Anda di halaman 1dari 23

BAHAN AJAR SISTEM EKSKRESI

TUJUAN INSTRUKTIONAL
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami sistem ekskresi pada
hewan, selanjutnya mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan fungsi utama sistem ekskresi pada hewan
2. Menjelaskan cara Coelentarata dan Echinodermata dalam memelihara konsentrasi cairan
internal tubuhnya tanpa alat ekskresi khusus
3. Menjelaskan mekanisme pengisian dan pengosongan vakuola kontraktil pada Protozoa
4. Menjelaskan tahap-tahap proses pembentukan urin pada vertebrata
5. Menjelaskan pengaturan air tubuh karena pengaruh ADH

PENDAHULUAN

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO 2, H2O,
NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga dapat diartikan sebagai proses
pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya. Ekskresi merupakan proses
yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pada organisme bersel satu, produk buangan
dikeluarkan secara langsung melalui permukaan sel. Sisa metabolisme yang mengandung
nitrogen ialah amonia (NH3), urea dan asam urat. Bahan tersebut berasal dari hasil perombakan
protein, purin, dan pirimidin. Amonia dihasilkan dari proses deaminiasi asam amino. Amonia
merupakan bahan yan sangat racun dan merusak sel. Hewan- hewan yang mengekskresikan
amonia disebut amonotelik.
Bagi hewan yang hidup di darat amonia menjadi masalah untuk kelangsungan hidupnya jika di
timbun dalam tubuhnya. Karena itu pada hewan yang hidup di darat amonia segera di rubah di
dalam hati menjadi persenyawaan yang kurang berbahaya bagi tubuhnya yaitu dalam bentuk
urea dan asam urat. Kebanyakan mamalia, amphibi dan ikan mengekskresikan urea dan hewan-
hewan tersebut dapat disebut ureotelik. Urea mudah larut dalam air dan diekskresikan dalam
cairan yang disebut urine. Pada burung, reptil, keong darat, dan serangga asam urat yang
diekskresikan berbentuk padat bersama kotoran. Air dalam urine pada hewan-hewaan tersebut
diabsorbsi oleh tubuh untuk penghematan. Meskipun cara hidup dan habitat mempunyai peran
penting pada ekskresi sisa metabolisme yang mengandung nitrogen.
Organisme multiselular memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks. Alat ekskresi
pada manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati, sedangkan alat
pengeluaran pada hewan invertebrata berupa nefridium, sel api, atau buluh Malphigi. Sistem
ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu melakukan osmoregulasi,
mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan
tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul
kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO 2,
H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat.
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang
berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila
kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai
sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut. Amonia (NH3) merupakan hasil
pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel.
Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk
sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun,
yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang
dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi
urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin. Asam urat merupakan sisa
metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun
lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah. Tugas pokok alat
ekskresi ialah membuang sisa metabolisme tersebut di atas walaupun alat pengeluarannya
berbeda-beda.
Fungsi sistem ekskresi, antara lain:
1. Mengekskresikan zat-zat asing dan atau hasil-hasil metabolisme.
2. Mengatur konsentrasi osmotik dan volume cairan tubuh (osmoregulasi).
3. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi).
4. Memelihara konsentrasi ion-ion tunggal yang tepat (Na+, K+, Cl-, Ca++, H+, dan sebagainya).
Kebanyakan sisa-sisa metabolisme dibuang oleh organ-organ ekskretori. Semua organ
memisahkan bermacam-macam zat asing, zat tersebut dapat tetap dalam bentuk aslinya,
namun ada yang dimodifikasikan dulu menjadi bentuk yang tidak berbahaya atau bentuk yang
mudah diekskresikan.
Peranan utama ekskretori adalah memindahkan kelebihan sejumlah zat yang diregulasi
dari tubuh secara tepat. Jadi membantu memelihara suatu keadaan homeostatis dalam
merespon semua pengaruh yang cenderung menyebabkan perubahan.
Secara prinsip terdapat dua proses yang bertanggung jawab dalam pembentukan cairan
ekskresi, yaitu ultrafiltrasi dan transpor aktif. Pada ultrafiltrasi, terdapat tekanan yang
mendorong cairan melalui membran semipermeable, sehingga kecuali protein dan molekul-
molekul besar, air, dan molekul zat terlarut berukuran kecil seperti garam-garam, gula, asam
amino, dapat menembus membran. Transpor aktif adalah gerakan zat terlarut menembus
membran dengan melawan gradien elektrokimianya, yaitu suatu proses yang menggunakan
energi metabolik. Dikenal dua amacam transpor aktif, yaitu sekresi aktif dan absorbsi aktif.
Pada sekresi aktif, zat-zat dipindahkan dari lingkungan internal ke lumen organ ekskretori,
sedangkan absorbsi aktif terjadi sebaliknya, yaitu dari lumen ke lingkungan. Internalnya.
Struktur morfologi dan anatomi organ ekskresi sangat bervariasi, namun sacara
fungsional dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok: pertama organ ekskresi umum,
yaitu organ ekskresi yang fungsinya mirip ginjal dengan hasil ekskresi seperti urin dan organ
ekskretori khusus, yang berfungsi tambahan sebagai organ ekskretori.
Termasuk organ ekskretori umum adalah :
1. Vakuola kontraktil pada Protozoa
2. Organ nefridial pada hewan-hewan Invertebrata umumnya
3. Kelenjar antenal pada udang
4. Saluran Malphigi pada Insecta
5. Ginjal pada hewan-hewan Vertebratanya umumnya
Termasuk organ ekskretori tambahan:
1. Insang pada udang-udangan dan Pisces
2. Kelenjar rektal pada Elasmobranchiata
3. Kelenjar garam pada Reptil dan Burung laut
4. Hati pada hewan Vertebrata.
5. Intestin pada Inscta.

ORGAN-ORGAN EKSKRETORI

Untuk memudahkan mempelajari berbagai organ ekskretori, perlu dilakukan


pengelompokan. Tipe-tipe umum alat ekskretori dan penyebarannya pada keraajaan hewan
dapat dilihat di bawah ini :
Belum memiliki organ ekskretori:
- Colenterata
- Echinodermata
Vakuola Kontraktil:
- Protozoa
- Bunga karang
Orga-organ Nefridial :
a. Protonefridium yang tertutup: Platyhelminthes dan Ascelminthes
b. Metanefridium, terbuka pada ujung : Annelida
c. Nefridium : Mullusca
Kelenjar Antena (Kelenjar hijau)
- Crustaceae
Pembuluh Malphigi:
- Insecta
Ginjal ;
- Vertebrata

SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN INVERTEBRATA

Sistem ekskresi pada hewan rendah biasanya sesuai dengan habitatnya. Berbagai habitat
tempat hidup hewan seperti laut, air tawar dan daratan. Berbagai alat ekskresi telah berkembang
untuk mengeluarkan sampah metabolisme, untuk mengatur keseimbangan air tubuh dan
keseimbangan ion. Hewan tingkat rendah belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna
seperti pada vertebrata. Pada umumnya, hewan tingkat rendah memiliki sistem ekskresi yang
sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lainnya.
Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah
tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas sistem
ekskresi pada cacing pipih (Planaria), cacing gilig (Annellida), dan belalang.

Ekskresi Pada Amuba


Amuba dan banyak organisme bersel tunggal lainnya hidup dalam lingkungan berair dan
membuang limbah metaboliknya secara difusi sama seperti yang dilakukan tumbuhan air. Bagi
kebanyakan, produk akhir yang utama metabolisme protein adalah amonia, zat ini mudah
terdifusi keluar dari selnya sebelum selesai dari konsentrasi yang membahayakan. Akan tetapi,
dengan cara tersebut organisme tidak dapat melakukan apa-apa terhadap berlebih, karena tidak
dilengkapi dengan sel dinding yang kaku, binatang ini tidak dapat melawan masuknya air secara
terus menerus. Masalah ini dapat teratasi dengan vakoula kontraktil (rongga berdenyut) yang
berfungsi untuk mengatur kadar airt dalam sel sehingga nilai osmosis isi sel tetap terpelihara.
Energi digunakan untuk memaksa air untuk keluar lagi dari selnya dan kedalam air disekitarnya.
Boleh jadi vakuola kontraktil tidak memainkan peranan yang penting dalam ekskresi substansi
lain-lain (gambar 8.1).
Gambar 8.1 Sistem Ekskresi Amoeba

Sistem Ekskresi Pada Cacing Pipih

Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Platyhelminthes


memiliki tubuh, lunak, dan epidermis bersilia. Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik yang
tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut, dan tanah
lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini
mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat
pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai
sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak
sempurna, tanpa anus. Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas
Trematoda dan kelas Cestoda.
Pada cacing pipih (Platyhelmintes) alat eksresi berupa protonefridium yang mempunyai
sel api (flame cel) berflagel. Flagel berfungsi menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran
ekskresi. Air dan zat sisa masuk ke dalam sel api yang selanjutnya dikeluarkan melalui lobang
nefridiofor. Sebagian sisa nitrogen tidak masuk ke saluran ekskresi tetapi masuk ke sistem
pencernaan yang selanjutnya diekskresikan melalui mulut. Cacing pipih juga mempunyai organ
nefridium yang disebut sebagai protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan
ujung membesar mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api (selenosit) yang
dilengkapi dengan silia, sehingga bila silia bergoyang akan memberikan gambaran seperti gerak
nyala api (lidah api). Tiap sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan
api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi
mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi (gambar 8.2).
Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka
sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang nefridiofora
ini. Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari
sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara
langsung dari sel ke air.

Gambar 8. 2 Sistem Ekskresi cacing pipih


Ada bukti bahwa protonefridia protonefridia Asplanchna (Rotifera), berfungsi dengan
dasar filtrasi dan reabsorbsi. Asplanchna memiliki cairan tubuh yang hiperosmotik terhadap
mediumnya dan menghasilkan urin yang encer. Bila hewan dipindahkan ke medium yang lebih
encer, maka akan dihasilkan urin yang lebih encer juga. Hal ini menunjukkan bahwa
protobefridia terlibat pada osmoregulasi dan eksresi air.

Sistem Ekskresi pada Anelida dan Molluska


Alat ekskresi pada annelida ialah nefridium. Ada beberapa macam nefridia misalnya
protonefridia yang memepunyai solonosit (sel api) yang serupa dengan alat ekskresi pada cacing
pipih. Macam nefridia yang lain terdapat pada annelida yang hidup di darat yang disebut
metanefridia. Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam
tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir.
Metanefridium terdapat sepasang pada tiap segmen kecuali segmen terakhir. Metanefridium
memiliki dua lobang saluran yaitu nefrostom di anterior dan nefrostom di posterior. Cairan
tubuh mengalir melalui nefridium, zat yang diperlukan tubuh seperti air, zat makanan dan ion-
ion diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran dan zat sisa (sampah
nitrogen ) diekskresikan melalui nefridioifor.
Nefrostom ada di dalam rongga tubuh, yang penuh dengan cairan yang terutama
merupakan sistem limfa tersaring dari sistem peredaran tertutup. Rongga tubuh ini berfungsi
sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku
pada segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti
gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang
merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong
nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat
celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan
diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan
disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang
diekskresikan keluar.
Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan
substansi yang berguna ke sistem sirkulasi. Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah
mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang
kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan
yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan
lewat sistem ekskresi.
Pada mollusca alat ekskresinya disebut ginjal yang merupakan kumpulan dari nefridia.
Ginjal berhubungan dengan coulum dan kaya akan pembuluh darah. Terjadi filtrasi sisa-sisa
metabolisme dari darah melalui pembuluh kapiler ke saluran nefridia.

Alat Ekskresi pada Belalang


Pada belalang alat ekskresinya adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang
berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi merupakan pembuluh-pembuluh
buntu yang bermuara pada sistem pencernaan makanan antara saluran pencernaan tengah atau
lambung dengan usus. Hampir semua serangga mempunyai pembuluh Malpighi. Jumlah
pembuluh antara 2-250 buah. Pembuluh Malphigi mengasorbsi sisa metabolisme darah pada
rongga tubuh. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk
mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-
paru pada vertebrata. Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara
konsentrasi air di dalam tubuhnya.
Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut
asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut. Pembuluh Malpighi terletak di antara
usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan
bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen
diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya
secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air
akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.

SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN VERTEBRATA

Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit,
ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal.

Sistem Ekskresi Pada Mamalia


Sistem Ekskresi pada mamalia hampir sama dengan manusia tetapi sedikit berbeda
karena mamalia dipengaruhi/disebabkan oleh lingkungan tempat tinggalnya. Paru-paru mamalia
mempunyai permukaan berspon (spongy texture) dan dipenuhi liang epitelium dengan itu
mempunyai luas permukaan per isipadu yang lebih luas berbanding luas permukaan paru-paru.
Paru-paru manusia adalah contoh biasa bagi paru-paru jenis ini.
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur
bertulang tulang selangka dan diselaputi karung dua dinding dikenali sebagai pleura. Lapisan
karung dalam melekat pada permukaan luar paru-paru dan lapisan karung luar melekat pada
dinding rongga dada. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenali sebagai
rongga pleural yang berisi cecair pleural ini membenarkan lapisan luar dan dalam berselisih
sesama sendiri, dan menghalang ia daripada terpisah dengan mudah. Bernafas kebanyakannya
dilakukan oleh diafragma di bawah, otot yang mengucup menyebabkan rongga di mana paru-
paru berada mengembang. Sangkar selangka juga boleh mengembang dan mengucup sedikit.
Ini menyebabkan udara tetarik ke dalam dan keluar dari paru-paru melalui trakea dan salur
bronkus (bronkhial tubes) yang bercabang dan mempunyai alveolus di ujung yaitu karung kecil
dikelilingi oleh kapilari yang dipenuhi darah. Di sini oksigen meresap masuk ke dalam darah,
di mana oksigen akan d angkut melalui hemoglobin. Darah tanpa oksigen dari jantung
memasuki paru-paru melalui pembuluh pulmonari dan lepas dioksigenkan, kembali ke jantung
melalui salur pulmonari.

Sistem Ekskresi Pada Ikan


Ikan air tawar, sebagaimana hewan air tawar . Ikan mempunyai system ekskresi berupa
ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang disebut urogenital. Lubang urogenital ialah lubang
tempat bermuaranya saluran ginjal dan saluran kelamin yang berada tepat dibelakang anus.
Ginjal pada umumnya terletak antara columna vertebralis dan gas bladder. Ginjal terdiri
dari dua bagian yaitu caput renalis anterior yang tersusun atas jaringan hemapoeitik, limfoid,
dan endokrin serta trunkus renalis posterior yang tersusun atas nefron-nefron dikelilingi jaringan
limfoid interstitial. Sisi kanan dan kiri dari trunkus renalis berfusi dan membentuk lengkungan
yang mengisi ruangan diantara kedua gas bladder. Di bagian posterior dari lengkungan ini
trunkus renalis menipis menyesuaikan lekukan pada gas bladder. Caput renalis terpisah atas
bagian kana dan kiri, terletak di anterior dari lengkungan tersebut memasuki daerah cranium.
Cairan tubuh dari ikan air tawar memiliki konsentrasi ion yang lebih tinggi dibanding
dengan lingkungan sekitarnya, kondisi ini disebut dengan hiperosmotik. Untuk
mempertahankan gradient konsentrasi tersebut dibutuhkan system pembuangan dan konserbasi
dari ion-ion disamping adanya proses ekskresi air yang telah difiltrasi oleh ginjal. Proses filtrasi
ini dilakukan ginjal yaitu pada bagian nefron glomerulus yang terdiri dari corpus renalis dan
tubulus renalis. Corpus renalis terdiri atas glomerulus-glomerulus yang diselubungi oleh capsula
Bowman. Epitelia parietalis dan visceralis membentuk “Bowman’s space” yang memisahkan
glomerulus dengan bagian-bagian lain dari ginjal. Glomeruli berukuran kecil dan avasculer
dengan tubuli renalis yang mempunyai 6 regio sitologis yang berbeda.
1. N yang mengisolasi glomerulus. Neck region memiliki lumen yang dikelillingi oleh sel-sel
epitel kuboid bersilia sampai kolumner pendek. Sitoplas,a dari sel-sel ini tercat basofilik
tipis.
2. Tubulus proximalis primer diselubungi oleh epitel-epitel kolumner tinggi dengan nuclei
basalis dan sitoplasma yang tercat eosinofilic tipis. Microvilli dengan puncak berbentuk
tepi sikat menjulur kelumen.
3. Tubulus proximalis sekunder masih tersusun atas sel-sel epitel kolumner tinggi dengan
nuclei yang terletak lebih central dan tepi-tepi sikat yang berkembang lebih baik. Adanya
bangunan mitokondria dalam jumlah yang besar menyebabkan sitoplasma tercat
eosinofilik.
4. Tubulus intermedius memiliki lumen yang sempit dikelilingi oleh sel-sel epitel kuboid
sampai kolumner pendek dengan tepi-tepi sikat yang tidak jelas. Sel-sel ini tercat eosinofilik
kuat.
5. Tubulus distalis tersusun atas sel-sel epitel kolumner yang besar. Nucleus terletak di tengah
sedangkan tepi-tepi sikat mereduksi atau tidak ada.
6. Tubulus conectivus berukuran lebih besar daripada tubulus distalis. Sel-sel epitel kolumner
tercat eosinofilik lemah dengan nucleus terletak di basal dan tidak adanya tepi-tepi sikat.
Tubulus ini terus membesar sampai muaranya dengan adanya perubahan sel-sel epitel dari
kolumner menjadi epitel pseudostratified yang mempunyai sel-sel goblet. Tubulus-tubulus yang
lebih besar bergabung dengan lapisan otot polos dan jaringan pengikat. Rodlet cells dan
intercalated cells (leukosit) biasa dijumpai pada epithelium ductus colectivus merupakan
lanjutan dari epitelia parietalis dan visceralis dari capsula Bowman. Ginjal pada ikan yang hidup
di air tawar dilengkapi sejumlah glomelurus yang jumlahnya lebih banyak. Sedangkan ikan yang
hidup di air laut memiliki sedikit glomelurus sehingga penyaringan sisa hasil metabolisme
berjalan lambat.

Sistem Ekskresi Pada Amfibi


Ginjal amphibi sama denga ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air
yang berlebvih. Karea kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air,
banyak iar masuk ke tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan
konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air
sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh
glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan – bahan yang diserap kembali
oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunkan
kantung kemih untuk konserfadsi air. Apabila sedang berada dia air, kantung kemih terisi urin
ynag encer. Pada saat berada di daarat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air
yang hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama
dengan ADH.
Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru,dan kulit. Saluran ekskresi pada
katak jantan & betina memiliki perbedaan, pada katak jantan saluran kelamin & saluran urin
bersatu dengan ginjal, sedangkan pada katak betina kedua saluran itu terpisah. Walaupun begitu
alat lainnya bermuara pada satu saluran dan lubang pengeluaran yang disebut kloaka.

Sistem Ekskresi Pada Reptil


Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka. Kloaka merupakan
satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme.Reptil yang hidup di darat
sisa hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah
padat berwarna putih.

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil
metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya:
karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea, dan zat warna empedu.
Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan
karena bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit.
Alat-alat ekskresi pada manusia yang berupa ginjal, kulit, paru-paru, dan kelenjar keringat.
Organ atau alat-alat ekskresi pada manusia terdiri dari:
1. Paru-paru,
2. Hati,
3. Kulit, dan
4. Ginjal

Paru-paru (pulmo)
Paru-paru berada di dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang dilindungi
oleh tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang memiliki
tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir. Paru-paru sebenarnya merupakan
kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang disebut selaput pleura. Paru-
paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena tanpa paru-paru
manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan
karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara
gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah
menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.
Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui
hidung.
Kelainan-kelainan pada paru-paru, diantaranya adalah:
1. Asma atau sesak nafas, yaitu kelainan yang disebabkan oleh penyumbatan saluran pernafasan
yang diantaranya disebabkan oleh alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis.
2. Kanker Paru-Paru, yaitu gangguan paru-paru yang disebabkan oleh kebiasaan merokok.
Penyebab lain adalah terlalu banyak menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum dan
radiasi ionisasi. Kelainan ini mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru.
3. Emphysema, adalah penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya terisi
udara.
Upaya menghindari dan mengatasi kelainan-kelainan pada paru-paru adalah dengan
menjalankan pola hidup sehat, diantaranya:
1. Mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi secara teratur
2. Berolah raga dengan teratur
3. Istirahat minimal 6 jam per hari
4. Mengindari konsumsi rokok, minum minuman beralkohol dan narkoba
5. Hindari Stress
Hati (hepar)
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terdapat di rongga perut sebelah kanan
atas, berwarna kecoklatan. Hati mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan
pembuluh gerbang (vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula hepatica).
Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang dipersatukan selaput jaringan ikat (capsula
glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel darah merah yang telah tua disebut histiosit.
Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan, di
dalamnya mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan juga bacteri
serta obat-obatan. Zatr warna empedu terbentuk dari rombakan eritrosit yang telah tua atau rusak
akan ditangkap histiosit selanjutnya dirombak dan haemoglobinnya dilepas.
Fungsi hati :
- menyimpan kelebihan gula dalam bentuk glikogen (gula otot)
- merombak kelebihan asam amino (deaminasi)
- menawarkan racun
- membentuk protombin dan fibrinogen
- membentuk albumin dan globulin
- mengubah provitamin A menjadi vitamin A
- tempat pembentukan urea
- menghasilkan empedu
- tempat pembentukan dan penghancuran eritrosit yang telah tua
Zat warna empedu hasil perombakan sel darah merah yang telah rusak tidak langsung
dikeluarkan oleh hati, tetapi dikeluarkan melalui alat pengeluaran lainnya. Misalnya, akan
dibawa oleh darah ke ginjal dan dikeluarkan bersama-sama di dalam urin.
Gangguan pada hati yang umumnya dijumpai di masyarakat saat ini adalah hepatitis atau
penyakit kuning. Disebut demikian karena tubuh penderita menjadi kekuningan, disebabkan zat
warna empedu beredar ke seluruh tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh serangan virus yang dapat
menular melalui makanan, minuman, jarum suntik dan transfusi darah. Hepatitis adalah
peradangan pada sel-sel hati. Penyebab penyakit hepatitis yang utama adalah virus. Virus
hepatitis yang sudah ditemukan sudah cukup banyak dan digolongkan menjadi virus hepatitis
A, B, C, D, E, G, dan TT. Beberapa jenis hepatitis yang saat ini harus diwaspadai adalah:
1. Hepatitis A yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA)
2. Hepatitis B yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB)
3. Hepatitis C yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC)
Cara mengatasi kelainan-kelainan pada hati diantaranya adalah dengan:
1. Pemberian vaksinasi
2. Makan makanan yang sehat
3. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang
4. Berolahraga dengan teratur
5. Sterilisasi penggunaan jarum suntik
6. Menghindari pergaulan bebas (berganti-ganti pasangan)

