Anda di halaman 1dari 19

MIOTIK – MIDRIATIK

Disuusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Praktikum Farmakologi

Dosen Pengampu :
Dr. Azrifitria, M. Si., Apt
Marvel, M. Farm., Apt
Suci Ahda Novitri, M. Si., Apt

Disusun oleh :

Rizky Ananda

(11181020000028)

KELOMPOK 1C

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

MEI 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui dan memahami kerja obat kolinergik dan antikolinergik pada hewan
percobaan
2. Mengenal dan mengamati efek midriatik dan miosis pada pupil

B. Landasan Teori
a. Mata

Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan. Mata terletak
dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal sebagai
pertahanan yang baik dan kokoh. Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang
dibungkus olehtiga lapisan, yaitu sklera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina.
Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi, karena sekret mata mengandung enzim
lisozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeliminasi
orgaisme dari mata (Muzakkar, 2007).

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan,
yaitu sklera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina.Struktur mata manusia berfungsi
utama untuk memfokuskan cahaya keretina. Semua komponen–komponen yang dilewati
cahaya sebelum sampaike retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir
pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk
mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akanmenyebabkan
perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–
impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata melalui udara atau air, melewati kornea dan masuk ke
dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi di di kornea dimana terdapat
pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor tersebut merupakan massa yang
jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa mata, membantu untuk
mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting untuk kovergensi cahaya di lensa)
dan menyediakan nutrisi untuk endothelium kornea. Iris yang berada antara lensa dan
aqueous humor,merupakan cincin berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus
melewati pusat dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot
radial dan sirkular untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya yang
masuk ke mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina. Namun bila
terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di
belakang iris berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati humour
kedua untuk menju ke retina.

Obat tetes mata adalah sediaan steril atau larutan berminyak dari alkaloid berupa
larutan atau suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender
mata di sekitar kelopak mata (Farmakope Indonesia V, 2014). Obat tetes mata berupa
larutan harus jernih, bebas zarah asing, serat dan benang (Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan RI, 1979). Tetes mata harus menujukkan suatu efektifitas yang baik
tergantug secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan menunjukkan
sterilisasi (Voigt, 1994).
Obat midriatik adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran
pupil bola mata dapat membesar (midriasis). Efek midriatik biasa didapatkan dari obat
golongan simpatomimetik dan antimuskarinik, obat ini digunakan untuk
siklopegia/memungkinkan mata untuk fokus ke objek yang dekat dengan cara
melemahkan otot siliaris (biasanya untuk memudahkan prosedur operasi tertentu). Obat-
obat golongan ini contohnya atropine sulfat. Atropine sulfat menyebabkan midriasis dan
termasuk ke dalam golongan obat antikolinergik yang bekerja pada reseptor muskarinik.
Antimuskarinik ini memperlihatkan efek sentral terhadap susunan syaraf pusat, yaitu
merangsang pada dosis kecil dan mendepresi pada dosis toksik. Antimuskarinik yang
digunakan untuk mendapatkan efek perifer tanpa efek sentral, penggunaan local pada
mata sebagai midriatikum, memperoleh efek sentral, efek bronkodilatasi dan memperoleh
efek hambatan pada sekresi lambung serta gerakan saluran cerna.

Obat miotik adalah obat yang menyebabkan miosis (konstriksi dari pupil mata),
bekerja dengan cara membuka sistem saluran didalam mata, dimana sistem saluran tidak
efektif karena konstraksi atau kejang pada otot didalam mata yang dikenal dengan otot
siliari. Biasanya digunakan untuk pengobatan glaukoma yang bertujuan untuk
mengurangi tekanan didalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada
penglihatan. Contoh obatnya yaitu, betaxolol (sebagai penghambat beta adrenergik) dan
pilokarpine (sebagai reseptor agonis muskarinik).

Salah satu obat midriatikum adalah atropin sulfat. Atropin adalah zat dari
golongan antikolinergik yang digunakan untuk berbagai fungsi, terutama sebagai obat
untuk prosedur preoperatif (baik untuk operasi bedah umum maupun untuk operasi mata
katarak), sinus bradikardia, dan antidot untuk keracunan organofosfat. Atropin
menghalangi aksi muskarinik dari asetilkolin pada struktur jaringan, yang diinervasi oleh
persarafan kolinergik post ganglion, otot polos, yang respon terhadap asetilkolin
endogenus. Mekanisme kerja utama atropin adalah sebagai zat antagonisme yang
kompetitif, dimana dapat diatasi dengan cara meningkatkan konsentrasi asetilkolin pada
lokasi reseptor dari organ efektor. Contohnya adalah dengan menggunakan zat
antikolinesterase, yang menginhibisi destruksi enzimatik dari asetilkolin. Reseptor-
reseptor yang diantagonisir oleh atropin, adalah struktur jaringan perifer, yang
distimulasi, atau diinhibisi oleh muskarin, seperti kelenjar eksokrin, otot polos, otot
kardia. Efek kerja atropin, pada jantung, intestinal, dan otot bronkial, adalah lebih poten,
dan durasinya lebih panjang, dibandingkan dengan efek kerja skopolamin (suatu isomer
atropin). Namun, aksi atropin, pada badan siliar, iris, dan kelenjar sekretori tertentu, lebih
lemah dari skopolamin.

Contoh obat miotikum adalah pilocarpine HCl. Pilocarpine HCl adalah larutan
mata cholinergic agonist yang disediakan dalam bentuk tetes mata dan gel. Pilocarpine
HCl bekerja secara langsung dengan efek parasimpatometik. Pilocarpine bekerja dengan
menstimulasi reseptor muskarinik dan otot polos pada iris dan kelenjar sekresi.
Pilocarpine membuat otot silier berkontraksi dan mengakibatkan peningkatan tekanan
pada scleral spur dan membuka rongga trabekular meshwork sehingga dapat
meningkatkan aliran pembuangan Aqueus Humour (AH). Pembuangan AH dan
penurunan resistensi pada trabekuler meshwok membuat penurunan tekanan intraokuler.
Selain itu pilocarpine juga memiliki efek miosis melalui kontraksi otot iris sehingga
membuat sudut iris dengan kornea terbuka. Pilocarpine dapat menurunkan tekanan
intraokuler pada pasien dengan glaukoma.

b. Cedocarpine

Cendocarpin mengandung pilokarpin HCl. Sediaan ini berfungs isebagai miotik


untuk pengobatan glaucoma. Glaukoma adalah penyakit mata dimana terdapat
peninggian tekanan intraokuler, yang bila cukup lama dan tekanannya cukup tinggi dapat
menyebabkan kerusakan anatomis dan fungsional. Pilokarpin HCl merupakan bahan obat
yang khas digunakan pada mata (opthalmologika) dengan kerja penyempit pupil
(miotika). Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid tumbuhan, yang
bekerja pada efektor muskarinik dan sedikit memperlihatkan sedikit efek nikotinik
sehingga dapat merangsang kerja kelenjar air mata dan dapat menimbulkan miosis
dengan larutan 0,5% – 3%. Obat tetes mata dengan zat aktif pilokarpin berkhasiat
menyembuhkan glaukoma dan mata kering. Dosis pilokarpin yang paling umum
digunakan untuk sediaan tetes mataadalah 1% – 4%.
Indikasi obat ini adalah untuk menciutkan atau mengecilkan pupil mata,
mengendalikan tekanan intraokular, glaukoma terbuka. Kontraindikasi berupa
hipersensitivitas terhadap komponen obat, radang iris akut, anterior uveitis, dan papilary
block glaukoma, penderita pemakai lensa kontak. Efek samping yang timbul adalah rasa
terbakar, gatal, penglihatan kabur, miopi, sensitisasi kelopak mata dan konjungtiva,
katarak, kerusakan retina dan sakit kepala. Dosis yang digunakan adalah 3-6 kali sehari.
Mekanisme kerja dari obat ini adalah merangsang saraf parasimpatik, sehingga terjadi
kontraksi M. Longitudinalis ciliaris yang menarik tali sklera, akibatnya membuka
tuberkulum meshwork. Juga menyebabkan kontraksi M.Sfingter pupil sehingga pada
glaukoma sudut tertutup akan terjadi miosis dan sudut menjadi terbuka. Sediaan yang
beredar tetes mata 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6% (K) (Katzung B.G., 2002).

c. Cendotropine

Cendotropin mengandung atropin yang berkhasiat sebagai antikolinergik kuat dan


merupakan antagonis khusus dari efek muskarin. Atropin juga memiliki kerja sedatif
pada SSP dan memiliki daya bronkodilatasi ringan berdasarkan peredaan otot polos
bronchi. Cendotropin memberi efek midriatik (efek pelebaran pupil mata) dan sikloplegik
(melumpuhan iris atau selaput pelangi mata). Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa
cendotropin memiliki efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal). Sementara
itu, belum ada penelitian yang terkendali pada wanita mengenai efek cendotropin. Obat
seharusnyadiberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap
bahaya potensial pada janin. Dosis sediaan ini adalah 6 kali sehari 1 tetes.

Indikasi obat ini adalah sebagai midriatikum dan sikloplegikum, pengobatan


uveitis anterior terutama mencegaj posterior synechiae, glaukoma malignant, midriatik
praoperasi, midriatik pasca operasi. Kontraindikasi terhadap pasien glaukoma atau
berkecenderungan menjadi glaukoma, hipersensitif. Efek samping yang dapat timbul
adalah iritasi lokal, konjungtivitis foliculas, penyumbat vaskular, edema, eksudat,
dermatitis, kontak penglihatan kabur dan bertambahnya sensitivitas mata terhadap
cahaya. Mekanisme kerja obat ini adalah atropin sulfat menghambat M. Constrictor
pupilae dan M. Ciliaris lensa mata, sheingga menyebabkan midriasis dan siklopegia
(paralisis mekanisme akomodasi). Sediaan yang beredar adalah tetes mata 0,5% dan 1%
(K). Dosis yang digunakan sebagai berikut :

1. Untuk memecahkan posterior synechiae


Tetes bergantian dengan 1 tetes larutan fenilefrin 2,5% atau 10% setiap 5
menit masing-masing 3 kali.

2. Midriatik praoperasi
1 tetes + 1 larutan fenilefrin 2,5% atau 10% sebelum pembedahan.

3. Midriatik pasca operasi


1-3 kali 1 tetes.

4. Glaukoma malignant
Awal 1 tetes bersamaan dengan pemberian 1 tetes larutan fenilefrin 2,5% atau
10%, 3 atau 4 kali sehari (Katzung B.G., 2002).
BAB II

PROSEDUR KERJA PRAKTIKUM MIOTIK-MIDRIATIK

A. Alat dan Bahan


1. Kelinci 1 ekor
2. Timbangan dan hewan
3. Atropine Sulfat 1%
4. Pilokarpin HCl
5. Penggaris
6. Senter

B. Prosedur Kerja Praktikum


1. Timbang kelinci dan perhatikan kedua pupil matanya
2. Ukur diameter pupil dengan penggaris terhadap cahaya gelap
3. Uji reflek pupil terhadap cahaya dan gambarkan perubahan diameter pupilnya
4. Larutan obat (atropin sulfat 1% (cendotropin) atau pilokarpin HCl (cendocarpin) )
diteteskan sebanyak 1 tetes ke cairan konjuctival, pegang matanya supaya terbuka dan
tahan kira-kira 1 menit
5. Ulangi setiap 15 menit jika efek belum terlihat
6. Catat waktu mulai terjadi dilatasi atau kontriksi pada pupil
7. Catat perubahan ukuran pupil tiap menit
8. Test terhadap reflek cahaya setiap selesai penetesan obat
9. Buat pengamatan sampai efek tidak ada lagi
BAB III

SOAL

 DATA HASIL PERCOBAAN

Diameter pupil mata (cm)


Menit
Mata diteteskan 1 Mata diteteskan 1
ke- Mata normal
tetes cendotropin tetes cendocarpin

