Anda di halaman 1dari 24

BAHAN AJAR SISTEM PENCERNAAN

TUJUAN INSTRUKTIONAL
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami akan kebutuhan
nutrisi, memperoleh nutri dan proses pencernaan makanan pada hewan, sehingga mahasiswa
dapat:
1. Menjelaskan peranan organ-organ yang terlibat dalam sistem pencenaan pada hewan
vertebrata dan avertebrata
2. Menjelaskan perbedaan antara lambung monogastrik, digastrik, dan poligastrik
3. Menyebutkan kelenjer-kelenjer pencernaan makanan beserta fungsi enzim yang dihasilkan
4. Menjelaskan mekanisme absorbsi zat-zat makanan oleh dinding pencernaan makanan

PENDAHULUAN

Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis/enzimatis, kimia, dan


mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam
saluran cerna. Tujuan dari pencernaan itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi
sederhana. Dan kegunaanya adalah unuk mempermudah penyerapan oleh vili usus.
Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui pencernaan adalah
karbohidrat, lemak, dan protein. Sedangkan yang langsung diserap berupa vitamin, mineral,
hormon, dan air.
Hewan memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan energi guna mempertahankan
hidup dan memelihara proses-proses tubuh, kontraksi otot, dan sebaginya, dan memenuhi bahan
mentah untuk membangun dan memelihara sel dan mesin metabolik, pertumbuhan, dan
reproduksi.
Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi (mengambil makanan), mastikasi
(mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah), dan deglutisi (menelan). Dalam hal ini deglutisi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : peristaltik (peristaltik esophagus mendorong bolus
ke arah lambung), tekanan buccopharyngeal (mendorong bolus ke sofagus), dan gravitasi
(membantu memudahkan jalannya bolus).
Pada pencernaan terdapat lambung tunggal untuk hewan carnivora dan omnivora, lambung
komplek untuk hewan herbivora, dan pencernaan pada unggas.

CARA-CARA HEWAN MEMPEROLEH MAKANAN

Hewan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan makanan. Beberapa hewan


mengintai, mengejar, memukul, menangkap dan membunuh. Bagi spesies hewan yang menempel
(sesil), dalam mendapatkan makanan terpaksa harus menggunakan cara yang lebih halus, seperti
mengabsorbsi melalui permukaan tubuh, menyaring makanannya atau menjebak.

Absorbsi Makanan Melalui Permukaan Tubuh


Endoparasit (misalnya protozoa parasit dan cacing pita) dan invertebrata air (Moluska dan
Crustaceae tertentu) mampu mengambil molekul makanan melalui integumennya dengan jalan
mengabsorpsinya dari medium di mana mereka hidup. Semua endoparasit berada dalam jaringan
inang atau dalam saluran pencernaan makanan yang kaya akan zat-zat makanan. Oleh karena itu,
hewan-hewan tersebut tidak memiliki alat pencernaan makanan. Demikian pula Crustaceae
parasitik anggota dari Cirripeda (kelompok bernakel), juga tidak memiliki saluran pencernaan
makanan, meskipun mereka berasal dari nenek moyangnya yang non parasitik yang memiliki usus.
Beberapa protozoa dan invertebrata yang hidup bebas ada yang menggunakan permukaan
tubuhnya untuk mengambil makanan dari medium di sekitarnya. Molekul-moleku kecil seperti
asam amino diambil dari medium encer di sekitarrnya dengan mekanisme transport aktif,
sedangkan molekul-molekul yang lebih besar atau partikel-partikel diambil melalui proses
endositosis.

Endositosis
Endositosis dibedakan menjadi dua, yaitu pinositosis (sel minum) dan fagositosis (sel
makan). Fagositosis terjadi bila suatu molekul atau partikel kecil menempel ke permukaan sel dan
membran sel di bawahnya mengalami invaginasi, membentuk saluran endositotik. Partikel-
partikel “ditelan” masuk ke dalam vesikel yang terbentuk di dasar saluran. Vesikel yang telah terisi
penuh dengan makanan (disebut vakuola makanan) akan melepaskan diri dari membran sel dan
kemudian “mengapung-apung” bebas di dalam sitoplasma. Guna mencernakan makanan, maka
lisosom (organel yang berisi enzim pencernaan) akan berfusi dengan vakuola makanan. Sambil
terjadi proses pencernaan vakuola makanan beredar ke seluruh sel (karena aliran sitoplasma) untuk
membagiakan zat makanan hasil pencernaan. Caranya: molekul-molekul halus akan berdifusi
keluar menembus membran vakuola makanan, sedangkan molekul-molekul yang tidak dapat
menembus membran akan dibebaskan dengan memecah membran. Sisa makanan kemudian
dikeluarkan dari dalam sel melalui anus sel (anal pore) secara eksositosis. Cara demikian dijumpai
pada protozoa misalnya Paramaecium dan Amoeba. Selain itu endositosis juga dijumpai pada
saluran pencernaan dan jaringan pencernaan beberapa Metazoan, misalnya pada Porifera dan
Coelenterata.

