Antibiotik Quinolone
Quinolone adalah antibiotik sintetik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri,
seperti infeksi saluran kemih, infeksi kulit, infeksi mata, infeksi telinga, sinusitis, bronkitis,
pneumonia, radang panggul, hingga infeksi menular seksual seperti gonore.
Mekanisme : Quinolone bekerja dengan cara menghambat enzim topoisomerase II, yaitu
enzim yang diperlukan oleh bakteri untuk memperbanyak diri.
Contoh obat: ofloxacin
Merek dagang: Rilox, Poncoquin, Grafloxin
1. Indikasi
Infeksi menular seksual
Infeksi saluran pernafasan bawah
Radang panggul
Gonore (kencing nanah)
Infeksi saluran kemih
Infeksi kulit
Prostatitis
Konjungtivitis dan keratitis
Otitis media akut
Otitis media kronis
Otitis eksterna
2. Kontraindikasi
Hipersensitif
Ibu hamil
Ibu menyusui
Anak pada masa pertumbuhan
3. Peringatan:
Obat tablet dan suntik tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak
(usia di bawah 18 tahun), karena manfaat dan keamanannya belum terbukti.
Antibiotik quinolone berisiko menimbulkan efek samping serius dan permanen,
seperti tendinitis, neuropati perifer, dan gangguan pada sistem saraf pusat.
Hentikan penggunaan ofloxacin jika muncul efek samping tersebut. Hindari
konsumsi ofloxacin pada pasien myasthenia gravis, karena dapat memicu
perburukan
Karena efek samping yang serius, ofloxacin tidak menjadi terapi pilihan utama
pada penderita sinusitis akibat bakteri, bronkitis, dan infeksi saluran kemih.
Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk suplemen
dan produk herba.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan ofloxacin, segera
temui dokter
.
4. Efek Samping Ofloxacin
Efek samping yang mungkin dapat timbul setelah menggunakan ofloxacin adalah:
Mual dan muntah.
Nafsu makan berkurang.
Perut kembung.
Diare.
Kram perut.
Sakit kepala.
Pusing.
Insomnia.
Gatal pada kelamin.
Nyeri dada.
Gatal pada kelamin.
Mulut kering.
Ruam kulit dan gatal-gatal.
Gangguan penglihatan.
6. Dosis
Infeksi menular seksual
Dewasa: 400 mg per hari, selama 7 hari.
Infeksi saluran pernapasan bawah
Dewasa: 400 mg setiap pagi. Jika diperlukan, dosis dapat dinaikkan hingga
800mg, dengan konsumsi 2 kali sehari.
Radang panggul
Dewasa: 400 mg, 2 kali sehari selama 14 hari.
Gonore (kencing nanah)
Dewasa: 400 mg dosis tunggal.
Infeksi saluran kemih
Dewasa: 200-400 mg setiap pagi. Jika diperlukan, dosis dapat dinaikkan hingga
800 mg, dengan konsumsi 2 kali sehari.
Infeksi kulit
Dewasa: 400 mg, 2 kali sehari.
Prostatitis
Dewasa: 200 mg, 2 kali sehari selama 28 hari.
Konjungtivitis dan keratitis (obat tetes mata)
Dewasa: 1-2 tetes di mata yang terinfeksi setiap 2-4 jam, selama 2 hari. Lanjutkan
dengan 4 kali sehari setelahnya. Maksimal penggunaan adalah 10 hari.
Otisis media akut (obat tetes telinga)
Anak (1-12 tahun): Masukkan 5 tetes ke dalam kanal telinga yang terinfeksi.
Diamkan selama 5 menit, lalu tekan tonjolan di depan telinga (tragus telinga)
sebanyak 4 kali untuk membantu memasukkan obat ke dalam telinga. Obat tetes
diberikan selama 10 hari, 2 kali sehari.
Otitis media kronis (obat tetes telinga)
Dewasa: Masukkan 10 tetes ke dalam kanal telinga yang terinfeksi. Diamkan
selama 5 menit, lalu tekan tragus telinga sebanyak 4 kali untuk membantu
memasukkan obat ke dalam telinga. Obat tetes diberikan selama 14 hari, dua kali
sehari. Dosis ini juga dapat digunakan untuk anak berusia 12 tahun ke atas.
Otitis eksterna (obat tetes telinga)
Dewasa dan anak >13 tahun: Masukkan 10 tetes ke dalam kanal telinga yang
terinfeksi dan diamkan selama 5 menit. Lakukan proses ini sekali sehari, selama 7
hari.
Anak (6 bulan – 13 tahun): Masukkan 5 tetes ke dalam kanal telinga yang
terinfeksi, sekali sehari selama 7 hari.
7. Antibiotik Streptogramin
Merupakan jenis antibiotik yang umumnya dihasilkan oleh mikroorganisme genus
Streptomyces. Streptogramin dibedakan atas dua jenis yaitu streptogramin A dan
streptogramin B.
Dalam mekanisme kerjanya, kedua jenis streptogramin bersinergi untuk meng inhibisi
pertumbuhan bakteri. Streptogramin A terdiri dari cincin tidak jenuh bermember 23
dengan ikatan lakton dan peptida, sementara streptogramin B merupakan depsipeptide
(lactone-cyclized peptides).
8. Antibiotik oksazolidinon
Mekanisme Kerja
Antibiotik oksazolidinon bekerja dengan cara menghambat biosintesis protein pada bakteri yang
pada akhirnya menyebabkan kematian sel. Oksazolidinon menghambat biosintesis protein dengan
cara berikatan dengan subunit ribosom 50s dan mencegah pembentukan kompleks inisiasi yang
merupakan tahap awal biosintesis protein. Pada pembentukan kompleks inisiasi, subunit ribosom
50s akan bergabung dengan subunit ribosom 30s dan fmet-tRNA. Namun, karena adanya
oksazolidinon, proses ini terblokade dan biosintesis protein terhenti. Hal ini menyebabkan bakteri
kekurangan ekspresi protein yang mengakibatkan kematian sel bakteri.
7. Bentuk Sediaan
Obat linezolid tersedia dalam bentuk sediaan oral ( obat minum) atau injeksi.
Daftar pustaka :
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.honestdocs.id/obat-
linezolid.amp&ved=2ahUKEwjG7JL1h6LpAhVGeysKHS_8C50QFjABegQIDBAH
&usg=AOvVaw3Wq-9-AzIeVPP6M2uVcv8Q&cf=1
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://hellosehat.com/obatan-
suplemen/obat/linezolid/amp/&ved=2ahUKEwjG7JL1h6LpAhVGeysKHS_8C50QFj
ACegQIAhAB&usg=AOvVaw1tdRP7Iud62q3LVw6bpliU&cf=1
9. Antibiotik Sulfonamida
Sulfonamida atau sulfa adalah golongan obat yang berfungsi untuk mengatasi infeksi bakteri.
Mekanismenya yaitu dengan cara mengganggu sintesis asam folat di dalam bakteri. Asam
folat merupakan nutrisi penting yang digunakan oleh sel hidup, baik manusia maupun bakteri
untuk membentuk asam nukleat, DNA, dan RNA. Manusia umumnya memperoleh asam folat
dari makanan sedangkan bakteri harus membuat sendiri asam folat untuk memenuhi
kebutuhan sel. Jika proses pembentukan asam folat diganggu oleh antibiotik sulfa, bakteri
tidak bisa membentuk asam nukleat, DNA, dan RNA sehingga tidak bisa berkembang biak.
Contoh obat : Sulfamethoxazole
Merek Dagang : Primavon, Etamoxul, Omegtrim
1. Indikasi
Infeksi telinga bagian tengah (otitis media).
Infeksi saluran kemih (ISK).
Bronkitis.
Traveler’s diarrhea, yaitu diare yang dapat menyerang wisatawan ketika berkunjung ke
negara berkembang.
Shigellosis, yaitu infeksi usus besar yang disebabkan oleh bakteri Shigella
2. Kontraindikasi
Penderita yang diketahui sensitif terhadap golongan sulfonamid
Bayi berumur kurang dari 2 bulan
Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat
Wanita hamil dan menyusui, karena sulfonamida melewati plasenta dan
diekskresikan pada air susu dan dapat menyebabkan kernicterus
3. Peringatan
Hindari menggunakan sulfamethoxazole jika memiliki alergi terhadap obat ini.
Beri tahu dokter apabila saat ini Anda sedang menjalani pengobatan dengan obat-
obatan lainnya, termasuk suplemen dan produk herba.
Harap berhati-hati bagi Anda yang pernah atau sedang menderita gangguan ginjal,
gangguan hati, gangguan darah (misalnya porfiria dan anemia yang disebabkan
oleh defisiensi vitamin folat), G6PD, gangguan tiroid, dan kondisi
ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh (misalnya hiperkalemia).
Waspada jika Anda memiliki diabetes, karena obat ini dapat memengaruhi kadar
gula dalam darah. Lakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk mencegah risiko
yang mungkin terjadi.