1 0,8 0,8 0,8

2 0,8 1 0,6

3 0,8 1 0,6

4 0,8 1,1 0,6

5 0,8 1,1 0,5

6 0,8 1,1 0,5

7 0,8 1,1 0,5

8 0,8 1,1 0,4

9 0,8 1,2 0,4

10 0,8 1,2 0,4

11 0,8 1,2 0,3

12 0,8 1,25 0,3

13 0,8 1,3 0,3

14 0,8 1,3 0,3

15 0,8 1,3 0,3


A. Pertanyaan
1. Apa perbedaan kolinergik, antikolinergik, simpatolitik, simpatomimetik,
parasimpatolitik, parasimpatomimetik?
2. Mekanisme kerja cendotropin, indikasi dan efek samping?
3. Mekanisme kerja cendocarpin, indikasi dan efek samping?
4. Apa fungsi pupil mata?
5. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap pupil mata yang diberi cendotropin?
6. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap pupil mata yang diberi cendocarpin?
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN SOAL

 DATA HASIL PERCOBAAN

Diameter pupil mata (cm)


Menit
Mata diteteskan 1 Mata diteteskan 1
ke- Mata normal
tetes cendotropin tetes cendocarpin

1 0,8 0,8 0,8

2 0,8 1 0,6

3 0,8 1 0,6

4 0,8 1,1 0,6

5 0,8 1,1 0,5

6 0,8 1,1 0,5

7 0,8 1,1 0,5

8 0,8 1,1 0,4

9 0,8 1,2 0,4

10 0,8 1,2 0,4

11 0,8 1,2 0,3

12 0,8 1,25 0,3

13 0,8 1,3 0,3

14 0,8 1,3 0,3

15 0,8 1,3 0,3


A. Analisis Data

Pada praktikm kali ini di lakukan percobaan Midriatik dan Miotik. Midriatik
adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola mata dapat
membesar (midriasis). Sedangakan miotik adalah golongan obat yang mempengaruhi
kontraksi atau ukuran pupil bola mata dapat mengecil (miosis). Pada percobaan ini
menggunakan dua macam obat yaitu Atropin Sulfat dan Pilokarpin HCl. Hewan yang
digunakan untuk percobaan ini adalah tikus. Pada percobaan ini langkah pertama
yang di lakukan adalah menentukan letak pupil bola mata tikus terlebih dahulu.
Kemudian di ukur dengan menggunakan penggaris diameter pupil terhadap cahaya
gelap (tidak menggunakan senter), kemudian di lakukan uji reflex pupil terhadap
cahaya terang (dengan menggunakan senter). Kemudian di bandingkan ukuran pupil
pada saat sebelum di beri cahahaya dan setelah di beri cahaya.

Berdasarkan data percobaan, mata yang diberikan 1 tetes cendotropin


mengalami pembesaran (midriasis) secara bertahap dan menjadi lebih besar dari
diameter pupil kontrol negatif. Mula-mula diameter awal pupil adalah 0,8 cm dan
setelah 13 menit diameter pupil membesar menjadi 1,3 cm. Hal ini membuktikan
bahwa cendotropin yang memilikin bahan aktif atropine sulfat 1% efektif sebagai
obat midriatik. Kemudian pada mata yang diberikan 1 tetes cendocarpin mengalami
pengecilan diameter pupil, dan diameter pupil menjadi lebih kecil (miosis) daripada
diameter pupil kontrol negative. Pada saat menit pertama diameter pupil sebesar 0,8
cm dan setelah 11 menit diameter pupil mengecil menjadi 0,3 cm. Ini membuktikan
bahwa cendocarpin yang mengandung pilokarpin HCl efektif sebagai obat miotik.

Atropin sulfat bekerja menghambat M.constrictor pupillae dan M.ciliaris lensa


mata, sehingga menyebabkan midriasis dan sikloplegia (paralisis mekanisme
akomodasi). Midriasis mengakibatkan fotofobia, sedangkan sikloplegia menyebabkan
hilangnya kemampuan melihat jarak dekat. Pada umumnya sesudah pemberian
atropine, pada mulanya terlihat efek pada kelenjar eksokrin, terutama hambatan
salivasi, serta bradikardia akibat perangsangan Nervus vagus. Midriasis baru terlihat
dengan dosis yang lebih tinggi. Mula timbulnya midriasis tergantung dari besarnya
dosis, dan hilangnya lebih lambat dari pada hilangnya efek terhadap kelenjar liur.
Pemberian lokal pada mata menyebabkan perubahan yang lebih cepat dan
berlangsung lama sekali (7-12 hari), karena atropin sukar dieliminasi dari cairan bola
mata. Atropine sulfat ini juga termasuk kedalam golongan obat antikolinergik yang
bekerja pada reseptor muskarinik.