Menyaring Makanan
Hewan yang menetap (sesil) harus menunggu makanan yang datang kepadanya. Dalam
lingkungan air tawar dan laut terdapat berbagai kelompok hewan penyaring makanan (suspension
feeder). Kebanyakan dari hewan-hewan tersebut sangat tergantung pada aliran air yang membawa
organisme-organisme kecil yang kemudian mereka tangkap dengan berbagai cara. Kebanyakan
hewan penyaring makanan adalah hewan kecil yang menetap, misalnya bunga karang (Sponges),
Brachiopoda, Lamellibranchiata dan Tunikata.
Brachiopoda biasanya berputar pada tangkai pedal sehingga menghasilkan orientasi
hidrodinamik yang sangat efisien untuk memutar air. Sejumlah hewan sesil yang lain dalam
menggerakkan air menggunakan efek Bernouli (misalnya, tekanan cairan turun begitu kecepatan
cairan meningkat) untuk meningkatkan kecepatan aliran makanan. Suatu contoh dapat dilihat pada
bunga karang, yang juga menggunakan flagella dari khoanosit untuk menciptakan aliran air
internal (gambar 9.1).
Aliran air melintasi oskulum yang berbentuk kerucut yang ujungnya terbuka luas,
menyebabkan suatu penurunan tekanan (efek bernouli) di luar oskulum. Hasilnya, air berpindah
ke luar spons melalui oskulum, dan air masuk melalui ostia pada dinding tubuhnya. Penurunan
tekanan dibantu oleh bentuk luar spons yang menyebabkan air dari oskulum mengalir dengan
kecepatan lebih tinggi daripada air yang mengalir melalui ostia. Partikel-partikel makanan yang
masuk bersama-sama air melalui ostia “ditelan” oleh khoanosit-khoanosit yang berflagella. Pada
Lamelibranchiata, lendir dari campuran mukopoliskharida yang kental berperan penting dalam
kebanyakan filter makanan. Mikroorganisme dan partikel-partikel makanan yang terbawa air akan
terperangkap pada lapisan lendir yang menutupi epithelium bersilia. Lendir itu kemudian diangkut
kebagian mulut melalui gerakan cilia.

Gambar 9.1 Skematik aliran airpada potongan membujur bunga karang


Syconoid.

Aliran air tidak saja membawa makanan, tetapi juga oksigen yang penting dalam proses
respirasi. Pada Mytilus (suatu Lamellibranchiata), silia lateral menimbulkan suatu aliran air
melalui sifon pengisap yang kemudian mengalir di antara lembar-lembar insang. Silia frontal
berfungsi untuk menahan lendir bergeser ke bawah sepanjang filamen ke ujung insang, lendir
digerakkan oleh silia ke arah mulut dalam suatu tali lendir seperti jerat pada suatu alur khusus.
Partikel-partikel pasir dan partikel yang tidak termakan ditolak dan keluar melalui sifon
pengembus (pengeluaran).
Hewan penyaring makanan yang terbesar adalah ikan paus “berinsang tulang” (baleen
whales). Pada rahang atasnya terdapat lempeng-lempeng “insang tulang” yang bertanduk,
mengandung filament-filamen paralel dari keratin seperti rambut, yang tergantung antara rahang
atas dan rahang bawah dan berperan sebagai saringan. Ikan paus tersebut berenang ke arah
kelompok hewan-hewan kecil di lautan bebas seperti plankton dan larva udang-udangan. Rahang
dibuka, air masuk mulut, kemudian air disemprotkan keluar melalui saringan insang dengan
pertolongan lidahnya yang lebar. Udang-udangan dan plankton tetap tertinggal di dalam mulutnya
dan kemudian ditelan.
Contoh lain hewan yang lebih kecil, memiliki alat penyaring makanan yang mirip pada ikan
paus adalah burung Flamingo. Alat penyaringan pada flamingo tersebut digunakan untuk
menyaring hewwan-hewan kecil dan butir-butir lain yang ditemukan dalam lumpur di dasar habitat
air tawar. Flamingo dan ikan paus sejati memliki suatu rahang bawah yang berdasar dalam, suatu
rostrum yang melengkung ulang, filter lingkaran pinggir berserat yang tergantung pada rahang
atas, dan suatu lidah luas yang berdaging. Perbedaan utama adalah bahwa flamingo memakan
dengan kepala terangguk-angguk.
Beberapa ikan bertulang sejati (Teleostei) dan hiu juga termasuk hewan penyaring
makanan. Ikan-ikan tersebut menyaring organisme yang melewati insang-insangnya yang
berfungsi sama seperti lempeng-lempeng penyaring pada ikan paus sejati.

Menusuk dan Menghisap


Makan dengan menusuk dan menghisap dijumpai pada Platyhelminthes, Nematoda,
Annelida, dan Arthropoda. Diantara Chordata peghisap darah, orang sering menyebut kalelawar
vampir; namun anggapan ini sebetulnya kurang tepat, sebab hewan ini menjilati darah yang keluar
dari luka gigitan giginya yang tajam. Di antara Annelida, lintah adalah penghisap darah yang
sesungguhnya. Dengan menggunakan suatu zat anti pembekuan (zat antikoagulan) dalam air
liurnya darah yang dihisap dari pembuluh darah dijaga tidak membeku. Beberapa cacing pipih
yang hidup bebas menangkap mangsa invertebratanya dengan dililit. Mangsa kemudian “ditusuk”
dengan faringnya yang dapat ditonjolkan keluar dan dapat mengeluarkan enzim proteolitik untuk
mencernakan mangsanya. Tubuh mangsa yang sudah tercerna kemudian dihisapnya.
Banyak contoh Arthropoda makan dengan menusuk dan menghisap. Contoh yang terkenal
adalah nyamuk, kepinding, kutu kepala, dan caplak. Umumnya inang Arthropoda penusuk dan
penghisap ini adalah hewan, namun ada beberapa terutama Hemiptera, inangnya adalah tanaman.
Insekta penghisap seperti Hemiptera, memiliki bagian mulut penusuk tajam dalam bentuk
probosis. Pada kutu penghisap tanaman, probosisnya berbentuk suatu tabung seperti jarum yang
bersendi terbentuk dari bibir, yang ditunjang dan dilindungi oleh bagian mulut yang lain. Dua
maksilare membentuk dua kanal yang menuju ujung probosis. Salah satu merupakan saluran
dorsal, adalah jalan untuk cairan yang dihisap dari inang; yang lain adalah saluran ventral untuk
menyalurkan air ludah yang mengandung zat anti pembekuan dan enzim-enzim ke inang.
Penghisapan terjadi karena kerja dari otot-otot faring. Setelah makan, probosis pada beberapa
hemiptera ditekuk kembali.

Rahang, Paruh, dan Gigi


Suatu struktur seperti parut yang disebut radula digunakan oleh Gastropoda uuntuk memarut
alga dari permukaan karang atau memarut tetumbuhan. Meskipun tidak ada gigi sebenarnya seperti
pada kelompok Vertebrata, beberapa invertebrata memiliki struktur seperti paruh atau gigi seperti
zat kitin untuk menggigit atau makan. Oktopus misalnya, memiliki paruh yang tajam. Vertebrata
tingkat rendah, seperti Cyclostoma, Elasmobrankhiata, Teleostei, Amfibi, dan Reptil memiliki gigi
tajam yang menonjol pada rahang atau langit-langit, yang berfungsi membantu menahan, merobek
dan menelan mangsanya. Di antara Vertebrata tingkat rendah ada yang menelan mangsanya bulat-
bulat.
Burung tidak memiliki gigi, tetapi memiliki paruh dari zat tanduk yang dikhususkan
dengan variasi adaptif yang cocok dengan jenis makanannya. Misalnya, paruh mungkin memiliki
pinggir yang tajam, paruh atasnya seperti kait, atau ujung tajam untuk mematuk kayu, dsb. Burung-
burung predator menangkap mangsanya dengan cakar atau paruhnya. Burung pemakan biji
menelan makanannya utuh-utuh, untuk digiling di dalam empela atau lambung urat daging
(“gizzard”) yang berotot kuat dan mengandung kerikil untuk membantu proses penggilingan.
Gigi-gigi hewan di bawah Mammalia biasanya sangat berbeda satu dengan yang lain; satu
perkecualian ditemukan di antara spesies ular berbisa, seperti vipers, kobra, dan ular tanah, yang
memiliki gigi yang telah termodifikasi yang disebut taring untuk menyuntikkan racun (bisa)
pemangsanya. Taring tersebut dilengkapi dengan suatu alur yang digunakan untuk menyalurkan
bisa, sangat mirip dengan jarum suntik. Pada ular tanah, taringnya dapat dilipat ke belakang, ke
bawah langit-langit rongga mulut, tetapi dapat berdiri tegak apabila mulut dibuka. Rahang bawah
seekor ular diikat bersama oleh suatu ligamen yang elastis, sehingga memungkinkan terpisah
selama menelan. Keadaan ini memungkinkan ular mampu menelan hewan yang lebih besar dari
pada diameter kepalanya.
Mamalia menggunakan gigi-giginya secara efektif untuk membunuh mangsa dan
kemudian memotong-motong dan menggilingnya, sehingga gigi-gigi tersebut berkembang dengan
bentuk yang bervariasi. Gigi seri seperti pahat digunakan khususnya oleh Rodentia misalnya
kelinci untuk menggerogoti makanan. Pada Probocidea (gajah, mamouth) gigi serinya mengalami
modifikasi sebagai sepasang gading. Taring tajam seperti belati digunakan oleh Carnivora,
Insektivora, dan Primata untuk mencabik dan merobek. Pada beberapa kelompok seperti babi
hutan dan singa laut, taring-taringnya memanjang seperti gading yang digunakan untuk senjata.
Pada Karnivora, geraham seperti pisau, gigi seri panjang dan tajam, digunakan untuk memotong
daging menjadi potongan-potongan yang lebih kecil untuk ditelan. Bentuknya yang paling
kompleks dan menarik adalah geraham beberapa kelompok herbivore seperti Arthiodactyla (sapi,
kambing, babi), Perissodactyla (kuda, zebra), dan Proboscidea. Giginya digunakan untuk
mengunyah dengan gerak menggiling dari sisi ke sisi, tersusun dari lapisan enamel yang berlekuk-
lekuk; semen dan dentin, semuanya berbeda dalam kekerasan dan kecepatan rusaknya. Karena
dentin yang lebih lemah, maka rusaknya agak cepat, semen dan enamel yang lebih keras
membentuk tonjolan tajam yang memberikan keefektifan geraham untuk mengunyah rumput dan
tetumbuhan lain.

ALAT-ALAT PENCERNAAN (APPARATIS DIGESTIVUS)

Pada hewan lambung tunggal pencernaannya terdiri dari : mulut (cawar oris), tekak
(pharyng), kerongkongan (esofogus), gastrium (lambung), intestinum tenue (usus halus :
duodenum, ileum, dan jejenum), Instestinum crasum (usus besar = calon, caecum, rektum), dan
anus.
Sedangkan pada hewan lambung komplek alat pencernaannya terdiri dari : mulut, faring,
esophagus, lambung (rumen, retikulum, omasum, abomasum), usus halus (duodenum, ileum,
jejenum), usus kasar (kaekum, rektum), dan anus. Seperti terlihat pada gambar 9.2
Gambar 9.2 Skema umum saluran pencernaan makanan pada hewan

