Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keuangan negara penting sebagai penopang pembiayaan pencapaian


tujuan negara. Ruang lingkup pengelolaan keuangan negara meliputi
perencanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan negara.
Keuangan negara meliputi APBN dan APBD. Masalah yang dihadapi
diantaranya adalah efektivitas, efisiensi, priorotas, kebocoran dan
penyimpangan serta rendahnya profesionalisme.1 Oleh karena itu, asas-asas
pengelolaan keuangan negara perlu diterapkan agar tercipta good
governance.
Ada empat tujuan berdirinya negara Indonesi yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945alenia keempat. Tujuan tersebut yakni melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan
kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.2
Pencapaian keempat tujuan negara tersebut tentu terikat dengan
keuangan negara sebagai bentuk pembiayaan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Tanpa
keuangan negara, tujuan negara tidak dapat terselenggara. Oleh karenaitu,
keuangan negara merupakan urat nadi dalam suatu pembangunan negara
serta sangat menentukan keberlangsungan perekonomian baik dalam waktu
sekarang maupun di masa akan datang. Untuk mendapatkan keuangan
negara sebagai bentuk pembiayaan tujuan negara, harus tetap berada dalam

1
GT. Suroso, azas-azas Good Governance dalam Pengelolaan Keuangan Negara,
http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-
perbendaharaan/20088-azas-azas-good-governance-dalam-pengelolaan-keuangan-negara
(7 April 2015)
2
Moh. Mahfud. MD, 2011, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, hal. 2

1
bingkai hukum yang diperkenankan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 19453.
Pengelolaan keuangan negara yang ditujukan agar bisa digunakan
penyelenggaraan pemerintahan secara rutin tersebut cukup banyak
menggunakan sumber dana. Sumber dana tersebut diperoleh baik dari dalam
maupun luar negeri yang dikelola secara ketat oleh pemerintah berdasarkan
konsepsional dan konstitusional ditetapkan dalam Pasal 23 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19454. Indonesia sebagai suatu
negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan hukum, dan
menyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, sistem
pengelolaan keuangan negara harus sesuai dengan aturan pokok yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Dalam Undang-Undang Dasar
1945 Bab VIII Hal Keuangan, antara lain disebutkan bahwa anggaran
pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang, dan ketentuan mengenai pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara serta macam dan harga mata uang
ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tersebut yang merupakan sumber hukum keuangan
negara yang memerlukan penjabaran lebih lanjut dalam bentuk Undang-
Undang, yakni dalam hal ini Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Pertanggung Jawaban Keuangan Negara, Undang-Undang No 15 tahun
2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Undang-Undang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang di tetapkan setiap
tahun5.

3
Muhammad Djafar Saidi, 2008, Hukum Keuagan Negara, Jakarta, Rajawali Pers, hlm 8.
4
Arifin P. Soeria Atmadja, 1986, Mekanisme Pertanggung Jawaban Keuangan Negara
(Suatu Tinjauan Yuridis), Jakarta, Gramedia, hlm 3.
5
Op.Cit, Muhammad Djafar Saidi, hlm 10-11.

2
Pengertian keuangan negara menurut Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara adalah sebagai berikut: 6
“Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara yang berkaitan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut menjabarkan lebih


lanjut aturan-aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ke dalam asas-asas umum
pengelolaan keuangan negara. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 29
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dalam
rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara yang
ditetapkan dalam APBN dan APBD, perlu ditetapkan kaidah-kaidah hukum
administrasi keuangan negara. Urgensinya adalah, selama ini dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangan negara masih digunakan ketentuan
perundang-undangan yang disusun pada masa pemerintahan kolonial Hindia
Belanda yang berlaku berdasarkan Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar
1945, yaitu Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama
ICW Stbl. 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam
Lembaran Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir Undang-
undang Nomor 9 Tahun 1968, yang ditetapkan pertama kali pada tahun
1864 dan mulai berlaku pada tahun 1867, Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl.
1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan Reglement voor het Administratief
Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381. Sementara itu, dalam pelaksanaan
pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara digunakan Instructie en
verdere bepalingen voor de Algemeene Rekenkamer (IAR) Stbl. 1933 No.
320.7 Peraturan perundang-undangan tersebut tidak dapat
mengakomodasikan berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem
kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintahan negara
Republik Indonesia. Oleh karena itu, meskipun berbagai ketentuan tersebut

6
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
7
Penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

3
secara formal masih tetap berlaku, secara materiil sebagian dari ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan.
Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangan negara
menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa bentuk penyimpangan
dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam upaya menghilangkan
penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang
berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar dan asas-asas umum yang berlaku
secara universal dalam penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan
suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara.
Upaya untuk menyusun undang-undang yang mengatur pengelolaan
keuangan negara telah dirintis sejak awal berdirinya negara Indonesia. Oleh
karena itu, penyelesaian Undang-undang tentang Keuangan Negara
merupakan kelanjutan dan hasil dari berbagai upaya yang telah dilakukan
selama ini dalam rangka memenuhi kewajiban konstitusional yang
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asas-asas Umum Pengelolan Keuangan Negara dalam
Penyelenggaraan Negara di Indonesia?
2. Bagaimana Pengelolan Keuangan Negara yang baik demi terwujudnya
Good Governance?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keuangan Negara berdasarkan UUD 1945 dan Undang-


Undang

Sebelum menelaah lebih dalam terkait asas-asas dalam pengelolaan


keuangan negara, maka perlu dipahami dahulu megenai pengertian
keuangan negara di tengah banyaknya perbedaan pendapat terkait keuangan
negara tersebut. Keuangan negara merupakan sarana penting bagi penopang
pembiayaan pencapaian tujuan negara. Tanpa keuangan negara, maka tujuan
negara tidak dapat terselenggara sehingga hanya sebagai cita-cita hukum
belaka. Ruang lingkup pengelolaan keuangan negara meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban keuangan negara.
Tidak ada definisi keuangan negara yang dimuat secara tegas di dalam
ketentuan UUD 1945, seperti pada Pasal 23. Dalam sejarah perundang-
undangan Republik Indonesia, istilah keuangan negara pertama kali dipakai
dalam UUD 1945, Pasal 23 ayat (4) dan ayat (5). Karangan tersebut hanya
mengupas ayat (5) yang berbunyi:
“Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya
ditetapkan dengan UU. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.”

Keuangan negara untuk pra perubahan UUD 1945, Harun Al Rasid


menuliskan bahwa alhasil istilah keuangan negara Pasal 23 ayat (5) harus
diartikan secara restriktif, yaitu mengenai pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Perlu dicatat tidak tertutup kemungkinan
adanya suatu peraturan perundang-undangan yang menugaskan kepada BPK
untuk memeriksa keuangan badan hukum lain dari negara.8
Sehingga untuk memahami konteks keuangan negara perlu melihat
dari penafsiran-penafsiran pendapat ahli. Pada intinya, konteks keuangan

8
Harun Al Rasid, 2010, Pengertian Keuangan Negara (dalam Hubungannya dengan
Tugas Badan Pemeriksa Keuangan), Arifin P. Soeria Atmadja (Ed.), Keuangan Publik
dalam Perspektif Hukum: Teori, Praktik, dan Kritik, Rajawali Press, Jakarta, hlm 4.

5
negara dalam ketentuan Pasal 23 UUD 1945 dapat dibagi di dalam 2 (dua)
periode yaitu:9
1.) Periode Pra Amandemen III UUD 1945: hanya ditafsirkan secara
sempit yaitu terbatas pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(“APBN”), dipertegas oleh pendapat Jimly Asshiddiqie (Sengketa
Kewenangan Antarlembaga Negara, Jakarta, Konstitusi Press 2005)
yang mengatakan:

“Pengertian anggaran pendapatan dan belanja yang dimaksud


dalam UUD 1945 hanya Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) di tingkat pusat, sehingga tidak tercakup
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang sama
sekali tidak berkaitan dengan tugas dan kewenangan Badan
Pemeriksa Keuangan”.
2.) Periode Pasca Amandemen III UUD 1945: pengertian keuangan
negara tidak hanya sebatas pada APBN tetapi juga termasuk pada
pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.10
Perihal pembahasan pengertian keuangan negara, dapat dilakukan
melalui pendekatan Undang-Undang dengan merujuk pada Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Keuangan negara
meliputi: 11
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang, dan melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan negara;
d. pengeluaran negara;
e. penerimaan daerah;
f. pengeluaran daerah;
9
Alfin Sulaiman, 2011, Definisi Keuangan Negara Menurut Konsititusi dan Undang-
Undang (online), http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e666e195d202/definisi-
keuangan-negara-menurut-konstitusi-dan-undang-undang, (5 April 2015).
10
Ibid dalam: Arifin P. Soeria Atmadja, Keuangan Publik dalam Perspektif Hukum; Teori,
Praktik, dan Kritik, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
11
Lihat: Pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

6
g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang barang, serta hak-hak
lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas
yang diberikan pemerintah.
Lebih lanjut, Pasal 3 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan dan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
menyatakan bahwa pemeriksaan oleh BPK mencakup seluruh unsur
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.12
Keuangan negara sebagai substansi hukum keuangan negara dapat
ditinjau dari aspek keuangan negara dalam arti luas, dan keuangan negara
dalam arti sempit. Hal ini bertujuan untuk memberi pemahaman yuridis
yang didasarkan pada pendekatan sebagaimana yang tercantum dalam
undang-udang. Dalam arti luas, sebagaimana dalam UUKN , keuangan
negara adalah:
1.) Dari sisi objek, yang dimaksud keuangan negara meliputi semua
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kebijakan dsn kegiatan dalam bidang fiskal, moneter,
dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan
milik negara sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.

2.) Dari sisi subyek, yang dimaksud keuangan negara adalah meliputi
selruh objek sebagaimana tersebut yang dimiliki oleh negara,
dan/atau djjuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,

12
Sehingga objek pemeriksaan keuangan negara tidak hanya sebatas APBN dan APBD
saja, melainkan juga meliputi Badan Usaha Milik Negara (“BUMN”) dan Badan Usaha
Milik Daerah (“BUMD”) yang membawa konsekuensi pengertian keuangan negara
meliputi APBN, APBD, BUMN dan BUMD.

7
perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya
dengan keuangan negara.

3.) Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian


kegiatan yang berkaitan dengan pengelokaan objek sebagaimana
tersebut diatas mulai dari perumussn kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.

4.) Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan,


kegiatan, dan hubungan hukun yang berkaitan dengan pemilikan
dan/atau penguassan objek sebagaiamana tersebut diatas dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Sementara keuangan negara dalam arti sempit hanya mecakup


keuangan negara yang dikelola oleh tiap-tiap badan hukum (rechtspersoon)
dan dipertanggungjawabkan masing-masing.13 Pengelolaa keuangan negara
merupakan bagian dari pelaksanaan pemerintahan negara, yang berarti
keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan
kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pertanggungjawaban.14

B. Asas-Asas Umum dalam Pengelolaan Keuangan Negara


Keuangan dalam suatu penyelenggaraan pemerintahan memiliki peran
sentral, sebab merupakan urat nadi dalam pembangunan suatu negara serta
sangat menentukan keberlangsungan perekonomian baik dalam waktu
sekarang ini maupun di masa akan datang. Mengikuti pemikiran Rene
Stours sebagaimana yang dikutip oleh Adrian Sutedi menyatakan bahwa
hakekat atau falsafah keuangan negara dalam hal ini anggaran penerimaan
dan belanja negara adalah
“The Constitutional Right which a nation possesses to authorize
public revenue and expenditure does not originates from the

13
Muhammad Djafar Saidi, 2011, Hukum Keuangan Negara, Jakarta, Rajawali Pers, hal.
23
14
Ibid, hlm 21.

8
fact that the members of nation contribute the payments. This
right is based in a loftier idea. The idea of sovereignty.”
Jadi, dapat dipahami bahwa pada hakekatnya public revenue and
expenditure anggaran penerimaan dan belanja negara adalah kedaulatan.15
Pada dasarnya, substansi mengenai pengertian keuangan negara dapat
dilihat dari perspektif luas maupun sempit. Keuangan negara dalam arti luas
mencakup: pertama, anggaran pendapatan dan belanja negara. Kedua,
anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan terakhir keuangan negara pada
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah.
Pengelolaan uang negara dapat diperinci ke dalam (1) Pengelolaan kas
umum negara, (2) Pelaksanaan penerimaan negara oleh kementerian negara,
lembaga non kementerian dan lembaga Negara, dan (3) Pengelolaan uang
persediaan untuk keperluan kementerian negara, lembaga pemeritah non
kementerian dan lembaga negara.16 Perincian tersebut bertujuan untuk
membedakan fungsinya agar pengelolaan keuangan tetap terarah pada
sasaran yang hendak dicapai.
Pejabat yang ditugasi melakukan pengelolaan keuangan negara
seyogyanya memerhatikan dan menerapkan asas-asas hukum yang
mendasarinya. Asas-asas pengelolaan keuangan negara dibutuhkan agar
pengelolaan keuangan negara dapat berlangsung dengan baik dan mencapai
tujuan. Asas pengelolaan keuangan negara bukanlah merupakan aturan
hukum sehingga tidak mempunyai kekuatan mengikat melainkan secara
moral dapat dijadikan pedoman dalam pengelolaan keuangan negara.
Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara yang dimaksud adalah:
1.) Asas kesatuan, yaitu menghendaki agar semua pendapatan dan belanja
negara disajikan dalam satu dokumen anggaran;
2.) Asas universalitas, yaitu mengharuskan agar setiap transaksi keuangan
ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran;
3.) Asas tahunan membatasi masa berlakunya angaran untuk suatu tahun
tertentu;dan

15
Adrian Sutedi, 2010, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.10.
16
Muh. Djafar Saidi, Op.Cit,hlm.33 juga dalam PP Nomor 1 tahun 2008 tentang
Invespem

9
4.) Asas spesialitas, yaitu mewajiban agar kredit anggaran yang disediakan
terinci secara jelas peruntukannya.17

Perkembangan selanjutnya dengan berlakunya Undang-Undang


Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UUKN) terdapat
penambahan asas baru dalam pengelolaan keuangan negara. Adapun asas-
asas pengelolaan keuangan negara menurut UUKN yaitu:18
1.) Asas akuntabilitas berorientasi pada hasil adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan
keuangan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi nagara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-udangan yang berlaku;
2.) Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban pengelolaan keuangan negara;
3.) Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian
berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
4.) Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan negara adalah asas yang
membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan
negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara;
5.) Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan
mandiri adalah aas yang memberikan kebebasan bagi badan pemeriksa
keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan nagara dengan tidak
boleh dipangaruhi oleh siapapun.

Asas-asas pengelolaan keuangan negara juga diterapkan dalam


pengelolaan investasi pemerintah sebagai salah satu sumber penerimaan kas
negara. Investasi pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau
barang dalam jangka panjang untuk pembelian surat berharga dan invetasi

17
Ibid, hlm 22.
18
Ibid.

10
langsung untuk memperoleh manfaat ekononi, sosial, dll. Investasi tidak
boleh diluar ranah hukum keuangan negara karena terkait dengan
kedaulatan rakyat yang dijelmakan dalam bentuk anggaran negara. Asas-
asas dalam pengelolaan investasi pemerintah antara lain:19

1) Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan


masalah di bidang investasi pemerintah dilaksanakan oleh menteri
keuangan, badan invetasi pemerintah, badan usaha, menterj
teknis/pimpinan lembaga sesuai fungsu, wewenang, dan tanggung
jawab masing-masing.

2.) Asas kepastian hukum, yaitu investasi pemerintah harus dilakukan


berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3.) Asas efisiensi, yaitu investasi pemerintah diarahkan agar dana


investasu digunakan sesuai batasan-batasa standar kebutuhan
yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.

4.) Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan investasi pemerintah


harus dapat dipertanggugjawabkan kepada rakyat dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

5.) Asas kepastian nilai, yaitu investasi pemerintah harus didukung


oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai investasi dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan dana dan divestasi serta penyusunan
laporan keuangan pemerintah.

Asas-asas pengelolaan keuangan negara sebagaimana telah dijabarkan


di atas apabila dilakukan fusi sebelum dan setelah diberlakukannya Undang-
Undang Keuangan Negara dapat dijadikan pedoman bagi pengelola
keuangan negara sehingga mampu menjalankan tugas dan kewajibannya
yang baik. Perlu dicermati bahwa asas pengelolaan keuangan negara

19
PP Nomor 1 tahun 2008 tentang Invespem

11
bukanlah merupakan aturan hukum sehingga tidak mempunyai kekuatan
mengikat melainkan secara moral dapat dijadikan pedoman dalam
pengelolaan keuangan negara. Meskipun demikian, jangan diartikan bahwa
pengelolaan keuangan negara dapat serta merta menyimpangi asas-asas
pengelolaan keuangan negara tersebut sehingga tercipta pengelolaan
keuangan negara yang baik dan menghindari kerugian negara.

Sehubungan dengan asas-asas pengelolaan keuangan negara di atas,


dalam sebuah tulisan Awan Setiawan, ia menuliskan beberapa masalah yang
secara realita masih dihadapi dalam pengelolaan keuangan negara saat ini, 
yaitu:20
Pertama, rendahnya efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
pemerintah akibat maraknya irasionalitas pembiayaan kegiatan negara.
Kondisi ini disertai oleh rendahnya akuntabilitas para pejabat pemerintah
dalam mengelola keuangan publik. Karenanya, muncul tuntutan yang
meluas untuk menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja.
Kedua, kurang adanya skala prioritas yang terumuskan secara tegas
dalam proses pengelolaan keuangan negara yang menimbulkan pemborosan
sumber daya publik. Selama ini, hampir tidak ada upaya untuk menetapkan
skala prioritas anggaran di mana ada keterpaduan antara rencana kegiatan
dengan kapasitas sumber daya yang dimiliki. Juga harus dilakukan analisis
biaya-manfaat (cost and benefit analysis) sehingga kegiatan yang dijalankan
tidak saja sesuai dengan skala prioritas tetapi juga mendatangkan tingkat
keuntungan atau manfaat tertentu bagi publik.
Ketiga yang menuntut dilakukannya reformasi manajemen keuangan
pemerintah adalah terjadinya begitu banyak kebocoran dan penyimpangan,
misalnya sebagai akibat adanya praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme.
Keempat dan terakhir adalah rendahnya profesionalisme aparat
pemerintah dalam mengelola anggaran publik. Dinamika pemerintah,
termasuk pengelolaan keuangan di dalamnya, tidak dikelola secara
profesional sebagaimana dijumpai dalam manajemen sektor swasta. Jarang
20
Awan Setiawan, tanpa tahun, Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah : Sebuah
Tinjauan (online), old.bappenas.go.id/get-file-server/node/8512/, (7 April 2015).

12
ditemukan ada manajer yang profesional dalam sektor publik. Bahkan
terdapat negasi yang tegas untuk memasukkan kerangka kerja sektor swasta
ke dalam sektor publik di mana nilai-nilai akuntabilitas, profesionalisme,
transparansi, dan economic of scale menjadi kerangka kerja utamanya.
Untuk berbagai permasalahan yang adan dan dalam upaya perwujudan
manajemen keuangan pemerintah yang baik, terdapat pula tuntutan yang
semakin aksentuatif untuk mengakomodasi, menginkorporasi, bahkan
mengedepankan nilai-nilai good governance.21 Beberapa nilai yang relevan
dan urgen untuk diperjuangkan adalah antara lain transparansi,
akuntabilitas, serta partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan
keuangan dimaksud, disamping nilai-nilai efektivitas dan efisiensi tentu
saja.

C. Pengelolan Keuangan Negara yang baik demi terwujudnya Good


Governance
Sejak terjadinya krisis moneter dan krisis kepercayaan yang
mengakibatkan  equality perubahan dramatis pada tahun 1998, Indonesia
telah memulai berbagai inisiatif yang dirancang untuk mempromosikan
good governance, akuntabilitas dan partisipasi yang lebih luas. Good
governance dipandang sebagai paradigma baru dan menjadi ciri yang perlu
ada dalam sistem administrasi publik.
Menurut doktrin ilmu hukum administrasi terdapat 13 asas-asas umum
pemerintahan yang baik, hal itu seperti yang pernah diungkapkan Crince Le
Roy dan ditambahkan oleh Kuntjoro Purbopranoto, yaitu:22
1.) Asas kepastian hukum (principle of legal security)
2.) Asas keseimbangan (principle of proporsioality)
3.) Asas kesamaan (principle of equality)
4.) Asas bertindak cermat (principle of carefulless)
5.) Asas motivasi untuk setiap keputusan pangreh (principle of motivation)

21
Ibid
22
W. Riawan Tjandra, 2008, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, hal. 76-77.

13
6.) Asas jangan mencampur adukkan kewenangan (principle of non misuse
of competence)
7.) Asas permainan yang layak (principle of fairplay)
8.) Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or
prohibition of arbitrariness)
9.) Asas menanggapi pengahrapan yang wajar (principle of meeting raised
expectation)
10.) Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of
undoig the consequences of annulled decision)
11.) Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara hidup) pribadi (principle
of protecting the personal way of life)
12.) Asas kebijaksanaan (sapientia)
13.) Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service)

Namun menurut Muchsan, asas pemerintahan yang baik dan dapat


berjalan di Indonesia hanya ada lima, yaitu:23

1.) Asas kepastian hukum


Asas ini menghendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh
seseorang berdasarkan keputusan badan atau pejabat Tata Usaha
Negara.
2.) Asas permainan yang layak
Asas ini menjelaskan bahwa badan atau pejabat Tata Usaha
Negara harus memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
memperoleh informasi yang benar dan adil, sehingga dapat pula
memberi kesempatan yang luas untuk menuntut keadilan dan
kebenaran. Degan asas ini, badan atau pejabat Tata Usaha Negara harus
menghargai hak dari warga masyarakat untuk menggunakan upaya-
upaya hukum melalui administrative beroep maupun melalui badan-
badan peradilan

3.) Asas kecermatan


23
Muchsan, 2007, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan
Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, Yogyakarta, Liberty, hal. 31-32

14
Badan atau pejabat Tata Usaha Negara senantiasa harus bertindak
secara hati-hati agar tidak meimbulkan kerugian terhadap warga
masyarakat.

4.) Asas keseimbangan


Menurut asas ini dalam hal penjatuhan sanksi atau hukuman,
haruslah seimbang nilainya dengan bobot pelanggaran atau kesalahan
sehingga akan memenuhi keadilan.

5.) Asas ketepatan dalam mengambil sasaran


Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan negara, pemerintah Indonesia perlu mengelola dan
menyelenggarakan keuangan negara secara profesional, terbuka, dan
bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Aturan pokok Keuangan Negara telah dijabarkan ke dalam asas-asas
umum, yang meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam
pengelolaan keuangan negara, yaitu24:
1.) Asas tahunan
2.) Asas universalitas
3.) Asas kesatuan
4.) Asas spesialitas
5.) Asas akuntabilitas
6.) Asas profesionalitas
7.) Asas proporsionalitas
8.) Asas keterbukaan
9.) Asas pemeriksaan keuangan

Asas-asas umum tersebut diperlukan guna menjamin terselenggaranya


pengelolaan keuangan negara dalam rangka mewujudkan good governance.
Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara pada dasarnya dijiwai oleh
asas-asas umum pemerintahan yang baik (good governance). Hal ini dapat
dilihat dari adanya asas akuntabilitas, proporsionalitas, profesionalitas,
24
W. Riawan Tjandra, Op. Cit., hal. 180-182

15
universalitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip peyelenggaraan
pemerintahan yang baik, dimana pada asas-asas good governance
dikehendaki adanya prinsip bertindak cermat, jangan mencampur adukkan
kewenangan dan prinsip penyelenggaraan kepentingan umum. Karena pada
dasarnya adanya asas-asas umum pengelolaan keuangan negara yang baik
bertujuan untuk mewujudkan kepentingan umum, mensejahterakan kehidupan
rakyat yang berlandaskan pada perbuatan yang dapat dipertanggung jawabkan
demi terciptanya pemerintahan yang baik. Oleh karena itu ketaatan pada asas-
asas yang telah ditentukan di atas perlu selalu dijaga dan disosialisasikan
terus di antara para aparatur pemerintah, para pengelola keuangan negara dan
pihak-pihak yang terkait.
Pengelolaan keuangan negara sebagaimana tertuang dalam penjelasan
Undang-Undang Keuangan Negara bahwa asas umum pengelolaan keuangan
negara dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan
secara tertib, taat, efektif, efisien, transparan, dan bertanggung jawab sesuai
dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sesuai dengan amanat Pasal 23 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Keuangan Negara telah
menjabarkan aturan pokok yang ditetapkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut kedalam asas-asas umum dalam
pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas
kesatuan, dan asas spesialisasi maupn asas-asas sebagai pencerminan best
practice (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan
negara.
Anggaran pendapatan dan belanja negara merupakan alat utama
pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya sekaligus alat pemerintah
untuk mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, anggaran
penerimaan dan belanja negara bukan hanya menyangkut keputusan
ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik.

16
Dalam konteks ini, Dewan Perwakilan Rakyat dengan hak legislasi,
penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan
dalam mengawal anggaran penerimaan dan belanja negara, sehingga
anggaran penerimaan dan belanja negara benar-benar dapat secara efektif
menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola
perekonomian negara dengan baik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara diperlukan suatu undang-undang dan asas-asas umum yang berlaku
secara universal. Begitu juga dengan pengelolaan keuangan negara, dimana
sistem pengelolaan keuangan negara disusun secara berkesinambungan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ruang lingkup pengelolaan keuangan negara meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban keuangan negara.
Dalam pengelolaan keuangan negara tersebut terdapat asas-asas yang
menjadi pedoman yakni asas kesatuan, asas universalitas, asas tahunan,
asas spesialitas. Perkembangan selanjutnya dengan berlakunya Undang-
Undang Keuangan Negara terdapat penambahan asas baru dalam
pengelolaan keuangan negara. Adapun asas-asas pengelolaan keuangan
negara menurut Undang-Undang Keuangan Negara, yaitu: asas
akuntabilitas, asas proporsionalitas, asas profesioalitas, asas keterbukaan,
dan asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan
mandiri.
2. Asas-asas umum tersebut diperlukan guna menjamin terselenggaranya
pengelolaan keuangan negara dalam rangka mewujudkan good
governance. Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara pada
dasarnya dijiwai oleh asas-asas umum pemerintahan yang baik (good
governance). Dalam penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan
suatu undang-undang dan asas-asas umum yang berlaku secara universal.
Begitu juga dengan pengelolaan keuangan negara, dimana sistem
pengelolaan keuangan negara disusun secara berkesinambungan.

B. Saran
Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara di negara Indonesia
hendaknya berdasar pada ketentuan-ketentuan yang telah ada, yakni
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945,
Pancasila, Asas-asas pengelolaan keuangan negara. Sehingga diharapkan
kedepannya, pengelolaan keuangan negara di Indonesia dapat berjalan
sesuai dengan apa yang telah dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adrian Sutedi, 2010, Hukum Keuangan Negara, Jakarta, Sinar Grafika.

Muchsan, 2007, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah


dan Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, Yogyakarta, Liberty

Muhammad Djafar Saidi, 2011, Hukum Keuagan Negara, Jakarta, Rajawali


Pers.

W. Riawan Tjandra, 2008, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta,


Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Muhammad Djafar Saidi, 2011, Hukum Keuangan Negara, Jakarta, Rajawali


Pers

Arifin P. Soeria Atmadja (Ed.), Keuangan Publik dalam Perspektif Hukum:


Teori, Praktik, dan Kritik, Jakarta, Rajawali Press.

Moh. Mahfud. MD, 2011, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

PP Nomor1 Tahun 2008 tentang Invespem

Internet

Awan Setiawan, tanpa tahun, Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah :


Sebuah Tinjauan (online), old.bappenas.go.id/get-file-server/node/8512/, (7
April 2015).

Alfin Sulaiman, 2011, Definisi Keuangan Negara Menurut Konsititusi dan


Undang-Undang (online),
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e666e195d202/definisi-
keuangan-negara-menurut-konstitusi-dan-undang-undang, (5 April 2015).

GT. Suroso, azas-azas Good Governance dalam Pengelolaan Keuangan


Negara, http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-

19
anggaran-dan-perbendaharaan/20088-azas-azas-good-governance-dalam-
pengelolaan-keuangan-negara (7 April 2015)

20

Anda mungkin juga menyukai