Dosen Pengampu :
Dr. Azrifitria, M. Si., Apt
Marvel, M. Farm., Apt
Suci Ahda Novitri, M. Si., Apt
Disusun oleh :
Rizky Ananda
(11181020000028)
KELOMPOK 1C
MEI 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui dan memahami kerja obat kolinergik dan antikolinergik pada hewan
percobaan
2. Mengenal dan mengamati efek midriatik dan miosis pada pupil
B. Landasan Teori
a. Mata
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan. Mata terletak
dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal sebagai
pertahanan yang baik dan kokoh. Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang
dibungkus olehtiga lapisan, yaitu sklera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina.
Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi, karena sekret mata mengandung enzim
lisozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeliminasi
orgaisme dari mata (Muzakkar, 2007).
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan,
yaitu sklera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina.Struktur mata manusia berfungsi
utama untuk memfokuskan cahaya keretina. Semua komponen–komponen yang dilewati
cahaya sebelum sampaike retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir
pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk
mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akanmenyebabkan
perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–
impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata melalui udara atau air, melewati kornea dan masuk ke
dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi di di kornea dimana terdapat
pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor tersebut merupakan massa yang
jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa mata, membantu untuk
mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting untuk kovergensi cahaya di lensa)
dan menyediakan nutrisi untuk endothelium kornea. Iris yang berada antara lensa dan
aqueous humor,merupakan cincin berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus
melewati pusat dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot
radial dan sirkular untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya yang
masuk ke mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina. Namun bila
terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di
belakang iris berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati humour
kedua untuk menju ke retina.
Obat tetes mata adalah sediaan steril atau larutan berminyak dari alkaloid berupa
larutan atau suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender
mata di sekitar kelopak mata (Farmakope Indonesia V, 2014). Obat tetes mata berupa
larutan harus jernih, bebas zarah asing, serat dan benang (Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan RI, 1979). Tetes mata harus menujukkan suatu efektifitas yang baik
tergantug secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan menunjukkan
sterilisasi (Voigt, 1994).
Obat midriatik adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran
pupil bola mata dapat membesar (midriasis). Efek midriatik biasa didapatkan dari obat
golongan simpatomimetik dan antimuskarinik, obat ini digunakan untuk
siklopegia/memungkinkan mata untuk fokus ke objek yang dekat dengan cara
melemahkan otot siliaris (biasanya untuk memudahkan prosedur operasi tertentu). Obat-
obat golongan ini contohnya atropine sulfat. Atropine sulfat menyebabkan midriasis dan
termasuk ke dalam golongan obat antikolinergik yang bekerja pada reseptor muskarinik.
Antimuskarinik ini memperlihatkan efek sentral terhadap susunan syaraf pusat, yaitu
merangsang pada dosis kecil dan mendepresi pada dosis toksik. Antimuskarinik yang
digunakan untuk mendapatkan efek perifer tanpa efek sentral, penggunaan local pada
mata sebagai midriatikum, memperoleh efek sentral, efek bronkodilatasi dan memperoleh
efek hambatan pada sekresi lambung serta gerakan saluran cerna.
Obat miotik adalah obat yang menyebabkan miosis (konstriksi dari pupil mata),
bekerja dengan cara membuka sistem saluran didalam mata, dimana sistem saluran tidak
efektif karena konstraksi atau kejang pada otot didalam mata yang dikenal dengan otot
siliari. Biasanya digunakan untuk pengobatan glaukoma yang bertujuan untuk
mengurangi tekanan didalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada
penglihatan. Contoh obatnya yaitu, betaxolol (sebagai penghambat beta adrenergik) dan
pilokarpine (sebagai reseptor agonis muskarinik).
Salah satu obat midriatikum adalah atropin sulfat. Atropin adalah zat dari
golongan antikolinergik yang digunakan untuk berbagai fungsi, terutama sebagai obat
untuk prosedur preoperatif (baik untuk operasi bedah umum maupun untuk operasi mata
katarak), sinus bradikardia, dan antidot untuk keracunan organofosfat. Atropin
menghalangi aksi muskarinik dari asetilkolin pada struktur jaringan, yang diinervasi oleh
persarafan kolinergik post ganglion, otot polos, yang respon terhadap asetilkolin
endogenus. Mekanisme kerja utama atropin adalah sebagai zat antagonisme yang
kompetitif, dimana dapat diatasi dengan cara meningkatkan konsentrasi asetilkolin pada
lokasi reseptor dari organ efektor. Contohnya adalah dengan menggunakan zat
antikolinesterase, yang menginhibisi destruksi enzimatik dari asetilkolin. Reseptor-
reseptor yang diantagonisir oleh atropin, adalah struktur jaringan perifer, yang
distimulasi, atau diinhibisi oleh muskarin, seperti kelenjar eksokrin, otot polos, otot
kardia. Efek kerja atropin, pada jantung, intestinal, dan otot bronkial, adalah lebih poten,
dan durasinya lebih panjang, dibandingkan dengan efek kerja skopolamin (suatu isomer
atropin). Namun, aksi atropin, pada badan siliar, iris, dan kelenjar sekretori tertentu, lebih
lemah dari skopolamin.
Contoh obat miotikum adalah pilocarpine HCl. Pilocarpine HCl adalah larutan
mata cholinergic agonist yang disediakan dalam bentuk tetes mata dan gel. Pilocarpine
HCl bekerja secara langsung dengan efek parasimpatometik. Pilocarpine bekerja dengan
menstimulasi reseptor muskarinik dan otot polos pada iris dan kelenjar sekresi.