B. Pembahasan Soal
1. Apa perbedaan kolinergik, antikolinergik, simpatolitik, simpatomimetik,
parasimpatolitik, parasimpatomimetik?
 Kolinergik (perangsang system saraf parasimpatis) : Golongan obat-
obatan yang ditujukan atau digunakan untuk merangsang respon sistem saraf
parasimpatis yang masuk kedalam golongan obat otonom atau obat yang
bekerja pada sisten saraf otonom (SSO) yakni bekerja pada sistem saraf
parasimpatis dan dibutuhkan saat kondisi asetilkolin dalam tubuh lebih rendah
dari keadaan normal.

 Antikolinergik (penghambat kolinergik) : Golongan obat-obatan yang


menghambat kerja daripada obat-obatan kolinergik, namun hanya
menghambat kerja obat kolinergik muskarinik tetapi tidak dengan kolinergik
nikotinik dan dibutuhkan saat kondisi asetilkolin dalam tubuh lebih tinggi dari
keadaan normal.

 Simpatomimetik (perangsang system saraf simpatis) : Golongan obat


obatan yang merangsang respon sistem saraf simpatis yang memiliki efek
seperti norefinefrin dan memulai respon pada tempat reseptor adrenergic.

 Simpatolitik (antagonis simpatomimetik) : Golongan obat-obatan yang


menghambat efek obat simpatomimetik atau penghambat adrenergic dan efek
dari simpatolitik adalah menurunkan tekanan darah (vasodilatasi),
menurunkan denyut nadi, konstriksi bronkiolus dan konstraksi uterus.
 Parasimpatonimetik (sinonim kolinergik) : obat-obatan yang memiliki sifat
serupa dengan obat kolinergik, yakni mempunyai efek seperti asetilkolin atau
yang merangsang reseptor kolinergik.

 Parasimpatolitik (sinonim antikolinergik) : obat-obatan yang memiliki sifat


serupa dengan obat-obatan antikolinergik, yakni menghambat kerja obat
kolinergik dan menghambat efek asetilkolin atau antagonis
kolinergik/antagonis parasimpatomimetik dengan menempati reseptor-
reseptor asetilkolin

2. Mekanisme kerja cendotropin, indikasi dan efek samping?


Mekanisme Kerja : Menghambat M.constrictor pupillae dan M.ciliaris lensa
mata sehingga menyebabkan midriasis dan sikloplegia (paralisis mekanisme
akomodasi). Mengikat reseptor muskarinik untuk mencegah pengaktifan pada
reseptor, sel efektor parasimpatis dan sebagai antagonis kompetitif non-selektif di
semua reseptor muskarinik di SSP dan perifer.

Indikasi : Untuk pengobatan keracunan oleh agen saraf organofosfor yang rentan
memiliki aktivitas anti-cholinesterase (inhibitor cholinesterase) serta insektisida
organofosfor atau karbamat, spasme/kejang pada kandung empedu, kandung
kemih dan usus, keracunan fosfor organik.

Efek samping :
1) Kemerahan dan kekeringan pada kulit.
2) Takikardia (mempercepat detak jantung).
3) Hiperpireksia (demam tinggi).
4) Iritasi.
5) Hiperemia (peningkatan aliran darah).
6) Edema (pembengkakan atau penimbunan cairan di dalam jaringan) dan
konjungtivitis (mata merah).
7) Peningkatan tekanan intraocular
8) Sikloplegia (kelumpuhan iris mata)
9) Midriasis
10) Pandangan kabur
11) Peningkatan rangsang susunan saraf pusat

