Nim : PO714251181055
Penyakit Autoimunitas
Penyakit Graves adalah salah satu jenis gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang
menjadi penyebab umum hipertiroidisme atau produksi hormon tiroid berlebih. Pada
penderita Graves, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh malah
menyerang kelenjar tiroid (autoimun). Hal ini membuat kelenjar tiroid menghasilkan hormon
tiroid dalam jumlah yang lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh.
Hormon tiroid mengatur banyak fungsi tubuh, di antaranya sistem saraf, perkembangan
otak, dan suhu tubuh. Namun demikian, kadar hormon tiroid yang terlalu banyak dalam tubuh
bisa menimbulkan gangguan serius pada jantung, otot, tulang, siklus menstruasi, mata, kulit,
dan masalah kesuburan.
Selain beberapa gejala di atas, 30 persen dari penderita Graves mengalami sejumlah
gejala khas, yaitu Graves oftalmopati dan Graves dermopati. Gejala Graves oftalmopati
terjadi akibat peradangan atau gangguan pada sistem imun, yang memengaruhi otot dan
jaringan di sekitar mata. Gejalanya antara lain:
Sedangkan Graves dermopati lebih jarang ditemukan. Gejalanya adalah kulit yang
memerah dan menebal, dan biasanya terjadi pada area tulang kering atau di bagian atas kaki.
Segera temui dokter untuk memeriksakan gejala penyakit Graves yang dialami dan
mendapatkan diagnosis yang akurat.
Penyakit Graves terjadi akibat gangguan pada fungsi sistem kekebalan tubuh. Pada
kondisi normal, tubuh menghasilkan antibodi untuk melawan virus atau bakteri yang
menyerang tubuh. Pada penyakit Graves, sistem kekebalan tubuh justru menghasilkan
antibodi TSI (thyroid-stimulating immunoglobulins), yang menyerang sel-sel tiroid yang
sehat. Meski demikian, belum diketahui mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Siapa pun dapat terserang penyakit Graves. Namun, beberapa faktor berikut ini dapat
membuat seseorang lebih berisiko mengalami penyakit Graves:
Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko terserang penyakit Graves dibanding pria.
Usia. Penyakit Graves lebih sering terjadi pada orang berusia di bawah 40 tahun.
Genetik. Riwayat penyakit Graves dalam keluarga dapat menyebabkan anggota
keluarga tersebut menjadi lebih rentan terserang penyakit Graves.
Menderita penyakit autoimun lain. Memiliki penyakit autoimun lain seperti
diabetes tipe 1 atau rheumatoid arthritis juga berisiko menimbulkan penyakit Graves
pada orang tersebut.
Stres secara emosional atau fisik. Sakit atau peristiwa yang menyebabkan stres,
dapat turut memicu penyakit Graves pada orang dengan gen yang rentan terhadap
penyakit ini.
Merokok. Merokok dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Bagi perokok yang
sedang menderita penyakit Graves, akan semakin berisiko terkena Graves
oftalmopati.
Kehamilan. Kehamilan atau kondisi pasca persalinan pada perempuan dengan gen
yang rentan, dapat meningkatkan risiko terserang penyakit Graves.
Diagnosis penyakit Graves diawali dengan menanyakan gejala yang timbul serta
riwayat penyakit yang pernah diderita. Dokter akan memeriksa denyut nadi dan tekanan
darah, serta melihat tanda-tanda tremor. Dokter juga akan memeriksa kelenjar tiroid di leher,
untuk memeriksa apakah terjadi pembesaran. Beberapa tes lain yang dapat dijalankan adalah:
Tes darah. Dokter akan melakukan tes darah untuk mengecek kadar hormon tiroid,
dan kadar hormon hipofisis atau pituitari yang mengatur produksi hormon dari
kelenjar tiroid, yaitu TSH (thyroid-stimulating hormone). Penderita Graves memiliki
level TSH yang lebih rendah dari batas normal, serta level hormon tiroid yang lebih
tinggi.
Tes serapan yodium radioaktif. Yodium diperlukan oleh tubuh dalam membuat
hormon tiroid. Sehingga dalam pemeriksaan ini akan menggunakan bantuan zat
yodium radioaktif dan melihat kadarnya di kelenjar tiroid melalui kamera khusus.
Dokter akan memberi sedikit yodium radioaktif dan mengukur kadarnya di kelenjar
tiroid. Pemeriksaan ini akan membantu dokter menentukan
apakah hipertiroidismedisebabkan oleh penyakit Graves atau oleh penyakit lain.
Tes pencitraan. Tes pencitraan dilakukan untuk melihat pembesaran pada kelenjar
tiroid. USG dapat menjadi pilihan bagi pasien yang tengah hamil. Bila diperlukan,
dokter akan menjalankan tes pencitraan lain, seperti CT scan atau MRI.
Penyakit Graves yang tidak segera ditangani dapat berujung kepada komplikasi yang
bisa membahayakan, yaitu:
Pada kasus Graves oftalmopati ringan, penanganan cukup dengan pemberian air mata
buatan dan pelumas, yang bisa diperoleh di apotek. Sedangkan pada kasus yang lebih parah,
dokter dapat memberikan obat kortikosteroid atau menyarankan penggunaan kacamata
prisma, tindakan radioterapi, hingga prosedur bedah. Metode pengobatan tersebut bertujuan
untuk mengurangi pembengkakan dan gangguan penglihatan.
Untuk penanganan di rumah, penderita penyakit Graves bisa melakukan beberapa hal,
seperti makan dan latihan secara teratur, serta mengelola stres dengan baik. Pada kasus
Graves oftalmopati, pasien bisa menggunakan kacamata hitam, memberi kompres dingin di
mata, memberi tetes mata, meninggikan bagian kepala jika hendak tidur, dan berhenti
merokok agar gejala tidak memburuk. Sedangkan untuk Graves dermopati, pasien bisa
menggunakan salep kortikosteroid, disertai kompres untuk mengurangi pembengkakan.