Pilocarpine membuat otot silier berkontraksi dan mengakibatkan peningkatan tekanan
pada scleral spur dan membuka rongga trabekular meshwork sehingga dapat
meningkatkan aliran pembuangan Aqueus Humour (AH). Pembuangan AH dan
penurunan resistensi pada trabekuler meshwok membuat penurunan tekanan intraokuler.
Selain itu pilocarpine juga memiliki efek miosis melalui kontraksi otot iris sehingga
membuat sudut iris dengan kornea terbuka. Pilocarpine dapat menurunkan tekanan
intraokuler pada pasien dengan glaukoma.
b. Cedocarpine
c. Cendotropine
2. Midriatik praoperasi
1 tetes + 1 larutan fenilefrin 2,5% atau 10% sebelum pembedahan.
4. Glaukoma malignant
Awal 1 tetes bersamaan dengan pemberian 1 tetes larutan fenilefrin 2,5% atau
10%, 3 atau 4 kali sehari (Katzung B.G., 2002).
BAB II
SOAL
2 0,8 1 0,6
3 0,8 1 0,6
2 0,8 1 0,6
3 0,8 1 0,6
Pada praktikm kali ini di lakukan percobaan Midriatik dan Miotik. Midriatik
adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola mata dapat
membesar (midriasis). Sedangakan miotik adalah golongan obat yang mempengaruhi
kontraksi atau ukuran pupil bola mata dapat mengecil (miosis). Pada percobaan ini
menggunakan dua macam obat yaitu Atropin Sulfat dan Pilokarpin HCl. Hewan yang
digunakan untuk percobaan ini adalah tikus. Pada percobaan ini langkah pertama
yang di lakukan adalah menentukan letak pupil bola mata tikus terlebih dahulu.
Kemudian di ukur dengan menggunakan penggaris diameter pupil terhadap cahaya
gelap (tidak menggunakan senter), kemudian di lakukan uji reflex pupil terhadap
cahaya terang (dengan menggunakan senter). Kemudian di bandingkan ukuran pupil
pada saat sebelum di beri cahahaya dan setelah di beri cahaya.
B. Pembahasan Soal
1. Apa perbedaan kolinergik, antikolinergik, simpatolitik, simpatomimetik,
parasimpatolitik, parasimpatomimetik?
Kolinergik (perangsang system saraf parasimpatis) : Golongan obat-
obatan yang ditujukan atau digunakan untuk merangsang respon sistem saraf
parasimpatis yang masuk kedalam golongan obat otonom atau obat yang
bekerja pada sisten saraf otonom (SSO) yakni bekerja pada sistem saraf
parasimpatis dan dibutuhkan saat kondisi asetilkolin dalam tubuh lebih rendah
dari keadaan normal.
Indikasi : Untuk pengobatan keracunan oleh agen saraf organofosfor yang rentan
memiliki aktivitas anti-cholinesterase (inhibitor cholinesterase) serta insektisida
organofosfor atau karbamat, spasme/kejang pada kandung empedu, kandung
kemih dan usus, keracunan fosfor organik.
Efek samping :
1) Kemerahan dan kekeringan pada kulit.
2) Takikardia (mempercepat detak jantung).
3) Hiperpireksia (demam tinggi).
4) Iritasi.
5) Hiperemia (peningkatan aliran darah).
6) Edema (pembengkakan atau penimbunan cairan di dalam jaringan) dan
konjungtivitis (mata merah).
7) Peningkatan tekanan intraocular
8) Sikloplegia (kelumpuhan iris mata)
9) Midriasis
10) Pandangan kabur
11) Peningkatan rangsang susunan saraf pusat
KESIMPULAN
Midriatik adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola mata
dapat membesar (midriasis). Miotik adalah golongan obat yang mempengaruhi kontraksi atau
ukuran pupil bola mata dapat mengecil (miosis). Pilokarpin adalah golongan obat kolinergik
yang bekerja pada reseptor antimuskarinik. Atropine adalah alkaloid derivat solanasid dari
Atropa belladonna yaitu suatu ester organik asam tropik dan tropin.
Obat midriatik adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola
mata dapat membesar (midriasis). Obat ini digunakan untuk siklopegia/memungkinkan mata
untuk fokus ke objek yang dekat dengan cara melemahkan otot siliaris (biasanya untuk
memudahkan prosedur operasi tertentu). Obat-obat golongan ini contohnya atropine sulfat.
Atropine sulfat menyebabkan midriasis dan termasuk ke dalam golongan obat antikolinergik
yang bekerja pada reseptor muskarinik.
Obat miotik adalah obat yang menyebabkan miosis (konstriksi dari pupil mata), bekerja
dengan cara membuka sistem saluran didalam mata, dimana sistem saluran tidak efektif karena
konstraksi atau kejang pada otot didalam mata yang dikenal dengan otot siliari. Biasanya
digunakan untuk pengobatan glaukoma yang bertujuan untuk mengurangi tekanan didalam mata
dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada penglihatan. Contoh obatnya yaitu, betaxolol (sebagai
penghambat beta adrenergik) dan pilokarpine (sebagai reseptor agonis muskarinik).
Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia (Biochemistry), terjemahan.dr. R.F. Maulany.
Jakarta: EGC
Anonim. 1995. Farmakologi dan Terapi ed.4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. 2000. Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru,
Jakarta.
BPOM RI, 2008, Atropin Sulfat, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta. Diperoleh dari: http://pionas.pom.go.id/monografi/atropin-sulfat-0 (Rabu, 6 Mei
2020)
Depkes, RI. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Goodman, L.S., and A. Gilman. 1975. The Pharmacological Basis of Therapeutics. 5th ed. New
York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J., 2014. Farmakologi Dasar & Klinik, Vol.2, Edisi
12, Editor Bahasa Indonesia Ricky Soeharsono et al., Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta