Anda di halaman 1dari 1

Diagnosis dan Pengobatan Difteri

Dokter dapat menduga pasien terkena difteri jika terdapat lapisan abu-abu di tenggorokan atau
amandelnya. Namun untuk memastikannya, dokter akan mengambil sampel lendir dari tenggorokan
pasien (pemeriksaan usap atau swab tenggorok), untuk diteliti di laboratorium.
Difteri tergolong penyakit serius dan harus diatasi sesegera mungkin. Menurut data statistik, 1 dari
10 pasien difteri meninggal dunia meski telah mendapat pengobatan.

Beberapa jenis pengobatan yang dilakukan untuk menangani difteri, antara lain:
 Suntikan antiracun
Dokter akan memberikan suntikan antiracun (antitoksin) difteri guna melawan racun yang dihasilkan
oleh bakteri difteri. Sebelum suntik dilakukan, pasien akan menjalani tes alergi kulit untuk
memastikan tidak ada alergi terhadap antitoksin.
DAT Obat difteri ini berfungsi untuk menetralisir racun yang bersirkulasi di dalam tubuh dan
mencegah perkembangan penyakit difteri.
 Obat antibiotik
Untuk membunuh bakteri difteri dan mengatasi infeksi, dokter akan memberikan antibiotik, seperti
penisilin atau erythromycin. Antibiotik perlu dikonsumsi sampai habis sesuai resep dokter, guna
memastikan tubuh sudah bebas dari penyakit difteri. Dua hari setelah pemberian antibiotik,
umumnya penderita sudah tidak lagi bisa menularkan penyakit difteri.
Jenis antibiotik yang direkomendasikan sebagai obat difteri adalah golongan makrolida atau
penicillin V, yang termasuk diantaranya:
1. erythromycin
2. azithromycin
3. clarithromycin
Terapi antibiotik biasanya diberikan selama 14 hari. Setelah pengobatan difteri ini selesai, perlu
dilakukan pemeriksaan sampel kultur dari amandel dan tenggorokan untuk mengetahui perbedaan
jumlah bakteri.Jika tingkat toksigenik bakteri masih tinggi, maka pengobatan difteri melalui antibiotik
perlu diperpanjang sampai 10 hari ke depan.

Menurut National Institute for Communicable Disease, dosis antibiotik sebagai obat difteri yang
diverikan secara oral atau melalui mulut
untuk anak-anak adalah:
- Penicillin V: 15 mg/kg/dosis atau maksimal 500 mg per dosis
- Erythromycin: 15-25 mg/kg/dosis atau maksimal 1 gram per dosis setiap 6 jam
- Azithromycin:10 mg/kg per hari
Sementara untuk orang dewasa adalah:
- Penicillin V: 500 mg per dosis
- Erythromycin: 500 mg hingga 1 gram dosis setiap 6 jam atau maksimal 4 gram per hari

 pemeriksaan detak jantung


Salah satunya pengobatan difteri lanjutan yang dilakukan adalah dengan melakukan
pemeriksaan detak jantung dengan elektrokardiogram guna memantau perkembangan penyakit.
Penyakit difteri berpotensi menimbulkan komplikasi seperti miokarditis (peradangan otot jantung)
atau gangguan sistem saraf, neuropati. Maka dari itu, pasien tidak hanya mengonsumsi obat difteri
tapi juga perlu menjalani perawatan pendukung.

Penanganan difteri dilakukan di rumah sakit, guna mencegah penularan difteri ke orang lain. Apabila
diperlukan, dokter juga akan meresepkan antibiotik pada keluarga pasien.
Bagi pasien yang mengalami sesak napas akibat selaput di tenggorokan yang menghalangi aliran
udara, dokter THT akan melakukan prosedur pengangkatan selaput

Anda mungkin juga menyukai