estimasi Biaya

Definisi perkiraan biaya adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah

biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang

tersedia pada waktu itu, yang dapat diartikan sebagai berikut :

a. Perkiraan biaya yaitu melihat perhitungan dan mengadakan perkiraan atas

hal-hal yang akan terjadi selanjutnya.

b. Analisa biaya yang berarti pengkajian dan pembahasan biaya yang pernah

ada yang digunakan sebagai informasi yang penting. Faktor –Faktor Yang

Mempengaruhi Estimasi :

 Produktifitas tenaga kerja, yaitu volume pekerjaan yang dapat

dihasilkan oleh seorang atau sekelompok pekerja dalam usatu waktu,

semakin besar produktifitas, maka makin cepat pekerjaan dapat

diselesaikan. Hal ini sangat berkaitan dengan jumlah upah yang akan

dibayar, namun pula perlu dianalisis yang lebih dalam karena dengan

produktifitas makin besar harga suatu upah tenaga kerja juga makin

mahal.

 Ketersediaan material atau sumber daya proyek, makin langka

material dipasaran, maka akan semakin mahal harga yang ditawarkan,

ataupun diperlukan waktu pemasaran nyang lebih lama, dengan biaya

yang akan dibebankan kepada konsumen.


19

 Pasar Finansial, yaitu nilai kurs akan mempengaruhi indeks harga

tenaga kerja, maupun sumber daya proyek lainnya.

 Cuaca, pelaksanaan proyek konstruksi yang dimungkinkan dalam

waktu yang relative lama akan sangat mempengaruhi biaya suatu

pekerjaan. Missal pekerjaan beton yang dilaksanakan pada musim

hujan, akan menambah biaya pembelian bahan pelindung beton

setelah pengecoran.

 Masalah konstruksibilitas, yaitu kesulitan ataupun menggunakan

metode yang belum pernah dilaksanakan, maka factor resiko akan

menjadi lebih besar, sehingga biaya yang dikeluarkan akan lebih

mahal dan lain sebagainya.Faktor yang mempengaruhi biaya estimasi

tersebut, diperhitungkan dalam penyusunan rencana anggaran biaya

pada komponen resiko, komponen kontingensi juga dimungkinkan

disisipkannya harga material, upah dan sebagainya.

2.4. Rencana Anggaran Biaya

2.4.1. Pengertian Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana adalah hasil proses perencanaan berupa daftar ketetapan tentang

langkah tindakan pada masa depan menyangkut kegiatan apa, siapa pelaksananya,

di mana, kapan jadwalnya dan berapa sumber daya yang akan digunakan, serta

berbagai keterangan mengenai tolok ukurnya, dalam rangka mencapai hasil.

Rencana digunakan manajemen untuk pedoman pengarahan kegiatan dan juga

sebagai pedoman proses pengendalian.


20

Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk

angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan

perusahaan untuk jangka waktu ( periode) tertentu di masa yang akan datang.

Oleh karena rencana yang disusun dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka

anggaran seringkali disebut juga dengan rencana keuangan. Dalam anggaran,

satuan kegiatan dan satuan uang menempati posisi penting dalam arti segala

kegiatan akan dikuantifikasikan dalam satuan uang, sehingga dapat diukur

pencapaian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan.

Penganggaran adalah komitmen resmi manajemen yang terkait dengan

harapan manajemen tentang pendapatan, biaya dan beragam transaksi keuangan

dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

Pengertian biaya menurut Harnanto dan Zulkifli (2003:14) adalah sesuatu

yang berkonotasi sebagai pengurang yang harus dikorbankan untuk memperoleh

tujuan akhir yaitu mendatangkan laba. Jadi menurut beberapa pengertian di atas,

dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang

dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa

mendatang.

Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah proses perhitungan volume

pekerjaan dari berbagai macam bahan dan item pekerjaan yang akan terjadi pada

suatu konstruksi. Karena rencana dibuat sebelum dimulainya pembangunan, maka

jumlah ongkos yang diperoleh ialah “Rencana biaya” bukan “Biaya sebenarnya”

atau actual cost.


21

Kegiatan estimasi merupakan satu proses utama dalam proyek konstruksi

untuk menjawab pertanyaan, “Berapa besar dana yang harus disediakan untuk

sebuah bangunan”. Hal ini diperlukan bagi investor apabila hendak melakukan

investasi. Berbeda dengan penyedia jasa, kegiatan estimasi diperlukan untuk

proses mendapatkan pekerjaan melalui tender atau lelang.

Tingkat ketepatan biaya sebuah bangunan ditentukan oleh berbagai faktor

yang datangnya bisa dari dalam maupun dari luar proyek. Berbagai faktor yang

datang dari dalam antara lain : tingkat kompleksitas bangunan, lokasi proyek,

ketersediaan alat, system dalam perusahaan, analisis yang digunakan, dan masih

banyak lagi. Sedangkan faktor yang datang dari luar antara lain : faktor ekonomi,

faktor publik, kebijakan pemerintah, faktor sosial dan politik, dan lain sebagainya.

Rencana Anggaran Biaya dilakukan dengan lebih dahulu mempelajari

gambar rencana dan spesifikasi. Berdasarkan gambar rencana dapat kita ketahui

kebutuhan material, baik jenis maupun kuantitas yang nantinya akan digunakan.

Perhitungan kebutuhan jenis dan kuantitas material harus dilakukan secara teliti

dan setiap jenis material itu harus ditentukan harganya. Sedangkan spesifikasi

dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan mutu / kualitas setiap jenis

material.

Dalam melakukan kegiatan estimasi, seorang estimator harus memahami

proses konstruksi secara menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan alat karena

faktor tersebut dapat mempengaruhi biaya konstruksi. Perbedaan metode produksi

berpengaruh terhadap perencanaan anggaran biaya. Pihak yang menguasai

berbagai metode konstruksi dan mampu memilih serta memutuskan untuk


22

menggunakan metode yang tepat dalam merealisasikan proyek akan dapat

membuat rencana anggaran biaya yang efisien.

Rencana anggaran biaya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Anggaran biaya sementara (kasar)

Cara menghitung anggaran biaya yang hanya didasarkan atas luas

lantai bangunan, kelas bangunan, jumlah lantai serta lokasi bangunan

tersebut berada. Cara ini lazim digunakan oleh pemerintah dalam

menentukan besarnya anggaran biaya untuk pengadaan bangunan

milik negara.

2. Anggaran Biaya Teliti

Cara menghitung anggaran biaya dengan menggunakan harga satuan

pekerjaan. Harga satuan pekerjaan diperoleh berdasarkan harga bahan

dan upah kerja yang kemudian dihitung dengan salah satu model

analisa harga satuan Standar Negara Indonesia (SNI). Dari harga

satuan dan volume pekerjaan akan dapat dihitung harga setiap jenis

pekerjaan. Selanjutnya dengan menjumlahkan harga setiap jenis

pekerjaan akan dapat dihitung anggaran biaya bangunan yang

bersangkutan.

Karena kegiatan ini dilakukan sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan

yang sesungguhnya, maka jumlah biaya yang dihitung adalah merupakan tafsiran

(estimasi), bukan merupakan biaya pasti (fixed). Tentang sesuai atau tidak antara

biaya tafsiran dengan biaya yang sesungguhnya, sangat tergantung dengan


23

kepandaian dan keputusan yang diambil penafsir (estimator) berdasarkan

pengalaman dan rujukan yang digunakan.

2.4.2. Jenis-Jenis Anggaran Biaya

Berdasarkan penyusun dan tujuannya, jenis Rencana Anggaran Biaya dapat

dibedakan sebagai berikut:

1. Perkiraan Pemilik (Owner Estimate)

Rencana anggaran biaya yang disusun oleh pemilik proyek atau orang yang

ditugasi oleh pemilik proyek untuk menaksir tentang jumlah biaya yang

diperlukan untuk pengadaan bangunan beserta biaya lain yang timbul akibat

dari kegiatan tersebut. Owner estimate dapat disusun secara kasar atau teliti

sesuai dengan keperluan dari pembuatan estimasi tersebut.

2. Estimator (Engineer Estimate)

Rencana anggaran biaya yang disusun oleh perencana yang ditugasi oleh

pemilik proyek. Estimasi ini digunakan untuk memastikan bahwa dana yang

dialokasikan untuk proyek tersebut dapat digunakan untuk pengadaan

bangunan sesuai dengan yang direncanakan, baik ditinjau dari kuantitas

maupun kualitasnya.

3. RAB Penawaran (Biding Estimate)

Rencana anggaran biaya yang disusun oleh kontraktor untuk mengikuti

lelang pengadaan bangunan. Dalam kegiatan lelang tersebut kontraktor

menawarkan harga pengadaan bangunan kepada pemilik proyek dengan

kuantitas dan kualitas sesuai dengan yang dibuat perencana.


24

Struktur Biaya Penawaran (Biding Price) pada umumnya terdiri dari :

a. Jumlah Biaya Kontruksi adalah merupakan hasil analisa dari biaya

langsung dan biaya tak langsung.

b. Keuntungan adalah selisih bersih antara pengeluaran dengan

pendapatan.

c. Pajak yang meliputi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%

ditambah dalam penawaran pada proyek –proyek milik pemerintah

dan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 2%, merupakan pajak yang harus

dibayarkan oleh kontraktor atas penghasilan yang diperoleh dari

kontrak pekerjaan pembangunan proyek konstruksi. Pajak tersebut

langsung dipotong pada saat kontraktor menerima pembayaran baik

secara bertahap maupun secara sekali bayar, yang disebut pajak final.
25

2.4.3. Informasi Dalam Menyusun Rencana Anggaran Biaya

Untuk membuat Rencana Anggaran Biaya Konstruksi diperlukan :

1. Gambar kerja.

2. Spesifikasi dan rencana kerja.

3. Harga material, harga peralatan dan harga upah.

4. Informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga

satuan material, harga satuan peralatan dan harga satuan upah.

5. Informasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi estimasi biaya.

2.4.4. Syarat Penyusunan RAB

Agar RAB yang disusun mendekati anggaran yang sebenarnya maka

seorang estimator harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Mampu membaca gambar perancangan.

2. Memahami RKS khususnya tentang spesifikasi teknis.

3. Memiliki ketelitian dan logika yang cukup baik.

4. Familiar dengan aplikasi program komputer khususnya program excel.

2.4.5. Analisa Harga Satuan Pemerintah (AHSP)

Analisa harga satuan adalah memperkirakan dan menganalisis :

1. Volume material, tenaga kerja dan peralatan yang digunakan dalam satuan

volume untuk suatu jenis pekerjaan.

2. Harga material, peralatan dan tenaga kerja yang akan digunakan. Perkiraan

dan analisis dilakukan karena adanya biaya tak langsung yang disisipkan
26

secara tidak merata, dan juga banyak faktor yang mempengaruhi perkiraan

biaya/estimasi biaya konstruksi yang harus dipertimbangkan dalam harga

analisa satuan.

2.4.6. Elemen Biaya

Suatu proyek umumnya mempunyai dua elemen biaya, yaitu :

1. Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat

berlangsungnya kegiatan fisik proyek dan besarnya dapat

diidentifikasikan secara jelas kepada tiap kegiatan.

Yang termasuk dalam biaya langsung proyek ialah :

 Biaya tenaga kerja langsung, yaitu pengeluaran berupa upah tenaga

kerja yang dapat diidentifikasikan kepada suatu kegiatan tertentu

contohnya seperti pajak dan keuntungan (profit).

 Biaya bahan langsung, yaitu pengeluaran untuk pembelian bahan yang

digunakan langsung pada tiap kegiatan seperti biaya bahan dan

material,upah tenaga kerja dan peralatan.

2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk

mendukung berlangsungnya kegiatan fisik proyek, tetapi besarnya tidak

dapat diidentifikasikan pada kegiatan melainkan dibebankan pada

keseluruhan proyek. Untuk menghitung biaya tidak langsung dapat

ditaksir atau ditentukan dengan suatu batas harga maksimum, dimana

dalam pelaksanaannya kelak tidak boleh melebihi batasan harga tersebut.


27

2.4.7. Prosedur Membuat RAB

Adapun prosedur untuk membuat Rancangan Anggaran Biaya yaitu sebagai

berikut :

1. Mempelajari gambar perancangan dan perubahannya (tertuang dalam BA

penjelasan pekerjaan). Gambar Kerja adalah dasar untuk menentukan

pekerjaan apa saja yang ada dalam komponen bangunan yang akan

dikerjakan. Dari gambar akan didapatkan ukuran, bentuk dan spesifikasi

pekerjaan. Pastikan gambar mengandung semua ukuran dan spesifikasi

material yang akan digunakan untuk mempermudah perhitungan volume

pekerjaan yang akan dihitung dalam pembuatan RAB nya. Gambar kerja

terdiri dari :

a. Denah.

b. Denah pondasi.

c. Potongan pondasi.

d. Denah sloof

e. Penulangan sloof

f. Denah balok dan ring balok

g. Penulangan balok dan ring balok

h. penulangan plat lantai

i. Denah tangga

j. Penulangan tangga

k. Denah atap

l. Denah PJV
28

2. Menyusun item pekerjaan yang akan dilaksanakan dan mengelompokkan

sesuai dengan jenis pekerjaannya. Cara penghitungan yang benar adalah

dengan menyusun semua komponen pekerjaan mulai dari tahapan awal

pembangunan (Pekerjaan persiapan) sampai dengan tahapan

penyelesaian pekerjaan (Pekerjaan Finishing),

3. Volume Pekerjaan adalah menghitung jumlah banyaknya volume

pekerjaan dalam satuan. Rumus perhitungan volume pekerjaan :

a. Volume untuk luasan item pekerjaan (m2) = panjang x lebar.

b. Volume untuk kubikasi item pekerjaan (m3) = panjang x lebar x

tinggi

c. Volume panjang item pekerjaan (m) = panjang x tinggi .

d. Volume untuk borongan (ls, unit, buah) = sesuai kesepakatan.

4. Menghitung volume tulangan adalah menghitung jumlah panjang

tulangan tiap meter kubik beton,satuan yang biasa digunakan dalam

perhitungan besi tulangan adalah kilogram(kg).

a. Panjang kait tulangan 6D = 6 x dimensi tulangan.

b. Panjang tekukkan sudut 2,5D = 2,5 x dimensi tulangan.

c. Selimut beton dilihat dari spesifikasi gambar kerja sesuai pekerjaan

tulangan yang akan dihitung.

d. Total panjang satu tulangan = p (panjang tulangan – tebal selimut

beton) + 2,5D(sisi tekukkan) + 6D (banyaknya kait tulangan).


29

2.5. Time Schedule

Time schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-

masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu

yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek.

Time schedule pada proyek konstruksi dapat dibuat dalam bentuk

 Diagram batang (Bar Chat).

 Kurva S.

 NWP

Tujuan pembuatan time schedule pada sebuah proyek konstruksi antara lain:

 Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan.

 Pedoman waktu untuk pendatangan material yang sesuai dengan item

pekerjaan yang akan dilaksanakan.

 Pedoman waktu untuk pengadaan alat – alat kerja.

 Time schedule juga berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan waktu

pelaksanaan proyek.

 Sebagai tolok ukur pencapaian target waktu pelaksanaan pekerjaan.

 Time schedule sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah

kontrak kerja proyek konstruksi.

 Sebagai  pedoman pencapaian progress pekerjaan setiap waktu tertentu.

 Sebagai pedoman untuk penentuan batas waktu dendaatas keterlambatan

proyek atau bonus atas percepatan proyek.


30

 Sebagai pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi

Kegunaan pembuatan time schedule pada sebuah proyek konstruksi antara

lain:

 Semua elemen kegiatan bisa dilaksanakan terjadwal dan tepat waktu.

Dengan demikian bisa menjadi monitoring sekaligus kontrol aktivitas.

 Membantu menyusun urutan aktivitas yang harus dikerjakan. Misalnya

time schedule pendirian rumah, yakni mulai dari waktu yang harus

diselesaikan untuk penyiapan lahan, selanjutnya diteruskan dengan

penyiapkan desain rumah, pemilihan pekerja, penyediaan bahan baku,

pengerjaan, dst.

 Meningkatkan efektifitas dan efisien. Dengan time schedule semua

kegiatan telah terjadwal dan diberi tenggat waktu pelaksanaannya.

Artinya, tidak ada kegiatan yang mengalir begitu saja. Semua ada

deadline-nya. Dengan cara ini, setiap orang yang terlibat di dalam

kegiatan tersebut akan bersungguh-sungguh mematuhi time schedule

yang telah dibuat. Alhasil, tidak ada waktu, tenaga, biaya, maupun

pikiran yang terbuang secara percuma. Semua difungsikan seoptimal

mungkin mengikuti time schedule tersebut.

Untuk dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang

baik dibutuhkan:

 Gambar kerja proyek.

 Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek.

 Bill of Quantity ( BQ ) atau daftar volume pekerjaan.


31

 Data lokasi proyek berada.

 Data sumberdaya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang

tersedia disekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung.

 Data sumber daya material, peralatan, sub kontraktor yang harus

didatangkan ke lokasi proyek.

 Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang di

butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.

 Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek.

 Data jenis transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek.

 Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item

pekerjaan.

 Data kapasitas prosduksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor,

material.

Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan,

tenggang waktu pembayaran progress dll.

2.5.1. Work Breakdown Structure (WBS)

Work Breakdown Structure (WBS) adalah suatu metode pengorganisasian

proyek menjadi struktur pelaporan hierarkis. WBS digunakan untuk melakukan

pemecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail agar proses perencanaan

proyek memiliki tingkat yang lebih baik. WBS disusun berdasarkan dasar

pembelajaran seluruh dokumen proyek meliputi kontrak,gambar dan spesifikasi.

