Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN STRATEGI PELAKSANAAN


ISOLASI SOSIAL

OLEH :
KELOMPOK II
AFIAH SALEH (17005)
AFRIAL (17006)
MOH. EZA YUSUF AL-FITRAH (17022)
MUH. YUSUF M. (17025)
NADIRA ZAKI ASKAR (17028)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA (DIII) KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DR. SISMADI
JAKARTA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan tentang
Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial. 
Adapun Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan tentang Asuhan
Keperawatan Isolasi Sosial ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan Laporan ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
Laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki Laporan ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari Laporan ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.
 

Jakarta Utara, 22 Januari 2019

 
Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA) : Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain di sekitarnya (Damaiyanti, 2008)

Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan

orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau

kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan

dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri,

tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan

orang lain ( Balitbang, 2007)

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang

terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan

perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam

hubungan sosial (Depkes RI, 2000)

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007, hlm. 276) berbagai faktor bisa menimbulkan

respon sosial yang maladaptif. Walaupun banyak penelitian telah dilakukan

pada gangguan yang memengaruhi hubungan interpersonal, belum ada

suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan ini. Mungkin

disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor yang meliputi :

1) Faktor Perkembangan

Menurut Rahmat (2009, hlm. 11) perkembangan manusia

mencakup perubahan dan kestabilan berbagai aspek dalam dirinya,

mencakup perkembangan fisik, kognitif dan psikososial (perubahan

dan stabilitas pada kepribadian dan relasi sosial). Bila tugas

perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase

perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan

masalah sosial (Fitria, 2010, hlm. 33).

2) Faktor Biologis

Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial

maladaptif. Penurunan aktivitas neorotransmitter akan

mengakibatkan perubahan mood dan gangguan kecemasan.

3) Faktor Sosiokultural

Isolasi sosial dapat terjadi karena mengadopsi norma,

perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya

mayoritas. Contohnya orang yang mengalami kecacatan diasingkan

dari lingkungan.
4) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial (Fitria,

2010, hlm. 34)

B. Faktor Prepitasi

Menurut Stuart (2007, hlm. 280) faktor presipitasi atau stresor

pencetus pada umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang

menimbulkan stres seperti kehilangan, yang memenuhi kemampuan

individu berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.

Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu sebagai

berikut:

1) Stresor Sosiokultural. Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya

stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti.

2) Stresor Psikologi. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat

atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan.

C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri
Otonomi Kesepian Manipulatif
Bekerjasama Menarik diri Impulsif
Interdependen
Ketergantungan Narsisme

Gambar : Rentang Respon Isolasi Sosial (Stuart, 2006)


Berikut ini akan di jelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi

social :

1. Respons Adaptif

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat di terima oleh

norma-norma social budaya secara umum yang berlaku. Dengan kata lain

individu masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut

ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif :

a) Solitude (Menyendiri) adalah respon yang dibutuhkan seseorang

untuk menentukan apa yang telah dilakukan, dilindungi sosialnya

dan merupakan suatu cara untuk menentukan langkah selanjutnya.

b) Otonomi adalah kemampuan individu untuk menentukan dan

menyampaikan ide-ide pikiran dan perasaan dalam berhubungan

social.

c) Kebersamaan adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal

dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan

menerima.

d) Saling Ketergantungan (Interdependensi) adalah ketergantungan

antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan

interpersonal

2. Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalah respon yang menyimpang dari norma

sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang

termasuk respon maladaptife.

a) Manipulasi

 Orang lain diperlakukan seprti objek

 Hubungan terpusat pada masalah pengendalian

 Individu berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan

berorientasi pada orang lain

b) Impulsif

 Tidakmampu merencanakan sesuatu

 Tidak mampu belajar dari pengalaman

 Penilaian yang buruk

 Tidak dapat diandalkan

c) Narkisisme

 Harga diri yang rapuh

 Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan

pujian

 Sikap egosentris

 Pencemburu

 Marah jika orang lain tidak mendukung

D. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 281) individu yang mengalami respon

sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk

mengatasi ansietas.Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis

masalah hubungan yang spesifik yaitu sebagai berikut:

1) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial

a. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi,

mencurahkan emosikepada orang lain karena kesalahan

sendiri. (Rasmun, 2004, hlm. 35)

b. Spliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam

menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk.

