Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. V/No.

3/Mar/2016

KREDIT MACET DAN PENERAPAN PRINSIP dana titipan masyarakat, baik dalam bentuk
KEHATI-HATIAN DALAM PERBANKAN1 tabungan, giro maupun deposito.3
Oleh: Detisa Monica Podung2 Sadar akan vitalnya peran dunia perbankan,
maka pemerintah telah cukup mencurahkan
ABSTRAK perhatian pada penyempurnaan peraturan-
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk peraturan hukum di bidang perbankan. Bahkan
menegetahui bagaimana prinsip-prinsip dalam peraturan yang berhubungan dengn prinsip
pemberian kredit bank dan bagaimana kehati-hatian pun (prudential regulation) sudah
penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam sangat memadai. Namun demikian,
mengantisipasi terjadinya kredit macet. kelengkapan peraturan terutama menyangkut
Metode penelitian yang digunakan dalam prinsip kehati-hatian tidaklah cukup untuk
penelitian i9ni adalah metode penelitian yuridis dijadikan tolak ukur bahwa perbankan nasional
normatif dan dapat disimpulkan: 1. Bank dalam lepas dari segala permasalahan.4
melakukan pemberian kredit kepada debitur, Dalam prakteknya masih banyak bank-bank
diwajibkan dan harus berpedoman serta yang terkendala masalah. Salah satu faktor
memperhatikan asas-asas perkreditan yang yang membuat sistem perbankan nasional
sehat dan kepada prinsip kehati-hatian keropos adalah akibat perilaku para pengelola
sebagaimana di atur dalam Pasal 8 UU No. 10 dan pemilik bank yang cenderung
Tahun 1998 tentang Perbankan. Selain itu bank mengeksploitasi dan atau mengabaikan prinsip
harus melakukan penilaian yang saksama kehati-hatian (prudential banking principle)
terhadap watak (character), kemampuan dalam berusaha.
(capacity), modal (capital), agunan (collateral)
dan kondisi ekonomi (condition of economy) B. Rumusan Masalah
dari debitur yang dikenal dengan prinsip 5 C’s. 1. Bagaimana prinsip-prinsip dalam
Selain prinsip 5 C’s, bank juga harus pemberian kredit bank?
menerapkan prinsip 5 P. 2. Penerapan prinsip 2. Bagaimana penerapan Prinsip Kehati-hatian
kehati-hatian (prudential banking principle) dalam mengantisipasi terjadinya kredit
dalam pemberian kredit dapat diartikan sebagai macet?
prinsip yang diterapkan oleh bank dalam
menjalankan usahanya, agar senantiasa sesuai C. Metode Penelitian
dengan ketentuan-ketentuan perbankan yang Metode yang digunakan dalam
berlaku, guna menghindari penyimpangan penulisan Skripsi ini adalah
praktek perbankan yang tidak sehat dan untuk metodependekatan yuridis normatif, dimana
meminimalisasi kerugian yang terjadi pada penelitian yang dilakukan adalah dengan
bank seperti kredit macet. cara meneliti bahan-bahan kepustakaan yang
Kata kunci: Kredit macet, prinsip kehati-hatian, ada (library research), yang berhubungan
perbankan. dengan judul Skripsi yang sedang diteliti.
Adapun bahan-bahan pustaka sebagai data
PENDAHULUAN sekunder yang diteliti itu antara lain berupa
A. Latar Belakang Undang-undang dalam hal ini UU No. 10
Bisnis perbankan memang merupakan bisnis Tahun 1998 tentang Perbankan sebagai bahan
penuh resiko. Pada satu sisi, bisnis ini hukum primer, buku-buku literatur, dan
menjanjikan keuntungan besar apabila dikelola tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan
secara baik dan hati-hati. Di sisi lain, menjadi Tindak Pidana Pencucian uang sebagai bahan
penuh resiko (full risk business) karena hukum sekunder, serta Kamus baik Kamus
aktivitasnya sebagian besar mengandalkan Hukum maupun kamus yang dapat
memberikan bantuan dalam menjelaskan
pengertian-pengertian yang terdapat dalam
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Engelien R. literatur dan tulisan lainnya sebagai bahan
Palandeng, SH, MH; Prof. Dr. Ronald J. Mawuntu, SH, MH
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Ibid.
4
120711227 Ibid.

