Anda di halaman 1dari 6

Tahap Eksplorasi

Penyelidikan Umum

 Survei tinjau

 Prospeksi
Eksplorasi

 Eksplorasi Umum

 Eksplorasi Rinci

Penyelidikan Umum
Survey Tinjau

Tahap penyelidikan umum untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi

keterdapatan bahan galian pada skala regional, terutama berdasarkan hasil studi regional,

diantaranya pemetaan geologi, pemotretan udara dan metoda tidak langsung llainnya, dan

peninjauan lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi

dari data yang ada

Prospeksi
Tahap penyelidikan umum untuk membatasi daerah potensi endapan bahan galian dengan

kategori sumber daya tereka, yang menjadi tahap eksplorasi umum.

Eksplorasi

Eksplorasi Umum
Tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi,

berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran,

kuantitas dan kualitas, untuk mendapatkan sumber daya tertunjuk. Tingkat ketelitiannya

harus dapat digunakan dalam penentuan untuk dilakukkannya tahap eksplorasi rinci atau

tidak.

Eksplorasi Rinci
Kegiatan eksplorasi dengan mendelliniasi secara rinci dalam 3 dimensi terhadap endapan

bahan galian untuk dapat menentukan sumber daya terukur. Tahap ini dilakukan sebelum
dilakukan studi kelayakan tambang.

http://godamaiku.blogspot.com/2013/09/eksplorasi-batubara.html?m=1

Standar Nasional Indonesia, Amandemen 1 – SNI – 13-50141998, tentang Klasifikasi Sumberdaya


dan Cadangan Indonesia.

Dalam kegiatan ini, ekplorasidilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu:


1. Survey Tinjau
Survey tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan untuk
mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung endapan batubara yang prospek untuk
diselidiki lebih lanjut. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi studi geologi regional,
interpretasi potret udara, geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum dilakukan
kegiatan survey tinjau, perlu dilakukan:
* Studi Literatur, yaitu kegiatan sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi, dilakukan studi
terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan
lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi
ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari
peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan
endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah
terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
* Survey dan Pemetaan, jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,
maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai
(peta skala 1 : 200.000 sampai 1 : 50.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan
pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini
sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda
endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil contoh

dari singkapan-singkapan yang penting.

2. Prospeksi
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung endapan batubara yang
potensial untuk dikembangkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebaran dan potensi
endapan batubara yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji pada tahap ini
bertujuan untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya di daerah yang
mempunyai indikasi adanya endapan batubara. Jarak antar titik bor berkisar dari 1000 sampai
3000 meter. Pada tahap ini peta yang dipakai mulai dari 1:50.000 sampai 1:25.000

3. Eksplorasi Pendahuluan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan batubara
yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan,
sebaran, struktur geologi dan sedimen, kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar
500 – 1000 meter, skala peta yang digunakan mulai dari 1: 25.000 sampai 1:10.000. Sesuai
dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang
Pemberian Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum perlu
dilampiri dengan beberapa peta:
– Peta lokasi/situasi
– Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000)
– Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji, pengambilan contoh
batubara (skala 1:10.000)
– Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala 1:10.000)
– Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala 1:10.000)
– Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan
– Penampang sumur uji
– Penampang parit uji
– Penampang lubang bor

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei
yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

4. Eksplorasi Rinci
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai
prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan
utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (jarak antar titik bor 200
meter), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang
lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran
kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan
cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%). Sebelum
dilakukan kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal, geoteknik, serta
geohidrologi. Skala peta yang digunakan adalah 1:2.000 sampai 1:500. Pengetahuan atau data
yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan
secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi
air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan
kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting
untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun
prioritas bantu lainnya. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No.
661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan
Eksplorasi perlu dilampiri dengan beberapa peta:
– Peta lokasi/situasi
– Peta topografi (skala 1:500 sampai 1:2.000)
– Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan batubara, sumur uji, parit uji, pemboran,
dan pengambilan contoh batubara (skala 1:2.000 sampai 1:10.000)
– Peta geologi daerah (skala 1:500 sampai 1:2.000)
– Peta penyebaran endapan batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)
– Peta perhitungan 2 dimensi batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)
– Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan kandungan sulfur (skala
1:500 sampai 1:2.000)
– Peta isopach tanah penutup (skala 1:500 sampai 1:2.000)
– Peta isopach ketebalan lapisan batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)
– Peta kontur struktur (skala 1:500 sampai 1:2.000)
– Penampang geologi
– Penampang bor
– Penampang/sketsa singkapan batubara
– Penampang perhitungan cadangan batubara
– Fotokopi hasil analisis contoh batubara dari laboratorium
– Peta wilayah rencana peningkatan dan atau penciutan Kuasa Pertambangan

Dari uraian tentang tahapan kegiatan eksplorasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
penyelidikan lapangan bertujuan untuk mendapatkan data tentang sifat fisik-mekanik batuan,
struktur geologi dan kondisi air tanah sampai dengan kedalaman rencana penambangan.
Secara spesifik harus dibuat laporan struktur geologi meliputi litologi, geometri dan kemiringan
dari formasi lapisan batubara, geometri dan komposisi struktur major seperti patahan, serta
domain dan orientasi dari bidang-bidang diskontinuitas.

Demikian juga dengan data geoteknik terutama sifat fisik dan mekanik dari over burden,
interburden, lapisan batubara dan batuan alas. Gambaran tentang data level air tanah,
permeabelitas dan aliran air tanah artesis yang diperoleh pada waktu kegiatan pengeboran dan
pemasangan piezometer perlu juga dibuat dalam laporan tertulis.

PT. Minelog Services Indonesia (MSI) adalah perusahaan yang menjadi bagian dari Persadana
Grup. Selama puluhan tahun, Persada Group telah dikenal memiliki pengalaman dan profesional
dalam bisnis pertambangan dan energi.

PT MSI sendiri, secara khusus memberikap servis pada eksplorasi pertambangan dan
ekploitasinya. Terutama, pada pertambangan batubara dan/atau kandungan mineral lainnya.

Didukung oleh para profesional dan ahli di bidangnya, PT MSI telah membuktikan kemampuan
pelayanan di bidang eksplorasi selama lebih dari 10 tahun, dengan berbagai rekam jejak proyek
eksplorasi yang sukses.(dihimpun dari berbagai sumber)

http://minelog-services.com/rekam-jejak-pt-msi-eksplorasi-batubara-sebagai-tahap-awal-
yang-menentukan-2/

Cadangan Indonesia, umumnya dilaksanakan dalam beberapa tahap: 1.


Penyelidikan Umum a. Survei tinjau Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi
Batubara yang paling awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi daerah-daerah
yang mengandung endapan Batubara yang prospek untuk diselidiki lebih lanjut.
Kegiaatn yang dilakukan pada tahap ini meliputi studi geologi regional, intepretasi
potret udara, geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum dilakukan
kegiatan survei tinjau, perlu dilakukan: i. Studi literatur Sebelum memilih lokasi-
lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadapa data dan peta-peta yang sudah ada (dari
survei-survei terdahulu), catatancatatan lama, laporan-laporan temuan, dll. Lalu
dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah
berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dan peta
geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena
pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses
geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat terlihat di lapangan. ii.
Survei dan pemetaan Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah
tersedia, maak survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi
lainnya sudah dapat dimulai (peta skala 1: 200.000 sampai 1: 50.000). tetapi jika
belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah
tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat 3

menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda


endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil contoh
dari singkapan-singkapan yang penting. b. Prospeksi Pada tahap ini, dilakukan
pemilihan lokasi daerah yang mengandung endapan Batubara yang potensial untuk
dikembangkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebaran dan potensi endapan
Batubara yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji pada
tahap ini bertujuan untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya
di daerah yang emmpunyai indikasi adanya endapan Batubara. Jarak antar titik bor
berkisar 1000 3000 m. pada tahap ini peta yang dipakai mulai dari 1:50.000
1:25.000. 2. Eksplorasi a. Eksplorasi umum atau Eksplorasi Pendahuluan Tujuan
dari kegiatan ini untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan Batubara yang
meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi
lapisan, sebaran, struktu geologi dan sedimen, kuantitas dan kualitasnya. Jarak
antar titik bor berkisar 500 1000 m, skala peta yang digunakan mulai dari 1:25.000
1:10.000. sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum no.
661.K/201/DDJP/1996 tentang pemberian kuasa pertambangan, laporan kuasa
pertambngan penyelidikan umum perlu dilampiri dengan beberapa peta: i. Peta
lokasi/situasi ii. Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000) iii. Peta
kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji, pengambilan
contoh Batubara (skala 1:10.000) iv. Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala
1:10.000) v. Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala
1:10.000) vi. Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan vii.
Penampang sumur uji viii. ix. Penampang parit uji Penampang lubang bor dari
kegiatan ini akan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai
cadangan geologi, kadar awal, dll. Dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei
yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah
tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat di teruskan dengan tahap
eksplorasi selanjutnya. 4

b. Eksplorasi rinci Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa


cadangan yang ada mempunyai prosepek yang baik,,aka diteruskan dengan tahap
eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling
dengan jarak yang lebih dekat (jarak antar titik bor 200m), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti
mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran
kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut
dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan skala yang kecil
(<20%). Sebelum melakukan kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi
kelayakan dan amdal, geoteknik, serta geohidrologi. Skala peta yang digunakan
adalah 1:2.000 1:5.000. pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai
kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara tiga dimensi
(panjang, lebar, tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air
tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat meudahkan perencanaan
kemajuan tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan
dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas lainnya. 

https://www.google.com/amp/s/docplayer.info/amp/55262809-Bab-i-tahapan-eksplorasi-
batubara.html

Anda mungkin juga menyukai