Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan

Nasional adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum. Menurut Undang-Undang kesehatan No 23 tahun 1992

pasal 10, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, maka

diselenggarakan pelayanan kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Cipta,

2010).

Kebanyakan kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa nifas

yang normal namun diantara 100 ibu hamil ada sekitar 15-20 orang yang

mengalami gangguan pada kehamilan, persalinan dan nifas. Masa nifas

(puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu

6-8 minggu (Sarwano, 2002).

Masa nifas ini bersamaan dengan mulainya masa menyusui,

sehingga masa ini sangat penting bagi keberhasilan ibu memberikan ASI

eksklusif. Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) yang muncul pada awal

1
2

masa nifas, yang kaya akan nutrisi penting bagi sistem kekebalan dan

kecerdasan bayi, jangan sampai terlewatkan untuk diberikan pada bayi.

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak satupun

makanan lain yang dapat menggunakan ASI, karena ASI mempunyai

kelebihan yang meliputi tiga aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan

aspek kejiwaan berupa jalinan kasih sayang penting untuk perkembangan

mental kecerdasan anak (Depkes RI,2005,p.1).

ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan

tambahan komposisi, disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan

langsung terserap. Perkiraan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata

mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan

bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama enam bulan pertama.

Bahkan ibu yang gizinya kurang juga dapat menghasilkan air susu ibu yang

cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama. ASI adalah

makanan yang paling baik untuk setiap bayi. Zat-zat utamanya adalah gula,

protein dan lemak semua keseimbangan yang tepat untuk bayi dan dalam ASI

juga mengandung banyak mineral, vitamin dan enzim yang dapat membantu

proses pencernaan sedangkan susu formula hanya dapat mendekati kombinasi

ini dan tidak dapat memberikan enzim, antibodi serta zat lain yang yang

sangat berharga seperti pada air susu ibu (Steven, 2005)

Menyusui adalah suatu proses ilmiah. Berjuta-juta ibu di seluruh

dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI

bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik.
3

Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan

hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roesli, 2009,p.2).

Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

produksi ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar, dapat menyebabkan

puting susu lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui sehingga bayi

tersebut jarang menyusu. Enggan menyusu akan berakibat kurang baik,

karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI

selanjutnya. Namun sering kali ibu- ibu kurang mendapatkan informasi

tentang manfaat ASI dan tentang menyusui yang benar (Utami Roesli, 2005,

p.1).

Menurut Maribeth Hasselqist (2006) Kendala terhadap pemberian

ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktor-faktor seperti kurangnya

informasi dari pihak perawat kesehatan bayi, praktik-praktik rumah sakit

yang merugikan seperti pemberian susu formula dan suplemen bayi tanpa

kebutuhan medis, kurangnya perawatan tindak lanjut pada periode pasca

kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat luas. Kegagalan dalam

proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik

masalah pada ibu maupun bayi.

Pada sebagian ibu yang tidak paham tentang cara menyusui yang

benar, kegagalan menyusui sering dianggap sebagai problem pada anaknya

saja. Selain itu ibu sering mengeluh bayinya sering menangis atau “menolak”

menyusu, dan sebagainya yang sering diartikan bahwa ASI nya tidak cukup,

atau ASI nya tidak enak, tidak baik ataupun pendapatnya sehingga sering
4

menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui. Pada

bayi masalah dalam menyusui yaitu sering menjadi “bingung puting” atau

sering menangis, BB bayi turun, bahkan bisa menyebabkan bayi kuning

(ikterik) karena bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup. Dampak dari teknik

menyusui yang salah pada ibu yaitu ibu akan mengalami gangguan proses

fisiologis setelah melahirkan, seperti puting susu lecet dan nyeri, payudara

bengkak bahkan bisa sampai terjadi mastitis atau abses payudara dan

sebagainya (Suradi dan Hesti, 2004, p.1).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat ditarik suatu

rumusan masalah, yaitu Bagaimana “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas di

Wilayah Kerja Puskesmas Tambaruntung Tentang Teknik Menyusui Yang

Benar?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas Tambaruntung Tentang Teknik Menyusui.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang teknik menyusui

berdasarkan jenjang pendidikan.


5

b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang teknik menyusui

berdasarkan usia.

c. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang tentang teknik

menyusui berdasarkan Paritas.

d. Mengidentifikasi Teknik Menyusui Ibu Nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas Tambaruntung.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ibu dan masyarakat

Dapat digunakan untuk meningkatkan wawasan dan juga

pengetahuan tentang teknik cara menyusui yang baik dan benar serta

dapat mengetahui dampak dari teknik menyusui yang salah pada ibu

yaitu ibu akan mengalami gangguan proses fisiologis setelah melahirkan,

seperti puting susu lecet dan nyeri, payudara bengkak bahkan bisa

sampai terjadi mastitis atau abses payudara.

2. Bagi tenaga kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap

pelayanan yang telah diberikan khususnya dalam memberikan upaya

(promotif) yaitu promosi kesehatan dengan cara mengadakan penyuluhan

kesehatan yang berkaitan dengan teknik cara menyusui yang baik dan

benar serta hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

bagi profesi keperawatan dalam upaya mensukseskan program ASI

ekslusif.
6

1. Bagi peneliti-peneliti berikutnya

Dapat menjadikan bahan masukan untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Peneliti memberikan penjelasan tentang pengetahuan ibu nifas tentang

teknik menyusui yang baik.

a. Pengetahuan yang dimaksud ialah Pengetahuan ibu berkaitan

bagaimana seorang ibu nifas memberikan ASI Ekskusif dan sejauhmana

pengetahuan ibu tersebut tentang pentingnya ASI dan cara menyusui

yang baik

b. Teknik menyusui yang dimaksud ialah bagaimana cara ibu nifas

menyusui apakah susah benar atau salah. Apabila salah peneliti maupun

bidan setempat dapat memberikan penjelasan serta mencontohkan cara

yang baik dan benar tersebut.

2. Ruang Lingkup Responden

Responden yang ingin diteliti peneliti ialah ibu nifas baru melahirkan saat

penelitian dilakukan.

3. Ruang lingkup waktu

Waktu melakukan penelitian yaitu mulai penyusunan proposal sampai

dengan laporan hasil penelitian Februari - Mei 2013.


7

4. Ruang Lingkup Tempat

Tempat penelitian yang diambil peneliti ialah di wilayah kerja puskesmas

Tambaruntung karena menurut peneliti tempat tersebut masih daerah

terpencil rata-rata penduduknya mempunyai pendidikan rendah.

Anda mungkin juga menyukai