Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan individu yang mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,1998).
Menurut UU No. 10 tahun 1992 keluarga didefinisikan sebagai unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak. Menurut
Perry dan Potter (2005), keluarga adalah sebagai unit yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak mereka dan memperlihatkan pembagian kerja
menurut jenis kelamin.

Dari ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam


keluarga terdapat ikatan perkawinan atau hubungan darah yang tinggal
bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta
keterikatan emosional.

2. Tipe Keluarga
Menurut Setyowati dan Murwani (2007), keluarga yang memerlukan
pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai
dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai
tipe keluarga.

Berikut ini disampaikan berbagai tipe keluarga :


a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak (kandung atau anak angkat).
6
7

2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah keluarga lain yang


mempunyai hubungan darah , misalnya : kakek, nenek, keponakan,
paman, bibi.
3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini
dapat diakibatkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).

b. Tipe keluarga non tradisional


1) The unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisai anak
dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family
Keluarga yang hidup besama dan berganti-ganti pasangan tanpa
melaui pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami-istri (marital partners).
8

6) Cohibitang couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa mengunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan,
dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya
10) Homesless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupan.

3. Tugas Keluarga Dalam Kesehatan


Menurut Setyowati dan Murwani (2007), sesuai dengan fungsi
pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu:
9

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga, kesehatan merupakan


kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi
dan seberapa besar perubahannya.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini


merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat, agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan dapat teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan
tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, sering kali


keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga
sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak dapat terjadi. Perawatan dapat
dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila
keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
10

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin keluarga sehat.

e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

B. Kecemasan Keluarga
1. Pengertian
Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional yang timbul oleh
penyebab yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak
nyaman dan merasa terancam (Stuart dan Sundeen, 2007).

Taylor (2003) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman


subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai
reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan
gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung
meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikoligis (seperti panik,
tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).

2. Faktor Predisposisi
a. Teori Psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitive seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
atau aku, berfungsi menengahi dua tuntutan dari elemen yang
bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya (Stuart dan Sundeen, 2007).

Menurut Freud (1926) dalam Kaplan dan Saddock (1997) menyatakan


bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu
dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan
11

perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai suatu sinyal, kecemasan


menyadarkan ego untuk menganbil tindakan dengan defensif terhadap
tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik di atas tingkat rendah
intensitas karakteristik fungsinya sebagai suatu sinyal, ia dapat timbul
semua kehebatan serangan panik. Idealnya, penggunaan represi saja
menyebabkan pemulihan keseimbangan psikologis tanpa pembentukan
gejala, karena represi yang efektif sama sekali menahan dorongan dan
efek serta khayalan yang menyertainya, menahan mereka di bawah
sadar. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, mekanisme
pertahanan lain (seperti konversi, pengalihan, dan regresi) mungkin
menyebabkan pembentukan gejala, jadi menghasilkan gambaran
gangguan neurotik yang klasik (seperti histeria, fobia, neurosis,
obsesif-kompulsif).

b. Teori Perilaku
Pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, pakar perilaku menganggap kecemasan
sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari
dalam untuk menghindari kepedihan (Stuart dan Sundeen, 2007)

Menurut Kaplan dan Saddock (1997) teori perilaku atau belajar tentang
kecemasan telanh menghasilkan suatu pengobatan yang paling efektif
untuk gangguan kecemasan.teori prilaku menyatakan bahwa
kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli
lingkungan spesifik.

c. Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
12

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.


Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
kecemasan yang berat (Stuart dan Sundeen, 2007).

d. Teori Eksistensial
Menurut Kaplan dan Saddock (1997) teori eksistensial tentang
kecemasan memberikan model untuk gangguan kecemasan umum
(generalized anxiety disorder), dimana tidak terdapat stimulus yang
dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan
yang kronik. Konsep inti dari teori eksistensional adalah bahwa
seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol di
dalam dirinya, perasaan yang mungkin lebih menggangu dari pada
penerimaan kematian atas mereka yang tidak dapat dihindari.
Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistansi
dan arti yang berat tersebut. Permasalahan eksistansional telah semakin
banyak sejak pekembangan senjata nuklir.

e. Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
kecemasan, antara gangguan kecemasan dengan depresi (Stuart dan
Sundeen, 2007)

f. Teori Biologi
Menurut Kaplan dan Saddock (1997) teori biologi tentang kecemasan
telah dikembangkan dari penelitian praklinis dengan model kecemasan
pada pasien yang faktor biologisnya dipastikan, berkembangnya
pengetahuan tentang neurologi dasar, dan kerja obat psikoterapetik.
Suatu kutub pikiran menyatakan bahwa perubahan biologis yang dapat
diukur pada pasien dengan gangguan kecemasan mencerminkan akibat
konflik psikologis; kutub yang berlawanan menyatakan bahwa
13

peristiwa biologis mendahilui konflik psikologis. Kedua situasi


mungkin terdapat orang tertentu, dan berbagai macam kepekaan yang
didasarkan secara biologis mungkin bervariasi di antara orang-orang
dengan gejala gangguan-gangguan kecemasan.

Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian


terhadap proses fisiologis, Hall (1980) dalam Stuart dan Sundeen
(2007). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau
keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk
kecemasan sekunder (Stuart dan Sundeen, 2007)

3. Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (2007), faktor presipitasi kecemasan dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas biologi
Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti
kebutuhan akan makanan, minuman, dan perumahan. Hal ini
merupakan faktor umum penyebab kecemasan.

b. Ancaman terhadap rasa aman


Hal ini sulit digolongkan karena manusia unik. Ancaman keamanan
diri meliputi tidak tercapainya harapan, tidak terpenuhinya akan status,
rasa bersalah atau pertentangan antara keyakinan diri dan perilaku, dan
tidak mampu untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.

4. Manifestasi Kecemasan
a. Respon Fisik
Peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah, nafsu, gemetar, mual
muntah, sering berkemih, diare, insomnia, kelelahan dan kelemahan,
kemerahan atau pucat pada wajah, mulut kering, nyeri (dada,
punggung dan leher), gelisah, pingsan dan pusing (Carpenito, 2001).
14

Hal senada juga diungkapkan oleh Maramis (1998) bahwa gejala-


gejala fisik yang menyertai kecemasan adalah palpitasi, keringat
dingin, telapak tangan basah, denyut jantung meningkat, serta
keluarnya keringat dingin.

b. Respon Perilaku
Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik
diri, menghindar.

c. Respon Kognitif
Tidak mampu berkonsentrasi, kurang orientasi lingkungan, pelupa
(tidak mampu untuk mengingat) dan perhatian yang berlebihan
(Carpenito, 2001).

d. Respon Afektif
Respons afektif akibat dari kecemasan antara lain; mudah terganggu,
tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,
kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, malu.

5. Tingkat Kecemasan
Menurut Hamilton klasifikasi tingkat kecemsan dibagi menjadi 3 tingkatan
yaitu :
a. Kecemasan Ringan (mild anxiety)
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsi. Tanda dan gejala antara lain : persepsi dan perhatian
meningkat, waspada, mampu mengatasi situasi bermasalah dapat
mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa yang akan
datang.
15

b. Kecemasan Sedang (moderate anxiety)


Memungkinkan seseorang untuk memusatkan seseorang pada hal yang
nyata dan mengesampingkan yang lain, sehingga mengetahui perhatian
yang sedikit, tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Tanda
dan gejala dari kecemasan sedang yaitu persepsi agak menyempit
secara selektif, tidak perhatian tetapi dapat mengarahkan perhatian.

c. Kecemasan Berat (severe anxiety)


Cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta
tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
pengarahan untuk dapat memusatkan pada area lain.

6. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)


Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut
alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).
Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada
munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut
skala HARS terdapat 14 symptom yang nampak pada individu yang
mengalami kecemasan. Setiap item yang di observasi diberi 5 tingkatan
skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (Severe).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang di


perkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam
pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS
telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk
melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0.972.
Kondisi ini menunjukka bahwa pengukuran kecemasan dengan
menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliabel.
16

Penilaian kecemasan skala HARS terdiri 14 item, meliputi :


a. Perasaan cemas : firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
b. Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar mudah terganggu dan
lesu.
c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
d. Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi
f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hoby, sedih perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
tidak stabil dan kedutan otot.
h. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat serta merasa lemah.
i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras
dan detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,
perasaan panas di perut.
l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek
dan cepat.
17

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan


kategori :
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = satu dari gejala yang ada
2 = separuh dari gejala yang ada
3 = lebih dari ½ gejala yang ada
4 = semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan nilai pernyataan


1 - 14 dengan hasil :
a. Skor <17 = kecemasan ringan
b. Skor 18 – 24 = kecemasan sedang
c. Skor 25 – 30 = kecemasan berat

C. Dukungan Sosial
1. Pengertian
Friedman (1985) dalam Friedman (1998) Dukungan sosial keluarga adalah
sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan; sifat dan jenis
dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus
kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan,
dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan
kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998). Kane (1988) dalam
Friedman (1998) mendefinisikan dukungan sosial keluarga sebagai suatu
proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya.

Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan atau


pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti seperti
anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Johnson and Johnson
dalam Brunner & Suddarth, (2002) berpendapat bahwa dukungan sosial
18

adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang


berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan sosial juga
dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang yang berarti,
yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima, dan
menjaga individu.

2. Bentuk - Bentuk Dukungan Sosial


Kebanyakan peneliti melihat dukungan sosial sebagai dukungan
instrumental yang nyata (transaksi yang memberikan pertolongan atau
bantuan langsung) dan dukungan emosional/informasi (House dan Kahn,
1985; Thoits, 1982 dalam Friedman, 1998) memasukan kedua komponen
dukungan sosial ini dalam empat jenis dukungan : instrumental,
informasional, penilaian, dan emosional. Friedman (1998) menambahkan
selain empat dukungan di atas dukungan spiritual adalah sebagai cara
paling penting bagi keluarga mengatasi suatu stresor yang berkaitan
dengan kesehatan.

a. Tangible Assistance Support (Dukungan Materi)


Dukungan materi adalah merupakan tindakan atau materi yang
diberikan oleh orang lain yang memungkinkan pemenuhan tanggung
jawab yang dapat membantu untuk mengatur situasi yang menekan.

b. Information Support (Dukungan Informasi)


Dukungan informasi adalah komunikasi tentang opini atau kenyataan
yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini. Bentuk
intervensi keperawatan yang biasa diminta, diperolehnya informasi
mempunyai sasaran memperbaiki kemampuan koping pasien/keluarga
(Levental dan Johnson, 1983 dalam Brunner & Suddarth, 2002),
misalnya nasehat dan informasi-informasi yang dapat menjadikan
individu lebih mampu untuk mengatasi sesuatu
.
19

c. Apprasial Support (Dukungan Penilaian/penghargaan)


Dukungan penghargaan termasuk bantuan individu untuk memahami
peristiwa yang dapat menimbulkan stres dengan lebih baik dan
mengetahui penyebabnya. Penghargaan dari orang lain dan sugesti
yang berarti bagi seseorang dapat mengimbangi aspek yang dapat
menimbulkan stres suatu kejadian.

d. Emotional Support (Dukungan Emosional)


Bantuan sosial emosional merupakan pernyataan tentang cinta,
perhatian, empati dan menjadi bagian dari kelompok yang berfungsi
untuk memperbaiki perasaan negatif yang khususnya disebabkan oleh
stress.

Kemampuan untuk mendapat dukungan emosional dari keluarga,


sahabat dan pelayan kesehatan sementara memelihara rasa kemampuan
diri sangat penting. Penyakit sering mengakibatkan ketakutan dan
ansietas serta rasa terasing. Keterampilan koping yang bermakna dapat
meraih bantuan dari orang lain, sehingga akan memelihara harapan
melalui dukungan. Dukungan dapat diperoleh dengan cara berbicara
dengan orang lain yang mengalami kondisi serupa. Kelompok
pendukung sangat penting untuk mendorong ekspresi perasaan,
berbagi masalah praktis, dan merupakan koping efektif secara bersama
( Brunner & Suddarth, 2002).

e. Spiritual Support (Dukungan Spiritual)


Meskipun kebanyakan orang akan memikirkan upaya mencari dan
mengandalkan dukungan spiritual sebagai suatu respons koping
individual, beberapa studi menyatakan bahwa anggota keluarga
menemukan dukungan spiritual ini sebagai cara keluarga untuk
mengatasi stresor (Chesler dan Barbarinm 1987; Friedman, 1985;
Olson et al, 1983 dalam Friedman 1998).
20

Sesungguhnya kepercayaan terhadap Tuhan dan berdoa


diidentifikasikan oleh anggota keluarga sebagai cara paling penting
bagi keluarga mengatasi suatu stresor yang berkaitan dengan kesehatan
(Friedman, 1985; Pravikoff, 1985 dalam Friedman 1998).

3. Sumber - Sumber Dukungan Sosial


Hause dan Kahn dalam Friedman (1998) mengemukakan bahwa dukungan
sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti
dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung; atau
dukungan sosial eksternal – dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti
(dalam jaringan kerja sosial keluarga). Menurut Pilisuk dan Parks (1983)
dalam Friedman (1998) di dalam jaringan kerja sebuah keluarga ada
teman-teman, asosiasi kerja, tetangga-tetangga, dan jaringan kerja
komunitas; jaringan kerja profesional (termasuk mereka yang memberikan
perawatan kesehatan, dan kaum profesional lainnya).
21

D. Kerangka Teori

Sumber Dukungan
1. Suami/Istri
2. Saudara kandung
3. Teman
4. Asosiasi kerja
5. Tetangga Faktor Predisposisi
1. Psikoanalitik
6. Dokter 2. Perilaku
7. Perawat 3. Interpersonal
8. Ahli gizi 4. Eksistensial
5. Keluarga
6. Biologi

Faktor presipitasi
Dukungan sosial
1. Ancaman
1. Materi
terhadap
2. Informasi Kecemasan
integritas biologi
3. Penilaian Keluarga
2. Ancaman
4. Emosi
terhadap rasa
5. Spiritual
aman

Tingkat kecemasan
1. Kecemasan ringan
2. Kecemasan sedang
3. Kecemasan berat

Gambar : 2.1 Skema Kerangka Teori


Sumber modifikasi : Hamilton (1959), (House & Kahn, (1985); Thoits, (1982) dalam
Friedman, 1998), Kaplan & Saddock (1997), Stuart & Sundeen (2007).

E. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat

Dukungan sosial Kecemasan keluarga

Gambar : 2.2 Skema Kerangka Konsep


22

F. Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dan kecemasan
keluarga pasien di ruang HND RSUP Dr. Kariadi Semarang.

G. Hipotesa
Hipotesa penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan keluarga
pasien di ruang HND.
2. Ada hubungan antara dukungan materi dengan kecemasan keluarga
pasien di ruang HND.
3. Ada hubungan antara dukungan informasi dengan kecemasan keluarga
pasien di ruang HND.
4. Ada hubungan antara dukungan penghargaan dengan kecemasan
keluarga pasien di ruang HND.
5. Ada hubungan antara dukungan emosi dengan kecemasan keluarga
pasien di ruang HND.
6. Ada hubungan antara dukungan spiritual dengan kecemasan keluarga
pasien di ruang HND.

Anda mungkin juga menyukai