Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
anak adalah antara lain adalah : gangguan bicara dan bahasa, cerebral palsy,
sindrom down, gangguan autisme, perawakan pendek, gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) dan retardasi mental (Kemenkes RI,2010).
Penelitian dari Grantham-Mcgregor, et al., (2007) menyatakan bahwa
sejumlah 200 juta anak balita mengalami kegagalan mencapai potensi
perkembangan disebabkan karena kemiskinan, kesehatan yang buruk dan
kurangnya stimulasi dari lingkungan rumah. Kondisi tersebut mempengaruhi
perkembangan kognitif, motorik dan perkembangan sosial emosional anak. Di
negara Taiwan, keterlambatan pertumbuhan pada anak usia 1-5 tahun sebesar
27,6% dan angka keterlambatan perkembangan adalah 37,1% (Jeharsae et al.,
2013). Penyimpangan perkembangan yang mencakup gangguan mental
menyumbangkan 14% beban penyakit global. Anak penderita autisme ditemukan
pada usia delapan tahun sebanyak 14,7% ditemukan di Amerika Serikat (Report,
2014). Kelainan ketajaman visual juga ditemukan sebesar 14,8% di Turki
(Ozturk, 2011). Peran serta keterlibatan semua pihak sangat penting untuk
memfasilitasi anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal.Pembinaan
tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas diselenggarakan
melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak
(SDIDTK).Kegiatan tersebut diharapkan dapat menjangkau balita dan anak
prasekolah sebesar 90% pada tahun 2010 (Kemenkes RI, 2010). Deteksi sejak
dini atau deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) dan penanganan kelainan yang
sesuai dengan usia anak dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan
perkembangan anak sehingga kelainan yang permanen akan dapat dicegah
(Chamidah,2009).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, balita umur 6-59
bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir cenderung
meningkat dari 25,5% (2007), 23,8% (2010) menjadi 34,3% (2013) (Kementrian
Kesehatan RI, 2013). Data lain berdasarkan Profil Kesehatan pada Posyandu
terdapat 72,44% jumlah balita ditimbang dan di posyandu terdapat 62%. Hal ini
menunjukkan bahwa pemantauan pertumbuhan balita pada tahun 2013
mengalami penurunan dan dapat berdampak pada perkembangan balita di
3
masaselanjutnya.
Posyandu dengan cakupan DDTK anak balita dan prasekolah pada tahun
2014 baru tercapai sebesar 86,82% .Berdasarkan data Profil kesehatan posyandu
tahun 2008, cakupan DDTK posyandu pernah pada posisi terendah, yaitu
3,82%.
Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
anak di Belgia terdapat kendala pada jadwal kehadiran kunjungan anak dan
orangtua yang tidak teratur ke tempat pelayanan kesehatan, sehingga berdampak
pada monitoring yang kurang maksimal (Roberfroid, et al., 2005). Pelaksanaan
program SDIDTK di puskesmas dan jaringannya masih terbatas pada deteksi
dini penyimpangan pertumbuhan, sedangkan deteksi dini penyimpangan
perkembangan, penyimpangan mental emosional dan stimulasi sesuai dengan
usia anak masih belum dilaksanakan (Maritalia, 2009). Pemantauan
perkembangan juga merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan agar
dapat melihat kemajuan perkembangan anak di tiap-tiap tahapannya. Cakupan
DDTK yang rendah antara lain disebabkan oleh rendahnya peran serta orangtua,
guru, kader, dan tokoh masyarakat yang terkait (Purwandari,2008).
Pemeriksaan DDTK di Dinas Kesehatan termasuk dalam kegiatan program
pelayanan kesehatan anak balita yang berada dalam Seksi Program KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak). Seksi KIA mempunyai fungsi merencanakan,
melaksanakan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan serta
mengembangkan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Penyelenggaraan manajemen kesehatan memiliki posisi strategis yang
sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Kondisi saat ini
terkait dengankemampuan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
dibeberapajenjang administrasi pemerintah masih lemah, sehingga belum
mampu mendukung desentralisasi bidang kesehatan (Dinas Kesehatan
Kabupaten , 2011).
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti di Seksi (KIA)
Dinas Kabupaten pada bulan September 2014, mendapatkan informasi bahwa
program DDTK termasuk di dalam program kunjungan balita yaitu minimal
4
delapan kali ditimbang per tahun dan belum menjadi program khusus.sehingga
DDTK belum terlaksana secara maksimal, sedangkan sosialisasi buku pedoman
DDTK di tingkat puskesmas sudah dimulai sejak tahun 2013 sampai sekarang.