Kulit
Merupakan lapisan terluar dari tubuh kita, yang tediri dari 2 lapisan yaitu lapisan
epidermis (luar) dan dermis (dalam).
Epidermis,terdiri :
- stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu mengelupas.
- stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk
- stratum granulosum, mengandung pigmen
- stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar
Dermis (korium), terdiri :
- Akar rambut
- Pembuluh darah
- Syaraf
- Kelenjar minyak (glandula sebasea)
- Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
- Lapisan lemak, terdapat di bawah dermis yang berfungsi melindungi tubuh dari pengaruh suhu
luar.
Seluruh permukaan tubuh kita terbungkus oleh lapisan tipis yang sering kita sebut
kulit. Kulit merupakan benteng pertahanan tubuh kita yang utama karena berada di lapisan
anggota tubuh yang paling luar dan berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar.
Fungsi kulit antara lain sebagai berikut:
- mengeluarkan keringat
- pelindung tubuh
- menyimpan kelebihan lemak
- mengatur suhu tubuh, dan
- tempat pembuatan vitamin D dari pro vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang
mengandung ultraviolet.

Proses pembentukan keringat


Bila suhu tubuh kita meningkat atau suhu udara di lingkungan kita tinggi, pembuluh-
pembuluh darah di kulit akan melebar. Hal ini mengakibatkan banyak darah yang mengalir
ke daerah tersebut. Karena pangkal kelenjar keringat berhubungan dengan pembuluh darah
maka terjadilah penyerapan air, garam dan sedikit urea oleh kelenjar keringat. Kemudian air
bersama larutannya keluar melalui pori-pori yang merupakan ujung dari kelenjar keringat.
Keringat yang keluar membawa panas tubuh, sehingga sangat penting untuk menjaga agar
suhu tubuh tetap normal.
Kelainan pada kulit yang banyak dialami oleh para remaja adalah jerawat. da tiga tipe
jerawat, yaitu:
1. Komedo
2. Jerawat biasa
3. Cystic Acne (Jerawat Batu/Jerawat Jagung)

Ginjal
Dunia kedokteran biasa menyebutnya ‘ren’ (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang
merah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3
cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum
ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron
yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan
saluran panjang (Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman
(Kapsula Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus. Ginjal vertebrata mengalami
perkembangan baik secara evolusi atau sejalan dengan perkembangan embrio. Fungsi utama
ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya
amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui
proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga
berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam
air mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan serta
mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urin.
Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan
kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan
panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju
ginjal.
Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. korteks (bagian luar)
b. medulla (sumsum ginjal)
c. pelvis renalis (rongga ginjal).
Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan
kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron
terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat
kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih.
Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial.
Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman
yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus
distal. Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh
ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat
penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh
urin melewati saluran yang disebut uretra.
Keterangan : FG: Filtrasi glomerular, RT : Reabsorbsi Tubular, ST:
sekresi Tubular

Gambar 8.3 Skema Proses Filtrasi, sekresi, dan Reabsorbsi pada


suatu Nefron

Di dalam ginjal terjadi rangkaian prows filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi (gambar
8.2).
Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat
sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan.
Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula
pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-
bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang
komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus
masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat
glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi
penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna
seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan
bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari
178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi
beberapa kali. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masi.

Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya
menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin,
dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan
keluar melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea
dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada
urin.

Fungsi ginjal
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan.
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal
4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah
(SDM) di sumsum tulang. Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi
melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.
Kelainan-kelainan pada ginjal diantaranya adalah gagal ginjal dan batu ginjal. Gagal
ginjal merupakan kelainan pada ginjal dimana ginjal sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya yaitu menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme.
Penyebab terjadinya gagal ginjal antara lain disebabkan oleh:
1). Makan makanan berlemak
2). Kolesterol dalam darah yang tinggi
3). Kurang berolahraga
4). Merokok, dan
5). Minum minuman beralkohol.

Mengatasi Gagal Ginjal


Kemajuan ilmu pengetahuan, memungkinkan fungsi ginjal digantikan. Penggantian
fungsi tersebut dikenal dengan Renal Replacement Therapy (RRT) atau Terapi Pengganti Ginjal
(TPG). Ada dua cara TPG, yakni transplantasi/cangkok ginjal dan dialisis/cuci darah .
Dialisis/cuci darah dibedakan menjadi:
- HD (Hemodialisis), dialisis dengan bantuan mesin
- PD (Peritoneal Dialisis), dialisis melalui rongga perut

Kelainan-keainan pada Sistem Ekskresi


Kelainan dan penyakit yang menyerang sistem ekskresi dapat disebabkan oleh banyak hal.
Misalnya virus, bakteri, jamur. Efek samping obat atau pola makan yang tidak sehat. Beberapa
penyakit pada sistem ekskresi antara lain sebagai berikut:
Albuminuria. Albuminuria adalah penyakit pada sistem ekskresi yang ditandai dengan
urine penderita mengandung albumin. Albumin merupakan protein yang bermanfaat bagi
manusia karena berfungsi untuk mencegah agar cairan tidak terlalu banyak keluar dari darah.
Penyakit ini rnenyebabkan terlalu banyak albumin yang lolos dari saringan ginjal dan terbuang
bersama urine. Penyakit ini antara lain disebabkan oleh kekurangan protein. penyakit ginjal. dan
penyakit hati
Hematuria. Hematuria (kencing darah) adalah penyakit pada sistem ekskresi yang
ditandai dengan urine penderita mengandung darah. Penyakit ini antara lain disebabkan oleh
peradangan gnjal, batu ginjal, dan kanker kandung kemih.
Nefrolitiasis. Nefrolitiasis (batu ginjal) adalah penyakit pada sistem ekskresi yang
ditandai dengan adanya batu pada ginjal. saluran ginjal, atau kandung kemih. Batu ginjal pada
umumnya mengandung garam kalsium ( zat kapur) antara lain kalsium oksalat, kalsium fosfat,
atau campurannya. Batu ginjal terbentuk karena konsentrasi unsur-unsur tersebut dalam urine
tinggi. yang dipercepat dengan infeksi dan penyumbatan pada ureter. Penyakit ini diobati
dengan cara mengeluarkan batu ginjal. Apabila batu ginjal masih berukuran kecil, dapat
dihancurkan dengan obat-obatan. Apabila batu ginjal sudah berukuran besar, harus dikeluarkan
dengan tindakan operasi. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, batu ginjal dapat dihancurkan
dengan gelombang suara yang berintensitas tinggi tanpa perlu tindakan operasi.
Nefritis. Nefritis adalah penyakit pada sistem ekskresi yang ditandai dengan peradangan
ginjal. khususnya nefron. Proses peradangan biasanya berasal dari glomerulus, kemudian
menyebar ke jaringan sekitarnya. Penyakit ini harus segera ditangani dokter. Gangguan berupa
radang ginjal yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan ginjal.
Gagal Ginjal. Gagal ginjal adalah ketidakmampuan, ginjal menjalankan fungsinya,
akibatnya zat-zat yang seharusnya dapat dikeluarkan rnelalui ginjal menjadi tertumpuk di dalam
darah. Salah satu contohnya adalah timbulnya uremia, yaitu peningkatan kadar urea di dalam
darah. Kadar urea darah yang tinggi dapat menimbulkan keracunan dan mengakibatkan
kematian. Gagal ginjal antara lain disebabkan oleh nefritis. Penyakit ini dapat diatasi dengan
dua alternatif. Pertama melakukan dialisis ginjal (cuci darah) yang diIakukan secara rutin.
Kedua dengan transplantasi (cangkok) ginjal dari donor. Cangkok ginjal dapat dilakukan jika
ada kecocokan antara organ donor dan jaringan penderita sehingga tidak terjadi penolakan.
Diabetes Insipidus. Diabetes insipidus adalah penyakit pada sistem ekskresi yang
ditandai dengan meningkatnya jumlah urine sampai 20-30 kali lipat karena kekurangan hormon
antidiuretika (ADFI). Penyakit ini dapat diatasi dengan pemberian ADH sintetik.
Diabetes Melitus. Diabetes melitus (kencing manis) adalah penyakit pada sistem ekskresi
yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal karena kekurangean hormon insulin.
Kelebihan glukosa darah akan dikeluarkan bersama urine. Diabetes melitus pada anak diatasi
dengan penyuntikan insulin secara rutin. Diabetes melitus pada orang dewasa dapat diatasi
dengan mengatur diet, olahlaga. dan pemberian obat-obatan penurun kadar glukosa darah.
Hepatitis. Hepatitis adalah radang hati yang umumnya disebabkan oleh virus. Penyakit
ini dapat dicegah dengan vaksin hepatitis, menjaga kebersihan lingkungan. menghindari kontak
langsung dengan penderita hepatitis dan tidak menggunakan jarum suntik untuk pemakaian
lebih baik satu kali. Beberapa hepatitis. antara lain hepatitis A dan B. Penderita hepatitis
mengalami perubahan warna kulit dan putih mata menjadi berwarna kuning. Urin penderita pun
berwarna kuning bahkan kecokelatan seperti teh.
Sirosis Hati. Sirosis hati adalah kelainan pada hati yang ditandai dengan timbulnya
jaringan parut dan kerusakan sel-sel normal hati. Sirosis hati sering terjadi pada peminum
alkohol, keracunan obat-obatan, infeksi bakteri. atau komplikasi hepatitis. Karena hati
merupakan organ yang mempunyai banyak fungsi vital, sirosis hati akan menimbulkan beberapa
akibat, antara lain gangguan kesadaran, koma, dan kematian. Pengobatan sirosis hati ditujukan
pada penyebab utamanya, pemulihan fungsi hati sampai transplantasi hati.
Gangren. Gangren adalah kematian jaringan lunak yang disebabkan oleh gangguan
pengaliran darah ke jaringan tersebut. Gangren sering terjadi di tangan dan kaki karena
gangguan aliran darah. Ganggren banyak terjadi pada penderita diabetes melitus dan
aterosklerosis yang sudah lanjut. Jaringan yang terkena mula-mula menjadi kebiruan dan terasa
dingin jika disentuh. kemudian menghitam dan berbau busuk. Untuk mengatasi infeksi
diperlukan antibiotik. Pada keadaan yang tidak tertolong bagian tubuh yang terkena gangren
harus diamputasi.
Kencing Batu. Kencing batu disebabkan pembentukan endapan zat kapur (kalium) dalam
ginjal. Endapan ini dapat terjadi pada rongga ginjal atau dalam kantong kemih. Jika endapan
terbentuk di dalam rongga ginjal disebut batu ginjal. Jika terbentuk di dalam kantong kemih
disebut kencing batu.
Batu Ginjal. Urin banyak mengandung mineral dan berbagai bahan kimiawi. Urin belum
tentu dapat melarutkan semua itu. Apabila kita kurang minum atau sering menahan kencing,
mineral-mineral tersebut dapat mengendap dan membentuk batu ginjal.
Batu ginjal merupakan kristal yang terlihat seperti batu yang terbentuk di ginjal. Kristal-
kristal tersebut akan berkumpul dan saling berlekatan untuk membentuk formasi “batu”.
Apabila batu tersebut menyumbat saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih, saluran
kemih manusia yang mirip selang akan teregang kuat karena menahan air seni yang tidak bisa
keluar. Hal itu tentu menimbulkan rasa sakit yang hebat.

Soal-Soal Latihan

1. Jelaskan fungsi utama sistem ekskresi pada hewan !


2. Jelaskan cara Coelenterata dan Echinodermata dalam memelihara konsentrasi cairan
internal tubuhnya tanpa alat ekskresi khusus !
3. Jelaskan mekanisme pengisian dan pengosongan vakuola kontraktil pada Prostozoa!
4. Jelaskan tahap-tahap proses pembentukan urin pada vertebrata!
5. Jelaskan pengaturan air tubuh karena pengaruh ADH!

Anda mungkin juga menyukai