Pencernaan pada lambung tunggal terjadi di mulut, prosesnya dilakukan secara mekanis
oleh gigi, makanan dicampurkan dengan air ludah, menggunakan lidah sebagai alat pengecap dan
mulut sebagai alat prehensi.
Sedangkan pada lambung komplek, prosesnya terjadi di rumen. Rumen mempunyai
beberapa spesifikasi, yaitu : berbentuk elastis, ukuran besar (4 x omasum dan abomasum), terbagi
beberapa ruang : ventral dorsal, anterior, dan posterior, dibatasi dengan pilar-pilar, seperti rumah
laba-laba dan tidak berkelenjar, banyak terdapat mikroba (bak, jamur, protozoa, amuba) sebagai
“fermentator”, tempat terjadi pencernaan mikroba melalui proses fermentasi, terbentuknya vitamin
B12 dengan bantuan Co.
Gambar 9.3 Lambung pada Vertebrata (A) Lambung monogatrik (B)
Lambung digastrik (C) Lambung poligastrik

Faring.Faring merupakan persimpangan saluran nafas dengan saluran cerna, jalan makan
harus cepat pada faring bolus tidak akan berubah.
Kerongkongan (Oesophagus).Kerongkongan berfungsi sebagai penyalur bolus ke
lambung melalui peristaltik, bukofaringeal, gaya berat (gravitasi). Pada kerongkongan terdapat
kelenjar sekretoris, makanan tidak berubah dan tersusun oleh otok longitudinal dan sirkuler.
Lambung.Lambung terdiri dari : “kardia, fundus, badan” (sekresi pepsin dan HCl) dan
“pylorus” (sekresi mucus : gastrin). HCl mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah : sebagai
aktifator pepsinogen dan renin, dengan pepsin dapat mencerna protein, dapat menghidrolisis
sukrosa, dan sebagai bahan antiseptik lambung. Lambung berfungsi sebagai tempat menyimpan
bahan makanan sementara, lambung mengalami proses mekanis dan kimiawi, adanya gerakan
lambung dan cairan lambung bersifat asam. Dengan pH maksimal = 1,0.
Kontrol Sekresi Lambung. Pada lambung terdapat 3 fase untuk mengontrol sekresi yaitu,
fase sefalik (cephalic phase) melihat makanan, fase gastrik yang menstimuli mekanis (fungsi dan
fagus) = apabila tersentuh makanan maka sekresi akan meningkat, lalu ada juga homoral (bekerja
melalui peredaran darah), Pavlov (sekresi pylorus) gastrin yang berhubungan langsung dengan
sekresi lambung akan meningkat, dan yang terakhir adalah fase intestinal = hasil cerna pada usus
akan meningkatkan sekresi lambung.Terdapat juga inhibisi (penghambatan) sekresi lambung,
sefalik yang berefek marah dan kesakitan akibat sekresi lambung meningkat. Sedangkan, pada
gastric HCl lambung akan menyebabkan gastrin menurun dan berakibat sekresi lambung menurun.
Saat interogastron meningkat maka sekresi lambung akan menurun. Dan usus berhadapan
langsung dengan gastrin adalah duodenum.
Gerak Lambung. Gerak pada lambung dipengaruhi oleh otot polos, dan bekerja secara
otomatis, bersifat ritmis = kontraksi dan relaksasi (peristalsis dan tonis) diatus oleh pacemaker
dikardia dan pilorus. Berguna untuk menghancurkan, mencampur, dengan getah lambung dan
mendorong ke usus.
Pengosongan Lambung. Pengosongan pada lambung terjadi terus selama pencernaan
lambung berlangsung, sering kali pada interval yang tak teratur, ingesta lambung didorong ke arah
usus oleh kontraksi lambung sehingga menyebabkan tekanan pada lambung meningkat. Pada
lambung juga terdapat sphincter pylori yang berfungsi untuk mencegah regurgitasi (alur balik)
duodenum dan kurang berarti dalam pengaturan pengosongan lambung.
Faktor pengosongan lambung bermacam-macam, diantaranya : fisik makanan = jika
makanan kasar maka pengosongan akan lambat, tekanan osmose lambung meningkat maka
pengosongan akan cepat. Apabila viskositas lambung meningkat (misalnya : lemak) maka
pekosongan akan lambat. Karena lemak mengakibatkan empedu meningkat sehingga
enterogastron meningkat dan gerak lambung turun. Apabila volume meningkat (semakin asam)
maka pengosongan akan lambat sebab kontak usus dengan asam lambung akan terjadi reflek
inhibisi gerak lambung, komponen ingesta usus = asam dan lemak dalam ingesta meningkat maka
pekosongan lambung berjalan lambat.
Lumen.Gerak rumen terbagi menjadi 2 tipe : Tipe A, merupakan gerak lambung
berhubungan dengan retikulum (retikulum menuju rumen lalu ke omasum). Sedangkan Tipe B,
merupakan gerakan lambung yang tidak berhubungan dengan retikulum, rumen bagian ventral
menuju bagian dorsal.
Omasum. Omasum memeras ingesta sehingga menjadi padat, terjadi absorsi vitamin dan
mineral (naik), dan mempuyai kadar VFA dan HCO turun, sedangkan Cl meningkat.
Usus Halus.Pada monogastsik usus kecil / halus sangat penting dalam pemecahan dan
absorpsi. Terjadi pemecahan bahan makanan secara sempurna dan penyerapan sari makanan
secara besar-besaran di duodenum, yeyenum, dan ileum. Sedangkan pada lambung komplek tidak
begitu penting, karena absorpsi secara besar-besaran terjadi di rumen, mengandung sedikit gula,
asam amino, Na, Cl, Ca, Mg diserap disini, kadar VFA pada lambung komplek sedikit.
Gerak Usus. Pada gerak usus terdapat 3 gerakan, yaitu: Segmentasi adalah gerakan
memotong / ovoid (makanan diam), Penduler adalah gerakan berayun ( makanan diam ), dan
Peristaltik adalah mendorong ingesta kearah relaksasi (makanan berjalan ke anus).
Usus Besar. Usus kasar (intestinum crasum = colon) mempuyai ciri-ciri sebagai berikut:
Ukuran lebih besar daripada usus halus dan terdapat sakulasi (kantong-kantong). Pada usus kasar
terjadi fermentasi dan absorpsi air dan elektrolit secara intensif. Usus kasar hanya sedikit
menggunakan gerakan peristaltik.
Usus Buntu (Caecum). Usus buntu atau yang di sebut dengan caecum terdapat pada hewan
herbivora dan karnivora, sedangkan pada kuda ( non ruminansia ) usus buntu hanya berperan
sebagai tempat fermentasi. Terdapat gerakan penduler (mencampur) penyerapan dapat maksimal.
Kelenjar Getah Cerna. Kelenjar ini terjadi di dua tempat yaitu : di usus tubuler dan di luar
usus. Untuk di usus tubuler terdapat kripta liberkuhni, mukosanya = kelenjar brunneri, sel goblet,
dan diatur oleh hormone dan saraf. Sedangkan diluar usus dipengaruhi oleh kelenjar ludah,
pankreas, dan hati.
Kelenjar salivarius ( kelenjar ludah ). Kelenjar ini pada carnivora bersifat serous,
sedangkan pada herbivora bersifat serous sedangkan pada herbivora bersifat mukos. Kelenjar
salivarius diatur oleh refteks karena makan.
Pankreas. Pankreas berfungsi sebagai “endokrin” (sekresi hormon pada sel langerhans,
misalnyainsulin). Selain berfungsi sebagai “endokrin”, pankreas juga memiliki fungsi eksokrin
(sekresi setah pankreas) di dalam gerah pankreas terdapat enzim (HCO3)2 dan Cl-. Fungsinya
adalah untuk memproduksi enzim dan solubilitas (pelarut) lemak atau minyak. Fungsi eksokrin di
kontrol oleh hormone skretin dan pakreozimin (meningkat), saraf fagus (menurun), pH ingesta
yang ingestanya bersifat asam, sehingga sekresi getah pangkreas meningkat.
Hati. Hati berfungsi sebagai sekresi cairan empedu. Dalam hal ini terdapat 3 komponen,
yaitu : pada humoral = skretin dan kolesistokini, maka sekresi meningkat, pada kimiawi = garam
empedu meningkat maka sekresi empedu menurun, pada saraf vagus sekresi akan menurun. Selain
sebagai cairan empedu hati juga berfungsi sebagai metabolisme = protein, karbohidrat, dan lemak,
sebagai detoksifikasi (menghilangkan racun), sebagai pemecah eritrosit dan pembentuk protein,
darah, dan sebagai penyimpan vitamin.
Getah Empedu. Bentuk empedu merupakan cairan kental warna hijau (biliverdin), kuning
(bilirubin), dan rasanya pahit. Sedangkan komposisi empedu, berupa : 3% padat, 97% cair, yang
cair berupa garam atau asam empedu, pigmen, elektrolit (Na, Cl, HCO 3), lesitin, dan kolesterol.
Getah empedu merupakan hasil destruksi (pecah) eritrosit, fungsinya untuk solubilitas lemak atau
minyak. Getah empedu juga mensekresikan secara aktif dan sinambung tergantung aliran darah ke
hati, status pencernaan, komposisi makanan dan kadar garam empedu, getah empedu dikontrol
oleh saraf, kimia, dan hormon.

PENCERNAAN ENZIMATIS

Pencernaan enzimatis disebut dengan pencernaan pada lambung tunggal, letaknya dimulut.
Misalnya tepung yang akan diubah menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim amilase. Pialin
dan enzim lisozim (sebagai penghancur bakteri yang tidak berguna) kemudian diubah menjadi
bolus yang akan masuk ke esophagus dan berakhir di lambung.
Lambung. Pada lambung terdapat bolus (bahan makanan berbentuk bulat). Yang sudah
dicerna oleh enzim ptialin atau lipase, dan menghasilkan getah lambung (HCl, renin, dan pepsin)
dengan aksi mengaduk pylorus. Pada lambung hasil akhirnya berupa proteose, peptone dan gula
sederhana.
Lemak yang masuk ke lambung disertai dengan air ludah dan bolus dengan bantuan HCl
yang menyebabkan kontraksi otot lambung. Pada kantong empedu dan pankreas (enzim lipase)
menghasilkan asam lemak dan gliserol yang diabsorpsi oleh usus.
Usus. Pada usus terdapat enzim tripsin, lipase, amylase dan karboksi pepridase yang
masuk kedalam chymus (lemak, protein dan karbohidrat) kemudian menjadi bahan penyusun (sari
makanan) yang siap diserap.
Karbohidrat akan diubah menjadi gula dengan bantuan enzim amylase, sedangkan protein
diubah menjadi asam amino dengan bantuan enzim pepsin, tripsin dan reptidase. Sedangkan lemak
diubah menjadi gliserol atau asma lemak dengan bantuan enzim lipase lalu diubah menjadi lemak
dan terakhir diubah menjadi kilomikon dengan bantuan protein.

PENCERNAAN MIKROBA

Pencernaan mikroba pada herbivora berfungsi sebagai pemecah bahan makanan


(fermentasi) lalu diserap dan menjadi sumber energi.
Pada karnivora pencernaan mikroba tidak penting, sedangkan usus kecil penting kemudian
degradasi dan penyerapan zat makanan.
Pada ruminansia (sapi) pencernaan mirkoba terletak di rumen untuk difermentasi lalu hasil
VFA (asam asetat, butirat, propianat) berubah menjadi sumber energi dan CO2 + CH4.
Pada hewan non-ruminansia (kuda) pencernaan mikroba terletak di kolon dan usus buntu
(tempat fermentasi) untuk penyerapan zat makanan.

PENCERNAAN RUMINANSIA

Pencernaan pada ruminansia terjadi didalam mulut dengan proses mastikasi, kemudian
makanan ditelan kedalam lambung (rumen, reticulum, omasum, dan abomasum). Didalam rumen
terjadi fermentasi oleh mikroba secra intensif.
Mikroba pada rumen terdapat bakteri (anaerob-patogen, misalnya : streptofokus,
laktobasilus, bukinvibrio, bakterioides ruminikola). Selain bakteri juga terdapta protozoa (siliata
entodinium, diplodinium, epidinium, dan aphry colex dan flagelata).
Rumen. Bahan makanan seperti amilum, rumput, gula, urea, dan lemak difermentasi oleh
mikroba menjadi VFA dan gas (CH4, CO2, NH3, H2S) lalu diserap oleh tubuh.
VFA (volatile fatty alid) adalah asam lemak yang mudah menguap (asam asetat = 60-70%;
asam butirat = 10-15%; asam propionate = 15-20%). Pada rumput tinggi = asam asetat meningkat
dan propionate menurun, pada gula dan karbohidrat = asam asetat menurun dan propionate
meningkat, pada tetes (molasses) = asam asetat menurun dan butirat meningkat. Kecepatan
fermentasi pada gula halus, pada karbohidrat lobus dan muda pada selulosa tua.
Asam klorida (HCl) dari abomasum masuk ke rumen, mikroba yang masuk mati (protein
sebagai sumber protein hewan). Dirumen makanan sebagai sumber protein mikroba akan berubah
menjadi vitamin B komplek dengan bantuan Mo dan Co.
Berbeda dengan protein, lemak makanan di dalam rumen diubah menjadi asam-asam
lemak atau gliserol dengan bantuan hidrolisis mikroba, kemudian diubah menjadi asam propionat
dengan difermentasi, lalu sisa lemaknya masuk kedalam usus.
Usus Kecil/Halus Ruminansia. Pada usus kecil atau halus perjalanan sisa makanan
diperlambat di usus kasar, caecum dan colon bertindak sebagai tempat fermentasi. Isi dalam usus
halus dengan cepat menjadi hiopotonis terhadap plasma (disebsbkan penurunan cepat konsi Na,
Cl, CO2, VFA, dan ammonia). Absorpsi air dilakukan di usus besar.
Absorpsi. Absorpsi terdiri dari 2 komponen, yaitu : difusi sederhana (migrasi pasir)
tergantung derajat konstanta zat, berhubungan langsung dengan beda konsentrasi, ukuran besar,
bentuk, muatan listrik, dan polaritas senyawa. Transport aktif melawan derajat konsentrasi dan
memerlukan energi (ATP). Transport aktif meliputi : transport perantara (kina), difusi terbatas,
transport berpenghantar (Mg++, Fe++), dan pinositosis (pencaplokan).
Absorbsi Bahan Makanan. Pada bahan makanan terdapat beberapa ketentuan, diantaranya
adalah : glokusa dengan transport aktif, lemak dan protein utuh melalui pembuluh limfe, asam
amino diabsorpsi melalui transport aktif, immune globuline dari kolustrum diserap utuh dengan
pinositosis, gliserol diserap secara transport aktif, monogliserida dan asam lemak rantai panjang
dan micelles melalui difusi sederhana, natrium tergantung kalium dalam sel, dan Cl, fosfat, Ca
transport pasir, Mg, Sr, dan Ba diserap secar difusi. Besi secara transport aktif diatur oleh Fe dalam
sel mikosa dan kemampuan FC bersenyawa dengan apoferitin membran feritin.