Proyek kemudian diuraikan menjadi bagian-bagian dengan mengikuti pola


32

struktur dan hirarki tertentu menjadi item-item pekerjaan yang cukup terperinci

yang disebut sebagai work breakdown structure.

WBS merupakan elemen penting, alasan perlunya WBS adalah

pengembangan WBS di awal project life cycle memungkinkan diperolehannya

pengertian cakupan proyek yang jelas dan proses pengembangan WBS membantu

semua anggota untuk lebih mengerti tentang proyek selama tahap awal, WBS

membantu dalam pengawasan dan memprediksi biaya,jadwal dan informasi

mengenai produktifitas yang menyakinkan anggota manajemen proyek sebagai

dasar untuk membuat perundingan.

Keuntungan dari work breakdown structure (WBS) didalam manajemen proyek :

1. Memberikan daftar pekerjaan yang dapat diselesaikan.

2. Memberikan dasar untuk memperkirakan dari suatu proyek,mengalokasikan

sumber daya,menyusun sebuah jadwal,dan menghitung biaya.

3. Mendorong untuk mempertimbangkan suatu proyek agar lebih serius

sebelum membangun suatu proyek.

4. Untuk mempercepat proses penyelesaian suatu proyek

5. Mengetahui pencapaian apa saja yang diinginkan suatu proyek

6. Dapat merencanakan proyek kedepannya

7. Mengurangi kompleksitas serta digunakan sebagai Fasilitas penjadwalan

dan pengendalian
33

Tujuan dari work breakdown structure (WBS) :

1. Melengkapi komunikasi antar personal proyek

2. Menjaga konsistensi dalam pengendaliandan pelaporan proyek 

3. Cara efektif untuk melengkapi tugas manajemen

Setelah WBS berhasil disusun dan perkiraan lama waktu pelaksanaan telah

dihitung, selanjutnya dilakukan penyusunan jadwal kerja. Pada dasarnya ada dua

jenis model deskripsi penjadwalan, yaitu :

 Bar Chart : Yang hanya menerangkan flow time dari setiap pekerjaan dan

tanpa keterkaitan antar pekerjaan. Deskripsi ini paling baik digunakan pada

presentasi.

 Network diagram : Yang menunjukkan keterkaitan antar tugas dan

mengidentifikasi saat kritis pada jadwal.

Membuat Work Breakdown Structure

Pada langkah ini dilakukan pengelompokan komponen utama proyek yang

diuraikan sehingga didapat paket – paket pekerjaan. Pembagian proyek kedalam

paket – paket pekerjaan ini merupakan proses terpenting dalam penerapan

manajemen proyek berstruktur, karena WBS sangat berguna dalam penyusunan

perencanaan organisasi, estimasi sumber daya, perkiraan waktu pelaksanaan dan

pengembangan jaringan kerja.


34

2.5.2. Kurva S

Kurva S merupakan suatu kurva yang disusun untuk menunjukkan interaksi

antara nilai komulatif anggaran atau jam-orang (man - hours) yang sudah

digunakan atau persentase (persen) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu.

Dengan begitu pada Kurva–S dapat digambarkan kemajuan volume tugas yang

diselesaikan

Kurva ini menunjukan hubungan antara presentase pekerjaan yang harus

diselesaikan dengan waktu. Biasanya grafik ini dikenal dengan sebutan Kurva S

(S-Curve) dalam satuan bobot persen, Satuan bobot persen ada 2 macam :

1. Bobot pesen yang menyatakan perbandingan antara harga suatu jenis

pekerjaan dalam waktu tertentu terhadap harga total yang tercantum dalam

dokumen kontrak. Dalam hal ini grafik bobot persen menyatakan hubungan

antara harga kumulatif bobot persen dengan waktu.

2. Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara bobot suatu jenis

pekerjaan dengan bobot seluruh pekerjaan. Dari bobot persen ini, dapat

dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara persentase kumulatif

pekerjaan dengan waktu, dari grafik ini pula dapat diketahui persentase

pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Pada dasarnya kurva S ini dibuat untuk mengontrol kemajuan suatu proyek,

sesuai jangka waktu yang tersedia. Dalam penyusunan kurvs S ini, yang

perlu mendapat perhatian adalah efisiensi pekerjaan, sehingga biarpun

terjadi keterlambatan, proyek tersebut masih memenuhi persyaratan teknis

dan ekonomis.
35

2.5.3. Pembuatan Kurva S Kumulatif

Adapun tahapan menghitung kurva S kumulatif adalah sebagai berikut :

1. Menuliskan item pekerjaan seperti yang ada pada Work Breakdown

Structure (WBS).

2. Tersedia biaya yang di dapat dari RAB yaitu harga total setiap item

pekerjaan dan harga total komulatif item pekerjaan dari proyek.

biaya tiap pekerjaan


3. Menghitung bobot (%)¿ ×100 %.
biaya total

4. Menghitung bobot tiap minggu = bobot suatu kegiatan : durasi kegiatan

5. Menghitung bobot (%) komukatif, dengan contoh :

Jumlah bobot (%) minggu pertama + (%) komulatif minggu kedua

biaya tiap pekerjaan


6. Menghitung bobot (%)¿ ×100 %
biaya total

7. Lalu plotkan bobot (%) item pekerjaan sesuai dengan hari kerja yang

telah dihitung.

8. Membuat skala 0%-100%

9. Memplotkan hasil dari bobot (%) komulatif dengan skala (%)


36

Bobot Item Kurva s komulatif Skala


Item pekerjan Biaya (rencana) 0 – 100%
pekerjan

Gambar 2.3 Contoh gambar Kurva S


37

2.5.4. Kurva S Ideal

Lawrence C. Miller (1962) memperkenalkan formula kurva S ideal yang

dapat diterapkan pada proyek konstruksi. Kelengkungan kurva S diikat pada 2

titik kontrol yang membagi kurva menjadi 3 bagian. Pada titik kontrol pertama

yang terletak pada sepertiga waktu pelaksanaan, prestasi kumulatif pekerjaan yang

harus dicapai adalah sebesar 25%, dan pada titik kontrol kedua yang terletak pada

dua pertiga waktu pelaksanaan, prestasi kumulatif pekerjaan yang harus dicapai

adalah sebesar 75%. Prestasi pekerjaan setiap bulan dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

Waktu Pelaksanaan Rumus Prestasi


mulai – 1/3 bagian y = 0,0225 x2

1/3 bagian – 2/3 bagian y = 1,5 x – 25

2/3 bagian – selesai y = - 125 + 4,5 x – 0,0225 x2

Gambar 2.4 Kurva S ideal menurut Miller


38

2.5.5. NWP

Network Planning adalah sebuah jadwal kegiatan pekerjaan berbentuk

diagram network sehingga dapat diketahui pada area mana pekerjaan yang

termasuk dalam lintasan kritis dan harus diutamakan pelaksanaannya. Adapun

kegunaan dan keuntungan network planning :

 Kegunaan Network Planning

1. Untuk mengatur jalannya proyek

2. Mengetahui lintasan kritis pekerjaannya

3. Mengetahui jenis pekerjaan yang tidak termasuk dalam lintasan kritis,

sehingga pekerjaan bisa lebih santai sehingga tidak mengganggu

pekerjaan utama yang harus tepat waktu.

4. Time schedule urutan pekerjaan yang efisien.

5. Pembagian merata waktu, tenaga dan biaya

6. Reschedulling bila ada kelambatan-kelambatan penyelesaian.

7. Menentukan Trade-Off / Pertukaran waktu dengan biaya yang efisien. 

8. Membuka probabilitas / kemungkinan-kemungkinan yang lain

menyelesaikan proyek.

9. Merencanakan proyek yang komplek.

 Keuntungan Network Planning

1. Memikirkan secara menyeluruh, tetapi juga mendetail dari proyek

2. Mendokumen dan mengkomunikasikan rencana scheduling ( waktu )

dan alternatif-alternatif lain penyelesaian proyek dengan tambahan

biaya.
39

3. Mengawasi proyek dengan lebih efisien, sebab hanya jalur-jalur kritis

saja yang perlu konsentrasi pengawas ketat.

2.6. Struktur Organisasi Proyek dan Personil Proyek

Pemilik Proyek (Owner)

Kontraktor Konsultan Pengawas

Site Manager Pengawas

Pelaksanaan
Lapangan

Pengawas Lapangan Logistik

Mandor

Keterangan :

:Garis wewenang

: Garis Koordinasi

Struktur Organisasi ProyekPembangunan

Sumber : Data Pribadi


40

2.6.1 Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki

proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

melaksanakanya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. Untuk merealisasikan

proyek, owner mempunyai kewajiban pokok yaitu menyediakan dana untuk

membiayai proyek.

 Tugas pemilik proyek atau owner adalah sebagai berikut :

1) Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.

2) Mengadakan kegiatan administrasi proyek.

3) Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan

proyek.

Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau

manajemen konstruksi (MK).

4) Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.

 Wewenang yang dimiliki pemilik proyek atau owner :

1) Membuat surat perintah kerja (SPK).

2) Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah

direncanakan.

3) Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil

pekerjaan konstruksi.

4) Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak

dapat melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan isi surat perjanjian


41

kontrak. misalnya pelaksanan pembangunann dengan bentuk dan

material yang tidak sesuai dengan RKS (Syarat Rencana Kerja).

Dalam melaksanakan pembangunan seorang pemilik proyek dapat meminta

konsultan pengawas atau manajemen konstruksi untuk mengatur agar proyek

dapat berjalan dengan baik, sehingga owner tidak perlu repot memantau setiap

saat dan secara detail tentang bangunan yang dibangun. Namun owner dapat

membuat jadwal rapat mingguan atau bulanan untuk membahas proyek agar

sesuai dengan keinginan yang diharapkan pemilik proyek.Misalnya, suatu saat

owner menginginkan adanya perubahan desain dalam hal tambah kurang

pekerjaan seperti penambahan ruangan atau pengurangan bentuk bangunan pada

bagian tertentu namun tetap berpedoman pada kontrak kerja konstruksi yang

dibuat bersama kontraktor sebelum memulai kegiatan pelaksanaan pembangunan

sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

Dalam memilih kontrakor mana yang akan diajak bekerja sama dalam

membangun sebaiknya menyesuaikan kualitas dan grade kontraktor agar dapat

mewujudkan bangunan berkualitas maksimal, harga murah dan dalam waktu yang

cepat.

2.6.2 Kontraktor

Kontraktor pelaksana adalah badan hukum atau perorangan yang ditunjuk

untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya. Definisi lain

menyebutkan bahwa kontraktor adalah pihak yang penawarannya telah diterima

dan telah diberi surat penunjukan serta telah menandatangani surat perjanjian
42

pemborongan kerja dengan pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan proyek.

Peraturan dan persetujuan tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak diatur

dalam dokumen kontrak.

Kontraktor bertanggung jawab pada pemilik proyek (owner) dan dalam

melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim pengawas dariowner serta dapat

berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas terhadap masalah yang terjadi

dalam pelaksanaan. Perubahan desain harus segera dikonsultasikan sebelum

pekerjaan dilaksanakan.

Kontraktor sebagai pelaksana proyek tentunya mempunyai tugas dan

tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan

spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan didalam kontrak

perjanjian pemborongan.

2) Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi laporan

harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek yang memuat

antara lain:

 Pelaksanaan pekerjaan.

 Prestasi kerja yang dicapai.

 Jumlah tenaga kerja yang digunakan.

 Jumlah bahan yang masuk.

 Keadaan cuaca dan lain-lain.

3) Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan

alat pendukung lain yang digunakan  mengacu dari spesifikasi dan


43

gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya,

kualitas dan keamanan pekerjaan.

4) Bertanggungjawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan metode

pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

5) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal (time schedule) yang

telah disepakati.