Pelaksana kegiatan DDTK di tingkat puskesmas terdiri dari bidan, ahli gizi dan
perawat dengan kegiatan penimbangan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
balita di posyandu tiap bulan.Pemeriksaan DDTK belum banyak dilakukan
karena kendala jumlah tenaga yang terbatas dibandingkan dengan jumlah anak
balita yang harus diperiksa dan format observasi perkembangan yang belum
tersedia dipuskesmas.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalahnya adalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada balita dan prasekolah di puskesmas padas
ngawi?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari asuhan kebidanan ini adalah penulis dapat memberikan asuhan
kebidanan pada balita dan prasekolah
2. Tujuankhusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara lengkap dan akurat pada balita dan
prasekolah
b. Mampu merumuskan diagnosa dan / masalah kebidanan sesuai dengan
nomenklatur kebidanan
c. Mampu merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakkan
d. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada Balita dan
prasekolah secara komprehensif
e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien
f. Mampu melaksanakan pencatatan asuhan kebidanan secara singkat dan
jelas dalam bentuk SOAP
5
1.4 Manfaat
1. Manfaat keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kegiatanpemeriksaan DDTK di Kabupaten Posyandu, faktor-faktor
penghambat danpendukung keberhasilanprogram.
2. Manfaat aplikatif
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal bagi penelitian
selanjutnya untuk mengembangkan penelitian terkait dengan deteksi dini
tumbuh kembanganak.
b. Dapat sebagai informasi bagi dinas terkait untuk mengembangkan program
DDTK lebih intensif agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
terhadap kesehatan anak terutama dalam bidang pemantauan pertumbuhan
danperkembangan.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Teori-Teori Perkembangan
a. Teori Perkembangan kognitif (JeanPiaget)
Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan-perubahan
yang terkait usia yang terjadi 6dalam aktifitas mental. Ia juga menyebutkan
bahwa kesuksesan perkembangan kognitif mengikuti prosses yang urutannya
melewati empat fase, yaitu fase sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-operasional
(2-7 tahun), fase operasional (7-11 tahun) dan fase operasional formal (>11
tahun) (Wong, 2008, hlm118).
Dalam teori perkembangan ini anak prasekolah termasuk dalam fase pra-
operasional, fase pra-operasional anak belum mampu mengoperasionalisasikan
apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak (Wong, 2008, hlm
119).
b. Teori Perkembangan Psikososial(Erikson)
Menurut Santrock (2011), Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson yang
mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi
sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain.
Untuk mencapai kematangan kepribadian psikososial anak harus melewati
beberapa tahap yaitu : tahap percaya dan tidak percaya (1-3
tahun),tahapkemandirianversusmalu-malu(2-4tahun),tahapinisiatifv e r s u s
r a s a bersalah (3-6 tahun), tahap terampil versus minder (6-12 tahun), tahap
identidas versus kebingungan peran (12-18 tahun) (Wong, 2008, hlm 117).
Dalam teori perkembangan psikososial anak prasekolah termasuk dalam
tahap perkembangan inisiatif versus rasa bersalah.Pada tahap ini anak mulai
mencari pengalaman baru secara aktif. Apabila anak menapat dukungan dari
orang tuanya untuk mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan
mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila
dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak
(Wong, 2008, hlm 118).
c. Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh
Sigmun Freud, ia menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan segala
8
dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda, melambaikan
tangan dan sebagainya (Hidayat, 2009,hlm.26).
Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap
suara, mengkuti perintah dan dan berbicara spontan.Pada perkembangan bahasa
diawali mampu menyebut hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua
warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata,
meniru berbagai bunyi, mengerti larangan dan sebagainya (Hidayat,
2009,hlm.26).
Prilaku sosial (personal social) adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Perkembangan adaptasi sosial pada anak prasekolah yaitu dapat berrmain
dengan permainan sederhana, mengenali anggota keluarganya, menangis jika
dimarahi, membuat permintaan yang sederhana dengan gayatubuh, menunjukan
peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya (Hidayat,
2009,hlm.26)
Untuk menilai perkembangan anak yang dapat dilakukan adalah dengan
wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam
perkembangan, kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak (Hidayat,
2009, hlm. 38).