3. Mekanisme kerja cendocarpin, indikasi dan efek samping?


Meknisme Kerja : Cendocarpin merupakan agonis kolinergik yang bekerja mirip
dengan kerja asetilkolin pada reseptor kolinergik. Obat ini berikatan dengan
reseptor pada membran sel-sel organ target mengubah permeabilitas membran sel
dan mempermudah pengaliran kalsium dan natrium ke dalam sel yang
menyebabkan stimulasi otot. Obat ini juga meningkatkan sekresi oleh kelenjar
eksokrin, dan menghasilkan kontraksi otot sfingter iris dan otot ciliary (ketika
diberikan secara topikal ke mata) dengan terutama merangsang reseptor
muskarinik. Pada agonis muskarinik, efek pada reseptor nikotinik hampir tidak
ada yang bekerja langsung mengkontriksi pupil mata, sehingga membuka kanalis
schlemm untuk menambah aliran humor aqueus (cairan).

Indikasi : Glaukoma sudut terbuka kronis (glaukoma simpel kronis), glaukoma


sndut tertutup akut, glaukoma sudut tertutup sinekia kronis (setelah dilakukan iri,
dektomi perifer), glaukoma sekunder akibat blok pupil dan setelah operasi dan
untuk pengobatan mulut kering akibat radiasi (xerostomia) dan gejala mulut
kering pada pasien dengan sindrom.

Efek Samping : Efek samping okular bzruna keratitis pungtata superfisial.


spasme otot siliar yang menyebabkan miopia, miosis, kemungkinan retinal
detachment, progresifitas katarak dan toksisitas endotel kornea_ Efek samping
sistemik termasuk berkeringat, aktivitas gastrointestinal yang meningkat, salivasi,
nausea tremor, nyeri kepala, bradikardi dan hipotensi. (KATZUNG)
4. Apa fungsi pupil mata?
Fungsi utama pupil adalah untuk menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke
bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan
yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang.

5. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap pupil mata yang diberi cendotropin?


Cendotropin mengandung atropin yang berkhasiat sebagai antikolinergik
kuat dan merupakan antagonis khusus dari efek muskarin. Atropin juga memiliki
kerja sedatif pada SSP dan memiliki daya bronkodilatasi ringan berdasarkan
peredaan otot polos bronchi. Cendotropin memberi efek midriatik (efek pelebaran
pupil mata) dan sikloplegik (melumpuhan iris atau selaput pelangi mata).
Pengaruh cahaya terhadap pupil mata ialah terjadi efek midriasis atau dilatasi
pupil mata sehingga diameter pupil menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan
karena bahwa kerja cendotropin ialah menyekat semua aktivitas kolinergik mata.
Cendotropin bekerja dengan cara menghambat respon otot sfingter iris dan otot
akomodasi badan ciliar terhadap perangsangan kolinergik, menghasilkan dilatasi
pupil (midriasis) dan paralisi akomodasi (sikloplegia). Pemberian local pada mata
menyebabkan perubahan yang lebih cepat dan berlangsung lama. Efek samping
dari obat ini adalah silau karena reflek pupil Ketika terkena cahaya dihambat.

6. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap pupil mata yang diberi cendocarpin?


Cendo carpine adalah obat obatan yang digunakan untuk mempengaruhi
dilatasi daripada pupil mata, yakni untuk miosis pupil mata atau pengecilan
diameter pupil mata. Obat-obatan ini biasa digunakan untuk pasien dengan
keluhan glaucoma atau kerusakan saraf mata yang diakibatkan oleh meningkatnya
tekanan pada bola mata. Pada keadaan terang pupil mata akan mengecil (miosis)
karena pupil mata sedang menjaga intensitas cahaya yang masuk agar tidak terlalu
banyak, sedangkan dalam keadaan gelap apupil mata akan melebar diameternya.
Hal ini dikarenakan pupil mata sedang befungsi untuk mencari dan menerima
cahaya untuk dihantarkan kedalam dan diproses untuk membentuk suatu
bayangan agar objek yang ada didepan mampu dikenali, Efek dari cendo carpine
ini sendiri adalah mengecilkan diameter pupil mata, dengan secara otomatis pada
keadaan intensitas cahaya yang sama. Pada control normal akan menunjukkan
respon normal pupil mata yakni pada orang dewasa pupil mata akan mengecil
menjadi 2mm-4 mm, pada keadaan terang dan akan membesar menjadi 4mm-
8mm pada keadaan gelap. Sedangkan pada control positif cendo carpine akan
menunjukkan angka diameter yang lebih kecil dari kedua respon tersebut diatas
terhadap intensitas cahaya yang masuk daripada control normal. Cendocarpin
dapat menimbulkan penurunan kontraksi otot siliaris mata sehingga menimbulkan
efek miosis dengan cepat, serta merangsang sekresi kelenjar yang terikat pada
kelenjar keringat, mata dan saliva. Cahaya menyebabkan pupil mata mengalami
konstriksi, sehingga sinar cahaya yang masuk menjadi sedikit.
BAB V

