Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pelayanan radiologi dan diagnostik imaging merupakan

suatu proses multi langkah yang sangat kompleks oleh karena melibatkan

multi disiplin keilmuan dan profesi serta berhubungan dengan aspek

anatomis tubuh, fisiologis dan patologis pasien. Pelayanan radiologi dan

diagnostik imaging yang bertujuan untuk menegakkan diagnosa dan terapi

(interventional radiologi) menggunakan sumber radiasi pengion (sinar-x

ataupun radiasi sinar gamma) maupun radiasi non pengion yaitu

gelombang radiof (RF) maupun gelombang suara. Penegakkan diagnosa

melalui pencitraan (imaging) yang mencakup informasi anatomis,

fisiologis dan patologis.

Proses pelayanan radiologi dan diagnostik imaging berhubungan

dengan multi vareabel dari unsur sumber daya manusia (SDM), peralatan

dan aspek teknik. Unsur SDM di pelayanan radiologi mulai Dokter Ahli

Radiologi, Radiografer, Petugas Proteksi Radiasi (PPR), Fisikawan Medik,

Perawat Radiologi dan Petugas Administrasi Radiologi. Komponen

peralatan radiologi kini semakin canggih yaitu Magnetic Resonance

Imaging (MRI), CT Scan dari single-slice hingga multislice, Digital

Fluoroscophy (DF), Digital Radiography (DR), Computed Radiography

(CR) sampai system komunikasi radiologi dalam bentuk Picture

Archiving Comunication System (PACS). Kesemua variabel tersebut

sangat menentukan proses pelayanan radiologi. Proses pelayanan lain yang

1
terlibat meliputi implementasi dan kepatuhan atas standar operational

procedure (SOP) yang telah ditetapkan untuk menjamin proses yang

terjadi berlangsung aman (safety) baik untuk operator radiologi, pasien

maupun masyarakat umum yang berada disekitar lingkungan radiologi.

Kondisi pada salah satu vareabel seperti SDM, peralatan maupun aspek

teknik pemeriksaan dibawah standar maka dampaknya sangat

mempengaruhi tidak hanya pelayanan radiologi saja tetapi dapat

mempengaruhi pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Dampak yang

mungkin jika ditemukan vareabel pelayanan yang dibawah standar seperti

pengulangan foto (reject film) meningkat yang berdapak tidak saja pasien

menerima dosis radiasi tambahan yang tidak perlu, biaya produksi

meningkat dan yang paling buruk dapat terjadi kesalahan interpretasi hasil

pemeriksaan radiologi. Bila terjadi kesalahan interpretasi memungkinkan

terjadinya proses kesalahan terapi pasien dan dapat berakibat fatal ke

pasien.

Tingkat kesalahan atau medical eror di bagian radiologi yang

dilaporkan oleh Institute of Medicene (IOM) tahun 1999 berada pada

kisaran 10% - 20 % yang terjadi di rumah sakit . Tingkat kesalahan

meliputi kesalahan dalam hal proyeksi radiografi pemeriksaan x-ray polos

hingga pemeriksaan dengan modalitas CT Scan, kesalahan interpretasi

dokter ahli radiologi dan kesalahan komunikasi efektif yang menyebabkan

pasien diperiksa tidak sesuai dengan permintaan dokter. Kesalahan ini

seharusnya tidak dijadikan untuk mencari alasan untuk saling

menyalahkan. Tetapi harus digunakan untuk meningkatan pelayanan

2
keselamatan pasien (pasient safety) yang menjadi ruh pelayanan itu

sendiri. Oleh karena itu semua tingkat kesalahan harusnya semua tercatat

dan terdokumentasi untuk dipelajari secara mendetail sehingga bila suatu

saat dikemudian hari terjadi kesalahan yang sama kita mampu melakukan

perbaikan dengan tepat. Bila konsep ini dapat kita lakukan di rumah sakit

khususnya dibagian pelayanan radiologi maka kita benar-benar dapat

meningkatkan mutu pelayanan kita yang berkesinambungan (continuity of

care).

peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit termasuk

didalamnya pelayanan radiologi yang meliputi proses pembentukan tim

mutu dibagian radiologi, pemilihan indikator, pengukuran dan validasi

data untuk menjamin nilai akurasi dan presisi laporan, lakukan koreksi

perbaikan hingga perencanaan cacat nihil (zero defect)

Berdasarkan hal tersebut diatas maka instalasi radiologi Rumah

Sakit Mitra Husada Makassar perlu membuat indikator-indikator mutu

pelayanan yang berbasis pada keselamatan pasien atau patient safety.

B. Tujuan Penyusunan Indikator Mutu Pelayanan Radiologi

Tujuan pengendalian mutu pelayanan radiologi dan diagnostik

imaging secara umum adalah mengontrol vareabel-vareabel yang berperan

dalam pelayanan radiologi dengan hasil yang diharapkan adalah

penurunan secara keseluruhan pengulangan foto, terimaan dosis radiasi

pasien, biaya produksi radiologi serta penurunan kesalahan interpretasi

hasil pemeriksaan radiologi.