5. Tahap Perkembangan AnakPrasekolah
Menurut Wong (2008), priode prasekolah dimulai dari usia 3-6 tahun periode ini
dimulai dari waktu anak bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk sekolah.
dicirikan dengan aktivitas yang tinggi. Pada masa ini merupakan perkembangan
fisik dan kepribadian yang pesat, kemampuan interaksi sosial lebih luas, memulai
konsep diri, perkembangan motorik berlangsung terus menerus ditandai
keterampilan motorik seperti berjalan, berlari danmelompat.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang AnakPrasekolah
Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang
anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
a. FaktorHerediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar
11
RI, 2016)
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah
adalah kemampuan
gerak kasar kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan
sosialisasi dan kemandirian.Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberap
a prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: Stimulasi dilakukan dengan dilandasi
rasa cinta dan kasih sayangSelalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak
akan meniru tingkah laku orangorang yang terdekat dengannya. Berikan stimulasi sesuai de
ngan kelompok umur anak. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain,
bemyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman. Lakukan
stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke 4 aspek
kemampuan dasar anak. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di
sekitar anak.Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
( Kemenkes RI,2016)
Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.Pada bagian
sebelumnya sudah dijelaskan bahwa perkembangan kemampuan dasar anak anak
berkorelasi dengan pertumbuhan. Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai
pola yang tetap dan berlangsungsecara berurutan. Dengan demikian stimulasi yang
diberikan kepada anak dalam rangkamerangsang pertumbuhan dan perkembangan anak da
pat diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan pembaian kelompok umur
stimulasi anak berikut ini:
2 Masa bayi 0 - 12 bulan Umur 0-3 bulan
Umur 3-6 bulan
Umur 6-9 bulan
Umur 9-12 bulan
3 Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12-15 bulan
13
Umur 15-18 bulan
Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
Umur 36-48 bulan
Umur 48-60 bulan
4 Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 tahun
2.2.2 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Prasekolah
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh
kembang anak, maka intervensi akan mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga
mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan yang tepat terutama untuk
melibatkan ibu dan keluarga (Depkes, 2012, hlm. 40).
Kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat
(kader, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat) dan tenaga professional
(kesehatan, pendidikan dan sosial) (Depkes, 2012, hlm.1).
Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan
anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi
buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui
kegiatan SDIDTK.Selain mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan, kegiatan
SDIDTK juga mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan dan penyimpangan
mental emosional (Hermawan, 2011).
Menurut Depkes RI (2012) ada 3 jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa deteksi dini
penyimpangan pertumbuhan, deteksi penyimpangan perkembangan dan deteksi
penyimpangan mental emosional.
Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining atau deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
14
Cara penimbangannyayaitu:
1. Letakkan timbangan dilantai yang datar. Lihat posisi jarum atau angka harus
menunjukkan angka 0. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari, tidak memakai
jaket, alas kaki, topi, jam tangan, dan tidak memegangsesuatu.
2. Anak berdiri diatas timbangan tampadipegangi.
3. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
(Depkes, 2012, hlm42).
Cara pengukuran Tinggi badan yaitu :
Anak tidak memakai sandal atau sepatu saat diukur tinggi
badannyarujuk kerumah sakit (Depkes, 2012, hlm.50).
1. , kemudian anak berdiri tegak menghadap kedepan, punggung, pantat dan tumit
menempel pada tiangpengukur,
2. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel diubun-ubun.
3. Baca angka pada batas tersebut (Depkes, 2012, hlm42).
Penggunaan Tabel BB/ TB untuk menentukan status gizi anak yaitu dengan
amelakukan pengukuran tinggi badan anak sesuai cara diatas, lihat kolom tinggi
badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran, pilih kolom untuk beratbadan
berdasarkan jenis kelamin anak, cari berat badan yang terdekat dengan berat badan
anak. dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui
angka Standar Deviasi (SD) (Depkes, 2012, hlm 42).
Pengukuran Lingkar KepalaAnak
Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui batas lingkar kepala
anak dalam batas normal atau diluar batas normal.Jadwal pemeriksaan disesuaikan
dengan umur anak.Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan.Pada anak
yang lebih besar, umur 12-72 bulan, pengukuran dilakukan setiap 6 bulan.pengukuran
dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes,
2012, hlm. 50).
Cara mengukur lingkar kepala yaitu alat pengukur lingkar kepala anak mengenai
dahi, menutupi alais mata, diatas diua telinga, dan bagian kepala yang menonjol, tarik
agak kencang.Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.Tanyakan tanggal lahir anak,
hitung umur anak.Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur
17
dan jenis kelamin anak kemudian buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang
lalu dengan ukuran sekarang (Depkes, 2012, hlm.50).
Interpretasi hasil pengukuran yaitu bila ukuran lingkar kepala anak berada
didalam “jalur hijau” maka lingkar kepala anak normal.Bila ukuran lingkaran kepala
anak berada diluar “jalur hijau” maka lingkaran kepala anak tidak normal.Lingkar
kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosepal bila berada diatas “jalur hijau”
dan mikrosefal bila berada di bawah “jalur hijau”. Intervensi yang dilakukan bila
detemukan makrosefal ataupun mikrosefal segera
18
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining atau
pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72
bulan. Skrining ataupemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD
terlatih.alat atau instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut umur, alat bantu
pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola tenis, bola besar dan kubus (Depkes, 2012, hlm52).
Cara penggunaan KPSP yaitu :
a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harusdibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anaklahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c. setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umuranak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau
pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP . Tanyakan pertanyaan secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan
hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir tersebut. Teliti
kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab (Depkes, 2012, hlm52).
Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA, bila ibu atau pengasuhanak
menjawab :anak bisa atau pernah atau sering atau kadang- kadang melakukan nya.sedangkan
jawaban TIDAK, bila ibu atau pengasuh
menjawabanakbelumpernahmelakukanatautidakpernahatauibuatau pengasuh tidak tahu. Jumlah
jawaban“Ya“ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan
(S).Jumlahjawaban“Ya“ =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M). Jumlah jawaban
“Ya“ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk JawabanTIDAK , perlu
diperincikan jumlah jawaban Tidak menurut jenis keterlambatan(gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Depkes,2012, hlm 53).
Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan
anak sesuai umur (S) maka beri pujian pada ibu atau pengasuh,
teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak,
berikan stimulsi sesering mungkin, sesuai dengan tahap
perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan atau skrining rutin
menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang kurang dari 24
bulan dan setiap 6 bulan untuk anak umur 24 sampai 72 bulan
20
1. Isilah titik dibawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu Bicara & Ya Tidak
kecuali mengulang pertanyaan. “Apa yang kamu lakukan jika bahasa
kamu kedinginan?”………..
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”…………….. “Apa
yang kamu lakukakn jika kamu lelah?”……………
Jawab “Ya” bila anak menjawab 3 pertanyaan dengan benar,
bukan dengan gerakan atau isyarat. Jika dingin jawaban yang
benar adalah “menggigil”, “pakai mantel”, atau “masuk kedalam
rumah” Jika lapar jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”,
“berbaring atau tidur-tiduran”, “istirahat” atau “diam sejenak”
2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian Sosialisasi & Ya Tidak
boneka? kemandirian
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan, jika perlu Gerak kasar Ya Tidak
tunjukan caranya, dan beri anak kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah anak mempertahanakn
keseimbangannya selama 6 detik atau lebih ?
4. Jangan mengoreksi atau membantu anak. jangan mennyebut Gerak halus Ya Tidak
“lebih panjang”. Perhatikan dua garis ini pada
anak.
Tanyakan : “mana garis yang panjang”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang,
setelah anak menunjuk putar lembar ini dan ulangi pertanyaan
tersebut. Setelah anak menunjuk putar lagi dan ulangi pertanyaan
tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis sebanyak 3 kali dengan benar?
21
. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar Gerak halus Ya Tidak
ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini dikertas kosong
yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan .
Apakah anak dapat mendapat menggambar seperti contoh ini
Jawaban : Ya
Jawaban : Tidak
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat Bicara & Ya Tidak
dengan telunjuk atau mata pada saat memberi perintah berikutini: bahasa
“Letakkan kertas di atas lantai”
“ Letakkan kertas ini di bawah kursi” “Letakkan kertas ini di
depan kamu” “Letakkan kertas ini dibelakang kamu”
Jawaban Ya hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “dibawah”,
“didepan”, dan “dibelakang”.
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa Sosialisasi & Ya Tidak
menangis atau menggelayut pada anda) pada saat kemandirian
anda meninggalkannya
8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan katakan Bicara & Ya Tidak
padaanak: “Tunjuk segi empatmerah” bahasa
“ Tunjuk segi empat kuning” “Tunjuk segi empat biru” “Tunjuk
segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat gambar tersebut dengan benar?
9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa Gerak kasar Ya Tidak
berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi & Ya Tidak
kemandirian
e.Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah, tidak tahu atau tak
dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
1) pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh
anak.
2) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orangtua/pengasuh.
3) Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh.
4) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah orangtua/
pengasuh.
5.lnterpretasi:
a.Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami ganggua
pendengaran.
b. Catat dalam Buku KIA atau register SDIDTK, atau status/catatan medik anak.
6. lntervensi:
a.Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
b. Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
(KemenkesRI,2016)
25
Tabel 2.8 Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur anak<24 bulan
Umurkurangatausampai 3 bulan : Ya Tidak
1. KemampuanEkspersif :
Apakahbayidapatmengatakanaaaaa, ooooo?
Apakahbayimenatapwajahdantampakmendengarkananda, laluberbicarasaatandadiam?
Apakahandadapatseolaholahberbicaradenganbayianda?
2. KemampuanReseptif :
Apakahbayikagetbilamendengarsuara (mengejapkanmata, napaslebihcepat)?
Apakahbayikelihatanmenolehbilaandaberbicara di sebelahnya?
3. Kemampuan Visual :
Apakahbayiandadapattersenyum?
Apakahbayiandakenaldengananda, sepertitersenyumlebihcepatpadaandadibandingkan
orang lain?
Total jawabanTidak
apakahbayilangsungmenolehkesampingbawah?
Apakahanakmengikutiperintahtanpadibantugerakanbadan, seperti stop,
berikanmainanmu?
3. Kemampuan Visual :
Apakahbayimengikutiperintahdengandibantugerakanbadan, seperti stop,
berikanmainanmu?
Apakahbayisecaraspontanmemulaipermainandengangerakantubuh, sepertipokame-
ameataucilukba?
Total jawabanTidak
Apakahanaksecaraspontanmemulaipermainandengangerakantubuh, sepertipokame-
ameataucilukba?
Apakahanakandamenunjukdenganjaritelunjukbilainginsesuatu,
bukandengancaramemegangdengansemuajari?
Total jawabanTidak
Total jawabanTidak
5. Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam mengarahkan kartu E
yang ada ditangannya mengahadap atas, bawah, kanan, kiri, sesuai petunjuk pada
poster E atau snellen chart. lakukan hal ini dengan benar sampai anak dapat
mengarah kan kartu E denganbenar.
6. Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan alat
penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu persatu, mulai baris
pertama sampai baris keempat atau baris E terecil yang masih dapat dilihat. Puji anak
setiap kali dapat mencocokkan kartu E yang ada di tangannya dengan yang ada di
poster E atau snellen chart. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata yang belum
diperiksa dengan cara yangsama.
7. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah tersediakan:
Mata kanan :………. Matakiri:………
Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat
melihat baris ketiga poster E atau snellen chart, artinya anak tidak dapat
mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan yang ada pada poster E atau
snellen chart pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa. kemungkinan anak
mengalami gengguan daya lihat. Intervensi yang dilakukan bila
kemungkinananakmengalamigangguanpenglihatanmakamintaanakdatinglagi untuk
pemeriksaan ulang, bila pada peameriksaan berikutnya anaktidak dapat melihat
sampai baris yang sama maka rujuk kerumah sakit dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya) (Depkes, 2012, hlm70).
30
Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional adalah kegiatan/pemeriksaan
untuk menemukansecara dini adanya masalah perilaku emosional, autisme dan ga
ngguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan perilaku emoslonal terlambat di
ketahui, maka lntervenslnya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.
Deteksi yang dilakukan menggunakan:
1. Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) bagi anak umur 36 bulan
sampai 72 buIan.
2. Ceklis autis anak prasekolah (Modified Checklist for Autism in Toddlers (MC
HAT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.
3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
GGPPH) menggunakanAbreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36
bulan ke atas.
a. Deteksi Dini Masalah Perilaku Emosional
1. Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah
perilaku emosional pada anak pra sekolah.
2. Jadwal deteksi dini masalah perilaku emosional adalah rutin setiap 6 bula
n pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan ja
dwal pelayanan SDIDTK.
3. Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Perilaku Emosional
(KMPE) yang terdiri dari 14 pertanyaan untuk mengenali problem perila
ku emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
4. Cara melakukan :
a. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu pers
atu perilaku yang tertulis pada KMPE kepada orang tua/pengasuh anak.
b. Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.
5. lnterpretasi
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah peril
aku emosional.
31
6. lntervensi :
Bila jawaban YA hanya 1 (satu) :
• Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman
Pola Asuh Yang Mendukung Perkembangan Anak.
• Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke
Rumah Sakit yang memberi pelayanan rujukan tumbuh kembang atau
memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa.
• Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih : Rujuk ke Ruma
h Sakit yang memberi pelayanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki fa
silitas pelayanan kesehatan jiwa. Rujukan harus disertai
informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.
b. Cara menggunakan M-CHAT.
1.Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tetulis pada M-CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada Modified
-Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT)
3. Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan
kemampuan anak, YA atauTIDAK. Teliti kembali apakah semua pertany
aan telah dijawab.
4. Interpretasi:
1. Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan penting
(crirical item) jika dijawab tidak berarti pasien mempunyai risiko ringgi
autism. Jawaban tidak pada dua atau lebih critical item atau tiga pernyaa
n lain yang dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya, o
rang tua menjawab tidak) maka anak tersebut mempunyai risiko autism
2. Jika perilaku itu jarang dikerjakan (misal anda melihat satu atau 2 kali
) , mohon dijawab anak tersebut tidak melakukannya.
5. Intervensi:
Bila anak memiliki risiko tinggi autism atau risiko autism, Rujuk ke Rumah
Sakit yang memberi layanan rujukan tumbuh kembang anak.
tabel 2.9 Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional alogiritma pemeriksaan KMPE
32
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anak anda senang diayun, melambung dilutut anda dan sebagainya Ya Tidak
2 Apakah anak anda senang/tertarik dengan ana anak lain Ya Tidak
3 Apakah anak anda senang memanjat seperti tangga Ya Tidak
4 Apakah anak anda senang bermain cilukba/petak umpet Ya Tidak
5 Apakah anak anda sering bermain pura pura, contohnya berbicara ditelepon atau Ya Tidak
34
interaksi sosial, prilaku yang berulang-ulang. Alat yang digunakan adalah CHAT
(checklist for Autim in Toddlers). Dalam CHAT ada 2 jenis pertanyaan yaitu : 9
pertanyaan yang ditanyakan pada orang tua atau pengasuh anak, dan 5 perintah
bagi anak untuk menjelaskan tugas yang tertulis pada CHAT. Bila setelah
diperiksa anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau
tumbuh kembang anak (Depkes, 2012,hlm.76).
5. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Pada
AnakPrasekolah
Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya gangguan
pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak 36 bulan keatas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader,
BKB, petugas PAUD, Pengelola TPA, dan guru TK, keluhannya dapat berupa
anak tidak bisa duduk tenang, anak selalu bergerak atnpa tujuan dan tidak
mengenal lelah, perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsive (Depkes,
2012,hlm.78).
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), yang terdiri dari 10 pertanyaan yang
ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atauguru TK dan pertanyaan
yang perlu pengamatan pemeriksa.
Cara menggunakan Formulir deteksi dini GPPH yaitu:
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, stu persatu prilaku yang
tertulis pada formulirGPPH
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi diniGPPH.
c. Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak
berada, misal ketika dirumah, disekolah, pasar, toko, dll) setiap saat dan
ketika anak dengan siapasaja.
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan prilaku anak selamadilakukan
pemeriksaaan.
Interpretasi hasil pemeriksaan GPPH yaitu dengan memberi nilai masing-
masing jawaban sesuai dengan bobot nilai, nilai 0 bila keadaan tersebut tidak
ditemukan pada anak, nilai 1 bila keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan
36
pada anak, nilai 2 jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak. nilai 3 bila
keadaan tersebut selalu ada pada anak. Bila nilai total 13 atau lebih, kemungkinan
anak dengan GPPH.Intervensi yang dilakukan jika jumlah nilai terbesar anak
berkemungkinan dengan GPPH perlu dirujuk kerumah sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak untuk konsultasi lebih lanjut
(Depkes, 2012,hlm.78).
2.12 Tabel Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktif
(GPPH)(Abbreviated Conner RattingScale)
NO. KEGIATAN YANG DIAMATI 0 1 2 3
1. Tidak kenal lelah atau aktifitas yang berlebihan
2. Mudah menjadi gembira atau impulsive
3. Mengganggu anak-anak lain
4. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai,
rentang
perhatian pendek
5. Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala
secara terus
Menerus
6. Kurang perhatian, mudah teralihkan
7. Permintaannya harus segera terpenuhi, mudah
menjadi frustasi
37
diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter
spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medik, ahli
terapi (fisioterapi, terapis bicara, dan sebagainya) ahli gizi dan psikolog (Depkes,
2012,hlm.83).
BAB 3
TINJAUAN KASUS ANAK SEHAT
3.1 Pengkajian
Tempat : Puskesmas Pembantu Tambakromo Kecamatan Padas
Tanggal/Pukul : Rabu, 27 November 2019 pukul 09.00
3.1.1 Data Subyektif
1. Biodata
a. Nama : An. I
b. Umur : 2 Th 4 bulan 1 hari (28 bulan 1 hari)
c. Tanggal Lahir : 26Juli 2017
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Jumlah Saudara : 2
f. Agama : Islam
Biodata Orang Tua
Ibu Ayah
40
a. Nama : Ny N Tn. S
b. Umur : 37 Th 36 Th
c. Agama : Islam Islam
d. Pendidikan : SMA SMA
e. Pekerjaan : IRT SWASTA
f. Alamat : Ds.Tambakromo 2/1
2. Perhitungan umur anak
Tanggal 27 November 2019 anak “I” di Puskesmas Pembantu Tambakromu. Ibu ingin
mengetahui perkembangan anaknya.
Tanggal periksa : 2019 – 11 – 27
Tanggal lahir : 2017 – 07 – 26
2 Th 4 bulan 1 hari (28 bulan 1 hari)
3. Alasan Datang
Ibu ingin mengetahui Pertumbuhan dan Perkembangan anaknya.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Anak sampai saat ini dalam keadaan sehat, tidak sedang mengalami batuk, pilek
maupun panas.Setelah lahir sampai usia saar ini anak tidak pernah menderita
penyakit berat (batuk lama yang tidak sembuh selama 2 minggu (TBC) hanya batuk
biasa. 40
b. Riwayat Kesehatan anak sekarang
Anak tidak menderita penyakit menahun, menurun dan menular.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti Hepatitis, HIV
dan TBC, tidak menderita pentyakit menurun seperti Hipertensi, Anemia, kencing
manis (DM) dan tidak ada yang menderita penyakit menahun seperti penyakit
jantung.
5. Riwayat Prenatal
Selama kehamilan keadaan ibu sehat, Pemeriksaan Hamil teratur, gizi terpenuhi saat
hamil, mengonsumsi tablet Fe, Vit C dan Kalsium secara teratur, tidak ada penyulit
kehamilan, saat hamil ibu tidak merokok, minum minuman alkohol dan bersoda, posisi
janin normal tidak sungsang.
6. Riwayat Natal
Persalinan dilakukan normal spontan di bidan , cukup bulan, menangis kuat, jenis
41
kelamin perempuan, BB Lahir : 3000 gr, PB Lahir: 51 cm, tidak ada kelainan pada
Bayi.
7. Riwayat Post Natal
Dalam masa Post natal bayi disusui eksklusif, tidak ada masalah selama periode ini
8. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Riwayat Pertumbuhan
BB Lahir : 3000 Gram
PB Lahir : 51 Cm
b. Riwayat Perkembangan
Ibu mengatakan anak bisa mengangkat kepalanya pada usia 3 bulan, Anak sudah
bisa telungkup usia 6 bulan, kemudian merangkak pada usia 1 tahun, kemudian
pada usia 15 bulan sudah bisa bicara dan pada usia 16 bulan anak sudah bisa jalan.
9. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
1) BCG = 1X usia 5 hari
2) POLIO = 4x (usia 5 hari, usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan)
3) DPT = 3x (usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan)
4) HEPATITIS = 3x (usia 5 hari, usia 1 bulan, 2 bulan)
5) CAMPAK = 1x (usia 9 bulan).
6) DPT lanjutan = 1x (usia 18 bulan)
7) Campak lanjutan = 1x (usia 18 bulan)
a. Ukuran antropometri
S = 36,5°C
R = 22x/ menit
N = 88x/ menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bersih ,tidak ada kelainan, penyebaran rambut merata, rambut tidak mudah dicabut
atau rontok, warna hitam.
b. Muka
Tidak sembab dan tidak pucat
43
c. Mata
Bersih, tidak ada sekret, Konjungtiva tidak anemis, berwarna merah muda, sklera
putih, simetris.
d. Hidung
Tampak bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret/cairan.
e. Mulut dan gigi
Ada caries, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis, mulut tidak berbau.
f. Telinga
Bersih, simetris, tidak ada serumen, tidak ada sekret.
g. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid, vena jugularis dan kelenjar limfe.
h. Dada
Dada simetris, tidak ada retraksi interkosta, tidak ada wheezing dan tidak ada
ronchi.
i. Abdomen
Abdomen tidak buncit, tidak ada hernia, tidak ada nyeri tekan.
j. Kulit
Bersih, turgor baik, elastis dan tidak sianosis.
k. Ekstremitas
Atas : Bentuk simetris, gerak aktif, kuku tampak bersih, tidak ada kelainan seperti
sindaktili, polidaktili.
