BAB I
PENDAHULUAN
biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Apabila pada pemeriksaan USG
diperoleh kesimpulan adanya sisa plasenta tahap pertama bisa dilakukan eksplore
digital (jika servik terbuka) atau mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila
servik hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
kuretase. Bidan dapat kolaborasi dengan dokter untuk melakukan kuretase (Sarwono,
2008).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diadakan studi kasus untuk
mengetahui lebih lanjut “ bagaimana asuhan kebidanan pada “Ny. R” P1a0 post
partum 1 hari dengan riwayat pendarahan postpartum dan sisa plasenta? ’’
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umun
Untuk lebih memahami asuhan kebidanan pada kasus Kegawatdaruratan
Maternal pada ibu yang mengalami sisa plasenta sehingga dapat melaksanakan
asuhan kebidanan yang tepat
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subyektif secara komprehensif pada Ibu yang
mengalami sisa plasenta.
b. Melakukan pengkajian data obyektif secara komprehensif pada Ibu yang
mengalami sisa plasenta.
c. Dapat menentukan dan mengidentifikasi masalah (analisa) yang muncul
pada Ibu yang mengalami sisa plasenta.
d. Dapat menentukan penatalaksanaan dalam asuhan pada Ibu yang
mengalamisisa plasenta.
3
BAB 2
KONSEP TEORI
2.1. Pengertian
Plasenta yang masih tertinggal disebut rest plasenta. Gejala klinis rest plasenta
adalah terdapat subinvolusi uteri, terjadi perdarahan sedikit yang berkepanjangan,
dapat juga terjadi perdarahan banyak mendadak setelah berhenti beberapa waktu,
perasaan tidak nyaman di perut bagian bawah (Manuaba, 2010).Selaput yang
mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal menyebabkan perdarahan segera.
Gejala yang kadang – kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang. Sisa plasenta yang masih tertinggal di dalam uterus dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan. Bagian plasenta yang masih menempel pada
dinding uterus mengakibatkan uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah yang
terbuka pada dinding uterus tidak dapat berkontraksi/ terjepit dengan sempurna
(Maritalia, 2012)
Rest Plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi. Perdarahan
yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta. Jika pada
pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap, maka harus dilakukan
eksplorasi dari cavum uteri. Potongan – potongan plasenta yang ketinggalan tidak
diketahui biasanya menimbulkan perdarahan post partum (Saleha, 2009).
2.2. Etiologi
Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun sekunder adalah
grande multipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun, persalinan yang
dilakukan tindakan, pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan persalinan
oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa, pengeluaran plasenta tidak hati- hati
(Rukiyah dan Yulianti, 2010). Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomaly dari uterus
atau serviks kelemahan dan tidak efektifitas kontraksi uterus, Kelainan dari plasenta,
misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa, implantasi dari cornu dan adanya
plasenta akreta. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari
uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan
kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang
juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta, serta pemberian
anastesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus, (Prawirohardjo, 2010)
2.3. Patofisiologi
Menurut, (Saifudin, A.B, 2010) setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan
berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot - otot uterus menyelesaikan proses ini pada
4
tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding rahim atau atas
vagina. Kadang- kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan
inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering
tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan
tindakan artifisal untuk menyempurnakan persalinan kala tiga.
2.4. Komplikasi
Komplikasi Rest Plasenta Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasenta artinya
plasenta masih tumbuh dan dapat menjadi besar, perdarahan terjadi intermiten
sehingga kurang mendapat perhatian, dan dapat terjadi degenerasi ganas menuju
korio karsinoma dengan manifestasi klinisnya. Menurut Manuaba 2008, memudahkan
terjadinya :
1. Anemia yang berkelanjutan
2. Infeksi puerperium
3. Kematian akibat perdarahan
2.5. Diagnosa
Diagnosa Rest Plasenta Diagnosis pada rest plasenta dapat ditegakkan
berdasarkan :
1. Palpasi Uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri.
2. Memeriksa plasenta apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari sisa plasenta
4. Sisa Plasenta atau selaput ketuban
5. Robekan rahim
6. Plasenta suksenturiata
7. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah h.
Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation Test),
dll
2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Dengan perlindungan antibiotik sisa plasenta dikeluarkan secara
digital atau dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai suhu turun
dengan pemberian antibiotik dan 3 – 4 hari kemudian rahim dibersihkan, namun jika
perdarahan banyak, maka rahim segera dibersihkan walaupun ada demam (Saleha,
2009) Keluarkan sisa plasenta dengan cunam ovum atau kuret besar. Jaringan yang
melekat dengan kuat mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha untuk melepas
plasenta terlalu kuat melekatnya dapat mengakibatkan perdarahan hebat atau
6
mungkin sisa membran dapat sekaligus dibersihkan, segera setelah plasenta lahir
dilakukan kuretase menggunakan kuret post partum yang besar.
BAB 3
TINJAUAN TEORI ASKEB
3.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata
Umur dicatat dalam hitungan tahun. (Estiwidani, 2008 : 140). Resiko
retensio plasenta akan semakin meningkat bagi wanita yang usianya kurang
dari 16 tahun dan di atas 35 tahun beresiko tinggi mengalami sisa plasenta
terutama pada grandemultipara. (Manuaba, 2010).
b. Keluhan utama
Keluhan yang terjadi pada ibu nifas dengan sisa plasenta adalah mengalami
perdarahan yang lebih banyak, pasien mengeluh lemah, limbung,
berkeringat dingin, menggigil (Mochtar, 2012).
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Kelainan hormonal, gangguan nutrisi, penyakit infeksi menahun.
Dilihat dari factor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah
plasenta previa, bekas seksio sesaria, pernah dilakukan kuret berulang
dan multiparitas sehingga kemungkinan sebagian kecil dari plasenta
masih tertinggal dalam uterus dan menimbulkan Perdarahan
postpartum primer atau sekunder (Saifuddin, 2006)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau
setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon
yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan
masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi
rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terkait (Saifuddin,
2006 ).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Bila ada keluarga yang mempunyai penyakit menurun, menahun dan
menular, maka bayi atau ibu bersalin memiliki resiko untuk tertular
atau memiliki penyakit tersebut. Jika ada keluarga memiliki penyakit
8
keturun (DM, hipertensi, asma) maka klien tersebut atau ibu sendiri
mempunyai faktor resiko akibat proses persalinan (Winkjosastro,
2007).
d. Riwayat kebidanan
1) Riwayat Hamil
Kehamilan salah satu penyebab perdarahan postpartum adalah
grandemultipara, primigravida, anemia (Manuaba, 2010)
2) Riwayat persalinan
Riwayat persalinan perlu dikaji karena faktor penyebab perdarahan
postpartum adalah persalinan yang dilakukan dengan tindakan :
Pertolongan kala uri sebelum waktunya, persalinan oleh dukun,
persalinan dengan tindakan, persalinan dengan narkoba.(Manuaba,
2010)
3) Riwayat Nifas
Plasenta manual dengan segera dilakukan bila terdapat riwayat
perdarahan post partum berulang, terjadi perdarahan post partum
melebihi 400 cc (Manuaba, 2010).
4) Riwayat KB
Meningkatkan penerimaan keluarga berencana sehingga memperkecil
terjadinya retensio plasenta (Manuaba, 2010).
5) Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
(Kemenkes RI,2016).
b. Eliminasi
BAK normalnya 3-4 jam dan BAB harus dilakukan 3-4 hari
pascapersalinan (Marmi,2012).
c. Personal hygiene
9
2014).
d. Istirahat
Istirahat normalnya 7-8 jam per hari untuk tidur [ CITATION Mar112
e. Seksual
6) Riwayat Ketergantungan
Merokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada
uterus sehingga menghambat proses involusi, sedangkan alkohol dan
narkotika mempengaruhi kandungan ASI (Manuaba, 2012).
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum pasien kesakitan/tidak, bisa baik/lemah. TTV sebagai
berikut:
1) Tanda-tanda syok, tekanan sistolik < 90 mmHg
2) Denyut nadi > 100 dpm dicurigai hipotiroidisme [ CITATION Mar112 \l
1033 ].
3) Suhu tubuh lebih dari 37oC perlu diwaspadai adanya infeksi (Romauli,
2011).
b. Antropometri : BB cenderung mengalami penurunan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
2) Muka
3) Mata
hepatitis.(Manuaba,2012)
4) Leher
5) Dada
6) Abdomen
implantasi plasenta
7) Genetalia
sebagai berikut:
11
(1) Lochea rubra keluar dari hari ke 1- 3 hari, berwarna, merah dan
(3) Lochea serosa, keluar dari hari ke 7-14 hari, berwarna kekuningan.
8) Anus
9) Ektremitas
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Haemoglobin (Hb)
3) Pemeriksaan HbSAg
Rom11 \l 1033 ].
RI,2013).
5) Ultrasonografi (USG)
1033 ].
3. Analisa Data
Hasil analisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya
secara akurat dan logis untuk menegakkaan diagnosa dan masalah kebidanan
yang tepat (Kemenkes RI, 2011).
3.2 Diagnosa Kebidanan
P1>1APIAH dengan sisa plasenta, KU ibu baik/buruk. Prognosa baik/buruk.
3.3 Perencanaan
Diagnosa : P1>1APIAH dengan sisa plasenta, KU ibu baik/buruk. Prognosa
baik/buruk.
Tujuan : Plasenta dapat dikeluarkan dan tidak terjadi komplikasi.
Kriteria menurut (Manuaba, 2012) :
1. Keadaan umum: kesadaran komposmetis.
2. Tanda-tanda vital:
Setelah plasenta lahir TFU setinggi pusat, hari ke- 7 pasca persalinan TFU
Intervensi menurut (Saifuddin, 2010) rencana asuhan atau perawatan untuk sisa
plasenta adalah :
3.4 Pelaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011) bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan. Dilaksanakan evidence
based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
3.5 Evaluasi
Menurut Kemenkes RI (2011) bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian
dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga. Hasil
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan data subyektif yang di dapat saat melakukan pengkajian kasus
Ny. R, dilakukan anamnesa pada tanggal Senin, 01Januari 2020,ibu kiriman
Puskesmas Pitu dengan P1A0 postpartum spontan 5 jam dengan perdarahan
postpartum + sisa plasenta
Berdasarkan data obyektif Keadaan Umum Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis Pemeriksaan TTV : Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit Respirasi: 22 x/menit Suhu : 36,0O TFU sepusat, kontraksi
uterus lembek, kandung kemih kosong terdapat pengeluaran darah aktif ±50cc,
terpasang DC dengan pengeluaran urine ± 500 cc jernih
Berdasarkan pengkajian data subyektif data obyektif pada Ny “R” didapatkan
analisa Ny. R usia 24 tahun P1A0 post partum 5 jam dengan pendarahan post partum
dan sisa plasenta, post eksplorasi masih terdapat sisa pada cavum uteri. Potensial
terjadi pendarahan, perlu kolaborasi dengan SPOG
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “R” bidan berkolaborasi dengan
dokter SpOG dalam pemberian asuhan seperti : Melakukan kolaborasi dengan SPOG,
advice yang diberikan :Ambacim 2x1, USG, Jika HB < 8 pro transpusi Melakukan
pemberian tramadol 1 amp IV dilakukan kuretase dengan hasil jaringan keluar ± 50
gram, pendarahan 50 cc Memberikan injeksi metergin 1 amp IV Mengganti RL+Oxy
C6 memberikan terapi oralCefotaxime 1 amp, Asam Mefenamat 3x1,Metergin 3x1
Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny “R” sesuai dengan SOP rumah sakit,
terdapat keselarasan dengan teori yang didapatkan dikampus. Evaluasi yang diperoleh
dari asuhan selama 3 hari di rumah sakit keadaan Ibu sudah lebih baik dan tidak ada
keluhan.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat khususnya untuk
lebih mengenal bahaya dan masalah-masalah pada ibu nifas dengan sisa
plasenta, sehingga lebih waspada dalam merawat ibu nifas dengan sisa plasenta.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Doenges, Marlyn, 2001. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Jakarta : EGC.
Estiwidani, Dwiana, dkk. 2008. Konsep Kebidanan.Yogyagkarta : Fitramaya.
Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan dan
JICA
Manuaba, Ida Ayu Candranita,dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
KB. Jakarta : EGC.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Mochtar,Rustam.2012.Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obsteetri Patologi Jilid 1
Edisi 3. Jakarta : EGC.
Romauli, S. 2011. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.