Anda di halaman 1dari 2

BAB V

PEMBAHASAN
Kestabilan suatu zat merupakan factor yang harus diperhatikan yaitu
pembuatan sediaan farmasi. Oleh karena itu hasil dari pembuatan sediaan farmasi 
itu khususnya obat dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil uaraian
itu bersifat toksik sehingga sangat atau dapat membahayakan pada konsumen.
Oleh karena itu kita perlu mengtahui factor-faktor yang dapat mempengaruhi
kestabilan suatu zat atau obat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana
kestabilan obat optimum. Faktro-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan
suatu obat antara lain yaitu panas, cahaya, kelembaban, oksigen, pH dan
mikroorganisme.
Stabilitas obat mencakup masalah kadar obat yang berkhasiat. Bila suatu
obat stabil artinya dalam waktu lama obat akan berada dalam keadaan semula,
tidak mengalami perubahan atau jika berubah masih dalam batas yang sesuai
persyaratan.
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengujian stabilitas pada
paracetamol murni yaitu pengaruh suhu terhadap stabilitas paracetamol
murni. Langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat kurva, hal yang petama
dilakukan dalam membuat kurva baku yaitu menimbang paracetamol murni
sebanyak 0,25 g menggunakan neraca analitik. Kemudian paracetamol dimasukan
ke dalam labu ukur dan dilarutkan dengan etanol sebanyak 25 ml sebagai larutan
stok untuk konsentrasi 1000 PPM dan di vortex untuk menghomogenkan
paracetamol dan pelarut kemudian dimasukan kedalam vial. Tujuan dilarutkan
dengan etanol yaitu karena paracetamol 70 bagian etanol (95%). (Dirjen POM,
1979).
Kemudian dilakukan pengenceran untuk 100 PPM dengan mengambil 1
ml dari larutan stok tadi dan di ad hingga 10 ml menggunakan etanol kemudian di
vortex dan dimasukan kedalam vial, setelah itu membuat pengenceran untuk
1PPM, 2 PPM, 3 PPM, dan 4 PPM dengan menggunakan perlakuan yang sama
dan di beri label pada masing-masing vial tersebut.
Setelah pengenceran selesai maka langkah yang selanjutnya yaitu
membaca absorbansi dari pengenceran 1 PPM, 2 PPM,3 PPM dan 4 PPM dengan
menggunakan spektrofotometet UV-VIS pada panjang gelombang 244 nm dan
mendapatkan hasil masing-masing adalah 0,2788, 0,382, 0,502, dan 0,752.
Kemudian menghitung kadar dari paracetamol yang terdegradasi dengan
persamaan kurva baku pada rumus y = b.x + a.
Setelah membaca absorbansinya maka langkah selanjutnya yaitu
memanaskan pengenceran 1 PPM, 2 PPM,3 PPM dan 4 PPM pada suhu 60 dan
70oC dengan menggunakan oven. Suhu normal paracetamol yaitu pada suhu 45 0C
namun pada percobaan ini paracetamol diuji pada suhu 600C dan 700C tujuanya
digunakan suhu tinggi karena uji kestabilan obat dapat dipercepat dengan
menggunakan perubahan suhu atau menggunakan suhu yang tinggi. Pada suhu 600
diambil 1 vial pada 10 menit pertama, kemudian pada menit ke 15, dan pada
menit ke 20. kemudian didinginkan. Pada suhu 70oC dilakukan pula hal yang
sama. Setelah dingin dilakukan uji absorbansi menggunakan spektrofotometri
UV-VIS pada panjang gelombang 244 nm, diperoleh hasil pada menit ke 10, 15
dan 20 pada suhu 60oC adalah 0,392, ,348 dan 0,432 pada masing-masing
konsentrasi 1,939, 2,237 dan 2,198. Kemudian pada suhu 70oC masin-masing
didapatkan hasil 0,404, 0,447, dan 0,408 pada masing-masing konsentrasi 2,016,
2,295 dan 2,048.
Waktu yang diperlukan obat untuk mencapai konsentrasi setengah pada
suhu 60 menghasilkan 11,74 menit-1 dan pada suhu 700C yaitu -1,526 menit -1.
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwan waktu paruh yang paling
baik pada suhu 60oC karena semakin besar waktu paruh obat maka semakin baik
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi setengahnya.

Anda mungkin juga menyukai