Bawah : Bentuk simetris, tidak ada kelainan, gerakan aktif.
l. Genetalia
Bersih, labia mayor sudah menutupi labia minor, tidak ada luka pada vulva, tidak
adatanda-tanda infeksi.
a. Anus
Bersih, terdapat lubang anus, tidak ada luka pada anus.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan DDST :
1) Personal Sosial
a) Sebelah kiri garis
Mengunakan sendok dan garpu :L
Membuka pakaian :L
Menyuapi boneka :L
44
b) Dilewati garis
Memakai baju :L
Gosok gigi dengan bantuan :L
Menyebukan nama teman :G
Memakai Tshirt :G
Berpakaian tanpa bantuan :G
2) Adaptif Motorik Halus
a) Sebelah kiri garis
Ambil manik manik ditunjukan :L
Menara dari 2 kubus :L
Menara daru 4 kubus :L
b) Dilewati garis
Menara dari 6 kubus :L
Meniru garis vertikal :G
Menara dari 8 kubus :G
Menggoyangkan ibujari :G
3) Sector Bahasa
a) Sebelah kiri garis
Menyebutkan 6 kata :L
Menunjukan 2 gambar :L
Kombinasi kata :L
b) Dilewati garis
Menyebutkan 1 gambar :L
Menyebutkan bagian badan 6 :L
Menunjuk 4 gambar :L
Bicara dengan dimengerti :L
Menyebutkan 4 gambar :G
Mengetahui 2 Kegiatan :G
4) Motorik Kasar
a) Sebelah kiri garis
Lari :L
Berjalan naik tangga :L
Menendang bola kedepan :L
b) Dilewati garis
45
Melompat :L
Melembar bola lengan ke atas :L
Berdiri 1 kaki 3 detik :L
a. Kesimpulan hasil
BB :10 kg,
TB : 84 cm
LK : 48 Cm
DDST : normal
KPSP : Normal
Anak sehat, umur 28bulan 1 hari, jenis kelamin Perempuan , status gizi baik,
pertumbuhan normal, perkembangan normal, keadaan umum baik, prognosa baik.
3.3 Perencanaan
Tgl. 27 November 2019, pkl.09.30 WIB.
Diagnosa : Anak sehat, usia 28 bulan1 hari, perkembangan normal, pertumbuhan
normal, status gizi normal, keadaan umum baik
Tujuan : Ibu mengerti pertumbuhan dan perkembangan pada anak
Kriteria : - Ibu dapat menjelaskan tentang perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak
- Pengetahuan ibu bertambah
Intervensi
1. Jelaskan pada ibu tentang perbedaan pertumbuhan dan perkembangan anak
47
7. Memantau tumbuh kembang anak sesuai keterlambatan yang dialami anak tanpa
menomor duakan faktor lain
3.5 Evaluasi
1. Diagnosa
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang berbeda, namun tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan
jumlah dan ukuran sel pada membelah diri dan sintesis protein baru, menghasilkan
peningkatan ukurandan berat seluruh atau sebagian sel. Sedangkan Perkembangan
(development) merupakan perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan
tahap kompleksitas dari dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan
perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh
50
DAFTAR
50 PUSTAKA
2013:1-8
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Statistik Indonesia. 2009. Balita
menurut Status Gizi, tahun 1998-
2005.http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=1&daftar=1&id_subyek=30¬ab=40(24 Oktober2014).
Behrman, R., Kliegman R. et all. (2014). Ilmu Kesehatan Anak Esensial.Edisi
Keenam. Jakarta: IDAI Page: 17-23.
BKKBN.(2009). Buku Panduan Operasional Ketahanan Bina Keluarga Balita
dan Anak.Jakarta:EGC.
Briawan, Dodik.,TIN H. 2008. Peran Stimulasi Orang Tua Terhadap
Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin.Jurnal Ilmu Gizi
Masyarakat IPB. Vol 1. No 1.Januari2008:3-76.
Dahlan, M. Sopiyudin., 2013. Besar Sample dan Cara Pengambilan Sample.
Jakarta: Salemba Medika, pp: 46-48
Dahlan, M. Sopiyudin., 2013. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta,
Salemba Medika, pp: 46-48
Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi.Jakarta : Depkes.
No 1.
Hidajati, Z., 2009. Faktor Risiko Disfasia Perkembangan pada Anak.Thesis.
Semarang: Universitas Diponegoro. Pendidikan Dokter Spesialis Anak.
Hull D., Johnston D.I., 2008.Dasar-Dasar Pediatri Ed 3. Jakarta: EGC.