Anda di halaman 1dari 8

Pemanfaatan limbah kulit durian (Durio zibethinus)

dan kulit cempedak ….Desi Mustika Amaliyah

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN (Durio zibethinus) DAN


KULIT CEMPEDAK (Artocarpus integer) SEBAGAI EDIBLE FILM
Utilization of Durian (Durio zibethinus) and Cempedak (Artocarpus integer)
Peels Waste As An Edible Film
Desi Mustika Amaliyah
Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru
Jl. P. Batur Barat No.2. Telp.0511-4772461-4774861 Banjarbaru
E-mail : baristand.banjarbaru@gmail.com
Diterima 10 Desember 2013 disetujui 11 April 2014

ABSTRAK
Limbah kulit durian (Durio zibethinus), dan kulit cempedak (Artocarpus integer)
selama ini belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengekstraksi pektin limbah kulit durian dan cempedak dan memformulasikan menjadi
edible film sebagai pembungkus makanan. Tahapan awal penelitian adalah pre-treatment
bahan baku kulit durian dan kulit cempedak, kemudian mengekstraksi pektin,
mengeringkan pektin, dan mengaplikasikan pektin sebagai edible film dengan konsentrasi
0%, 5%, dan 15%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pektin dapat diekstrak dari kulit durian dan kulit cempedak dengan
rendemen sebesar 27,97% dan 55,58%. Edible film yang dihasilkan memiliki karakteristik
yang hampir sama antara bahan baku kulit cempedak dan kulit durian. Semakin tinggi
konsentrasi pektin kulit cempedak maka ketebalan semakin meningkat, tensile strength
semakin menurun, dan elongasi menurun pada konsentrasi 15%. Sedangkan pada edible
film berbahan baku pektin durian, semakin tinggi konsentrasi pektin yang digunakan,
maka menurunkan ketebalan edible film pada konsentrasi pektin 15%, menurunkan
tensile strength, dan menaikkan elongasi edible film.
Kata kunci : limbah, durian, cempedak, ekstraksi pektin, edible film

ABSTRACT
Durian (Durio zibethinus) and cempedak (Artocarpus integer) peels waste are not
used by the society. The research aim is to extract pectin from durian and cempedak
peels and to formulate the pectin into edible films for food packaging. The research stages
were first pre-treatment of durian and cempedak peels, pectin extraction, pectin drying,
and pectin application as edible films with concentration of 0%, 5%, and 15%. Based on
this research it was concluded that pectin can be extracted from durian and cempedak
peels with yield result of 27.97 % and 55.58 %, respectively. Edible film obtained has
similar characteristics between raw materials cempedak and durian peels. The higher
concentration of cempedak peel pectin increased the thickness, but decreased the tensile
strength and elongation at a concentration of 15%. While in edible films from durian peel
pectin, the higher concentration of pectin decreased the thickness of edible film on pectin
concentration of 15%, lowered tensile strength and raised the edible film elongation.
Keywords: waste, durian, cempedak, pectin extraction, edible film

I. PENDAHULUAN
Kemasan merupakan bahan yang dibiarkan terbuka akan terkontaminasi
sangat diperlukan untuk tempat dengan lingkungan, dan menurunkan
penyimpanan suatu bahan pangan agar kualitas serta umur simpan bahan tersebut.
tetap baik, karena apabila bahan pangan Jenis kemasan yang digunakan pada

27
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.6, No.1, Juni 2014: 27 – 34

umumnya terbuat dari plastik. Plastik seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, dan
memiliki sifat nonbiodegradable, yaitu pektin. Sedangkan cempedak (Artocarpus
mencemari bahan makanan itu sendiri dan integer) adalah tanaman tropis yang banyak
juga terhadap lingkungan. Salah satu tumbuh di Indonesia. Tanaman ini memiliki
alternatif pengganti plastik adalah edible genus yang sama dengan buah nangka.
film, yang memiliki sifat biodegradable yaitu Bentuk buahnya lonjong silindris dan
dapat sebagai barrier terhadap transfer berwarna cokelat tanah atau agak
oksigen, uap air, sehingga tingkat keawetan kemerahan. Kulit buahnya berduri kecil dan
bahan makan yang dikemas menjadi lebih relatif halus. Panjang buah antara 20-35
tinggi. Selain itu sifat edible film tidak cm, diameter 10-20 cm, dan berat rata-rata
berbahaya dan dapat dimakan. 3-4 kg. (Anshari dkk, 2009) Di Kalimantan
Edible film mengandung tiga Selatan, pemanfaatan kulit cempedak
komponen utama yaitu protein, polisakarida masih terbatas sebagai bahan makanan
dan lipid. Protein yang digunakan termasuk (sayur).
kolagen, kacang kedelai, kasein, dan pati. Kulit durian dan kulit cempedak
Alginate, dextrin, pektin dan turunan masih bisa dimanfaatkan, karena kulitnya
selulosa digunakan sebagai polisakarida, bisa diekstrak sehingga diperoleh pektin
sedangkan lipid yang digunakan bersumber sebagai edible film dengan campuran
dari acylglycerol, waxes dan asam lemak tapioka. Dalam Rahmawati (2009)
(Kester dan Fennema, 1986). Beberapa dijelaskan bahwa tapioka digunakan
penelitian telah menyatakan bahwa edible sebagai bahan tambahan dalam pembuatan
film dapat terbuat dari pektin daging buah edible film karena memiliki sifat mekanik
pala (Layuk, dkk. 2002), pektin cincau hijau yang hampir sama dengan plastik dan
(Rachmawati, 2009) dan pektin kulit pisang kenampakannya yang transparan.
(Nugroho, dkk, 2013). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Pada penelitian ini bahan polisakarida mengekstrak kandungan pektin dari limbah
yang juga berasal dari pektin. Pektin dapat kulit durian dan cempedak serta
diekstraksi dari dinding sel tanaman. memformulasikan pektin dalam pembuatan
(Baississe, 2010) Pektin diekstrak dari edible film.
daging buah pala. Sumber pektin yang lain
dapat berasal dari kulit buah apel, anggur,
II. BAHAN DAN METODE
jeruk, dan lemon. Pektin juga dapat
bersumber dari kulit jeruk kasturi, ampas 2.1 Perlakuan Awal Bahan Baku
jambu batu, ampas belimbing, kulit pepaya, Limbah kulit durian dan cempedak
kulit markisa, kulit cempedak, kulit dipotong dan dipisahkan antara kulit keras
rambutan, kulit pisang tanduk, kulit coklat, bagian luar dan bagian dalam. Kulit bagian
kulit jeruk bali, kulit nanas dan kulit pisang dalam dipotong dengan ukuran ± 0,5 cm
mas (Omar,2014). untuk memudahkan proses pengeringan
Pada penelitian ini pektin yang dan penghancuran bahan. Limbah kulit
digunakan adalah bersumber dari kulit tersebut ditempatkan ke dalam aluminium
durian dan kulit cempedak. Durian (Durio foil dan dikeringkan dalam oven pada suhu
zibethinus) memiliki rasa yang lezat dan T=60oC selama 48 jam, kemudian
aroma yang harum, serta memiliki banyak dihancurkan hingga menjadi serbuk dan
manfaat bagi kesehatan tubuh. Selama ini dibungkus plastik berperekat dan atau
sebagian besar kulit durian menjadi limbah disimpan dalam desikator selama sebelum
rumah tangga yang belum dimanfaatkan, pengujian dilakukan.
padahal kulit tersebut masih bisa 2.2 Ekstraksi Pektin
dimanfaatkan. Di Kalimantan Selatan, pada Proses ekstraksi pektin dari kulit
saat musim buah durian limbah kulit durian durian dan kulit cempedak dilakukan
dapat mencapai 100 ton per hari. Dalam
melalui beberapa tahapan, yaitu
Wai, dkk (2009), dijelaskan bahwa sebagian pemanasan, penyaringan, pemekatan,
besar komponen sel dari tanaman durian ekstraksi, dan pengeringan. Serbuk kulit
merupakan campuran dari polisakarida
dicampur dengan aquades (serbuk :

28
Pemanfaatan limbah kulit durian (Durio zibethinus)
dan kulit cempedak ….Desi Mustika Amaliyah

aquades = 1 : 25 w/v) dan diaduk hingga dan water vapor transmission rate (WVTR)
menjadi larutan asam dengan pH 1,5 – 2 atau laju transmisi uap air (ASTM E
dengan ditambahkan larutan asam HCl 2 N 96/96M).
dan diekstraksi pada suhu 80oC - 90oC Ketebalan film merupakan sifat fisik
selama 2 jam. Ekstrak pektin yang yang dipengaruhi oleh konsentrasi padatan
dihasilkan disaring dan didinginkan pada terlarut dalam larutan film dan ukuran plat
T=25oC. Setelah hasil saringan dan pencetak. Ketebalan film akan
dipekatkan, larutan didinginkan, kemudian mempengaruhi laju transmisi uap air, gas
ditambah larutan asam-etanol (4% HCl dan senyawa volatile (Mc Hugh, et.al.,1993
dalam 95% etanol) dengan perbandingan dalam Rahmawati, 2009).
1:4 v/v dan diinkubasikan pada suhu Pemanjangan didefinisikan sebagai
ruangan selama 1 jam. Campuran tersebut prosentase perubahan panjang film pada
kemudian dikocok selama 15 menit. Gel saat film ditarik sampai putus (Krochta dan
yang dihasilkan diendapkan ulang Mulder Johnston,1997). Kekuatan regang
menggunakan aquades (1:4 w/v). putus merupakan tarikan maksimum yang
Campuran dibilas 2 kali menggunakan 95% dapat dicapai sampai film dapat tetap
etanol (1:2, v/v) dan dikocok selama 15 bertahan sebelum film putus atau robek.
menit dengan kecepatan yang sama. Pengukuran kekuatan regang putus
Endapan yang dihasilkan dikeringkan dalam berguna untuk mengetahui besarnya gaya
oven pada T=50-60oC selama ±24 jam. yang dicapai untuk mencapai tarikan
Pengujian pektin terdiri atas parameter maksimum pada setiap satuan luas area
kadar lemak, air, abu, protein, karbohidrat film untuk merenggang atau memanjang.
dan serat kasar menggunakan metode SNI (Rahmawati, 2009)
01-2891-1992. Tegangan pada titik yield didefinisikan
sebagai tegangan pada kurva stress-strain
2.3 Pembuatan Edible Film
saat terjadi penambahan renggangan tanpa
Dalam pembuatan edible film, dua
ada pertambahan tegangan. Titik yield
jenis larutan disiapkan. Pertama pektin
dapat ditentukan mudah pada kurva,
dilarutkan ke dalam larutan CaSO4 0,05%
biasanya kemiringan kurva adalah nol
(b/b pectin) dalam 150 ml aquades. Larutan
(dσ/dε = 0). Setelah melewati titik yield,
kedua berisi 4 gram tapioka dilarutkan
tegangan (stress) berlanjut pada deformasi
kedalam aquades 150 ml, dipanaskan pada
plastis bertambah terus hingga mencapai
hot plate selama 30 detik (sampai berubah
titik maksimum dan kemudian rengangan
menjadi bening). Kemudian larutan tapioka
(strain) menurun dan akhirnya putus.
dituang ke dalam beaker glass yang telah
Tensile pada saat putus atau disebut juga
berisi larutan pektin dan CaSO4 0,05%.
strength at break adalah tegangan pada
Selanjutnya ditambahkan gliserol 0,65%
saat sampel uji putus. Artinya nilai yang
(b/v) kemudian diaduk dan dipanaskan
diperoleh dari pembagian antara gaya pada
hingga suhu 80oC-85oC (dipertahankan
saat putus dengan luas penampang beda
selama 10 menit). Larutan ini siap dicetak
minimum yang tegak lurus terhadap gaya
dan keringkan pada suhu 80 ˚C selama 12
tersebut untuk bahan-bahan yang rapuh
jam.
tensile at break dan tensile strength
Rancangan yang digunakan dalam
mempunyai nilai yang sama. (Sari dan
penelitian ini adalah Rancangan Acak
Satoto, 2010)
Lengkap (RAL). Faktor-faktor rancangan ini:
Elongasi merupakan prosentase
jenis bahan (A), yaitu a1 = durian; a2 =
perubahan panjang film saat ditarik.
cempedak, konsentrasi pektin (B), yaitu b1 =
Perubahan panjang dapat dilihat pada film
0%; b2 = 5% dan b3 = 15%. Parameter uji
robek. Dalam Rahmawati (2009) disebutkan
edible film sebagai kemasan meliputi
bahwa semakin tinggi konsentrasi pektin
ketebalan (ASTM.D.646/ D.646M), kuat
yang digunakan, maka akan semakin
tarik pada titik yield atau tensile strength at
menurunkan elongasi yang dihasilkan.
yield, tensile strength at break atau kuat
Nilai laju transmisi uap air atau water
tarik saat putus, elongasi (ASTM D 882),
vapor transmission rate (WVTR) merupakan

29
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.6, No.1, Juni 2014: 27 – 34

jumlah uap air yang hilang per satuan waktu karakteristik yang hampir sama dengan
dibagi dengan luas area film (Nugroho dkk, cempedak adalah lebih besar yaitu 22,5%
2013). WVTR dapat digunakan untuk daripada kulit durian yang hanya sebesar
menentukan umur simpan produk. Sebab 6,2%.
jika WVTR dapat ditahan maka umur Sifat pektin komersial adalah serbuk
simpan produk dapat diperpanjang. padatan yang berwarna putih pucat, tidak
Kehilangan air pada buah-buahan dan berbau, jika ditambahkan dalam air akan
sayuran merupakan penyebab utama menyerap dan membentuk gel dengan
kerusakan selama penyimpanan (Krochta cepat. (Anonim, 2013). Menurut Mohamed
dkk, 1994 dalam Rahmawati, 2009). dan Hasan (1995), pektin yang dihasilkan
Gontard (1994) dalam Rahmawati (2009) memiliki warna yang berbeda-beda,
menyatakan bahwa salah satu fungsi edible tergantung warna bahan baku, serta proses
film adalah menahan migrasi uap air. ekstraksi yang digunakan. Pada proses
Semakin kecil migrasi uap air pada produk ekstraksi menggunakan pengendapan
yang dikemas edible film, maka semakin aceton, pektin kulit durian yang dihasilkan
bagus sifat edible film dalam menjaga umur tidak berwarna dan pektin kulit nangka
simpan produk yang dikemasnya. memiliki warna putih pucat. Pada penelitian
ini, pektin yang dihasilkan berwarna
kecoklatan. Hal disebabkan pada tahapan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelum proses ekstraksi, kulit durian
3.1 Ekstraksi Pektin maupun cempedak dikeringkan terlebih
Karakteristik pektin yang dihasilkan dahulu sehingga mengubah warna asli dari
kulit durian dan kulit cempedak memiliki kulit, ini dilakukan guna mengawetkan kulit
perbedaan baik dari segi warna, kelarutan, yang diperoleh. Selain itu, pada proses
pembentukan gel, pH, serta rendemennya ekstraksi, pemurnian dengan pembilasan
(Tabel 1). Pektin cempedak berwarna coklat menggunakan ethanol tidak dilakukan
lebih tua yang cenderung kehitaman hingga warna coklat hilang, Rahmawati
dibandingkan dengan pektin durian. Warna (2009) menyatakan bahwa penggunaan
pektin ini berpengaruh pada warna edible pelarut organik etanol akan memucatkan
film yang sebanding dengan warna pektin warna dari ekstrak serta dapat menurunkan
awal. Sifat kelarutan pektin cempedak mutu ekstrak tersebut.
dalam air juga lebih rendah dibandingkan Pektin yang dihasilkan dari proses
dengan pektin durian. Ini dapat dilihat masih ekstraksi kemudian dinalisis
adanya padatan-padatan pektin cempedak proksimat (Tabel 2). Danuwarsa (2006)
yang tidak larut dalam air saat dibuat mengemukakan bahwa protein, karbohidrat,
larutan dengan konsentrasi tertentu. pH dan air merupakan kandungan utama
pektin yang dihasilkan berkisar antara dalam bahan pangan. Protein dibutuhkan
2,5 - 3. Rendemen pektin durian sebesar terutama untuk pertumbuhan dan
27,97% sedangkan pektin cempedak memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
sebesar 55,58% berbasis berat kering Karbohidrat dan lemak merupakan
serbuk kulit. Rendemen pektin kulit sumber energi dalam aktivitas tubuh
cempedak lebih besar daripada kulit durian. manusia, sedangkan garam-garam mineral
Mohamed dan Hasan (1995) yang dan vitamin juga merupakan faktor penting
menyatakan bahwa rendemen yang dalam kelangsungan hidup.
dihasilkan kulit nangka yang memiliki

Tabel 1. Data Karakteristik Pektin dan Edible Film


Warna Rendemen pektin
Bahan Kelarutan pektin gel pH Warna edible film
pektin (%berat kering)
Durian coklat rendah + 2,5 - 3,0 27,97 coklat
Cempedak coklat tua sangat rendah - 2,5 55,58 coklat (lebih tua)

30
Pemanfaatan limbah kulit durian (Durio zibethinus)
dan kulit cempedak ….Desi Mustika Amaliyah

Tabel 2. Data Hasil Pengujian Proksimat kenaikan konsentrasi pektin dalam edible
Pektin film justru menyebabkan edible film
ketebalannya menurun. Hal ini bisa
Pektin Cincau
Analisis Proksimat Pektin Pektin Hijau disebabkan karena edible yang terbentuk
/gr kulit kering Cempedak Durian (Rachmawati, tidak dapat membentuk permukaan yang
2009)
rata dikarenakan kondisi alat cetak yang
Lemak (%)
1,83 1,74 0,35 tidak stabil. Rahmawati (2009) menyatakan
Air (%)
10,26 10,77 5,09 bahwa hasil statistik ketebalan edible pada
Abu (%) 6,29 13,37 28,5
konsentrasi pektin cincau 0% sampai
Protein (%)
dengan 30% juga tidak berbeda nyata.
6,06 6,57 11,06
Dengan demikian konsentrasi dan jenis
Karbohidrat (%) 0,18 0,02 55,00 bahan tidak mempengaruhi ketebalan. Dari
Serat Kasar (%) 5,33 1,70 12,15 analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
konsentrasi dan jenis bahan tidak
Tabel 2 menunjukkan perbandingan berpengaruh nyata terhadap ketebalan
hasil analisis proksimat pektin durian dan (Tabel 4).
cempedak dengan pektin cincau yang juga 3.2.2. Kuat tarik pada titik yield (tensile
dimanfaatkan sebagai edible film. Sebagian
strength at yield) dan Kuat tarik
besar proksimat pektin durian dan saat putus (tensile strength at
cempedak lebih kecil dibandingkan dengan break)
pektin cincau hijau, kecuali kadar lemak dan
Berdasarkan Tabel 4, nilai kuat tarik pada
kadar air. Kadar air pektin cempedak
titik yield (tensile strength at yield) dan dan
maupun durian masih termasuk tinggi, hal kuat tarik saat putus (tensile strength at
ini disebabkan pada proses ekstraksi, break) memiliki kecenderungan yang sama.
pektin kering yang dihasilkan mudah
Pada edible film berbahan pektin
menyerap air dari udara. Hal ini cempedak, seiring dengan kenaikan
kemungkinan disebabkan karena pektin konsentrasi pektin, tensile strength
yang dihasilkan belum murni, masih
mengalami penurunan. Pada edible film
mengandung zat yang mudah menyerap berbahan pektin durian, pada kenaikan
air. konsentrasi 5% ke 15% tensile strength
3.2 Edible film mengalami kenaikan meskipun nilainya
cukup kecil. Menurut Gontard (1994) dalam
3.2.1. Ketebalan
Rahmawati (2009), tensile strength akan
Tabel 3 menjelaskan edible film yang
mengalami penurunan karena terjadinya
dihasilkan jika dibandingkan dengan
reduksi interaksi intramolekuler rantai
konsentrasi pektin 0%, ketebalan edible film
protein sehingga matriks film yang tebentuk
berbahan pektin cempedak mengalami
akan semakin sedikit. Reduksi ini
kenaikan 4,34 – 7,8 µm, sedangkan edible
disebabkan oleh penambahan gliserol
film berbahan pektin durian kenaikan
karena molekul plasticizer akan
ketebalan 8,8 – 14,34 µm. Akan tetapi

Tabel 3. Sifat Mekanik Edible Film


Pektin Pektin Pektin Pektin Standar Acuan/
Parameter 0%
Cempedak 5% Cempedak 15% Durian 5% Durian 15% Metode Uji
ASTM.D.646/
Ketebalan (µm) 100,8 ± 20,7 105,14 ± 32,7 108,6 ± 7,46 115,14 ± 12,00 109,6 ± 4,39
D.646M
Kuat tarik pada titik
2 6,07 ± 2,58 4,064 ± 1,38 2,725 ± 1,98 2,116 ± 0,67 2,619 ± 0,73 ASTM D 882
yield (kgf/cm )
Kuat tarik saat putus
2 7,98 ± 3,54 5,434 ± 1,73 3,611 ± 2,24 2,856 ± 0,74 3,57 ± 0,85 ASTM D 882
(kgf/cm )
Elongasi (%) 17,43 ± 2,76 110,6 ± 27,6 59,7 ± 18,8 95,86 ± 43,4 117,7 ± 17,83 ASTM D 882

Laju transmisi uap air


2 19,67 ± 1,05 18,86 ± 6,89 26,74 ± 0,41 10,83 ± 0,52 13,26 ± 3,88 ASTM E 96/96M
g/(m .jam)
*Hasil pengujian di Balai Besar Kimia dan Kemasan (2013)

31
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.6, No.1, Juni 2014: 27 – 34