49
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016

hukum tertier. Bahan-bahan yang sudah kerugian sehubungan dengan transaksi


terkumpul, kemudian di analisis secara nasabah yang dilakukan melalui bank”.
kualitatif.
2. Prinsip Kehati-hatian;
PEMBAHASAN Prinsip kehati-hatian adalah satu prinsip
A. Prinsip-Prinsip Dalam Pemberian Kredit yang menegaskan bahwa bank dalam
Bank menjalankan kegiatan usaha baik dalam
Sesuai dengan UU No. 7 Tahun 1992 yang penghimpunan terutama dalam penyaluran
telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 dana kepada masyarakat harus sangat
tentang Perbankan, dalam melakukan berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip
pemberian kredit, bank diwajibkan untuk kehati-hatian ini agar bank selalu dalam
memperhatikan asas-asas perkreditan yang keadaansehat menjalankan usahanya
sehat. Dalam Pasal 8 UU No. 7 Tahun 1992 yang dengan baik dan mematuhi ketentuan-
telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 ketentuan dan norma-norma hukum yang
tentang Perbankan ditentukan bahwa:5 berlaku di dunia perbankan.8Prinsip kehati-
(1) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan hatian terdapat dalam Pasal 2 dan Pasal 29
berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998, sebagai
wajib mempunyai keyakinan berdasarkan berikut.
analisis yang mendalam atau itikad baik dan Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 berbunyi:
kemampuan serta kesanggupan Nasabah “Perbankan Indonesia dalam melakukan
Debitor untuk melunasi utangnya atau usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
mengembalikan pembiayaan dimaksud dengan menggunakan prinsip kehati-
sesuai dengan yang diperjanjikan; hatian’9
(2) Bank Umum wajib memiliki dan Pasal 29 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998
menerapkan pedoman perkreditan dan berbunyi: “Bank wajib memelihara tingkat
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas
oleh Bank Indonesia. manajemen, likuiditas, rentabilitas,
Untuk kelancaran pemberian kredit, maka solvabilitas dan aspek lain yang
ada prinsip-prinsip yang harus diterapkan oleh berhubungandengan usaha bank, dan wajib
bank sebagai berikut: melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
1. Prinsip Kepercayaan; prinsip kehati-hatian”.10
Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang Sebelum bank memberikan kredit, bank
melandasi hubungan antara bank dan harus melakukan penilaian yang saksama
nasabah bank. Bank berusaha dari dana dan melaksanakan lima prinsip yang
masyarakat yang disimpan berdasarkan menjadi bagian dari prinsip kehati-hatian,
kepercayaan, sehingga setiap bank perlu yang dikenal dengan prinsip 5 C’s, sebagai
menjaga kesehatan banknya dengan tetap berikut:11
memelihara dan mempertahankan
kepercayaan masyarakat.6 Prinsip a. Penilaian watak/kepribadian
kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) (Character)
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang Penilaian watak atau kepribadian calon
berbunyi:7 “Untuk kepentingan nasabah, debitur dimaksudkan untuk
bank wajib menyediakan informasi mengetahui kejujuran dan itikad baik
mengenai kemungkinan timbulnya resiko calon debitur untuk melunasi atau
mengembalikan pinjamannya,sehingga

5 8
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, edisi revisi, kuliahade’s blog, Op- Cit
9
Mandar Maju, Bandung, 2012, hlm. 316. Sentosa Sembiring, Op-Cit, hlm. 313.
6 10
kuliahade’s blog, Hukum Perbankan: Asas dan Prinsip Ibid,hlm. 323.
11
Perbankan, diakses tanggal 25 Januari 2016. Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman, Op-Cit, hlm. 273-
7
Sentosa Sembiring, Op-Cit, hlm. 324. 274.