6) Melindungi semua perlengkapan, bahan, dan pekerjaan terhadap

kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.

7) Memelihara dan memperbaiki dengan biaya sendiri terhadap kerusakan

jalan yang diakibatkan oleh kendaraan proyek yang mengangkut

peralatan dan material ke tempat pekerjaan.

8) Kontraktor mempunyai hak untuk meminta kepada pemilik proyek

sehubungan dengan pengunduran waktu penyelesaian pembangunan

dengan memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan kenyataan di

lapangan yang memerlukan tambahan waktu.

9) Mengganti semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan sewaktu

pelaksanaan pekerjaan, serta wajib menyediakan perlengkapan

pertolongan pertama pada kecelakaan.

2.6.3 Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek

(owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat

berupa badan usaha atau perorangan. Perlu sumber daya manusia yang ahli
44

dibidangnya masing-masing seperti teknik sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal,

listrik dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun dengan baik dalam

waktu cepat dan efisien.Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai

tugas sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.

2) Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan

proyek.

3) Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh

pemilik proyek.

4) Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik

proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.

5) Mengoreksi dan menyetujui shop drawing yang diajukan kontraktor sebagai

pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.

6) Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek alat atau

bahan bangunan yang diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan

pemilik proyek namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi

yang sudah dibuat sebelumnya.

Konsultan pengawas juga memiliki wewenang sebagai berikut:

1) Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika terjadi

penyimpangan terhadap kontrak kerja.

2) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak

memperhatikan peringatan yang diberikan.

3) Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.


45

4) Konsultan pengawas berhak memeriksa shopdrawing pelaksana proyek.

5) Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan (site

instruction).

6) Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai

dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.

Konsultan pengawas biasa diadakan pada proyek bangunan dengan skala

besar seperti gedung bertingkat tinggi, bagian ini bisa merangkap dalam hal

management konstruksi atau MK. Dalam kondisi nyata dilapangan diperlukan

kerjasama yang baik antara konsultan pengawas dengan kontraktor agar bisa

saling melengkapi dalam pelaksanaan pembangunan sehingga tidak ada pihak

yang dirugikan.

2.6.4 Site Manager

Site manager proyek adalah orang atau seseorang yang dipilih dengan

kemampuan tertentu untuk memimpin orang-orang dalam proyek yang berbagai

karakteristik, latar belakang budaya, dengan tujuan tertentu dari proyek tersebut.

Tugas site manager adalah:

1) Menjadwalkan proyek

Manajer bertugas untuk merencanakan pelaksanaan proyek agar proyek

dapat selesai tepat waktu.

2) Mengimplementasikan rencana proyek

Setelah membuat perencanaan, tugas manajer selanjutnya adalah

mengimplementasikan perencanaan proyek tersebut di lapangan.


46

3) Mengontrol kerja sampai selesai

Seorang manajer harus dapat mengontrol semua pekerjaan proyek hingga

selesai dan menjaga serta mengantisipasi agar proyek berjalan sesuai

rencana.

4) Membina hubungan kooperatif

Manajer bertanggung jawab untuk membina hubungan kooperatif dengan

para pihak yang terlibat baik dalam struktur horizontal maupun vertikal.

5) Melakukan inovasi

Seorang manajer juga bertugas melakukan inovasi untuk merespon peluang

dan ancaman yang tak terduga.

6) Memperkirakan durasi tugas

7) Menentukan ketergantungan antartugas

8) Mengintegrasikan sumber daya sesuai dengan posisi dan jadwal yang sudah

dibuat dalam perencanaan.

9) Mengarahkan usaha tim

Salah satu dimensi terpenting mengarahkan usaha tim adalah pengawasan

manusia.

10) Memonitor dan mengontrol perkembangan

Selama proyek, manajer proyek harus memonitor perkembangan proyek

terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran dan, jika perlu, membuat

penyesuaian pada lingkup, jadwal, dan sumber-sumber daya.


47

11) Menilai hasil dan pengalaman proyek

Aktivitas final ini melibatkan pengumpulan umpan balik dari anggota-

anggota tim proyek (termasuk para pelanggan) mengenai pengalaman-

pengalaman proyek dan saran-saran yang ditujukan untuk memperbaiki

manajemen proyek dan proses organisasi

2.6.5 Pelaksana Lapangan

Dalam sebuah pelaksanan pembangunan konstruksi  dibutuhkan pelaksana

lapangan agar dapat selesai dengan baik, tugas pelaksana lapangan adalah:

1) Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai pedoman dalam

melaksanakan pekerjaan dilapangan.

2) Bersama dengan bagian engineering menyusun kembali metode pelaksanaan

konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

3) Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan dilapangan sesuai

dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah ditetapkan.

4) Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan kegiatan

harian kepada pelaksana pekerjaan.

5) Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan

dilapangan.

6) Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan, apabila terjadi

keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan di lapangan.

7) Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan memproses

berita acara kemajuan pekerjaan dilapangan.


48

8) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan, metode

kerja, gambar kerja dan spesifikasi teknik.

9) Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan mengatur

pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek.

10) Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga dan alat di

lapangan.

11) Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran hasil

pekerjaan dilapangan.

12) Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan dilapangan.

13) Membuat laporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan, agar selalu sesuai

dengan metode pekerjaan dan instruksi kerja yang telah ditetapkan.

14) Menerapkan program keselamatan kerja dan kebersihan di lapangan.

2.6.6 Pengawas

Tugasnya adalah mengawasi dan memberi penjelasan serta arahan tentang

maksud dan tujuan setiap jenis pekerjaan sebagaimana yang telah tercantum

dalam rencana kerja baik kualitas, kuantitas dan waktu.

2.6.7 Pengawas Lapangan

Pengawas lapangan adalah orang yang melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan pekerjaan di lapangan, apakah sesuai dengan ketentuan yang telah

disepakati, agar dapat memberikan laporan kepada pimpinan proyek mengenai


49

kualitas material dan peralatan yang digunakan sesuai dengan rencana atau

belum.Tugas dan tanggung jawab pengawas adalah:

1) Melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan, sehingga tetap terlaksana

dengan baik sesuai dengan rencana kerja.

2) Menampung segala persoalan di lapangan dan menyampaikannya kepada

pemimpin proyek.

3) Membantu survey dan mengumpulkan data di lapangan.

4) Menjaga hubungan baik dengan instansi serta masyarakat setempat yang

berhubungan dengan pekerjaan.

5) Meneliti laporan bulanan yang diserahkan oleh kontraktor.

2.6.8 Logistik

Logistik proyek bangunan adalah suatu bagian profesi yang ada dalam

rangkaian struktur organisasi proyek dengan tugas pendatangan, penyimpanan dan

penyaluran material atau alat proyek ke bagian pelaksana lapangan. Tugas logistik

proyek ada beberapa macam yang jika dilaksanakan dengan baik diharapkan

kegiatan pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Berikut ini

beberapa tugas yang dilakukan:

1) Mencari dan mensurve data jumlah material beserta harga bahan dari

beberapa supplier atau toko material bangunan sebagai data untuk memilih

harga bahan termurah dan memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
50

2) Melakukan pembelian barang atau alat ke supplier atau toko bahan

bangunan dengan melaksanakan seleksi sebelumnya sehingga bisa

mendapatkan harga material termurah pada supplier terpilih.

3) Menyediakan dan mengatur tempat penyimpanan material yang sudah

didatangkan ke area proyek sehingga dapat tertata rapidan terkontrol dengan

baik jumlah pendatangan dan pemakaianya.

4) Membuat label keterangan pada barang yang disimpan untuk menghindari

kesalahan penggunaan akibat tertukar dengan barang lain.

5) Melakukan pencatatan keluar masuknya barang serta bertanggung jawab

atas pendatangan dan ketersediaan material yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan pembangunan.

6) Mengelola persediaan barang dalam jumlah yang cukup pada waktu

material tersebut diperlukan dengan biaya termurah serta memenuhi

persyaratan mutu spesifikasi bahan dalam kontrak konstuksi.

7) Membuat dan menyusun laporan material sesuai dengan format yang sudah

menjadi standar perusahaan kontraktor.

8) Membuat berita acara mengenai penerimaan atau penolakan material setelah

melalui kontrol kualitas bahan.

9) Menyusun macam-macam laporan logistik yang diminta oleh perusahaan.

10) Berkoordinasi dengan pelaksana lapangan dan bagian teknik proyek

mengenai jumlah dan schedule pendatangan bahan yang dibutuhkan pada

masing-masing waktu pelaksanaan pembangunan.


51

2.6.9 Mandor

Tugas mandor di dalam suatu proyek adalah mengkoordinir pekerja-pekerja

yang akan bekerja disuatu proyek dan dapat mengawasi pekerjaan tersebut.

2.7. Mutu

Manajemen Mutu itu sendiri merupakan kegiatan terkoordinasi untuk

mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu (Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09 tahun 2009). Peran Sistem Manajemen

Mutu dalam kerangka ini antara lain seperti menentukan masukan berupa

spesifikasi material yang sesuai, membuat perancanaan dan melakukan

pengendalian terhadap pelaksanaan agar mencapai sasaran. Kebijakan mutu

diatas ditentukan berdasarkan empat jenis kegiatan dalam manajemen mutu,

antara lain :

1. Perencanaan Mutu (Quality Plan), bagian dari manajemen yang difokuskan

pada penetapan sasaran mutu dan merincikan proses operasional dan sumber

daya terkait yang diperlukan untuk memenuhi sasaran mutu. Lingkup

perencanaan mutu seperti pemilihan material yang tepat, pelatihan mutu dan

perencanaan proses kerja. Menetapkan rencana mutu merupakan bagian dari

perencanaan mutu.

2. Penjaminan Mutu (Quality Assurance), bagian dari manajemen yang

difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu telah

dipenuhi.Proyek pemerintah menggunakan dokumen Rencana Mutu Kontrak

sebagai alat penjamin mutu yang digunakan oleh penyedia jasa.


52

3. Pengendalian Mutu (Quality Control), Bagian dari manajemen mutu

difokuskan pada pemenuhan persyaratan seperti monitoring, mengurangi

permasalahan dan penyimpangan yang teridentifikasi.

4. Perbaikan Mutu (Quality Improvement), bagian dari manajemen mutu

difokuskan pada peningkatan kemampuan memenuhi persyaratan mutu.

Persyaratan dapat dikaitkan pada aspek apapun seperti keefektifan, efisiensi

atau ketertelusuran.

5. Manajemen mutu dapat berjalan dan mencapai sasaran yang ditetapkan.,

Terlebih dahulu harus mengetahui tentang ciri produk yang berkaitan

dengan mutu sehingga diperoleh suatu tolok ukur dan cara pengendalian

mutunya. Hal ini dinamakan penjaminan mutu (quality assurance) yang

berarti seluruh proses yang sistematis dan terencana yang diperlukan agar

terjadi kepastian dan kepercayaan terhadap mutu produk/jasa yang

diberikan. Hal-hal yang terkandung dalam jaminan mutu diterapkan melalui

tindakan yang kemudian disebut pengendalian mutu dan inspeksi.

Persyaratan menurut
Persyaratan Buku dan Pedoman
peraturan instansi
Perusahaan perusahaan tentang
yang berwenang
mengenai Mutu mutu

Persyaratan Program Mutu Proyek Persyaratan menurut


Perusahaan mengenai (Penjaminan Mutu) peraturan yang berlaku
Mutu Proyek
terhadap proyek

Program Pengendalian
Mutu proyek

Rencana tes dan


53

Program Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu


Sumber : Imam Soeharto, 1997

Penjaminan Mutu memastikan bahwa apa yang sedang dilakukan sudah

benar dan dengan cara yang benar sedangkan pengendalian mutu berarti

memastikan apa yang dihasilkan telah sesuai dengan harapan. Oleh karena itu,

pengukuran kinerja pengendalian mutu dihitung berdasarkan seberapa besar

kepatuhan pelaksanan pekerjaan terhadap produk penjaminan mutu antara lain

kepatuhan penyedia jasa terhadap dokumen Rencana Mutu Kontrak (RMK) dan

kepatuhan pengawas lapangan terhadap Spesifikasi teknis, gambar teknis dan

dokumen administrasi terkait mutu.

2.8. Sistem Manajement Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3L)

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3) disebutkan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja secara optimal yang

meliputi pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit akibat kerja.

Ervianto (2005) mengatakan bahwa elemen-elemen yang patut

dipertimbangkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program K3

adalah sebagai berikut:

1. Komitmen perusahaan untuk mengembangkan program yang mudah

dilaksanakan.

2. Kebijakan pimpinan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

3. Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya K3

dalam bekerja.
54

4. Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung.

5. Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek berlangsung.

6. Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan.

7. Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.

8. Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja.

9. Mengukur kinerja program keselamatan dan kesehatan kerja.

10. Pendokumentasian yang memadai dan pencacatan kecelakaan kerja

secara kontinu.

Jenis-jenis kecelakaan yang terjadi pada bidang industri konstruksi adalah

antara lain sebagai berikut:

1. Jatuh terpeleset.

2. Kejatuhan barang dari atas.

3. Terinjak.

4. Terkena barang yang runtuh atau roboh.

5. Kontak dengan suhu panas atau suhu dingin.

6. Terjatuh, dan terguling.

7. Terjepit, dan terlindas.

8. Tertabrak.

9. Tindakan yang tidak benar.

10. Terkena benturan keras.

Usaha-usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja perlu dilakukan

sedini mungkin. Adapun tindakan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
55

1. Mengidentifikasikan setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan

mengelompokkannya sesuai tingkat resikonya.

2. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahliannya.

3. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan

pekerjaan.

4. Menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek.

5. Melaksanakan pengaturan dilokasi proyek konstruksi.

2.8.1. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan cara terakhir yang harus dilakukan

untuk mencegah kecelakaan apabila program pengendalian lain tidak mungkin

dilaksanakan, artinya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja hendaknya

dianalisis sedemikian rupa sehingga sistem kerja tidak mendatangkan akibat

negatif terhadap para pekerja. Namun jika pencegahan lainnya tidak dapat

diefektifkan maka alat pelindung dirilah yang akan dilakukan, Suma’mur (1992).

Alat pelindung diri yang sering digunakan antara lain:

1. Helm, melindungi kepala terhadap kemungkinan tertimpa benda jatuh

atau menghindari cedera kepala akibat benturan benda berat.

2. Earplug/earmuff, sebagai alat pelindung telinga karena bekerja di

daerah kebisingan akibat penggerindaan dan pemukulan.

3. Sarung tangan, melindungi jari dan tangan pekerja dari goresan,

benturan dan pengaruh sinar las. Sarung tangan terbuat dari kain yang
56

nyaman serta memungkinkan jari dan tangan bergerak bebas. Untuk

melindungi dari pengaruh sinar las maka sarung tangan terbuat dari

kulit.

4. Masker, untuk melindungi pernafan dan wajah dari pengaruh sinar

pada saat bekerja.

5. Apron, baju panjang dari bahan karet timbal dengan daya serap

radiasi.

6. Safety belt, berguna untuk melindungi diri dari kemungkinan terjatuh,

biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta

tempat tertutup atau boiler. Harus dapat menahan beban sebesar 80 Kg.

7. APD untuk tugas khusus, terdiri dari:

a. Alat pelindung kepala

b. Topi pelindung/pengaman (safety helmet): melindungi kepala dari

benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus

listrik.

c. Tutup kepala: melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-

uap, panas/dingin.

d. Hats/cap: melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan

mesin-mesin berputar.

2.8.2 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja


57

Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian. Kerugian-kerugian tersebut

terdiri atas:

1. Kerusakan, merupakan kerugian yang berdampak pada peralatan atau

mesin yang digunaka dalam kerja atau pada hasil produksi.

2. Kekacauan organisasi, merupakan kerugian yang berdampak karena

adanya keterlambatan proses, pengantian alat atau tenaga kerja baru.

3. Keluhan dan kesedihan, merupakan kerugian non material yang diderita

oleh tenaga kerja namun lebih cenderung pada kerugian yang bersifat

psikis.

4. Kelainan dan cacat, merupaka kerugian yang diderita tenaga kerja

secara fisik, bisa berupa sakit yang terobati atau yang lebih fatal adalah

kelainan dan cacat.

5. Kematian, merupakan kerugian yang menduduki posisi puncak terhadap

fisik dan psikis tenaga kerja.

2.8.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yakni

sebagai berikut:

1. Peraturan Perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,

konstruksi, perawatan/pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara

kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan,

supervisi medis, PPPK, dan pemeliharaan kesehatan.


58

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau

tidak resmi, misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat

keselamatan jenis peralaan industri tertentu, praktik keselamatan, atau

peralatan perlindugan diri.

3. Pengawasan, tentang dipatuhinya ketentun perundangan yang

diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang

berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat

perlindungan diri.

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek fisiologis

dan patologis faktor lingkungan, teknologis, dan keadaan fisik yang

mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola kejiwaan yang

meyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis kecelakaan yang

terjadi, dalam pekerjaan apa dan sebab-sebabnya.

8. Pendidikan, yang menyangkut tentang pendidikan keselamatan dalam

kurikulum teknik sekolah perniagaan atau kursus pertukangan.

9. Pengarahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan

lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

10. Asuransi, yaitu insentif financial untuk mningkatkan pencegahan

kecelakaan kerja, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang


59

dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat

baik.

11. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukura

utama efektif tidaknya peneraapan keselamatan kerja. Pada perusahaan

kecelakaan terjadi, sedangkan pola kecelakaan pada suatu perusahaan

sangat tergantung pada tingkat kesadaran atau keselamatan kerja oleh

semua pihak yang bersangkutan.


60

Anda mungkin juga menyukai