Hati-hati penggunaan obat ini pada lansia. Lansia lebih sensitif terhadap efek
samping sulfamethoxazole, seperti reaksi pada kulit, mudah mengalami
perdarahan, dan hiperkalemia.
Hindari imunisasi yang berasal dari bakteri yang dilemahkan, seperti vaksin tifus,
selama Anda menggunakan sulfamethoxazole. Obat ini menyebabkan vaksin tidak
bekerja secara efektif.
Hindari terpapar sinar matahari secara langsung dalam jangka waktu yang lama
jika sedang menjalani pengobatan dengan sulfamethoxazole, karena obat ini dapat
menyebabkan kulit menjadi sensitif.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan sulfamethoxazole,
segera hubungi dokter.
4. Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan sulfamethoxazole adalah:
Pusing
Sakit kepala
Lesu
Tidak nafsu makan
Mual
Muntah
Diare
Muncul ruam
Selain itu, ada beberapa efek samping yang lebih jarang terjadi, yaitu:
Kerusakan organ hati
Kerusakan organ ginjal
Berkurangnya jumlah sel darah putih
Berkurangnya jumlah trombosit (trombositopenia)
Anemia
Perdarahan pada urine
5. Interaksi Obat
6. Dosis
Kondisi: Infeksi saluran kemih, otitis media, chlamydia, dan
pencegahan meningococcal meningitis
Dewasa: Dosis awal 2 gr, dilanjutkan dengan 1 gr, 2 kali sehari.Untuk infeksi
berat: 1 gr, 3 kali sehari.
Anak usia >2 bulan: Dosis awal: 50-60 mg/kgBB, dilanjutkan dengan 25-30
mg/kgBB, 2 kali sehari. Dosis maksimal harian: 75 mg/kgBB.
7. Bentuk Sediaan
Tablet dan sirup
1. Indikasi
Beberapa contoh penyakit akibat infeksi bakteri yang bisa diatasi dengan
chloramphenicol adalah konjungtivitis, otitis eksterna, meningitis, demam tifoid,
pes, anthrax, dan ehrlichiosis.
2. Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap kloramfenikol
Penderita gangguan faal hati yang berat
Penderita gangguan ginjal yang berat
3. Peringatan
Jangan menggunakan chloramphenicol jika Anda memiliki alergi, terutama
terhadap obat ini.
Harap berhati-hati jika Anda atau keluarga memiliki riwayat kelainan darah,
seperti anemia aplastik, gangguan sumsum tulang, penyakit ginjal, dan penyakit
liver.
Beri tahu dokter jika Anda baru mengalami cedera, menjalani operasi (termasuk
operasi gigi), atau pengobatan dengan radioterapi dan kemoterapi.
Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat lain, terutama obat yang
bisa menaikkan tekanan darah, produk herba, maupun suplemen.
Beri tahu dokter jika Anda kan melakuan vaksinasi terutama dengan vaksin hidup,
seperti vaksin tifoid, kolera, dan BCG.
Chloramphenicol dapat memengaruhi hasil uji gula darah. Oleh karena itu,
konsultasikan penggunaan obat ini bila Anda menderita diabetes.
Jika pandangan menjadi buram setelah menggunakan chloramphenicol tetes atau
salep mata, jangan mengemudikan kendaraan sebelum bisa melihat dengan jelas
kembali.
Jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan obat
chloramphenicol, segera temui dokter.
4. Efek Samping
Chloramphenicol dapat menyebabkan beberapa efek samping berikut:
Pusing
Sakit kepala
Mual atau muntah
Diare
Kebingungan atau linglung
Sariawan
Sensasi tersengat pada mata atau telinga
Pandangan kabur
5. Interaksi Obat
6. Dosis
Chloramphenicol tetes
Dosis tetes mata: 1 tetes setiap 2 jam, selama 2 hari pertama. Setelah itu,
kurangi dosis menjadi 1 tetes, 3-4 kali per hari, selama 3 hari.
Dosis tetes telinga: 3-4 tetes, setiap 6-8 jam, selama 1 minggu.
Chloramphenicol salep
Dosis: Sekali oles sebanyak 4-5 kali sehari hingga infeksi sembuh, atau sesuai
anjuran dokter. Jangan menggunakan obat lebih dari 1 minggu, kecuali atas
saran dokter.
Chloramphenicol oral (tablet, kapsul, sirop)
Dewasa: 50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis. Pada infeksi berat, dosis
dapat dinaikkan hingga 100 mg/kgBB per hari.
Anak-anak: 25-50 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis. Pada infeksi berat,
dosis dapat dinaikkan hingga 100 mg/kg per hari.