50
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016

tidak akan menyulitkan bank di tambahan modal, dan biasanya lebih


kemudian hari. Hal ini dapat diperoleh sedikit dari pokoknya.13
terutama didasarkan kepada hubungan d. Penilaian terhadap agunan (Collateral)
yang telah terjalin antara bank dan Untuk menanggung pembayaran kredit
(calon) debitur atau informasi yang macet dikarenakan debitur
diperoleh dari pihak lain yang wanprestasi, maka calon debitur
mengetahui moral, kepribadian dan umumnya menyediakan jaminan
perilaku calon debitur dalam kehidupan berupa agunan yang berkualitas tinggi
kesehariannya. dan mudah dicairkan yang nilainya
b. Penilaian kemampuan (Capacity) minimal sebesar jumlah kredit atau
Bank harus meneliti tentang keahlian pembiayaan yang diberikan kepadanya.
calon debitur dalam bidang usahanya Untuk itu sudah seharusnya bank wajib
dan kemampuan manajerialnya, meminta agunan tambahan dengan
sehingga bank yakin bahwa usaha yang maksud jika calon debitur tidak dapat
akan dibiayainya dikelola oleh orang- melunasi kreditnya, maka agunan
orang yang tepat, sehingga calon tambahan tersebut dapat dicairkan
debiturnya dalam jangka waktu guna menutupi pelunasan atau
tertentu mampu melunasi atau pengembangan kredit atau pembiayaan
mengembalikan pinjamannya. Kalau yang tersisa.
kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak e. Penilaian terhadap prospek usaha
layak diberikan kredit dalam skala nasabah debitur (Condition of
besar. Demikian juga jika trend economy)
bisnisnya atau kinerja bisnisnya Bank harus menganalisis keadaan pasar
menurun, maka kredit juga semestinya di dalam dan di luar negeri, baik masa
tidak diberikan. Kecuali jika penurunan lalu maupun yang akan datang,
itu karena kekurangan biaya, sehingga sehingga masa depan pemasaran dari
dapat diantisipasi bahwa dengan hasil proyek atau usaha calon debitur
tambahan biaya lewat peluncuran yang dibiayai dapat pula diketahui.
kredit, maka trend atau kinerja 3. Prinsip Kerahasiaan;
bisnisnya tersebut dipastikan akan Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal
semakin membaik.12 40 sampai dengan Pasal 44 A UU No. 10
c. Penilaian terhadap modal (Capital) Tahun 1998. Pasal 40 mewajibkan bank
Bank harus melakukan analisis untuk merahasiakan keterangan mengenai
terhadap posisi keuangan secara nasabah penyimpan dan simpanannya.
menyeluruh mengenai masa lalu dan Namun dalam ketentuan tersebut
yang akan datang, sehingga dapaat kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa
diketahui kemampuan permodalan pengecualian. Kewajiban merahasiakan itu
calon debitur dalam menunjang dikecualikan untuk dalam hal-hal
pembiayaan proyek atau usaha calon kepentingan pajak, penyelesaian utang
debitur yang bersangkutan. Dalam piutang bank yang sudah diserahkan
praktek selama ini, bank jarang sekali kepada Badan Urusan Piutang dan
memberikan kredit untuk membiayai Lelang/Panitia Urusan Piutang Negara
seluruh dana yang diperlukan nasabah. (UPLN/PUPN), untuk kepentingan
Nasabah wajib menyediakan modal pengadilan perkara pidana, dalam perkara
sendiri, sedangkan kekurangannya itu perdata antara bank dengan nasabah, dan
dapat dibiayai dengan kredit bank. dalam rangka tukar menukar informasi
Bank fungsinya hanya menyediakan antar bank.14

13
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit;
Suatu Tinjauan Yuridis, Djambatan, Jakarta, 1995, hlm. 33-
34.
12 14
Munir Fuady, Op-Cit, hlm. 23. kuliah’sade blog, Op-Cit.

51
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016

4. Prinsip Mengenal Nasabah; 3/10/PBI/2002 tentang Prinsip Mengenal


Sebagai salah satu entry bagi masuknya Nasabah (know your customer principle).18
uang hasil tindak kejahatan, bank atau Menurut Peraturan Bank Indonesia
perusahaan jasa keuangan lain harus tersebut, prinsip mengenal nasabah adalah
mengurangi resiko digunakannya sebagai prinsip yang diterapkan bank untuk
sarana pencucian uang dengan cara mengetahui identitas nasabah, memantau
mengenal dan mengetahui identitas kegiatan transaksi nasabah, termasuk
nasabah, memantau teransaksi, dan pelaporan transaksi yang mencurigakan.
memelihara profil nasabah, serta Yang dimaksud dengan nasabah disini
melaporkan adanya transaksi-transaksi adalah pihak yang menggunakan jasa bank
yang mencurigakan yang dilakukan oleh dan meliputi perorangan, perusahaan
pihak yang menggunakan jasa bank atau (termasuk yayasan dan badan sejenis
perusahaan jasa keuangan lain.15 lainnya), lembaga pemerintah, lembaga
Penerapan prinsip mengenal nasabah atau internasional, dan perwakilan negara asing
lebih dikenal umum dengan ’know your serta bank.19
customer principle’ (KYC principle) ini Latar belakang Bank Indonesia
didasari pertimbangan bahwa prinsip mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
mengenal nasabah tidak saja penting dalam (PBI) tersebut adalah karena semakin
rangka pemberantasan kejahatan berkembangnya kegiatan usaha perbankan
pencucian uang, tetapi juga dalam rangka sehingga bank diperhadapkan pada
penerapan prudential banking untuk berbagai resiko, baik resiko operasional,
melindungi bank atau perusahaan jasa hukum, terkonsentrasinya transaksi,
keuangan lain dari berbagai resiko dalam maupun resiko reputasi. 20
berhubungan dengan nasabah dan counter- Resiko operasional merupakan resiko
party. Khususnya terhadap para nasabah, kerugian yang secara langsung atau tidak
pihak bank, atau perusahaan jasa keuangan langsung bersumber dari internal atau
lain harus mengenali para nasabah agar eksternal bank. Dalam konteks KYCP (Know
bank atau perusahaan jasa keuangan lain Your Customer Principle), resiko ini
tidak terjerat di dalam kejahatan pencucian berhubungan dengan penerapan
uang.16 operasional perbankan, pengawasan
Prinsip mengenal nasabah ini merupakan internal, dan due deligenceyang kurang
rekomendasi FATF, yang merupakan prinsip memadai.21
ke-15 dari 25 Core Principles for Effective Resiko hukum berkaitan dengan
Banking Supervision dan Basel kemungkinan bank menjadi target
Committee.17 Pengenalan terhadap pengenaan sanksi karena tidak mematuhi
nasabah harus dilakukan mulai dari standar KYCP (Know Your Customer
identitas nasabah, prosedur penerimaan Principle) dan gagal melaksanakan due
nasabah, me-monitoring nasabah secara deligenceyang diperlukan terhadap
22
kontinu, dan kemudian melaporkan kepada nasabah. Dalam hal ini bank dapat
pihak yang berwenang. dikenakan denda atau sanksi lainnya oleh
Lahirnya prinsip mengenal nasabah di otoritas pengawas bank atau bahkan
Indonesia sekitar tanggal 18 Juni 2002 dikenakan pertanggungjawaban pidana
dimana Bank Indonesia mengeluarkan oleh pihak yang berwajib. Penyelesaian
Peraturan Bank Indonesia Nomor masalah melalui pengadilan dapat
menimbulkan implikasi biaya yang sangat

15
Adrian Sutedi, Hukum perbankan, Suatu Tinjauan
18
Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan Kepailitan, Sinar Ibid, hlm.148
19
Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 72-73. Ibid.
16 20
Ibid. Yunus Husein, Op-Cit, hlm.31.
17 21
Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, PT Citra Ibid.
22
Aditya Bakti, Bandung, 2008, hlm.147. Ibid.

52
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016

besar bagi bank sehingga mempengaruhi 4. kebijakan dan prosedur manajemen


bisnis perbanakan yang bersangkutan. resiko yang berkaitan dengan
Resiko konsentrasi terkait dengan sisi aktiva penerapan prinsip mengenal nasabah.25
dan pasiva bank.23 Dalam praktek Peraturan Bank Indonesia ini menentukan
pengawasan, pengawas bank tidak hanya bahwa sebelum melakukan transaksi
berkepentingan dengan sistem informasi dengan nasabah, bank wajib meminta
untuk mengidentifikasikan konsentrasi informasi mengenai antara lain identitas
kredit yang dijalankan bank, tetapi juga calon nasabah, maksud dan tujuan
penerapan prinsip kehati-hatian oleh bank diadakan transaksi dan meminta informasi
dalam menyalurkan kredit terhadap lainnya serta identitas lain yang lebih
seseorang atau grup kreditur. Tanpa lengkap (Pasal 4).Identitas calon nasabah
mengenal identitas nasabah secara pasti harus dapat dibuktikan dengan adanya
dan memahami hubungan antara nasabah dokumen-dokumen pendukung dan bank
yang satu dengan nasabah-nasabah lainnya, diwajibkan untuk meneliti kebenaran
sulit bagi bank untuk mengatasi resiko dokumen pendukung itu. Bahkan bila perlu,
konsentrasi tersebut. Sementara itu di sisi bank dapat melakukan wawancara dengan
pasiva,resiko konsentrasi berhubungan calon nasabah untuk meyakini keabsahan
dengan resiko dana, khususnya dalam hal dan kebenaran dokumen-dokumen itu.26
terjadi penarikan secara tiba-tiba dalam Dalam pemberian kredit kepada calon
jumlah yang besar oleh nasabah yang debitur, selain prinsip-prinsip yang sudah
berakibat pada likuidasi bank yang disebutkan di atas, bank harus pula mengetahui
bersangkutan. Untuk ini bank perlu tujuan penggunaan kredit dan rencana
melakukan analisa terhadap adanya pengembangan kreditnya serta urgensi dari
konsentrasi simpanan, memahami kredit yang diminta calon debiturnya. Oleh
karakteristik simpanan termasuk identitas karena itu, masih ada prinsip-prinsip lain yang
deposan dan hal-hal apa saja yang dapat harus diterapkan oleh bank selain prinsip 5 C’s
menghubungkan deposan tersebut dengan di atas, yaitu prinsip 5 P, sebagai berikut:27
simpanan deposan lainnya. 1. Party (Para Pihak)
Resiko reputasi berhubungan dengan hal- Para pihak merupakan titik sentral yang
hal yang berpotensi mempengaruhi diperhatikan dalam setiap pemberian
penilaian masyarakat terhadap praktek- kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus
praktek yang dijalankan oleh suatu bank memperoleh suatu ‘kepercayaan’ terhadap
yang dapat mengakibatkan berkurangnya para pihak, dalam hal ini debitur, misalnya
kepercayaan masyarakat terhadap bagaimana karakter, kemampuannya dan
integritas bank yang bersangkutan.24 sebagainya.
Untuk penerapan prinsip mengenal 2. Purpose (Tujuan)
nasabah ini, bank wajib menetapkan Tujuan dari pemberian kredit juga sangat
beberapa hal, yakni: penting diketahui oleh pihak kreditor.
1. kebijakan penerimaan nasabah; Harus dilihat apakah kredit akan digunakan
2. kebijakan dan prosedur dalam untuk hal-hal yang positif yang benar-benar
mengidentifikasi nasabah; dapat menaikkan income perusahaan dan
3. kebijakan dan prosedur pemantauan harus pula diawasi agar kredit tersebut
terhadap rekening dan transaksi benar-benar diperuntukkan untuk tujuan
nasabah; seperti diperjanjikan dalam suatu
perjanjian kredit.

25
N.H.T. Siahaan, Money Laundering, Pencucian Uang dan
Kejahatan Perbankan,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
2002, hlm.80.
26
Ibid.
23 27
Ibid, hlm.32. Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman, Op-Cit, hlm. 275-
24
Ibid, hlm.31. 276.

53
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016

3. Payment (Pembayaran) Kemampuan membayar dari pihak debitur


Harus pula diperhatikan apakah sumber tentu saja juga mesti dipertimbangkan,
pembayaran kredit dari calon debitur cukup yaitu apakah kemampuan bayar tersebut
tersedia dan cukup aman, sehingga dengan match dengan schedule pembayaran
demikian diharapkan bahwa kredit yang kembali dari kredit yang akan diberikan
akan diluncurkan tersebut dapat dibayar bank. Ini juga merupakan hal yang tidak
kembali oleh debitur yang bersangkutan. boleh diabaikan.
Dalam hal ini harus dilihat dan dianalisis 3. Risk Bearing Ability (Kemampuan
apakah setelah pemberian kredit nanti, Menanggung Resiko)
debitur punya sumber pendapatan, dan Hal lain yang perlu diperhitungkan juga
apakah pendapatan tersebut yaitu sejauh mana terdapatnya
mencukupiuntuk membayar kembali kemampuan debitur untuk menanggung
kreditnya. resiko. Misalnya dalam hal terjadi hal-hal di
4. Profitability (Perolehan laba) luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama
Unsur perolehan laba oleh debitur tidak jika dapat menyebabkan timbulnya kredit
kurang pula pentingnya dalam suatu macet. Untuk itu harus diperhitungkan
pemberian kredit. Untuk itu, kreditor harus apakah misalnya jaminan dan/atau asuransi
berantisipasi apakah laba yang akan barang atau kredit sudah cukup aman
diperoleh oleh perusahaan lebih besar untuk menutupi resiko tersebut.30
daripada bunga pinjaman dan apakah
pendapatan perusahaan dapat menutupi B. Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam
pembayaran kembali kredit, cash flow, dan Mengantisipasi Terjadinya Kredit Macet
sebagainya. Prinsip kehati-hatian adalah suatu asas atau
5. Protection (Perlindungan) prinsip yang menyatakan bahwa dalam
Diperlukan suatu perlindungan terhadap menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya,
kredit oleh perusahaan debitur. Untuk itu, bank wajib bersikap hati-hati (prudent) dalam
perlindungan dari kelompok perusahaan, rangka melindungi dana masyarakat yang
atau jaminan dari holding, atau jaminan dipercayakan kepadanya.31 Faktor keyakinan
pribadi pemilik perusahaan penting bank sebagai perwujudan prinsip kehati-hatian
diperhatikan. Terutama untuk berjaga-jaga dalam pemberian kredit diperoleh dari
sekiranya terjadinya hal-hal di luar skenario penilaian bank terhadap calon debitur. Hal ini
atau di luar prediksi semula. 28 dapat dilakukan dengan cara menerapkan
Selain prinsip 5 C’s dan prinsip 5 P kriteria-kriteria yang telah menjadi standar
seperti sudah disebutkan di atas, bank dalam dalam dunia perbankan, sebagaimana yang
memberikan kredit, juga menggunakan prinsip dikenal dengan self regulatory banking. Ada 5
3 R, sebagai berikut:29 (lima) kriteria atau faktor yang dapat dijadikan
1. Returns (Hasil yang Diperoleh) pegangan pelaksanaan prinsip kehati-hatian
Returns, yakni hasil yang diperoleh debitur, yang telah secara luas diketahui oleh
dalam hal ini ketika kredit telah masyarakat, yakni:32
dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh 1. Watak (Character); yang berarti bank harus
calon kreditor. Artinya perolehan tersebut dapat menilai calon debitur memiliki
mencukupi untuk membayar kembali kredit karakter dan sifat yang baik untuk
beserta bunga, ongkos-ongkos, di samping melaksanakan kewajiban pembayaran
membayar keperluan perusahaan yang lain kredit.
seperti untuk cash flow, kredit lain jika ada, 2. Kemampuan (Capacity); yang berarti bank
dan sebagainya. harus dapat menilai calon debitur memiliki
2. Repayment (Pembayaran Kembali) kemampuan secara ekonomis sekarang dan
masa mendatang untuk membayar kredit.
30
Munir Fuady, Op-Cit, hlm. 25-27.
28 31
Munir Fuady, Op-Cit, hlm. 24-26. Rachmadi Usman, Op-Cit, hlm. 18.
29 32
Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman, Op-Cit, hlm. 276. Marwan Effendy, Op-Cit, hlm. 44.

54
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016

3. Modal (Capital); yang berarti bank harus 4. Sistem Informasi Debitur, mengenai:
dapat menilai calon debitur memiliki aset a. Identitas debitur;
ekonomi yang dapat dijadikan sarana calon b. Perjanjian kredit (representation and
debitur melaksanakan kewajiban. warranties).
4. Jaminan (Collateral); yang berarti bank 5. Penerapan prinsip mengenal nasabah.
harus dapat menilai asset calon debitur Dalam perspektif prinsip kehati-hatian (The
yang dijaminkan memiliki nilai ekonomis prudential principle of banking) , maka seluruh
yang proposional dengan jumlah kredit keputusan harus dilakukan dengan mengacu
yang diberikan. pada prinsip kehati-hatian, terutama setiap
5. Kondisi ekonomi (Condition of economy); keputusan yang berhubungan dengan
yang berarti bank harus dapat menilai pengeluaran uang seperti penyaluran kredit.
stabilitas kondisi ekonomi dan keuangan Kasus kredit macet hingga menyebabkan
calon debitur saat peminjaman maupun ‘collaps’nya sebuah bank menjadi bukti akan
pengembaliannya. ketidak hati-hatian tersebut terjadi.35
Meskipun UU Perbankan UU No. 10 Tahun Penerapan atau implementasi prinsip kehati-
1998 tidak mensyaratkan adanya ‘jaminan hatian dan kesehatan bankdalam aspek
(collateral)’, tetapi berdasarkan self regulatory perkreditanmerupakan hal penting guna
banking (ketentuan perkreditan) yang berlaku mewujudkan sistem perbankan yang sehat,
pada masing-masing bank, jaminan tersebut kuat dan kokoh.
mutlak diperlukan untuk menghindari resiko,
mengingat secara represif kreditur dapat PENUTUP
menyita dan melelang jaminan tersebut guna A.Kesimpulan
menutupi kewajiban debitur yang kreditnya 1. Bank dalam melakukan pemberian kredit
macet (apabila debitur yang dalam kepada debitur, diwajibkan dan harus
perjanjiannyamenyertakan jaminan berupa berpedoman serta memperhatikan asas-
agunan). Kekuasaan kreditur ini disebut beding asas perkreditan yang sehat dan kepada
vaaneigenmatigeverkoop, yang dilegalisir oleh prinsip kehati-hatian sebagaimana di atur
Pasal 11 ayat (2) huruf e UU Hak Tanggungan dalam Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998
Atas Tanah.33 tentang Perbankan. Selain itu bank harus
Selain penerapan 5 (lima) kriteria yang melakukan penilaian yang saksama
dikenal dengan 5 C’s seperti yang disebutkan di terhadap watak (character), kemampuan
atas, maka dalam mengatisipasi terjadinya (capacity), modal (capital), agunan
kredit bermasalah atau kredit macet, ada (collateral) dan kondisi ekonomi (condition
beberapa hal lain yang harus diterapkan oleh of economy) dari debitur yang dikenal
perbankan sebagai implementasi prinsip kehati- dengan prinsip 5 C’s. Selain prinsip 5 C’s,
hatian, sebagai berikut:34 bank juga harus menerapkan prinsip 5 P.
1. Kewajiban penyusunan dan pelaksanaan 2. Penerapan prinsip kehati-hatian (prudential
perkreditan bank, yang meliputi: banking principle) dalam pemberian kredit
a. Kebijakan tertulis mengenai kredit; dapat diartikan sebagai prinsip yang
b. Perjanjian kredit. diterapkan oleh bank dalam menjalankan
2. Batas Maksimum Pemberian Kredit usahanya, agar senantiasa sesuai dengan
3. Penilaian Kualitas Aktiva: ketentuan-ketentuan perbankan yang
a. Penilaian 5 C’s; berlaku, guna menghindari penyimpangan
b. Satuan kerja penyelamatan kredit praktek perbankan yang tidak sehat dan
untuk menangani kredit bermasalah; untuk meminimalisasi kerugian yang terjadi
c. Perjanjian kredit (dispute settlement pada bank seperti kredit macet.
caluse).

33
Ibid,hlm. 45.
34
Dwisanti Wulandari, Prinsip Kehati-hatian Dalam
35
Perjanjian Kredit Bank, Tesis, Universitas Diponegoro, Irham Fahmi, Pengantar Perbankan: Teori dan Aplikasi,
Semarang, 2009, diakses tanggal 30 Januari 2016. Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 15.

55
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016

B.Saran ......................, Hukum Perbankan; Suatu


1. Dalam pemberian kredit terhadap debitur, Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi
bank harus benar-benar menerapkan dan Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.
prinsip-prinsip perbankan sebagaimana Syahdeini, Sutan, Remy., Sudah Memadaikah
sudah diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998, Perlindungan Yang Diberikan Oleh Hukum
khususnya Pasal 8. Kepada Nasabah Penyimpan Dana,Orasi
2. Penerapan prinsip kehati-hatian (prudential Ilmiah Dalam Rangka Memperingati Dies
banking principle) mutlak dan harus Natalis XL/Lustrum VIII UNAIR, Surabaya,
dilaksanakan oleh pihak perbankan, bank 1994.
tidak collaps akibat terjadinya kredit macet. ......................, Bank Indonesia Sebagai
Penggerak Utama Reformasi Peraturan
DAFTAR PUSTAKA Perundang-undagan, Pidato Ilmiah Dalam
Effendy, Marwan.,Kapita Selekta Hukum Rangka Penerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu
Pidana; Perkembangan dan Isu-Isu Aktual Hukum Pada FH UNAIR, Surabaya, 1996.
Dalam Kejahatan Finansial dan Korupsi, Suyatno, Thomas dkk., Dasar-Dasar
Referensi, Jakarta, 2012. Perkreditan, cetakan ketiga, Gramedia,
Fuady, Munir., Hukum Perbankan Modern, PT Jakarta, 1998.
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999. Sentosa Sembiring., Hukum Perbankan, edisi
......................, Hukum Perbankan Kontemporer, Revisi, Mandar Maju, Bandung, 2012.
PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. UsmanRachmadi., Aspek-Aspek Hukum
Fahmi, Irham., Pengantar Perbankan; Teori dan Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka
Aplikasi, Alfabeta, Bandung, 2014. Utama, Jakarta, 2001.
Gazali, Djoni. S. Dan RachmadiUsman., Hukum Wulandari, Dwisanti., Prinsip Kehati-hatian
Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012. Dalam Perjanjian Kredit Bank, Tesis, UNDIP,
Husein, Yunus., Penerapan Prinsip Mengenal Semarang, 2009.
Nasabah oleh Bank, Yayasan Pengembangan
Hukum Bisnis, Jakarta, 2003. Sumber Lain:
Kasim, Ali Said., Penerapan Know Your Golballavebookx.blogspot.co.id, Pengertian
Customer Principle Di Indonesia, Yayasan Kredit Macet, diakses tanggal 30 Januari
Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2003. 2016.
Machmoedin., Kredit Bermasalah, Pustaka Raypratama.blogspot.co.id, Pengertian Kredit
Sinar harapan, Jakarta, 2004. dan Jenis-Jenisnya, diakses tanggal 30
Nasution, Anwar., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Januari 2016.
Pembinaan dan Pengawasan Perbankan Siamat, Pengertian Kredit Macet, Penyebab dan
Dalam Rangka Pemantapan Kepercayaan cara Penyelesaian Kredit Macet, diakses
Kepada Masyarakat Terhadap Industri tanggal 30 Januari 2016.
Perbankan, Makalah Pada “Seminar
Pertanggungjawaban Bank Terhadap
Nasabah’, Departemen Kehakiman, BPHN,
Jakarta, 1997.
Pradjoto., Mekanisme Pemberian Kredit dan
Penyelesaian Kredit Bermasalah, Jakarta,
2006.
SulchanRizani, Pelaksanaan Prinsip Kehati-
hatian Bank Dalam Pemberian Kredit Kecil Di
Bank Jogya, FH UII, Yogyakarta.
Siahaan, N.H.T., Money Laundering: Pencucian
uang dan Kejahatan Perbankan, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 2002.
Sutedi, Adrian., Tindak Pidana Pencucian Uang,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008.

56

Anda mungkin juga menyukai