3
Secara khusus Program Pengendalian Mutu Pelayanan Radiologi dan

Diagnostik Imaging berdampak hal-hal sebagai berikut :

1. Optimalisasi sumber daya radiologi baik peralatan maupun SDM

2. Arsip/recording yang baik, terpelihara dan tertata

3. Pelayanan berlangsung baik, pasien diuntungkan sesuai standar ilmu

medik

4. Menciptakan pelayanan yang efisien dengan mengaplikasikan prinsip

dasar keselamatan, pemeliharaan, dan fungsi organisasi dan

administrasi

5. Diagnosa radiologi yang tepat dan cepat

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup indikator mutu pelayanan radiologi Rumah Sakit Mitra

Husada Makassar adalah sebagai berikut :

1. Indikator mutu pelayanan radiologi Rumah Sakit Mitra Husada

Makassar yang berhubungan dengan implementasi keselamatan pasien

(patient safety) atau pelaksanaan Identification patien safty goals

(IPSG)

2. Indikator mutu pelayanan radiologi yang berhubungan dengan area

klinis dalam hal ini pelaporan hasil pemeriksaan radiologi kritis

3. Indikator mutu pelayanan radiologi yang berhubungan dengan

prosedur pemeriksaan radiologi berkenaan dengan waktu tunggu hasil

pemeriksaan radiologi (timeline)

4
D. Difinisi Operatioanal

1. Indikator prosedur pelayanan radiologi

a. Riject analysis film didefinisikan jumlah film yang rusak

dibandingkan jumlah pemakian film secara keseluruhan. Menurut

KMK 1014 nilai film yang ditolak standarnya < 2%. Berikut rumus

riject film

5
BAB II

INDIKATOR MUTU PELAYANAN RADIOLOGI

A. DIFINISI MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Teoari yang melandasi konsep mutu pelayanan kesehatan telah banyak

disajikan dalam beberapa literature-literature , berikut difinisi mutu

berdasarkan teori yang ada :

1. Mutu pelayanan didifinisikan sebagai sejauh mana mana kenyataan

pemberian pelayanan sesuai dengan kriteria pelayanan yang baik

(Donabedian, 1980)

2. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan

(Crosby, 1984)

3. Mutu adalah memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan keinginan

pelanggan melalui perbaikan sluruh proses secara berkelanjutan

(Zimmerman)

4. Mutu pelayanan juga diartikan kepatuhan pada standard an kepuasan

pelanggan

5. Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan/kinerja yang menunjuk

pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak

dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat

kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara

penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang

telah ditetapkan (Kementerian kesehatan RI)

6
B. DIMENSI MUTU PELAYANAN

Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah kita tetapkan

dan memperhatikan selalu kepuasan pelanggan. Dimensi mutu banyak

diartikan dan dijadikan dasar untuk menentukan beberapa indicator mutu

pelayanan radiologi Rumah Sakit Mitra Husada Makassar. Berikut adalah

beberapa dimensi mutu pelayanan kesehatan :

1. Efficiency : pelayanan yg diberikan menunjukan manfaat dam hasil

yg diinginkan

2. Effectiveness : pelayanan yg diberikan dgn cara yg benar, berdasarkan

ilmu pengetahuan dan dapat mencapai hasil yang diinginkan

3. Amenities : kenyamanan fasilitas pelayanan yg tersedia

4. Acceptability : pelayanan yg diberikan dapat diterima oleh masyarakat

pengguna / yang membutuhkan

5. Safety : pelayanan yg diberikan aman

6. Technical competence : tenaga yg memberikan pelayanan mempunyai

kompetensi tehnis yg dipersyaratkan

7. Timelines : pelayanan yg diberikan tepat waktu

8. Affordability : pelayanan yg diberikan dpt dijangkau secara finansial

oleh masyarakat pengguna / yang membutuhkan

C. Validasi Data

Dalam rangka evaluasi mutu pelayanan radiologi di Rumah Sakit

Mitra Husada Makassar yang didasarkan pada anilisis data-data yang

dikumpulkan oleh petugas pengumpul data survey mutu. Kreteria data

yang digunakan harus memenuhi kretria-kretria pengambilan data untuk

7
menjamin data yang disajikan adalah menenuhi syarat valid, reliabel dan

objektif.

Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terdapat di

lapangan dan data yang dilaporkan oleh tim pengumpul data survey mutu.

Sebagai contoh apabila suatu data di lapangan warnanya merah, maka data

tersebut juga akan dilaporkan oleh tim pengambil data survey mutu merah.

Bila dianalogkan dengan hal tersebut diatas, maka apabila di instalasi

radiologi terdapat pelaporan hasil kritis radiologi, maka data dari buku

pencatatan radiologi hasil pemeriksaan radiologi kritis, harus dapat

dibuktikan dan ditelusi untuk memastikan bahwa data-data tersebut

memang ada. Data yang dilaporkan tentunya dapat dicross cek dengan

buku pencatatan pemeriksaan ataupun buku laporan tindakan.

D. Perbaikan Mutu Pelayanan

Mutu pelayanan seperti telah dijelaskan diatas adalah kepatuhan

terhadap standar yang telah ditetapkan dan selalu bermuara pada kepuasan

pelanggan. Apabila dalam perjalan proses evaluasi mutu ditemui hal-hal

yang menyimpang dari standar yang telah ditetapkan maka akan dilakukan

koreksi-koreksi untuk memperbaiki. Berikut adalah beberapa metode

untuk memperbaiki proses peningkatan mutu pelayanan radiologi Rumah

Sakit Mitra Husada Makassar.

1. Pendekatan dengan menetapkan standar mengikuti siklus SDCA:

Pendekatan siklus SDCA berisi hal-hal sebagai berikut :

 Standardize (Tetapkan standar)

 Do (Kerjakan)

8
 Check (Periksa hasilnya)

 Act (Kerjakan untuk seterusnya, atau lakukan modifikasi

terhadap standar)

2. Pendekatan secara bertahap melalui tim (team based), mengikuti

siklus PDSA:

Pendekatan siklus PDSA berisi hal-hal sebagai berikut :

 Plan (Rencanakan perbaikan melalui identifikasi masalah s/d

menyusun rencana)

 Do (Kerjakan)

 Study/Check (Periksa hasilnya)

 Act (Kerjakan untuk seterusnya, standarkan, atau lakukan

modifikasi)

9
BAB III

HASIL DAN EVALUASI INDIKATOR MUTU RADIOLOGI

A. Hasil dan Evaluasi Riject Film

Reject film atau penolakan film yang diinterpretasi oleh dokter ahli

radiologi merupakan indicator proses yang dipilih sebagai salah satu

indicator mutu pelayanan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mitra

Husada Makassar. Meskipun tingkat kesalahan film yang ditolak (reject)

sesuai standar SPM Radiologi pada nilai ambang 2 %, di Radiologi Rumah

Sakit Mitra Husada Makassar nilai ini kami ambil lebih rendah yaitu 0 %.

Hal ini didasarkan proses pengolahan film (pencucian) memegang

kontribusi tingkat kesalahan yang tinggi belum digantikan dengan system

digiatal atau teknik Computed Radiography (CR) .

Table 9. distribusi reject film periode Januari 2019 hingga

Juni 2019

No Bulan Σ film dlm Σ film rusak % Reject


1bln (lbr) dlm 1bln Film
(lbr)
1 Januari 2019 323 1 0.3%

2 Februari 2019 289 1 0.3 %

3 Maret 2019 279 0 0%

4 April 2019 256 1 0.3 %

5 Mei 2019 240 5 2%

6 Juni 2019 154 2 1.2%

10
Berikut adalah gambar grafik reject film di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Mitra Husada Makassar periode bulan Januaro 2019 hingga Juni

2019.
Angka pemeriksaan ulang radiologi (0%)
2.2%
2.0% 2.0%
1.8%
1.6%
1.4%
Sasaran
1.2% 1.2%
1.0% Capaian
0.8%
0.6% Rerata
0.4%
0.3% 0.3% 0.3%
0.2% 0.2% 0.2% 0.2% 0.2% 0.2% 0.2%
0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%
JAN FEB MAR APR MAY JUN

Hasil reject film periode telah sesuai dengan target KMK 1014 nilai film
yang ditolak standarnya < 2%. Tapi belum sesuai dengan target yang di
telah tetapkan dari Indikator mutu Rumah Sakit Mitra Husada yaitu 0% .
Berdasarkan data yang diperoleh, angka pemeriksaan ulang radiologi pada
bulan April adanya tren kenaikan dari 0.3% sampai 2%. Kenaikan kejadian
ini disebabkan oleh bahan pencucian film developer rusak yang dapat
mengganggu pembacaan hasil dan factor pemicu lainnya. Pada bulan Juni
adanya tren penurunan hingga 1.2%. Namun hal ini belum mencapai
target sesuai yang ditentukan.

11
BAB IV
PENUTUP

Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien telah dijalankan di RS.


Islam Faisal namun belum berjalan secara sistematik. Keberhasilan upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien sangat tergantung dari jalinan kerja
sama yang baik dari semua unsur yang ada di RS. Islam Faisal. Dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di rumah sakit maka
pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit
sangatlah penting. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan / penurunan
insiden sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
Rumah Sakit Mitra Husada. Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
merupakan never ending process, karena itu diperlukan budaya termasuk motivasi yang
tinggi untuk bersedia melaksanakan Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien secara berkesinambungan dan berkelanjutan di seluruh lini pelayanan
Rumah Sakit Mitra Husada .
Diharapkan dengan adanya pedoman ini dapat dipakai sebagai pedoman
dalam pelaksanaan Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit Mitra Husada Untuk para mitra diharapkan dapat membantu memahami
masalah-masalah mutu dan keselamatan pasien. Tentunya pedoman Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit ini masih jauh dari sempurna. Kepada
para pembaca khususnya mitra RS. Islam Faisal diharapkan bantuan dan masukan
yang berharga bagi penyempurnaan pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien Rumah Sakit ini sehingga dapat menjadi referensi bagi kami Komite
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di masa mendatang.

12

Anda mungkin juga menyukai