PENCERNAAN UNGGAS

Saluran pencernaan pada unggas terdiri dari = mulut, esophagus, tembolok (ingluvies =
crop), proventrikulus (lambung kelenjar), ventrikulus, intestinum tenue (duodenum, sesenum,
ileum), intestenum crasum (kolon, rectum, caecum) dan loloaka.
Mulut, Esofagus, dan Tembolok. Pada mulut terdapat celah, kelenjar ludah, paruh dan
lidah (bahan tanduk), tidak bergigi, sehingga tidak ada mastikasi. Berbeda dengan mulut
esophagus mempunyai kelenjar mukosa (hanya sebagai penyalur makanan ke ingluvies).
Sedangkan ingluvies atau tembolok hanya terdapat pada bangsa burung pemakan biji-
bijian, sebagai penyimpan makanan sementara (menjadi lembab), terjadi aktivitas lactobacillus
sehingga terbentuk methanol.
Proventrikulus. Proventrikulus atau lambung kelenjar mempunyai lapisan submukosa
yang berkembang baik dan kaya akan kelenjar-kelenjar sekretoris yang akan menghasilkan HCl
dan pepsin.
Intestinum Crassum. Kolon berbentuk villi pendek lebar, berorot dan mampu mengadakan
gerakan anti peristalsik dan sangat pendek. Kloaca merupakan 2 kantong buntu diantara item dan
kolon sebagai kamar fermentasi, cloaca diproduksi oleh vitamin B.
Kloaca merupakan ruang simpan yang besar untuk urin dan feses disebut coprodaeum,
yang lebih kecil urodaeum (oviduct atau tonjolan genita atau jantan dan ureter, dan protodaeum
yang dekat lubang keluar. Absorpsi air terjadi pada caeca dan kolon.
Ventriculus. Ventriculus (empedu = gizzard) dilapisi oleh epithelium kolumner yang
berkeratin, fungsinya sebagai penggerus, dihasilkan koilin suatu komplek protein atau polisakarida
(menyerap bila kontak dengan asam dari proventrikulus, terdapat grrit (kerikil kecil dalam
gizzard), ventrikulus berkembang biak pada bangsa burung pemakan biji.
Kelenjar Getak Cerna. Kelenjar getah cerna memiliki beberapa tempat, yaitu : pada
mulut dan esophagus enzim yang digunakan amilase saliva. Pada proventrikulus enzim yang
digunakan pepsinogen dan HCl (asam), pada ventrikulus digunakan kolin (bahan keratin), pada
duodenum digunakan enzim eptidase, pankreozimin dan hormon sekretin, sedangkan enzim dalam
mikrovilli jejenun dan ileum adalah disak apidase, amino peptidase, direptidase dan esterase.
Intestinum Tenue. Pada intestenum tennue terdapat banyak sel piala (goblet cells) yang
mensekresi mucus dan bentuknya lebih padat daripada usus halus mamalia. Terdapat lipatan pada
subsmukosa (plica kerkringin), dan billi sebagai tempat absorpsi.
Pankreas dan Hati. Organ ini berkelenjar 3 lobi dengan 3 saluran yang bermuara di bagian
distal duodenum. Menghasilkan enzim amilase, tripsinogen, citymotripsinugen, karboxipeptidase,
lipase dan bikarbonat (elektrolit). Sekresi organ ini distimulasi oleh hormon pankreozimin dan
sekretin. Getah empedu unggas hanya mengandung sebuah garam empedu yang berkonjugasi yaitu
taurocholate, mengemulsi lemak dan mengaktifkan lipase.

PENCERNAAN DAN ABSORBSI

Pada pencernaan dan absorpsi terdapat karbohidrat, protein, dan lemak yang bersifat
monogaster, pengangkutan lemak dalam bentuk VLDL dan absorpsi secara intensif pada usus
halus.
Digesti Mikroba. Digestin mikroba terjadi di tembolok dan bagian bawah ileum sampai
kaekum terdapat banyak Mo (lactobacilli) berguna untuk memecah karbohidrat, protein dan gula
yang lolos oleh enzim. Caeca mempunyai populasi bakteri yang terbesar dan bertindak sebagai
kamar fermentasi. Hasil utama pada fermentasi adalah asam lemak volatile, terutama asam asetat,
asam propionate, Co2, dan methane dan beberapa vitamin yang diserap oleh caeca.

SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN MEMAMAH BIAK

Hewan memamah biak ( Ruminansia ) adalah hewan herbivora murni, contohnya sapi,
kerbau, dan kambing. Disebut hewan memamah biak karena memamah atau mengunyah
makanannya sebanyak dua fase. Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut. Makanan
tersebut tidak dikunyah hingga halus dan terus ditelan. Selang beberapa waktu makanan tersebut
dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus.
Gambar 9.4 Perbandingan saluran pencernaan hewan karnivora dan
Herbivora (Biology, Campbell, 2004)
Makanan hewan memamah biak berupa rumput atau tumbuhan. Sel tumbuhan tersusun
dari bahan selulosa yang sulit dicerna. Oleh karena jenis makanan tersebut, hewan memamah biak
mempunyai sistem pencernaan dengan struktur khusus yang berbeda dengan hewan karnivora dan
omnivora.

Saluran pencernaan hewan memamah biak


Saluran pencernaan hewan memamah biak terdiri atas organ-organ berikut :

1. Rongga Mulut (Cavum Oris)

Gigi yang terdapat dalam rongga mulut berbeda dengan mamalia lain dalam hal berikut.
a. Gigi seri (insisivus) mempunyai bentuk yang sesuai untuk menjepit makanan berupa
tetumbuhan seperti rumput.
b. Gigi taring (caninus) tidak berkembang.
c. Gigi geraham belakang (molare) berbentuk datar dan lebar. Makanan yang direnggut dengan
bantuan lidah secara cepat dikunyah dan dicampur dengan air liur dalam mulut, kemudian ditelan
masuk ke dalam lambung melalui esofagus.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Di sini
tidak terjadi proses pencernaan. Esofagus pada sapi sangat pendek dan lebar, serta lebih mampu
membesar (berdilatasi). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi, diperkirakan sekitar
5 cm.

3. Lambung
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan
peragian.

Gambar 9.5 Lambung hewan memamah biak

Bagian - Bagian Lambung Hewan Memamah Biak

Lambung Ruminansia terdiri atas empat ruangan (perhatikan Gambar 6.24), yaitu:
a. rumen (perut besar/perut urat daging),
b. retikulum (perut jala),
c. omasum (perut buku),
d. abomasum (perut kelenjar/perut masam).
Ukuran ruangan tersebut bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7–8%, dan abomasum 7–8%.
Mula-mula makanan masuk ke dalam rumen. Makanan yang masuk ke lambung ini telah
bercampur dengan ludah yang bersifat alkali sehingga memberi suasana basa dengan pH ± 8,5.
Selanjutnya, dalam lambung sapi berlangsung proses pencernaan sebagai berikut:
a. Rumen
Rumen berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang ditelan. Setelah rumen
cukup terisi makanan,sapi beristirahat. Di dalam rumen terdapat populasi bakteri dan Protozoa.
Mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim yang menguraikan polisakarida, misalnya enzim:
hidrolase, amilase, oligosakharase, glikosidase, dan enzim selulase yang berfungsi untuk
menguraikan selulosa. Selain itu juga terdapat enzim yang menguraikan protein, yaitu enzim
proteolitik; dan enzim pencerna lemak.