KESIMPULAN

Midriatik adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola mata
dapat membesar (midriasis). Miotik adalah golongan obat yang mempengaruhi kontraksi atau
ukuran pupil bola mata dapat mengecil (miosis). Pilokarpin adalah golongan obat kolinergik
yang bekerja pada reseptor antimuskarinik. Atropine adalah alkaloid derivat solanasid dari
Atropa belladonna yaitu suatu ester organik asam tropik dan tropin.

Obat midriatik adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola
mata dapat membesar (midriasis). Obat ini digunakan untuk siklopegia/memungkinkan mata
untuk fokus ke objek yang dekat dengan cara melemahkan otot siliaris (biasanya untuk
memudahkan prosedur operasi tertentu). Obat-obat golongan ini contohnya atropine sulfat.
Atropine sulfat menyebabkan midriasis dan termasuk ke dalam golongan obat antikolinergik
yang bekerja pada reseptor muskarinik.

Obat miotik adalah obat yang menyebabkan miosis (konstriksi dari pupil mata), bekerja
dengan cara membuka sistem saluran didalam mata, dimana sistem saluran tidak efektif karena
konstraksi atau kejang pada otot didalam mata yang dikenal dengan otot siliari. Biasanya
digunakan untuk pengobatan glaukoma yang bertujuan untuk mengurangi tekanan didalam mata
dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada penglihatan. Contoh obatnya yaitu, betaxolol (sebagai
penghambat beta adrenergik) dan pilokarpine (sebagai reseptor agonis muskarinik).

Berdasarkan data percobaan, mata yang diberikan 1 tetes cendotropin mengalami


pembesaran (midriasis) secara bertahap dan menjadi lebih besar dari diameter pupil kontrol
negatif. Mula-mula diameter awal pupil adalah 0,8 cm dan setelah 13 menit diameter pupil
membesar menjadi 1,3 cm. Hal ini membuktikan bahwa cendotropin yang memilikin bahan aktif
atropine sulfat 1% efektif sebagai obat midriatik. Kemudian pada mata yang diberikan 1 tetes
cendocarpin mengalami pengecilan diameter pupil, dan diameter pupil menjadi lebih kecil
(miosis) daripada diameter pupil kontrol negative. Pada saat menit pertama diameter pupil
sebesar 0,8 cm dan setelah 11 menit diameter pupil mengecil menjadi 0,3 cm. Ini membuktikan
bahwa cendocarpin yang mengandung pilokarpin HCl efektif sebagai obat miotik.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2009,.Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C.,


Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor). London : Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Assosiation

Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia (Biochemistry), terjemahan.dr. R.F. Maulany.
Jakarta: EGC

Anonim. 1995. Farmakologi dan Terapi ed.4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. 2000. Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru,
Jakarta.

BPOM RI, 2008, Atropin Sulfat, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta. Diperoleh dari: http://pionas.pom.go.id/monografi/atropin-sulfat-0 (Rabu, 6 Mei
2020)

Depkes, RI. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Goodman, L.S., and A. Gilman. 1975. The Pharmacological Basis of Therapeutics. 5th ed. New
York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J., 2014. Farmakologi Dasar & Klinik, Vol.2, Edisi
12, Editor Bahasa Indonesia Ricky Soeharsono et al., Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai