Anda di halaman 1dari 11

6.

Antibiotik Quinolone
Quinolone adalah antibiotik sintetik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri,
seperti infeksi saluran kemih, infeksi kulit, infeksi mata, infeksi telinga, sinusitis, bronkitis,
pneumonia, radang panggul, hingga infeksi menular seksual seperti gonore.
Mekanisme : Quinolone bekerja dengan cara menghambat enzim topoisomerase II, yaitu
enzim yang diperlukan oleh bakteri untuk memperbanyak diri. 
Contoh obat: ofloxacin
Merek dagang: Rilox, Poncoquin, Grafloxin

1. Indikasi
 Infeksi menular seksual
 Infeksi saluran pernafasan bawah
 Radang panggul
 Gonore (kencing nanah)
 Infeksi saluran kemih
 Infeksi kulit
 Prostatitis
 Konjungtivitis dan keratitis
 Otitis media akut
 Otitis media kronis
 Otitis eksterna

2. Kontraindikasi
 Hipersensitif
 Ibu hamil
 Ibu menyusui
 Anak pada masa pertumbuhan

3. Peringatan:
 Obat tablet dan suntik tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak
(usia di bawah 18 tahun), karena manfaat dan keamanannya belum terbukti.
 Antibiotik quinolone berisiko menimbulkan efek samping serius dan permanen,
seperti tendinitis, neuropati perifer, dan gangguan pada sistem saraf pusat.
Hentikan penggunaan ofloxacin jika muncul efek samping tersebut. Hindari
konsumsi ofloxacin pada pasien myasthenia gravis, karena dapat memicu
perburukan
 Karena efek samping yang serius, ofloxacin tidak menjadi terapi pilihan utama
pada penderita sinusitis akibat bakteri, bronkitis, dan infeksi saluran kemih.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk suplemen
dan produk herba.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan ofloxacin, segera
temui dokter
.
4. Efek Samping Ofloxacin
Efek samping yang mungkin dapat timbul setelah menggunakan ofloxacin adalah:
 Mual dan muntah.
 Nafsu makan berkurang.
 Perut kembung.
 Diare.
 Kram perut.
 Sakit kepala.
 Pusing.
 Insomnia.
 Gatal pada kelamin.
 Nyeri dada.
 Gatal pada kelamin.
 Mulut kering.
 Ruam kulit dan gatal-gatal.
 Gangguan penglihatan.

5. Interaksi Ofloxacin dengan Obat Lain


Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang mungkin dapat terjadi jika menggunakan ofloxacin
dengan obat-obatan lainnya:
 Dapat meningkatkan efek ofloxacin jika digunakan dengan
antibiotik aminoglikosida.
 Menurunkan konsentrasi ofloxacin dalam darah dan urine jika digunakan dengan
antasida yang mengandung magnesium hidroksida, alumunium, dan kalsium.
 Meningkatkan efek obat teofilin.
 Meningkatkan risiko gangguan otot jika digunakan dengan kortikosteroid.
 Meningkatkan risiko salah satu jenis aritmia, yaitu QT prolongation, jika
digunakan bersama dengan obat antiaritmia, seperti lidocaine.
 Meningkatkan perangsangan sistem saraf pusat jika digunakan dengan obat
antiinflamasi nonsteroid.

6. Dosis
 Infeksi menular seksual
Dewasa: 400 mg per hari, selama 7 hari.
 Infeksi saluran pernapasan bawah
Dewasa: 400 mg setiap pagi. Jika diperlukan, dosis dapat dinaikkan hingga
800mg, dengan konsumsi 2 kali sehari.
 Radang panggul
Dewasa: 400 mg, 2 kali sehari selama 14 hari.
 Gonore (kencing nanah)
Dewasa: 400 mg dosis tunggal.
 Infeksi saluran kemih
Dewasa: 200-400 mg setiap pagi. Jika diperlukan, dosis dapat dinaikkan hingga
800 mg, dengan konsumsi 2 kali sehari.
 Infeksi kulit
Dewasa: 400 mg, 2 kali sehari.
 Prostatitis
Dewasa: 200 mg, 2 kali sehari selama 28 hari.  
 Konjungtivitis dan keratitis (obat tetes mata)
Dewasa: 1-2 tetes di mata yang terinfeksi setiap 2-4 jam, selama 2 hari. Lanjutkan
dengan 4 kali sehari setelahnya. Maksimal penggunaan adalah 10 hari.
 Otisis media akut (obat tetes telinga)
Anak (1-12 tahun): Masukkan 5 tetes ke dalam kanal telinga yang terinfeksi.
Diamkan selama 5 menit, lalu tekan tonjolan di depan telinga (tragus telinga)
sebanyak 4 kali untuk membantu memasukkan obat ke dalam telinga. Obat tetes
diberikan selama 10 hari, 2 kali sehari.
 Otitis media kronis (obat tetes telinga)
Dewasa: Masukkan 10 tetes ke dalam kanal telinga yang terinfeksi. Diamkan
selama 5 menit, lalu tekan tragus telinga sebanyak 4 kali untuk membantu
memasukkan obat ke dalam telinga. Obat tetes diberikan selama 14 hari, dua kali
sehari. Dosis ini juga dapat digunakan untuk anak berusia 12 tahun ke atas.
 Otitis eksterna (obat tetes telinga)
Dewasa dan anak >13 tahun: Masukkan 10 tetes ke dalam kanal telinga yang
terinfeksi dan diamkan selama 5 menit. Lakukan proses ini sekali sehari, selama 7
hari.
Anak (6 bulan – 13 tahun): Masukkan 5 tetes ke dalam kanal telinga yang
terinfeksi, sekali sehari selama 7 hari.

7. Bentuk obat: Tablet, tetes mata, tetes telinga, suntik


Daftar pustaka: https://www.alodokter.com/quinolone

7. Antibiotik Streptogramin
Merupakan jenis antibiotik yang umumnya dihasilkan oleh mikroorganisme genus
Streptomyces. Streptogramin dibedakan atas dua jenis yaitu streptogramin A dan
streptogramin B.
Dalam mekanisme kerjanya, kedua jenis streptogramin bersinergi untuk meng inhibisi
pertumbuhan bakteri. Streptogramin A terdiri dari cincin tidak jenuh bermember 23
dengan ikatan lakton dan peptida, sementara streptogramin B merupakan depsipeptide
(lactone-cyclized peptides).
8. Antibiotik oksazolidinon
Mekanisme Kerja
Antibiotik oksazolidinon bekerja dengan cara menghambat biosintesis protein pada bakteri yang
pada akhirnya menyebabkan kematian sel. Oksazolidinon menghambat biosintesis protein dengan
cara berikatan dengan subunit ribosom 50s dan mencegah pembentukan kompleks inisiasi yang
merupakan tahap awal biosintesis protein. Pada pembentukan kompleks inisiasi, subunit ribosom
50s akan bergabung dengan subunit ribosom 30s dan fmet-tRNA. Namun, karena adanya
oksazolidinon, proses ini terblokade dan biosintesis protein terhenti. Hal ini menyebabkan bakteri
kekurangan ekspresi protein yang mengakibatkan kematian sel bakteri.

Contoh obat : Linezolid


Nama dagang : ZYVOX
1. Indikasi
 Pneumonia nosokomial
 Infeksi kulit dan jaringan lunak yang terkomplikasi termasuk infeksi pada kaki
penderita diabetes tanpa disertai dengan osteomielitis
 Streptococcus pyogennes
2. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap linezolid, pasien yang menggunakan obat gol
MAOI, pasien dengan sindrom karsinoid, pasien yang menggunakan obat Serotonin
Reuptake Inhibitor, pasien hipertensi yang tidak terkontrol, feokromostoma,
tirotoksikosis.
3. Peringatan
Pemantauan pemeriksaan darah lengkap (termasuk jumlah platelet) setiap
minggu; kecuali dimungkinkan pengamatan seksama dan pemantauan ketat tekanan
darah, hindari penggunaan pada hipertensi yang tidak terkontrol, phaeo-
chromocytoma, tumor karsinoid, tirotoksikosis, depresi bipolar, skizofrenia, acute
confusion state, gangguan hati; gangguan ginjal (lampiran 3), kehamilan (lampiran 2).
Telah dilaporkan gangguan hematopoetik (trombositopenia, anemia,
leukopenia dan pansitopenia). Direkomendasikan untuk memantau secara ketat
pemeriksaan darah lengkap setiap minggu. Pemantauan ketat direkomendasikan pada
pasien yang menerima terapi lebih dari 10-14 hari, sebelumnya telah
mengalami myelosuppression, menerima obat yang menyebabkan efek
samping terhadap hemoglobin, gangguan darah, fungsi platelet, gangguan ginjal
berat. Jika terjadi myelosuppression yang berat, terapi harus dihentikan kecuali sangat
diperlukan dan harus diikuti dengan pemantauan ketat pemeriksaan darah dan
disiapkan penatalaksanaan yang tepat dalam mengatasinya.
4. Efek samping
Efek GI (diare, N/V, rasa logam, konstipasi, diare/radang usus besar yang
dikaitkan dengan penggunaan antibiotik bisa terjadi); Efek CNS (sakit kepala,
insomnia, kepeningan); Efek hepatik (LFTs yang tidak normal); Efek hematologis
(myelosuppresssion yang bisa kembali, meliputi leucopenia, anemia, pancytopenia,
thrombocytopenia telah terjadi); Efek lainnya (infeksi moniliasis).
5. Interaksi obat
Lampiran 1 Penghambat MAO Penghambatan Monoamine oxidase. Linezolid
merupakan monoamine oxidase inhibitor (Penghambat MAO) yang reversibel dan tidak
selektif. Pasien sebaiknya menghindari makanan yang banyak mengandung tiramin seperti
keju, ekstrak ragi, minuman beralkohol dan produk kedelai yang difermentasi. Linezolid
jangan digunakan bersamaan dengan Penghambat MAO yang lain (SSRI, antagonis 5 HT1
(triptan), antidepresan trisiklik, simpatomimetik, dopaminergik, buspiron, petidin, analgesik
opioid) atau pemberian Penghambat MAO yang lain dihentikan selama 2 minggu. Hal ini
dapat dilakukan jika memungkinkan dilakukan monitor secara ketat terhadap tekanan darah.
6. Dosis

Dosis untuk Bacteremia Pada Orang Dewasa


Infeksi Vancomycin-resistant Enterococcus faecium, termasuk bersamaan dengan
bacteremia: 600 mg IV atau oral tiap 12 jam
Durasi: 14 – 28 hari

Dosis untuk Pneumonia Pada Orang Dewasa


600 mg IV atau oral tiap 12 jam
Durasi: 10 – 14 hari

Dosis untuk Nosocomial Pneumonia Pada Orang Dewasa


600 mg IV atau oral tiap 12 jam
Durasi: 10 – 14 hari

Dosis untuk infeksi kulit dan struktur Pada Orang Dewasa


Infeksi dengan komplikasi: 600 mg IV atau oral tiap 12 jam
Durasi: 10 – 14 hari
infeksi tanpa komplikasi: 400 mg oral tiap 12 jam
Durasi: 10 – 14 hari

Dosis untuk infeksi bakteri Pada Orang Dewasa


Ifkesi Vancomycin-resistant Enterococcus faecium: 600 mg IV atau oral tiap 12 jam
Durasi: 14 – 28 hari

Dosis pada anak-anak

Dosis untuk Bacteremia Pada Anak-anak


Infeksi Vancomycin-resistant Enterococcus faecium, termasuk bersamaan dengan
bacteremia:
Kurang dari 7 hari, usia kandungan kurang dari 34 minggu: 10 mg/kg IV atau oral tiap
12 jam; dapat ditingkatkan hingga tiap 8 jam berdasarkan respon klinis
Kurang dari 7 hari, usia kandungan 34 minggu atau lebih: 10 mg/kg IV atau oral tiap
8 jam
7 hari hingga usia 11 tahun: 10 mg/kg IV atau oral tiap 8 jam
usia 12 tahun keatas: 600 mg IV atau oral tiap 12 jam
Dosis untuk Pneumonia Pada Anak-anak
Kurang dari 7 hari, usia kandungan kurang dari 34 minggu: 10 mg/kg IV atau oral tiap
12 jam; dapat ditingkatkan hingga tiap 8 jam berdasarkan respon klinis
Kurang dari 7 hari, usia kandungan 34 minggu atau lebih: 10 mg/kg IV atau oral tiap
8 jam
7 hari hingga usia 11 tahun: 10 mg/kg IV atau oral tiap 8 jam
usia 12 tahun keatas: 600 mg IV atau oral tiap 12 jam
Durasi: 10 – 14 hari

Dosis untuk Nosocomial Pneumonia Pada Anak-anak


Kurang dari 7 hari, usia kandungan kurang dari 34 minggu: 10 mg/kg IV atau oral tiap
12 jam; dapat ditingkatkan hingga tiap 8 jam berdasarkan respon klinis
Kurang dari 7 hari, usia kandungan 34 minggu atau lebih: 10 mg/kg IV atau oral tiap
8 jam
7 hari hingga usia 11 tahun: 10 mg/kg IV atau oral tiap 8 jam
usia 12 tahun keatas: 600 mg IV atau oral tiap 12 jam
Durasi: 10 – 14 hari

Dosis untuk Infeksi Kulit dan Struktur Pada Anak-anak


Infeksi dengan komplikasi:
Kurang dari 7 hari, usia kandungan kurang dari 34 minggu: 10 mg/kg IV atau oral tiap
12 jam; dapat ditingkatkan hingga tiap 8 jam berdasarkan respon klinis
Kurang dari 7 hari, usia kandungan 34 minggu atau lebih: 10 mg/kg IV atau oral tiap
8 jam
7 hari hingga usia 11 tahun: 10 mg/kg IV atau oral tiap 8 jam
usia 12 tahun keatas: 600 mg IV atau oral tiap 12 jam
Durasi: 10 – 14 hari

Infeksi tanpa komplikasi:


Kurang dari 7 hari, usia kandungan kurang dari 34 minggu: 10 mg/kg orally tiap 12
jam; dapat ditingkatkan hingga tiap 8 jam berdasarkan respon klinis
Kurang dari 7 hari, usia kandungan 34 minggu atau lebih: 10 mg/kg orally tiap 8 jam
7 hari through 4 years: 10 mg/kg orally tiap 8 jam
5 hingga usia 11 tahun: 10 mg/kg orally tiap 12 jam
usia 12 tahun keatas: 600 mg orally tiap 12 jam
Durasi: 10 – 14 hari

Dosis untuk Infeksi Bakteri Pada Anak-anak


Infeksi Vancomycin-resistant Enterococcus faecium:
Kurang dari 7 hari, usia kandungan kurang dari 34 minggu: 10 mg/kg IV atau oral tiap
12 jam; dapat ditingkatkan hingga tiap 8 jam berdasarkan respon klinis
Kurang dari 7 hari, usia kandungan 34 minggu atau lebih: 10 mg/kg IV atau oral tiap
8 jam
7 hari hingga usia 11 tahun: 10 mg/kg IV atau oral tiap 8 jam
usia 12 tahun keatas: 600 mg IV atau oral tiap 12 jam
Durasi: 14 – 28 hari

7. Bentuk Sediaan
Obat linezolid tersedia dalam bentuk sediaan oral ( obat minum) atau injeksi.
Daftar pustaka :
 https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.honestdocs.id/obat-
linezolid.amp&ved=2ahUKEwjG7JL1h6LpAhVGeysKHS_8C50QFjABegQIDBAH
&usg=AOvVaw3Wq-9-AzIeVPP6M2uVcv8Q&ampcf=1
 https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://hellosehat.com/obatan-
suplemen/obat/linezolid/amp/&ved=2ahUKEwjG7JL1h6LpAhVGeysKHS_8C50QFj
ACegQIAhAB&usg=AOvVaw1tdRP7Iud62q3LVw6bpliU&ampcf=1

9. Antibiotik Sulfonamida
Sulfonamida atau sulfa adalah golongan obat yang berfungsi untuk mengatasi infeksi bakteri.
Mekanismenya yaitu dengan cara mengganggu sintesis asam folat di dalam bakteri. Asam
folat merupakan nutrisi penting yang digunakan oleh sel hidup, baik manusia maupun bakteri
untuk membentuk asam nukleat, DNA, dan RNA. Manusia umumnya memperoleh asam folat
dari makanan sedangkan bakteri harus membuat sendiri asam folat untuk memenuhi
kebutuhan sel. Jika proses pembentukan asam folat diganggu oleh antibiotik sulfa, bakteri
tidak bisa membentuk asam nukleat, DNA, dan RNA sehingga tidak bisa berkembang biak.
Contoh obat : Sulfamethoxazole
Merek Dagang : Primavon, Etamoxul, Omegtrim

1. Indikasi
 Infeksi telinga bagian tengah (otitis media).
 Infeksi saluran kemih (ISK).
 Bronkitis.
 Traveler’s diarrhea, yaitu diare yang dapat menyerang wisatawan ketika berkunjung ke
negara berkembang.
 Shigellosis, yaitu infeksi usus besar yang disebabkan oleh bakteri Shigella

2. Kontraindikasi
 Penderita yang diketahui sensitif terhadap golongan sulfonamid
 Bayi berumur kurang dari 2 bulan
 Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat
 Wanita hamil dan menyusui, karena sulfonamida melewati plasenta dan
diekskresikan pada air susu dan dapat menyebabkan kernicterus
3. Peringatan
 Hindari menggunakan sulfamethoxazole jika memiliki alergi terhadap obat ini.
 Beri tahu dokter apabila saat ini Anda sedang menjalani pengobatan dengan obat-
obatan lainnya, termasuk suplemen dan produk herba.
 Harap berhati-hati bagi Anda yang pernah atau sedang menderita gangguan ginjal,
gangguan hati, gangguan darah (misalnya porfiria dan anemia yang disebabkan
oleh defisiensi vitamin folat), G6PD, gangguan tiroid, dan kondisi
ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh (misalnya hiperkalemia).
 Waspada jika Anda memiliki diabetes, karena obat ini dapat memengaruhi kadar
gula dalam darah. Lakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk mencegah risiko
yang mungkin terjadi.
 Hati-hati penggunaan obat ini pada lansia. Lansia lebih sensitif terhadap efek
samping sulfamethoxazole, seperti reaksi pada kulit, mudah mengalami
perdarahan, dan hiperkalemia.
 Hindari imunisasi yang berasal dari bakteri yang dilemahkan, seperti vaksin tifus,
selama Anda menggunakan sulfamethoxazole. Obat ini menyebabkan vaksin tidak
bekerja secara efektif.
 Hindari terpapar sinar matahari secara langsung dalam jangka waktu yang lama
jika sedang menjalani pengobatan dengan sulfamethoxazole, karena obat ini dapat
menyebabkan kulit menjadi sensitif.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan sulfamethoxazole,
segera hubungi dokter.

4. Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan sulfamethoxazole adalah:
 Pusing
 Sakit kepala
 Lesu
 Tidak nafsu makan
 Mual
 Muntah
 Diare
 Muncul ruam
Selain itu, ada beberapa efek samping yang lebih jarang terjadi, yaitu:
 Kerusakan organ hati
 Kerusakan organ ginjal
 Berkurangnya jumlah sel darah putih
 Berkurangnya jumlah trombosit (trombositopenia)
 Anemia
 Perdarahan pada urine

5. Interaksi Obat

 Meningkatkan kadar phenytoin dan methotrexate.


 Meningkatkan risiko perdarahan, jika digunakan dengan warfarin.
 Berpotensi meningkatkan efek dari obat antidiabetes sulphonylureas
(misalnya glimepiride).
 Meningkatkan risiko kelainan pada sel darah, jika digunakan
dengan clozapine dan pyrimethamine.

6. Dosis
Kondisi: Infeksi saluran kemih, otitis media, chlamydia, dan
pencegahan meningococcal meningitis
 Dewasa: Dosis awal 2 gr, dilanjutkan dengan 1 gr, 2 kali sehari.Untuk infeksi
berat: 1 gr, 3 kali sehari.
 Anak usia >2 bulan: Dosis awal: 50-60 mg/kgBB, dilanjutkan dengan 25-30
mg/kgBB, 2 kali sehari. Dosis maksimal harian: 75 mg/kgBB.

7. Bentuk Sediaan
Tablet dan sirup

Daftar Pustaka : https://www.alodokter.com/sulfamethoxazole


10. Antibiotik Lainnya
Kloramfenikol
Merek Dagang : Bufacetine, Chloramex, Cloramidina
Chloramphenicol atau kloramfenikol adalah obat antibiotik untuk mengatasi beragam infeksi
bakteri serius, terutama saat penyakit infeksi tidak membaik dengan obat lain. 
Mekanisme : Chloramphenicol bekerja dengan cara membasmi bakteri penyebab infeksi,
atau memperlambat hingga menghentikan pertumbuhannya. Obat ini efektif menangani
infeksi akibat S. typhi, H. influenzae, E. coli, C. psitacci, serta beragam spesies
bakteri Neisseria, Staphylococcus, Streptococcus, dan Rickettsia.

1. Indikasi
Beberapa contoh penyakit akibat infeksi bakteri yang bisa diatasi dengan
chloramphenicol adalah konjungtivitis, otitis eksterna, meningitis, demam tifoid,
pes, anthrax, dan ehrlichiosis. 
2. Kontraindikasi
 Penderita yang hipersensitif terhadap kloramfenikol
 Penderita gangguan faal hati yang berat
 Penderita gangguan ginjal yang berat
3. Peringatan
 Jangan menggunakan chloramphenicol jika Anda memiliki alergi, terutama
terhadap obat ini.
 Harap berhati-hati jika Anda atau keluarga memiliki riwayat kelainan darah,
seperti anemia aplastik, gangguan sumsum tulang, penyakit ginjal, dan penyakit
liver.
 Beri tahu dokter jika Anda baru mengalami cedera, menjalani operasi (termasuk
operasi gigi), atau pengobatan dengan radioterapi dan kemoterapi.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat lain, terutama obat yang
bisa menaikkan tekanan darah, produk herba, maupun suplemen.
 Beri tahu dokter jika Anda kan melakuan vaksinasi terutama dengan vaksin hidup,
seperti vaksin tifoid, kolera, dan BCG.
 Chloramphenicol dapat memengaruhi hasil uji gula darah. Oleh karena itu,
konsultasikan penggunaan obat ini bila Anda menderita diabetes.
 Jika pandangan menjadi buram setelah menggunakan chloramphenicol tetes atau
salep mata, jangan mengemudikan kendaraan sebelum bisa melihat dengan jelas
kembali.
 Jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan obat
chloramphenicol, segera temui dokter.

4. Efek Samping
Chloramphenicol dapat menyebabkan beberapa efek samping berikut:
 Pusing
 Sakit kepala
 Mual atau muntah
 Diare
 Kebingungan atau linglung
 Sariawan
 Sensasi tersengat pada mata atau telinga
 Pandangan kabur

5. Interaksi Obat

 Penurunan efektivitas chloramphenicol dalam membasmi bakteri, bila digunakan


bersama rifampicin dan phenobarbital.
 Peningkatan risiko terjadinya efek samping yang fatal, jika digunakan bersama
obat yang bisa menekan fungsi sumsum tulang.
 Peningkatan risiko terjadinya efek samping phenytoin, ciclosporin, dan
tacrolimus.
 Penurunan efektivitas ceftazidime, cynacobalamin (vitamin B12), dan beberapa
vaksin hidup, seperti vaksin BCG, vaksin kolera, dan vaksin tifoid.
 Penurunan efektivitas antibiotik lain, seperti ceftriaxone, dalam mengatasi infeksi
bakteri.
 Peningkatan risiko terjadinya perdarahan, bila digunakan bersama warfarin.
 Peningkatan efek obat antidiabetes golongan sulfonilurea, seperti gliclazide dan
glipizide, sehingga dapat terjadi hipoglikemia.

6. Dosis
Chloramphenicol tetes
 Dosis tetes mata: 1 tetes setiap 2 jam, selama 2 hari pertama. Setelah itu,
kurangi dosis menjadi 1 tetes, 3-4 kali per hari, selama 3 hari.
 Dosis tetes telinga: 3-4 tetes, setiap 6-8 jam, selama 1 minggu.
Chloramphenicol salep
 Dosis: Sekali oles sebanyak 4-5 kali sehari hingga infeksi sembuh, atau sesuai
anjuran dokter. Jangan menggunakan obat lebih dari 1 minggu, kecuali atas
saran dokter.
Chloramphenicol oral (tablet, kapsul, sirop)
 Dewasa: 50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis. Pada infeksi berat, dosis
dapat dinaikkan hingga 100 mg/kgBB per hari.
 Anak-anak: 25-50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis. Pada infeksi berat,
dosis dapat dinaikkan hingga 100 mg/kg per hari.

Dosis chloramphenicol suntik akan disesuaikan kondisi pasien. Chloramphenicol


suntik hanya boleh diberikan oleh dokter atau oleh perawat di bawah pengawasan
dokter.
7. Bentuk Sediaan
Obat ini tersedia dalam bentuk tetes (mata dan telinga), salep mata, tablet, kapsul,
sirop, serta suntik.

Daftar pustaka : https://www.alodokter.com/chloramphenicol

Anda mungkin juga menyukai