Anda di halaman 1dari 62

POLA OKLUSI STATIS YANG IDEAL DAN

POLA PERTUMBUHAN LENGKUNG GELIGI

Oleh :
Aisyah Marwah,drg 021918046312
Puspita Ayuningtyas,drg 021918046313

Dosen pembimbing :
Mega Moeharyono P.,drg.,Ph.D.,Sp.KGA(K)

RESIDEN IKGA UNAIR 2019


RESIDEN IKGA UNAIR 2019

TOPIK PEMBAHASAN

POLA OKLUSI STATIS


YANG IDEAL

POLA PERTUMBUHAN
LENGKUNG GELIGI

CASE REPORT

2
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
1. Periode Natal

 Pada periode natal (kelahiran)  bantalan gusi


(gum pad) atas dan bawah  20 segmen tempat
benih gigi sulung.
 Terdapat lekukan  distal caninus sulung -
sulkus bukal  sulkus lateral.
 Tonjolan tempat benih gigi molar kedua tidak
terlalu menonjol sampai pada usia 5 bulan.
 Gum pad atas bebrbentuk horse shoe, dan gum
pad bawah berbentuk huruf U

4
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
2. Periode Geligi Sulung

 Inisiasi gigi sulung terjadi selama enam minggu pertama kehidupan


intrauterine.
 Gigi sulung pertama biasanya muncul pada usia 6 bulan.
 Dibutuhkan kurang lebih 2,5 hingga 3,5 tahun untuk seluruh gigi tumbuh
dan memiliki oklusi.
 space atau ruang diantara gigi  penyesuaian gigi permanen yang
memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan gigi sulung.
 Terdapat 2 jenis space :
 Primate space
 Fisiologis space

55
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
2. Periode Geligi Sulung

A. PRIMATE SPACE B. FISIOLOGIS SPACE

• Pada rahang atas  diantara Terdapat pada seluruh gigi sulung


gigi insisif lateral dan kaninus Total space bervariasi :
• Pada rahang bawah  diantara • Rahang atas : 0 - 8 mm (rata -
kaninus dan molar pertama rata 4 mm)
• Rahang bawah : 1 - 7 mm (rata-
rata 3 mm)

66
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
2. Periode Geligi Sulung

NONSPACED DENTITION

• Keadaan dimana kurangnya ruang diantara


gigi sulung.
• Dapat disebabkan  ukuran gigi yang
besar maupun rahang yang kecil.
• Mengarah kondisi crowding saat gigi-gigi
permanen tumbuh.

77 7
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
2. Periode Geligi Sulung
Relasi mesiodistal antara permukaan distal
TERMINAL PLANES
molar ke 2 sulung rahang atas & rahang
bawah

1. Flush terminal plane

2. Mesial steps terminal planes

3. Distal steps terminal plane

88
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
2. Periode Geligi Sulung

TERMINAL PLANES

1. Flush terminal plane

• Permukaan distal molar 2 rahang


atas dan rahang bawah sulung
berada pada bidang lurus dan
terletak pada bidang vertikal yang
sama.
• Biasanya mengarahkan relasi molar
permanen menjadi klas I
• Terdapat 74%

99
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
2. Periode Geligi Sulung

TERMINAL PLANES

2. Mesial steps terminal planes

• Permukaan distal molar ke-2 sulung


RB lebih mesial dibandingkan dengan
molar ke-2 sulung RA
• Biasanya mengarah ke dalam relasi
klas I  mesial step sebesar 1 mm
• Mengarah ke dalam relasi molar
permanen menjadi klas III  mesial
step lebih dari 2 mm
• Terdapat 14%

10
10
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
2. Periode Geligi Sulung

TERMINAL PLANES

3. Distal steps terminal plane

• Permukaan distal molar ke-2 sulung


RB lebih distal dibandingkan dengan
molar ke-2 sulung RA
• Bila hanya terjadi pergeseran gigi ke
mesial terdapat relasi molar klas II.
• Bila terdapat pertumbuhan mandibula
ke depan  didapat relasi molar
pertama permanen berupa gigitan
tonjol 11
11
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
2. Periode Geligi Sulung
hubungan antara gigi insisif rahang atas
RELASI GELIGI ANTERIOR
dan rahang bawah.

1. Overbite • Merupakan jarak vertikal antara tepi insisal insisif rahang atas
dan tepi insisal insisif rahang bawah.
• Rata - rata overbite dalam pertumbuhan gigi sulung adalah 2 mm

2. Edge to edge • suatu kondisi dimana tepi insisal kedua gigi seri berada di bidang
yang sama atau disebut juga sebagai zero overbite.

3. Overjet • Jarak horizontal antara lingual insisif rahang atas dan aspek
labial gigi seri mandibula saat gigi berada dalam oklusi sentris.
Rata-rata dalam pertumbuhan gigi sulung adalah 1 sampai 2 mm
12
12
POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL
2. Periode Geligi Sulung
• hubungan caninus sulung rahang atas
RELASI CANINUS
dan rahang bawah
• merupakan salah satu relasi yang
paling stabil pada gigi sulung

1. Klas I • Caninus mandibular terletak


pada embrasure diantara insisif
kedua dan caninus rahang atas

2. Klas II • Caninus mandibular terletak


lebih ke distal

3. Klas III • Caninus mandibular terletak


pada relasi lain
13
13
3. Periode Mixed Dentition. POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL

Merupakan periode dimana fase geligi sulung dan geligi permanen terjadi secara
bersamaan. Fase ini dimulai sekitar 6 tahun dengan erupsi gigi molar 1 pertama dan
berlangsung hingga sekitar 12 tahun.

Relasi straight terminal plane pada molar kedua sulung sebanyak kurang lebih 76%,
mesial step 14%, dan distal step 10

Early Mesial Shift


Kondisi dimana pada fase geligi sulung yang berdiastema
dan relasi kedua sulung straight terminal plane pada saat
molar pertama permanen erupsi akan mendorong molar
sulung ke mesial, sehingga primate space di rahang bawah
tertutup dan relasi molar pertama permanen menjadi mesial
step.

14
14
3. Periode Mixed Dentition. POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL

Late Mesial Shift

Kondisi dimana fase geligi sulung yang tidak berdiastema


dan relasi molar kedua sulung straight terminal plane, pada
saat molar pertama permanen erupsi terletak pada relasi
gigitan tonjol (cusp to cusp) karena tidak adanya diastema
sehingga molar pertama permanen tidak dapat bergeser ke
mesial. Molar pertama permanen akan bergeser ke mesial
pada saat molar kedua sulung tanggal dan leeway space
dipakai molar pertama permanen bergeser ke mesial

Pergantian gigi insisif

Pada fase geligi pergantian, maka gigi sulung akan


digantikan oleh gigi permanen
Periode ini berlangsung mulai 6,5 hingga 8,5 tahun
Gigi insisif permanen lebih besar dibandingkan gigi sulung,
sehingga membutuhkan lebih banyak ruang. Perbedaan
antara tempat tersedia dan tempat yang dibutuhkan disebut
incisor liability.
15
15
3. Periode Mixed Dentition. POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL

Beberapa faktor yang membantu dalam menyelaraskan gigi


sulung dengan mendapatkan ruang adalah:
• Adanya ruang di interdental gigi-gigi insisif Rata-rata 4
mm RA dan 3 mm RB
• Bertambahnya lebar lengkung intercanine. Pada pria 6
mm RA dan 4 mm RB. Pada wanita 4,5 mm RA dan 4
mm RB
• Perubahan angulasi interinsisal  Sudut antara gigi seri
RA dan RB  150 ° pada gigi sulung & 123 ° pada gigi
permanen  sehingga memungkinkan lebih banyak
prolinasi dan mendapatkan ruang untuk penyelarasan
gigi- gigi insisif atau gigi seri  Hal ini disebut incisor
liability.

16
16
4. Periode Permanent Dentition POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL

Beberapa keadaan yang terlihat pada geligi permanen adalah:


 Pada saat oklusi gigi pada maksila terletak lebih labial dan bukal
dibanding gigi pada mandibula
 Insisivi lebih proklinasi dan gigi-gigi posterior bukoklinasi
 Seluruh gigi permanen memiliki kontak dengan dua gigi
antagonisnya kecuali insisivi sentral bawah dan molar kedua atas
 Kurva anteroposterior di RB (Curve of spee) normal
 Tumpang gigit berkisar 10-50% dan jarak gigit berkisar 1-3 mm

17
17
4. Periode Permanent Dentition POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL

Kunci Oklusi (Andrew,1972) Untuk menilai penyimpangan dari oklusi


normal dan untuk menetapkan tujuan
perawatan ortodonti
1. Relasi molar

2. Angulasi mahkota

3. Inklinasi mahkota

4. Rotasi

5. Kotak gigi

6. Curve of Spee
18
18
4. Periode Permanent Dentition POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL

Kunci Oklusi (Andrew,1972)

1. Relasi Molar

Permukaan distal dari distal marginal ridge M1


atas kontak dan beroklusi dengan permukaan
mesial dari mesial marginal ridge M2 rahang
bawah. Tonjol mesiobukal molar pertama
permanen atas terletak pada lekukan diantara
tonjol mesial dan distobukal molar pertama
bawah. Tonjol mesiopalatal molar pertama atas
terletak pada fosa sentral molar pertama
permanen bawah
19
19
4. Periode Permanent Dentition POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL

Kunci Oklusi (Andrew,1972)

2. Angulasi mahkota 3. Inklinasi mahkota

Semua mahkota gigi condong ke Inklinasi mahkota


mesial dan mesioklinasi. ditentukan oleh
sudut yang
dihasilkan antara
garis 90 derajat ke
bidang oklusal dan
garis singgung ke
tengah mahkota
klinis labial atau
bukal.
20
20
4. Periode Permanent Dentition POLA OKLUSI STATIS
YANG IDEAL

Kunci Oklusi (Andrew,1972)

4. Rotasi 5. Kontak gigi 6. Curve of spee

• Tidak ada gigi yang Semua gigi berkontak Berbentuk cekung.


rotasi. rapat kecuali bila ada Kedalaman maksimal
• Rotasi gigi dapat diskrepansi ukuran 1.5 mm.
memakan banyak gigi
ruang.

21
21
POLA PERTUMBUHAN
LENGKUNG GELIGI
1. Tahapan Pola Pertumbuhan POLA PERTUMBUHAN
LENGKUNG GELIGI
Lengkung Geligi.

 Setiap individu memiliki urutan tahap perkembangan lengkung gigi yang


sama.
 Menurut Nery dan Oka  mahkota dari gigi sulung mulai kalsifikasi antara 3
dan 4 bulan sebelum lahir.
 Kalsifikasi gigi pada mandibula  lebih cepat dibanding pertumbuhan gigi-
geligi pada maksila.
 Gigi yang erupsi pertama kali adalah gigi insisivus sentral yaitu sekitar 7 ½
bulan, sedangkan gigi yang terakhir erupsi adalah gigi molar sulung kedua
sekitar 2 ½ tahun.
 Penutupan apeks akar terjadi pada usia 3 tahun untuk molar sulung kedua.

23
23
1. Tahapan Pola Pertumbuhan POLA PERTUMBUHAN
LENGKUNG GELIGI
Lengkung Geligi.

 Urutan erupsi untuk lengkung geligi mandibula adalah molar pertama,


insisivus sentral, insisivus lateral, caninus, premolar pertama, premolar
kedua, molar kedua, molar ketiga.
 Untuk lengkung maksila, urutan erupsi yang biasa untuk gigi permanen
adalah molar pertama, insisivus sentral, insisivus lateral, premolar pertama,
premolar kedua, caninus, molar kedua, molar ketiga (McDonald, 2016).
 Moorrees  membahas tentang perubahan dimensi untuk panjang lengkung
gigi, keliling, dan lebar intermolar dan intercanine pada anak – anak dan
remaja.
 Perubahan dimensi untuk lengkung gigi rata-rata terjadi pada usia 6 hingga
18 tahun untuk lengkung rahang atas dan rahang bawah.

24
24
1. Tahapan Pola Pertumbuhan POLA PERTUMBUHAN
LENGKUNG GELIGI
Lengkung Geligi.

25
25
2. Pola Pertumbuhan POLA PERTUMBUHAN
LENGKUNG GELIGI
Lengkung Gigi yang Ideal.

Pola lengkung gigi ideal pada anak diantaranya adalah


1. Adanya kontak proksimal,
2. Tidak ada rotasi,
3. Inklinasi mahkota bukal-lingual
4. Inklinasi mahkota mesio-distal,
5. Occlusal plane datar,
6. Leeway space positif (McDonald, 2016).

26
26
3. Perbandingan Ukuran POLA PERTUMBUHAN
LENGKUNG GELIGI
Gigi & Lengkung Gigi

 Ukuran gigi dan ukuran alveolar adalah faktor utama yang menentukan status
lengkung gigi permanen.
 Jika ukuran gigi dan ukuran lengkung tidak seimbang, maka efeknya pada
lengkung gigi permanen adalah crowding atau spacing.
 Crowding adalah faktor utama penyebab terjadinya maloklusi pada lengkung
gigi.
 Lengkung gigi yang ideal adalah ketika ukuran gigi dan ukuran lengkung
seimbang.
 Ukuran gigi pada perkembangan lengkung gigi, mengacu pada dimensi mesial-
distal dari masing-masing gigi.
 Menurut Garn and Potter  ukuran gigi mesial-distal ditentukan terutama oleh
faktor genetik. Lokus keempat gen kromosom mempengaruhi ukuran gigi
rahang atas mesial – distal, sedangkan gigi – geligi pada rahang bawah
dipengaruhi oleh lokus ke enam.
27
27
3. Perbandingan Ukuran POLA PERTUMBUHAN
LENGKUNG GELIGI
Gigi & Lengkung Gigi

 Penyebab utama maloklusi pada lengkung gigi adalah ketidakseimbangan


antara ukuran gigi dan ukuran apikal alveolar.
 Fase mixed dentition (fase gigi campuran) merupakan waktu yang akurat untuk
menentukan apakah ukuran distal mesial gigi akan seimbang dengan ukuran
lengkung alveolar di kemudian hari  mixed dentition space analysis.
 Banyak metode mixed dentition space analysis Menurut Horowitz dan Hixon ,
faktor penting untuk analisis ruang dan dasar diagnosis ortodontik serta
rencana perawatan adalah lengkung gigi rahang bawah.
 Lengkungan mandibula  mengalami perubahan pertumbuhan lebih sedikit
daripada lengkung maxilla.
 Pola lengkung gigi yang paling baik  pola di mana terdapat leeway space
yang lebar
 Jika leeway space kurang, maka diprediksi akan dapat terjadi crowding
(McDonald, 2016).
28
28
4. Pengaruh Pertumbuhan POLA PERTUMBUHAN
LENGKUNG GELIGI
Lengkung Geligi

 Ketidakseimbangan ukuran lengkung gigi  lengkung gigi yang kurang ideal.


 Ketika ukuran gigi mesialdistal melebihi ukuran lengkung alveolar  crowding,
kurva Spee yang berlebihan, atau penyimpangan inklinasi axial.
 Space pada gigi terjadi ketika ukuran lengkung alveolar melebihi ukuran
gabungan mesial-distal gigi (McDonald, 2016).
 Status lengkung gigi yang ideal dipergunakan untuk perencanaan perawatan.
 Beberapa cara tersedia untuk membuat ruang lengkung gigi:
1. Gerakkan gigi molar secara distal.
2. Kurangi dimensi mesial-distal gigi.
3. Meningkatkan inklinasi aksial bukal-lingual pada gigi seri.
4. Kurangi jumlah gigi di lengkung dengan ekstraksi. (McDonald, 2016).

29
29
5. Maintenance Pertumbuhan POLA PERTUMBUHAN
LENGKUNG GELIGI
Lengkung Geligi

 Defisiensi ruang kurang dari -2 mm  lingual lower lingual holding


arch.
 Defisiensi ruang dari -3 sampai -6  space regaining lower
lingual holding arch atau tindakan perawatan ekspansi.
 Kekurangan ruang lebih dari -6 mm  aggresive space regaining
treatment, ekspansi lengkung geligi, atau serial ekstraksi.

Analisis
Ruang

30
30
6. Pengaruh F. Lingkungan 
POLA PERTUMBUHAN
Pertumbuhan Lengkung LENGKUNG GELIGI
Geligi
 Penyeban utama maloklusi lengkung geligi adalah ketidakseimbangan ukuran
lengkung.
 Terdapat Faktor sekunder yang mempengaruhi disposisi lengkung gigi selama
masa anak – anak, yaitu :
• Tanggal prematur gigi sulung,
• Karies interproksimal,
• Patologi,
• Ankylosis gigi sulung,
• Oral habit,
• Trauma,
(McDonald, 2016).
 Faktor lingkungan yang paling umum mempengaruhi status lengkung gigi
adalah karies dan tanggal prematur gigi sulung
 Karies dan tanggal prematur molar pertama sulung, molar kedua, atau
keduanya menghasilkan penurunan panjang lengkung gigi.
31
31
6. Pengaruh F. Lingkungan 
POLA PERTUMBUHAN
Pertumbuhan Lengkung LENGKUNG GELIGI
Geligi

Sebuah studi oleh Northway dkk, memberikan rincian spesifik:


 Kehilangan Molar ke 2 sulung memiliki efek paling besar  panjang lengkung
gigi.
 Kehilangan dini gigi posterior sulung menghasilkan penutupan ruang 2-4 mm
per kuadran di kedua lengkung
 Kehilangan ruang pada usia dini berpengaruh terhadap lengkung gigi RA
 Kehilangan Molar 1 RA  caninus mengalami impaksi
 Kehilangan Molar 2 RA  premolar kedua permanen impaksi.
 Kehilangan ruang terbesar disebabkan oleh pergerakan molar mesial.
 Kehilangan ruang lebih banyak terjadi pada tahun pertama setelah tanggal
prematur (McDonald, 2016).

32
32
CASE REPORT
JOURNAL 1

34
JOURNAL 1

CASE REPORT 1

⊷ Seorang anak perempuan berusia 11 tahun


dilaporkan dengan keluhan utama gigi
berdesakan di anterior atas selama periode
mixed dentition.
⊷ RB: caninus sulung kiri telah tanggal dan
ruang antara gigi seri lateral permanen dan
molar pertama sulung tampak lebih lebar,
serta terlihat adanya crowding anterior.
⊷ Pada gambaran klinis seperti ini, dapat
membuat dokter untuk salah mengartikan
bahwa ada perbedaan ruang yang parah
dan mungkin mendorong keputusan
ekstraksi serial awal yang melibatkan
ekstraksi premolar pertama.
35 35
JOURNAL 1

CASE REPORT 1

⊷ Leeway space ditemukan memiliki


kekurangan tempat 1 mm dari yang
dibutuhkan untuk memperbaiki
perbedaan ruang. Diaplikasikan
lingual arch.
⊷ Orthopantomogram memperlihatkan
bahwa caninus kiri, dan premolar
pertama dan kedua erupsi kurang
lebih secara bersamaan dan
karenanya molar pertama sulung dan
kedua diekstraksi. Molar sulung
kanan juga diekstraksi pada saat
yang sama.A
36 36
JOURNAL 1

CASE REPORT 1

⊷ Ruang didapatkan dari leeway space,


sehingga memungkinkan erupsi caninus,
premolar pertama, premolar kedua lancar.
⊷ Crowding terlihat pada segmen lateral
caninus kiri setelah erupsi gigi permanen.
Namun, premolar kiri kedua tampak rotasi,
derotasinya akan memerlukan ruang untuk
memperbaiki crowding.
⊷ Dengan demikian kasus ini dikelola dengan
baik dengan leeway space preservation,
hanya menyisakan minor dicrepancy yang
akan dikoreksi menggunakan alat
ortodontik.

37 37
JOURNAL 1

CASE REPORT 2

⊷ Seorang anak perempuan


berusia 10 tahun, melakukan
koreksi rotasi secara ortodontik
pada anterior atas. Pada
lengkung bawah memiliki gigi
insisif lateral kiri terletak lebih ke
lingual. Molar sulung pertama
kiri akan tanggal dan ujung cusp
gigi pengganti terlihat secara
klinis.

38 38
JOURNAL 1

CASE REPORT 2

Pada foto panoramik, terlihat ada


kekurangan ruang untuk erupsi
caninus kiri bawah, gigi caninus
tersebut juga terletak permanen.
Leeway space dihitung dan
ditemukan hanya 1,5 mm kurang dari
jumlah tempat yang dibutuhkan untuk
menyelaraskan gigi permanen
lengkap.

39 39
JOURNAL 1

CASE REPORT 2

⊷ Lingual arch diaplikasikan, gigi


caninus sulung dan molar sulung
pertama kiri di ekstraksi. Empat
bulan kemudian, Molar sulung
kedua juga diekstraksi. Setelah
observasi selama 14 bulan, gigi-gigi
permanen telah erupsi dan keadaan
crowding sudah lebih baik
dibanding sebelumnya. Hanya 1,5
mm crowding terlihat di daerah
insisiv dan caninus lateral kiri. Akan
terkoreksi hanya dengan koreksi
ortodontik jangka pendek.

40 40
JOURNAL 1

CASE REPORT 3

⊷ Seorang anak laki-laki berusia 9


tahun memiliki keluhan gigi geligi
berdesakan pada anterior bawah
selama pertumbuhan gigi
campuran.

⊷ Setelah sementasi lingual arch,


gigi caninus sulung pada kedua
sisi di ekstraksi. 4 bulan kemudian,
gigi geligi anterior menjadi lebih
rata dengan memanfaatkan ruang
ekstraksi gigi caninus sulung.
41 41
JOURNAL 1

CASE REPORT 3

⊷ Molar sulung pertama dari kedua


sisi diekstraksi.
⊷ Setelah 2 bulan, foto panoramik
diambil untuk menilai erupsi
caninus dan premolar. Gambaran
panoramik menunjukkan, gigi
premolar erupsi lebih dulu
dibanding gigi caninus

42
42
JOURNAL 1

CASE REPORT 3

⊷ Urutan erupsi ini dapat


menyebabkan gigi premolar drifting
kearah mesial. Untuk menghindari
kejadian tersebut, maka molar
kedua sulung diekstraksi.
⊷ Hal ini membuat gigi premolar untuk
drifting kearah distal. Berdesakan
pada gigi seri lebih mudah dengan
memanfaatkan leeway space.

43 43
JOURNAL 1

KESIMPULAN

⊷ Tujuan dari perawatan ini adalah untuk mengusahakan agar gigi erupsi
dan sejajar tanpa pemendekan lengkung .
⊷ Kurangnya perhatian terhadap mekanisme yang mendasar ini dapat
menyebabkan koreksi ortodontik yang berkepanjangan dan kurang
diinginkan di kemudian hari.

44 44
JOURNAL 2

45
JOURNAL 2

CASE REPORT 1

Seorang pasien perempuan berusia 9 tahun yang lahir dari orang tua Nonconsanguineous
datang ke Departemen Orthodontik dan Ortopedi Dentofacial, Subharti Dental College,
Meerut, dengan keluhan utama gigi depan atas dan bawah yang tidak teratur. Pasien ingin
giginya dilakukan perawatan.

Pemeriksaan ekstra oral :


• Pasien memiliki profil lurus
• Senyum tidak estetika dengan caninus
rahang atas yang menonjol di sisi kanan

Extraoral photographs showing straight profile and


46 irregular front teeth
46
JOURNAL 2

CASE REPORT 1

Pemeriksaan intraoral:
• Tampak gigi dalam fase late
mixed dentition
• Relasi molar kelas I Angle di
kedua sisi.
• Garis median rahang atas
bergeser ke kanan sebesar
1,5 mm
• Garis median rahang bawah
bergeser ke kiri sebesar 1
mm.
• Molar kedua sulung (E) telah Intraoral photographs showing late mixed dentition and
erupsi. crowding in both the arches

47
47
JOURNAL 2

CASE REPORT 1

Pemeriksaan radiografis :
• Tampak benih gigi premolar kedua permanen pada rahang atas kanan dan kiri serta
rahang bawah kanan dan kiri di antara akar molar kedua sulung.

Orthopantomogram showing permanent second premolars in various stages of the eruption


48
48
JOURNAL 2

CASE REPORT 1

Tahapan perawatan :
1. Menyiapkan Orthodontic records
2. Analisis model  kekurangan tempat 6.5 mm pada RA dan 7 mm pada RB.
3. Berdasarkan dental age, analisa model gigi dan analisis sefalometriknya, diputuskan
untuk menggunakan space E untuk koreksi crowding pada gigi anterior dan memandu
erupsi gigi premolar dua permanen.
4. Penggunaan Nance’s palatal arch dan lingual holding arch.

49
49 Occlusal photographs showing Nance’s palatal arch and lingual arch
JOURNAL 2

CASE REPORT 1

Tahapan perawatan :
5. Koreksi lengkung rahang dimulai dengan partial bonding pada kedua lengkungan.
6. Dilakukan pengurangan gigi molar ke dua sulung secara berurutan sebesar 1 mm
setiap bulan dari sisi mesial untuk distalisasi gigi premolar dan kaninus pertama dengan
tie back di keempat kuadran

Intraoral photographs showing sequential reduction of E from mesial surface


50
50
JOURNAL 2

CASE REPORT 1

Tahapan perawatan :
7. Koreksi pada kedua lengkung dilakukan sampai waktu pelepasan piranti orthodonti.
8. Koreksi pada kedua lengkung dilakukan tanpa proklinasi gigi sulung.
9. Relasi gigi molar dipertahankan dalam hubungan klas I, dan relasi gigi caninus diubah
menjadi relasi hubungan klas I.

Occlusal photographs showing arch alignment at the time of E shedding


51
51
JOURNAL 2

CASE REPORT 1

extraoral profile and frontal photographs after treatment

Intraoral photographs after treatment

52
52
JOURNAL 2

CASE REPORT 1

Pembahasan
memberikan ruang untuk premolar pertama dan caninus
• Pengurangan molar
kedua sulung secara
bertahap tetapi tidak menyebabkan nekrosis pulpa
menghilangkan crowding anterior.

Membantu dalam konversi kasus ekstraksi


potensial menjadi kasus tanpa ekstraksi.

53
53
JOURNAL 2

CASE REPORT 2

Seorang pasien laki – laki berusia 11 tahun datang ke Departemen Orthodontik dan
Ortopedi Dentofacial, Subharti Dental College, Meerut, dengan keluhan utama gigi depan
atas dan bawah yang tidak beraturan. Pasien ingin giginya dilakukan perawatan.

Pemeriksaan ekstra oral :


• Pasien memiliki profil lurus
• Bibir yang kompeten.

Extraoral photographs showing irregular front teeth


54 and straight profile
54
JOURNAL 2

CASE REPORT 2

Pemeriksaan intraoral:
• Tampak gigi dalam fase late
mixed dentition
• Relasi molar kelas I Angle di
kedua sisi.
• Garis median rahang atas
bergeser ke kanan sebesar
2,5 mm.
• Kedua gigi insisif lateral
kanan dan kiri rahang atas Intraoral photographs showing late mixed dentition and
crossbite crowding in both the arches
• Gigi caninus kiri rahang atas
belum erupsi.
• Molar kedua sulung (E) telah
55
erupsi.
55
JOURNAL 2

CASE REPORT 2

Pemeriksaan radiografis :
• Tampak benih gigi premolar kedua permanen pada rahang atas kanan dan kiri serta
rahang bawah kanan dan kiri di antara akar molar kedua sulung.

Preteatment orthopentogram
56
JOURNAL 2

CASE REPORT 2

Tahapan perawatan :
1. Menyiapkan Orthodontic records
2. Analisis model  kekurangan tempat 4 mm pada RA dan 2 mm pada RB.
3. Berdasarkan dental age, analisa model gigi dan analisis sefalometriknya, diputuskan
untuk menggunakan space E untuk koreksi crowding pada gigi anterior dan memandu
erupsi gigi premolar dua permanen.
4. Penggunaan Nance’s palatal arch dan lingual holding arch.

57 Occlusal photographs showing Nance’s palatal arch and lingual arch


JOURNAL 2

CASE REPORT 2

Tahapan perawatan :
5. Koreksi lengkung rahang dimulai dengan partial bonding pada kedua lengkungan.
6. Koreksi pada kedua lengkung dilakukan sampai waktu pelepasan piranti orthodonti.
7. Koreksi pada kedua lengkung dilakukan tanpa proklinasi gigi sulung.
8. Relasi gigi molar dipertahankan dalam hubungan klas I, dan relasi gigi caninus diubah
menjadi relasi hubungan klas I.

Occlusal photographs after 4 months of anchorage preparation


58
JOURNAL 2

CASE REPORT 2

Intraoral photographs after treatment extraoral profile and frontal photographs after treatment

59
JOURNAL 2

CASE REPORT 2

Pembahasan
memberikan ruang untuk premolar pertama dan caninus
• Mempertahankan
space

menghilangkan crowding anterior.

Membantu dalam konversi kasus ekstraksi


potensial menjadi kasus tanpa ekstraksi.

60
JOURNAL 2

KESIMPULAN

• Molar kedua sulung dapat mempengaruhi perawatan ortodontik.


• Dokter gigi harus dapat membuat keputusan yang tepat terkait pengelolaan space E.
• Space E dapat digunakan koreksi crowding anterior
• Dua opsi untuk pemanfaatan space E dengan distalisasi premolar pertama dan
caninus secara bersamaan.
1. Dapat dilakukan dengan mengurangi molar kedua sulung secara bertahap
2. Dengan mempertahankan space E sampai gigi premolar kedua erupsi dengan
bantuan pemeliharan space.
• Pada fase late mixed dentition tetap dilakukan pememeriksaan gigi sulung permanen
yang masih tersisa  untuk pemanfaatan space E dapat mengubah kasus ekstraksi
menjadi tanpa ekstraksi.
• Hal ini memberikan keuntungan yaitu dengan mempersingkat waktu perawatan dan
mengurangi kecemasan pasien terkait dengan ekstraksi.

61
62

Anda mungkin juga menyukai