b. Retikulum
Di dalam retikulum makanan diaduk-aduk kemudian dicampur dengan enzim yang
dihasilkan oleh bakteri yang ada, hingga akhirnya menjadi gumpalan-gumpalan yang masih
kasar (bolus). Pengadukan dilakukan oleh kontraksi otot dinding retikulum. Kemudian, gumpalan
makanan tersebut didorong kembali ke mulut untuk dikunyah lebih sempurna (dimamah kedua
kali), sambil beristirahat. Setelah itu, gumpalan makanan ditelan lagi masuk ke omasum melewati
rumen dan retikulum.

c. Omasum
Di dalam omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur
dengan bolus. Makanan dijadikan lebih halus lagi di omasum. Kadar air dari gumpalan
makanan dikurangi (terjadi absorpsi air), kemudian gumpalan makanan diteruskan keabomasum.

d. Abomasum
Di dalam abomasum makanan dicernakan lagi dengan bantuan enzim dan asam
klorida. Abomasum merupakan perut yang sebenarnya, karena di sini terjadi pencernaan
sebenarnya secara kimiawi oleh enzim-enzim pencernaan. Enzim yang dikeluarkan oleh dinding
abomasum sama dengan yang terdapat pada lambung mamalia lain. Misalnya, enzim pepsin
merombak protein menjadi asam amino.
Asam klorida (HCl) selain mengaktifkan pepsinogen yang dikeluarkan dinding abomasum,
juga sebagai desinfektan (zat pembunuh bakteri, karena bakteri akan mati pada pH yang sangat
rendah). Namun, bakteri yang mati dapat dicerna menjadi sumber protein bagi hewan memamah
biak. Dengan demikian, hewan memamah biak tidak memerlukan asam amino esensial seperti
pada manusia. Kemudian, makanan yang telah halus dari ruang abomasum didorong masuk ke
usus halus. Di usus halus ini sari-sari makanan diserap dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Selanjutnya sisa makanan keluar melalui anus. Perhatikan sistem pencernaan sapi pada Gambar
9.5

Gambar 9.6 Saluran Pencernaan Ruminansia (Campell, 2004)

Apabila sapi meminum air, lipatan dinding antara rumen dan retikulum membentuk saluran
yang menghubungkan mulut-esofagus-omasum-abomasum. Keadaan yang demikian
mengakibatkan air yang diminum dapat langsung masuk ke abomasum.
Pada anak sapi yang masih menyusu induknya, rumen, retikulum, dan omasum masih kecil
serta belum berfungsi. Saluran lipatan tertutup oleh gerakan refleks sehingga air susu yang diisap
dari puting susu induknya langsung masuk ke abomasum.

Pada kelinci, marmot, dan kuda, fermentasi selulosa terjadi di dalam sekum.
Sekum (usus buntu) adalah kantong (bagian usus besar) yang berada di antara pertemuan
usus halus dengan usus besar dan umbai cacing. Di dalam sekum banyak bakteri selulolitik. Selain
itu, pada hewan-hewan tersebut hanya terjadi pengunyahan satu kali, sehingga feses yang
dikeluarkan lebih kasar dan berserat daripada feses sapi (yang mengalami pengunyahan selulosa
dua kali.

Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :


1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan seperli
rumput.
2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar.
3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum dan
Abomasum.
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas
mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan
kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.
Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:
3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi tarin
P = premolar = geraham depan
M = molar = geraham belakang
Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak
mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak
dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu
penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan)
pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding
tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut. Lambung
mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali
(kedua kah). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian.
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum,
omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.
Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara
bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi
selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen,
makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi
gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut
untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke
ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan
bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat
ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa
menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat
rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein
bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial
seperti pada manusia.
Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada
sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri
terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak
seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih
kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan
pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya
dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali.
Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan
lagi oleh kelinci.
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum
karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses
pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan
berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi
oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna
selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat
digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme
bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan organik akan
diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).

• Apendikitis Radang usus buntu.


• Diare Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.
• Kontipasi (Sembelit) Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air besar)
• Maldigesti Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang
merangsang lambung.
• Parotitis Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong
• Tukak Lambung/Maag "Radang" pada dinding lambung, umumnya diakibatkan
infeksi Helicobacter pylori
• Xerostomia Produksi air liur yang sangat sedikit
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang
salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini adalah
diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).
Diare. Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih
sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab
diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai
dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral,
sehingga terjadi dehidrasi.
Konstipasi (Sembelit). Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat.
Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit
ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan
banyak mengkonsumsi daging.

Tukak Lambung (Ulkus). Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga
terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-
bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak
lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung
jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis
tertentu.
Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai
berikut: Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain
adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe
yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul
rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan
kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada
lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat
pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.

Soal-Soal Latihan

1. Jelaskan peranan organ-organ yang terlibat dalam sistem pencenaan pada hewan
vertebrata dan avertebrata !
2. Jelaskan perbedaan antara lambung monogastrik, digastrik, dan poligastrik!
3. Sebutkan kelenjer-kelenjer pencernaan makanan beserta fungsi enzim yang dihasilkan !
4. Jelaskan mekanisme absorbsi zat-zat makanan oleh dinding pencernaan makanan !

Anda mungkin juga menyukai