(Rasmun, 2004, hlm. 36)

2) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang

a. Splitting

b. Formasi reaksi

c. Proyeksi

d. Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri

dari lingkungan dan orang lain. (Rasmun, 2004, hlm. 32)

e. Idealisasi orang lain

f. Merendahkan orang lain

g. Identifikasi proyeksi
III.
A. Pohon Masalah

Akibat
Risiko Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi

Core Problem
Isolasi Sosial : Menarik Diri

Penyebab
Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah Keperawatan yang Muncul

a. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

b. Isolasi sosial

c. Harga diri rendah

2. Data yang perlu dikaji

a. Data Subjektif :

- Klien mengatakan malas berinteraksi

- Klien mengatakan curiga dengan orang lain

- Klien mengatakan merasa tak berguna


b. Data Objektif :

- Klien menyendiri, memurungkan diri

- Klien tidak mau bercakap-cakap denganorang lain

- Klien tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Isolasi Sosial

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa 1 : Resiko Perunahan Persepsi Sensori : Halusinasi

berhubungan dengan Menarik Diri

Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak

terjadi Halusinasi

Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama

untuk hubungan selanjutnya

Tindakan : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan

prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :

1. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non

verbal

2. Perkenalkan diri dengan sopan

3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan

yang disukai

4. Jelaskan tujuan pertemuan


5. Jujur dan menepati janji

6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa

adanya

7. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan

kebutuhan dasar klien

Tujuan Khusus : Klien dapat menyebutkan penyebab Menarik diri

Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan

perasaannya dapat membantumengurangi stress dan

penyebab perasaan menarik diri

Tindakan : 1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri

dan tanda-tandanya

2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan

perasaan penyebab menarik diri atau bergaul

3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik

diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul

4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien

mengungkapkan perasaannya

Tujuan Khusus : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan

dengan orang lain dan kerugian berhubungan dengan

orang lain
Rasional : 1. Untuk mengetahui tujuan dari bergaul dengan orang

lain

2. Untuk mengetahui akibat yang dirsakan setelah

menarik diri

Tindakan : 1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan

keuntungan

berhubungan dengan orang lain

a) Beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaan tentang keuntungan

berhubungan dengan orang lain.

b) Diskusikan klien tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain

c) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang keuntungan

berhubungan dengan orang lain

2. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bilang tidak

berhubungan dengan orang lain

a) Beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan persaan dengan orang lain

b) Diskusikan bersama klien tentang kerugian

berhubungan dengan orang lain


c) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain.

Tujuan Khusus : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara

Bertahap

Rasional : 1. Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku

menarik diri yang biasa dilakukan

2. Untuk mengetahui perilaku menarik diri dan dengan

bantuan perawat bisa membedakan perilaku

konstruktif dan destruktif.

Tindakan : 1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan

orang

Lain

2. Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang

lain melalui tahap :

a) K-P

b) K-P-P lain

c) K-P-P lain-K lain

d) K-Kel/Klp/Masy

3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang

telah dicapai
4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien

dalam mengisi waktu

6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

7. Beri reinforcement positif atas kegiatan dalam kegiatan

ruangan

Tujuan Khusus : Klien dapat mengungkapkan perasaannya terhadap

setelah berhubungan dengan orang lain.

Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang

dapat menyelesaikan masalah

Tindakan : 1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila

berhubungan dengan orang lain

2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat

berhubungan dengan orang lain

3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien

mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan

dengan orang lain

Tujuan khusus : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau

Keluarga.

Rasional : Memberikan penanganan bantuan terapi melalui


pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik

dan non fisik pasien serta keadaan perilaku dan sikap

keluarganya

Tindakan : 1. Bina hubungan saling percaya dengan Keluarga

a) Salam, perkenalkan diri

b) Jelaskan tujuan

c) Buat kontrak

d) Eksplorasi perasaan klien

2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang

a) Perilaku menarik diri

b) Penyebab perilaku menarik diri

c) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak

ditanggapi

d) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

3. Dorong anggota keluarga untuk memberikan

dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan

orang lain.

4. Anjurkan anggota secara rutin dan bergantian

menjenguk klien minimal satu kali seminggu

5. Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah

dicapai oleh keluarga


Referensi
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : CV. Andi Offset

Taher, Tarmizi. (2016, 04 Februari). Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial dan


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari Diperoleh 22 Januari
2019, dari http://m-tarmizitaher.blogspot.com/2016/02/laporan-pendahuluan-
isolasi-sosial-dan.html

Saktian, Yusuf. (2015, 20 November). Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial


Diperoleh 22 Januari 2019, dari
https://www.academia.edu/28333406/LAPORAN_PENDAHULUAN_ISOLASI_SOSI
AL
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari

A. Proses Keperwatan

Kondisi Klien :
Data subjektif:
 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya 
 Klien merasa orang lain tidak selevel.
Data objektif:

 Klien tampak menyendiri


 Klien terlihat mengurung diri
 Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.

Diagnosa Keperawatan : ISOLASI SOSIAL

Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap
e. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
f. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi penyebab isolasi social
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan rang lain
e. Ajarkan pasien cara perkenalan dengan satu orang
f. Anjurkan pasien memasukan memasukan kegiatan latihan berbincang
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian

B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI
1. Salam Terapeutik :
“ Selamat Pagi pak!” Perkenalkan nama saya afrial, biasa di panggil afrial,
saya mahasiswa STIKES Dr. Simadi , Saya yang akan bertugas merawat bapak
Selama 2 minggu dari jam 08.00-14.00 WIB. Nama ibu siapa? Senang di
panggil apa?
2. Evaluasi/validasi : bagaimana perasaan bapak hari ini ?
3. Kontrak :
- Topik  “ Senang ya bisa berkenalan dengan ibu hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar ibu dapat
mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain? 
- Waktu “ berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan
saya? Bagaimana kalau 15 menit saja
- Tempat “ di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah... di
ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”
- hTujuan “Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat
mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain.”

KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)


“Bapak saya akan menjelaskan pada bapak keuntungan dari berinteraksi dengan
orang lain , diantaranya :
1. Saling mengenal
2. Dapat saling bercerita
3. Saling menolong
4. Tidak selalu sendirian

Sekarang saya akan mengajarkan kepada bapak cara berkenalan dgn orang lain,
Pertama bpk bisa memulai cara berkenalan, mejulurkan tangan dgn
menyebutkan nama, usia, dan hoby.
Apakah bpk bisa mengulangi apa yg saya ajarkan tadi? (klien dapat
mempraktekan kembali apa yg telah di ajarkan).
Ok, bagus sekali bapak. Bagaimana, kalo kegiatan berbincang-bincang di
masukan di jadwal harian?

TERMINASI

1. Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan


a. Evaluasi klien (Subjektif)
Gimana pak perasaan nya setelah berbincang-bincang tadi?
b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Bapak bisa coba ceritakan kembali ke untungan berinteraksi dan cara
berkenalan?
2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan
yang telah dilakukan) saya harap bapak dapat berinteraksi dengan orang lain
seperti apa yg saya ajarkan tadi
3. Kontrak Topik yang akan datang :
Topik : baiklah bapak pertemuan kita cukup sampai di sini besok kita
bertemu lagi untuk berbincang lagi dengan bapak tentang hari
keadaan bapak.

Waktu : saya akan kembali besok jam 09:00 kita berbincang selama 15
menit yah pak?
Tempat : dimana bapak besok mau berbincang-bincang ? di sini atau di
tempat lain ? yah sudah sampai ketemu ketemu besok. See you.

Anda mungkin juga menyukai