Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN ANALISIS TINDAKAN RUANGAN RAWAT INAP

NAMA: CICILIA SRI SUNARSIH


NIM: 30190119141
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi yang ditandai dengan dispnea dan penggunaan otot aksesorius
pernapasan
2. Data yang mendukung diagnosa keperawatan diatas meliputi :
a. Data subjektif
Tidak dapat dikaji
b. Data objektif :
Pasien tampak :
- Terpasang ventilator CPAP+PS FiO2: 50%Pressure : 5 mmhg, PEEP : 5 ,
mmhHg
- TTV : TD : 96-116/52-74 mmHg, Suhu : 380, Nadi : 88-118x/menit, R-R :
25-32X/menit, SPO2 : 80%
- Jalan napas pasien tampak tidak paten
- Napas pasien tampak tidak spontan
- Pola napas tampak tidak teratur
- Jenis pernapasan tampak kusmaul
- tampak ada sesak napas
- tampak cuping hidung
- tampak retraksi otot tambahan
3. Nama Tindakan Keperawatan
Mengatur posisi pasien dengan memberikan posisi semi fowler
4. Implementasi tindakan keperawatan diatas :
Pada tanggal 05 Mei 2020, diruangan Suryakencana Rumah Sakit Santo
Borromeus, Pada Ny. B usia 55 tahun dengan diagnosa medis Choledocholithiasis,
Respiratory Failure e.c CAP, Efusi Pleura dilakukan tindakan keperawatan yaitu
mmengatur posisi pasien dengan memberikan posisi semi fowler. Persiapan yang
dlakukan adalah siapkan bed serta bantal dan guling yang nyaman untuk pasien.
Persiapan pasien, perawat dan lingkungan adalah  Perkenalkan diri anda pada klien
dan pada keluarga klien (jika ada) termasuk nama dan jabatan atau peran dan jelaskan
apa yang akan dilakukan, lalu pastikan identitas klien, meminta ijin untuk bersedianya
klien dilakukan tindakan tersebut dan jika menyetujui kontrak waktu dengan klien
atau dengan keluarga klien, jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut
yang dapat dipahami oleh klien atau pada keluarga klien, siapkan peralatan, cuci
tangan, yakinkan klien nyaman dan memiliki ruangan yang cukup dan pencahayaan
yang cukup untuk melaksanakan tugas, tetap berikan privasi klien.
Prosedur tindakan yang dilakukan yaitu, bed pasien dijadikan dalam posisi
setengah duduk dengan ukuran 450, sandaran punggung atau kursi di letakkan di
bawah atau di atas kasur di bagian kepala, di atur sampai setengah duduk dan di
rapikan. Bantal di susun menurut kebutuhan. Pasien di baringkan kembali pada posisi
bed 450 dan pada ujung kakinya di pasang penahan bisa bantal atau selimut tebal yang
tidak terpakai. Lalu bawah lutut di tinggikan sesuai kebutuhan. Kedua lengan di
topang dengan bantal. Setelah selesai lingkungan pasien dan sekitar bed pasien di
rapikan. Setelah itu berpamitan dengan pasien atau dengan keluarga pasien dan
jelaskan bahwa tindakan keperawatan sudah selsai dilakukan. Cuci tangan sebelum
meninggalkan lingkungan paisen. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam pasien tampak lebih nyaman dengan hasil RR pada tanggal 6 Mei 2020
yaitu 20-25 x/menit.
5. Rasional dilakukan serta dampak apabila tindakan tidak dilakukan
Posisi semi fowler adalah posisi duduk dimana kepala di tinggikan paling
sedikit 450 . Kemiringan 450 menggunakan gravitasi membantu mengembangkan dada
dan mengurangi tekanan abdomen dan diafragma. Pada saat gravitasi terjadi akan
menarik diafragma ke bawah serta memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru
yang lebih besar. Posisi ini dibantu penopang sandaran yang sering digunakan dua
bantal yang diletakkan di punggung dan kepala (Kozier dkk, 2011). Saat terjadi sesak
nafas penderita biasanya tidak dapat tidur dengan posisi berbaring, melainkan harus
dalam posisi duduk atau setengah duduk untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga
oksigen lebih mudah untuk masuk ke paru dan pola napas kembali optimal. Posisi
yang paling efektif bagi penderita sesak nafas yaitu posisi semi fowler.
Posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30-45°, yaitu dengan
menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi
tekanan dari abdomen pada diafragma. Pemberian posisi semi fowler telah dilakukan
sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas (Andriyani, 2011).
Tujuan tindakan pemberian posisi yang efektifpada penderita sesak nafas adalah
untuk menurunkan konsumsi O2 dan ekspansi paru yang maksimal, serta
mempertahankan kenyamanan. Kestabilan pola napas ditandai dengan pemeriksaan
fisik berupa frekuensi pernapasan yang normal, tidak terjadi ketidakcukupan oksigen
(hipoksia), perubahan pola napas dan obstruksi jalan napas (Kozier dkk, 2011).
Terdapat berbagai penelitian dan studi yang membahas tentang penggunaan posisi
untuk mengatasi berbagai masalah pernapasan pada pasien dengan bermacam-macam
kasus di luar negeri. Posisi semi fowler cocok untuk pasien dengan penyakit paru
bilateral, posisi ini menunjukkan perbaikan yang dipantau melalui pulse oximetry
(saturasi oksigen perifer) .
Menurut jurnal yang didapat dari penelitian (Manoppo, 2016), menjelaskan
bahwa ada perbedaan pre dan post posisi semi fowler terhadap penanganan pasien
sesak yaitu HR, RR, dan skala sesak terjadi perbedaan signifikan dengan nilai < 0.05
dengan demikian H01 ditolak. Tetapi pada SpO2 tidak terjadi perbedaan signifikan
dengan nilai > 0.05 dengan demikian H01 diterima. Jadi posisi semi fowler sangat
berpengaruh pada penurunan HR, RR, dan skala sesak. Bila tindakan keperwatan ini
tidak dilakukan bisa menimbulkan sesak yang berat bagi pasien yang mengalami
sesak napas.
6. Sumber Jurnal
Manoppo, Eva Pricilia. 2016. PERBEDAAN POSISI SEMI FOWLER DAN
POSISI ORTHOPNEIC TERHADAP PENANGANAN PASIEN SESAK DI RSUP
PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO. Diakses tanggal 8 Mei 2020 pukul 09.45
WIB.
file:///C:/Users/Acer/Downloads/Jurnal_Perbedaan_Posisi_Semi_Fowler_dan.pdf
Kozier, B., Erb, G., Berman, Audrey., Snyder, S. J. (2011) Buku ajar
fundamental keperawatan, konsep, proses dan praktik. Ed. 7.Vol. 1. Jakarta: EGC
Safitri, R. & Andriyani, A. (2011). Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler
Terhdap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Asma Di Ruang Rawat Inap Kelas III
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Prodi S1 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aisyiyah Surakarta. Vol. 8, No. 2 Agustus 2011.

Anda mungkin juga menyukai