Tabel 4. Daftar Sidik Ragam Edible Film

Jumlah
No Parameter Sumber Keragaman db Kuadrat F hitung F tabel (0,05)
Kuadrat
Tengah
1. Ketebalan konsentrasi 314,414 2 157,207 0,502 0,616
jenis_bahan 60,500 1 60,500 0,193 0,667
2. Kuat tarik pada titik yield konsentrasi 41,203 2 20,602 6,584 0,010
jenis_bahan 2,109 1 2,109 0,674 0,425
3. Kuat tarik saat putus konsentrasi 68,743 2 34,372 6,372 0,011
jenis_bahan 3,383 1 3,383 0,627 0,442
4. Elongasi konsentrasi 25.304,348 2 12.652,174 15,958 0,000
jenis_bahan 935,714 1 935,714 1,180 0,296
5. Laju transmisi uap air konsentrasi 99,927 2 49,964 2,607 0,109
jenis_bahan 231,340 1 231,340 12,071 0,004
dengan bahan baku pektin yang bebeda
mengganggu ikatan pati. Hal ini sesuai memiliki karakteristik yang berbeda.
dengan hasil penelitian yang menunjukkan Krochta dan Johnston (1997) dalam
terjadinya penurunan nilai baik tensile Rahmawati (2009), menyebutkan bahwa
strength at yield maupun tensile strength at persentase elongasi edible film dikatakan
break dengan adanya penambahan pektin baik jika nilainya lebih dari 50% dan
dengan konsentrasi yang berbeda. dikatakan jelek jika nilainya kurang dari
Nilai signifikansi level jenis bahan (p) 10%. Berdasarkan hasil pengujian,
>0,05, menunjukkan variabel - variabel keseluruhan nilai elongasi diatas 10% dan
independen tidak berpengaruh nyata penambahan pektin menyebabkan elongasi
terhadap tensile strength at yield. Untuk meningkat hingga nilainya lebih dari 50%.
konsentrasi pektin, nilai signifikansi level (p) Hal ini berarti edible film yang dihasilkan
<0,05, menunjukkan variabel-variabel dengan penambahan pektin menyebabkan
independen berpengaruh nyata terhadap nilai elongasinya makin baik. Untuk edible
tensile strength at yield. Hal sama juga film dengan pektin cempedak, nilai elongasi
terjadi pada hasil pengujian statistik tensile tertinggi terdapat pada konsentrasi 5%,
strength at break. sedangkan edible film dengan pektin durian,
3.2.3. Elongasi nilai elongasi tertinggi terdapat pada
Dari Tabel 3. nilai elongasi edible film konsentrasi 10%.
berbahan baku pektin durian mengalami Nilai signifikansi level jenis bahan
peningkatan seiring dengan peningkatan (p) >0,05,menunjukkan variabel - variabel
konsentrasi pektin yang digunakan dalam independen tidak berpengaruh nyata
proses pembuatan edible film. Berbeda terhadap elongasi. Pada nilai signifikansi
dengan edible film berbahan baku pektin level konsentrasi pektin (p) <0,05,
cempedak, pada kenaikan konsentrasi dari menunjukkan variabel-variabel independen
5% ke 15%, nilai elongasi mengalami berpengaruh nyata terhadap elongasi.
penurunan sebesar 46,02%. Hal ini sesuai 3.2.4. Laju Transmisi Uap Air (water
dengan teori menurut Barus (2002) dalam vapor transmission rate/WVTR)
Rahmawati (2009) yang menyatakan bahwa Berdasarkan hasil pada penelitian ini,
peningkatan konsentrasi bahan akan nilai WVTR berkisar antara 13,26-26,74
menyebabkan peningkatan matriks yang g/(m2 jam). Nilai ini termasuk lebih besar
terbentuk, sehingga film menjadi kuat. dibandingkan dengan edible film cincau
Namun peningkatan konsentrasi bahan juga hijau (Rahmawati, 2009) yang berkisar
menyebabkan penurunan rasio gliserol antara 0,317-0,463 g.mm/(m2.jam). Nilai
sebagai plasticizer, sehingga WVTR yang cukup besar ini disebabkan
mengakibatkan penurunan elongasi film pektin yang dihasilkan mudah menyerap air,
apabila terkena gaya, yang kemudian sehingga edible film yang dihasilkan juga
menyebabkan film mudah patah. Dari hasil masih kurang baik.
ini menunjukkan bahwa sifat edible film

32
Pemanfaatan limbah kulit durian (Durio zibethinus)
dan kulit cempedak ….Desi Mustika Amaliyah

Nilai signifikansi level konsentrasi 5. ASTM International, 2013. ASTM


(p) >0,05,menunjukkan variabel - variabel E96/E96M-13 Standard Test Methods
independen tidak berpengaruh nyata for Water Vapor Transmission of
terhadap WVTR. Pada nilai signifikansi
Materials. Book of Standards Volume:
level jenis bahan (p) <0,05, menunjukkan
variabel-variabel independen berpengaruh 04.06.
nyata terhadap WVTR.
6. Badan Standardisasi Nasional, 1992.
IV. KESIMPULAN Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI
01-2891-1992.
Rendemen pektin dari kulit cempedak
dua kali lebih besar daripada rendemen
7. Baississe, Salima et. al, 2010,
pektin dari kulit durian. Pektin kulit durian
dan kulit cempedak yang dihasilkan masih Comparison of Structure and
kurang baik karena proses pemurnian Emulsifying Activity of Pectin Extracted
belum dilakukan, sehingga mengakibatkan from Apple Pomace and Apricot Pulp,
edible film yang dihasilkan juga belum World Journal of Dairy & Food
memiliki kualitas yang bagus. Konsentrasi Sciences. 5 (1) : 79 – 84. IDOSI
pektin mempengaruhi kuat tarik dan Publication. Batna.
elongasi, sedangkan jenis bahan baku
mempengaruhi laju transmisi uap air.
8. Danuwarsa, 2006, Analisis Proksimat
dan Asam Lemak pada Beberapa
DAFTAR PUSTAKA Komoditas Kacang-kacangan, Buletin
1. Anonim, Properties of Pectin, Teknik Pertanian. 11 (1):5-8. Bogor.
http://www.classle.net/book/properties-
pectin. diakses pada tanggal 04-02- 9. Kester, J.J. dan Fennema, O.R., 1986.
2013. Edible Film and Coatings: a Review.
Food Technology. 40 :47-59.
2. Anshari, Hafiz. Desyana Olenka.,
Misna Marliana. 2010. Pemanfaatan 10. Krochta, J. M. dan Mulder, C. L. C. D.,
Biji Cempedak Sebagai Alternatif 1997. Edible and biodegradable
Pengganti Tepung Terigu dengan polymer films - challenges and
Kualitas dan Gizi Tinggi. Program opportunities (A Scientific Status
Kreativitas Mahasiswa Universitas Summary). Food Technology. 51 (2) :
Negeri Malang. Malang. 61-74.

3. ASTM International, 2013. Standard 11. Layuk P., Djagal W.M, Haryadi, 2002,
Test Method for Mass Per Unit Area of Karakterisasi Komposit Film Edible
Paper and Paperboard of Aramid Pektin Daging Buah Pala (Myristica
Papers (Basis Weight). ASTM D646 – fragrans Houtt) dan Tapioka. Jurnal
13. Book of Standards Volume: 07.01. Teknologi dan Industri Pangan XXIII
(2):178-183. Semarang.
4. ASTM International, 2012. ASTM
D882-12 Standard Test Method for 12. Mohamed, Suhaila. Zahariah Hasan,
1995. Extraction and Characteristion of
Tensile Properties of Thin Plastic
Sheeting. Book of Standards Volume: Pectin from Various Tropical
08.01. Agrowaste. Asean Food Journal. 10
(2):43-50. Sarawak.

33
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.6, No.1, Juni 2014: 27 – 34

13. Nugroho. Agung Adi. Basito, R.


Baskara Katri A. 2013. Kajian
Pembuatan Edible Film Tapioka
dengan Pengaruh Penambahan Pektin
Beberapa Jenis Kulit Pisang Terhadap
Karakteristik Fisik dan Mekanik. Jurnal
Teknosains Pangan. 2 (1) Januari
2013. Surakarta.

14. Omar, N. dan Abdullah, K.H.K. 2000.


Pectin Content of Selected Local Fruit
By-product. Journal Tropical Agriculture
and Food Science. 28 (2) (2000) :
195 - 201. Malaysian Agricultultural
Research and Development Institute.
Kuala Lumpur.

15. Rachmawati, Arinda Karina. 2009.


Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin
Cincau Hijau (Premma oblogifolia.
Merr) Untuk Pembuatan Edible Film,
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta. Diakses
tanggal 12 Pebruari 2013.

16. Sari, Kartika.dan Rahmat Satoto. 2010.


Analisis Korelasi Kondisi Pembuatan
Film Tipis Polipropilene (PP) dan Sifat -
Sifat Mekaniknya dengan Metode Uji
Tarik. Berkala Fisika. 13 (2) :C27 - C38.

17. Wai, Wong Wei dkk. 2009. Optimization


of Pectin Extraction from Durian Rind
(Durio zibethinus) Using Response
Surface Methodology. Journal of Food
Science. 74 (8):C63.

34

Anda mungkin juga menyukai