3/Mar/2016
KREDIT MACET DAN PENERAPAN PRINSIP dana titipan masyarakat, baik dalam bentuk
KEHATI-HATIAN DALAM PERBANKAN1 tabungan, giro maupun deposito.3
Oleh: Detisa Monica Podung2 Sadar akan vitalnya peran dunia perbankan,
maka pemerintah telah cukup mencurahkan
ABSTRAK perhatian pada penyempurnaan peraturan-
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk peraturan hukum di bidang perbankan. Bahkan
menegetahui bagaimana prinsip-prinsip dalam peraturan yang berhubungan dengn prinsip
pemberian kredit bank dan bagaimana kehati-hatian pun (prudential regulation) sudah
penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam sangat memadai. Namun demikian,
mengantisipasi terjadinya kredit macet. kelengkapan peraturan terutama menyangkut
Metode penelitian yang digunakan dalam prinsip kehati-hatian tidaklah cukup untuk
penelitian i9ni adalah metode penelitian yuridis dijadikan tolak ukur bahwa perbankan nasional
normatif dan dapat disimpulkan: 1. Bank dalam lepas dari segala permasalahan.4
melakukan pemberian kredit kepada debitur, Dalam prakteknya masih banyak bank-bank
diwajibkan dan harus berpedoman serta yang terkendala masalah. Salah satu faktor
memperhatikan asas-asas perkreditan yang yang membuat sistem perbankan nasional
sehat dan kepada prinsip kehati-hatian keropos adalah akibat perilaku para pengelola
sebagaimana di atur dalam Pasal 8 UU No. 10 dan pemilik bank yang cenderung
Tahun 1998 tentang Perbankan. Selain itu bank mengeksploitasi dan atau mengabaikan prinsip
harus melakukan penilaian yang saksama kehati-hatian (prudential banking principle)
terhadap watak (character), kemampuan dalam berusaha.
(capacity), modal (capital), agunan (collateral)
dan kondisi ekonomi (condition of economy) B. Rumusan Masalah
dari debitur yang dikenal dengan prinsip 5 C’s. 1. Bagaimana prinsip-prinsip dalam
Selain prinsip 5 C’s, bank juga harus pemberian kredit bank?
menerapkan prinsip 5 P. 2. Penerapan prinsip 2. Bagaimana penerapan Prinsip Kehati-hatian
kehati-hatian (prudential banking principle) dalam mengantisipasi terjadinya kredit
dalam pemberian kredit dapat diartikan sebagai macet?
prinsip yang diterapkan oleh bank dalam
menjalankan usahanya, agar senantiasa sesuai C. Metode Penelitian
dengan ketentuan-ketentuan perbankan yang Metode yang digunakan dalam
berlaku, guna menghindari penyimpangan penulisan Skripsi ini adalah
praktek perbankan yang tidak sehat dan untuk metodependekatan yuridis normatif, dimana
meminimalisasi kerugian yang terjadi pada penelitian yang dilakukan adalah dengan
bank seperti kredit macet. cara meneliti bahan-bahan kepustakaan yang
Kata kunci: Kredit macet, prinsip kehati-hatian, ada (library research), yang berhubungan
perbankan. dengan judul Skripsi yang sedang diteliti.
Adapun bahan-bahan pustaka sebagai data
PENDAHULUAN sekunder yang diteliti itu antara lain berupa
A. Latar Belakang Undang-undang dalam hal ini UU No. 10
Bisnis perbankan memang merupakan bisnis Tahun 1998 tentang Perbankan sebagai bahan
penuh resiko. Pada satu sisi, bisnis ini hukum primer, buku-buku literatur, dan
menjanjikan keuntungan besar apabila dikelola tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan
secara baik dan hati-hati. Di sisi lain, menjadi Tindak Pidana Pencucian uang sebagai bahan
penuh resiko (full risk business) karena hukum sekunder, serta Kamus baik Kamus
aktivitasnya sebagian besar mengandalkan Hukum maupun kamus yang dapat
memberikan bantuan dalam menjelaskan
pengertian-pengertian yang terdapat dalam
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Engelien R. literatur dan tulisan lainnya sebagai bahan
Palandeng, SH, MH; Prof. Dr. Ronald J. Mawuntu, SH, MH
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Ibid.
4
120711227 Ibid.
49
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016
5 8
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, edisi revisi, kuliahade’s blog, Op- Cit
9
Mandar Maju, Bandung, 2012, hlm. 316. Sentosa Sembiring, Op-Cit, hlm. 313.
6 10
kuliahade’s blog, Hukum Perbankan: Asas dan Prinsip Ibid,hlm. 323.
11
Perbankan, diakses tanggal 25 Januari 2016. Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman, Op-Cit, hlm. 273-
7
Sentosa Sembiring, Op-Cit, hlm. 324. 274.
50
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016
13
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit;
Suatu Tinjauan Yuridis, Djambatan, Jakarta, 1995, hlm. 33-
34.
12 14
Munir Fuady, Op-Cit, hlm. 23. kuliah’sade blog, Op-Cit.
51
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016
15
Adrian Sutedi, Hukum perbankan, Suatu Tinjauan
18
Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan Kepailitan, Sinar Ibid, hlm.148
19
Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 72-73. Ibid.
16 20
Ibid. Yunus Husein, Op-Cit, hlm.31.
17 21
Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, PT Citra Ibid.
22
Aditya Bakti, Bandung, 2008, hlm.147. Ibid.
52
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016
25
N.H.T. Siahaan, Money Laundering, Pencucian Uang dan
Kejahatan Perbankan,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
2002, hlm.80.
26
Ibid.
23 27
Ibid, hlm.32. Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman, Op-Cit, hlm. 275-
24
Ibid, hlm.31. 276.
53
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016
54
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016
3. Modal (Capital); yang berarti bank harus 4. Sistem Informasi Debitur, mengenai:
dapat menilai calon debitur memiliki aset a. Identitas debitur;
ekonomi yang dapat dijadikan sarana calon b. Perjanjian kredit (representation and
debitur melaksanakan kewajiban. warranties).
4. Jaminan (Collateral); yang berarti bank 5. Penerapan prinsip mengenal nasabah.
harus dapat menilai asset calon debitur Dalam perspektif prinsip kehati-hatian (The
yang dijaminkan memiliki nilai ekonomis prudential principle of banking) , maka seluruh
yang proposional dengan jumlah kredit keputusan harus dilakukan dengan mengacu
yang diberikan. pada prinsip kehati-hatian, terutama setiap
5. Kondisi ekonomi (Condition of economy); keputusan yang berhubungan dengan
yang berarti bank harus dapat menilai pengeluaran uang seperti penyaluran kredit.
stabilitas kondisi ekonomi dan keuangan Kasus kredit macet hingga menyebabkan
calon debitur saat peminjaman maupun ‘collaps’nya sebuah bank menjadi bukti akan
pengembaliannya. ketidak hati-hatian tersebut terjadi.35
Meskipun UU Perbankan UU No. 10 Tahun Penerapan atau implementasi prinsip kehati-
1998 tidak mensyaratkan adanya ‘jaminan hatian dan kesehatan bankdalam aspek
(collateral)’, tetapi berdasarkan self regulatory perkreditanmerupakan hal penting guna
banking (ketentuan perkreditan) yang berlaku mewujudkan sistem perbankan yang sehat,
pada masing-masing bank, jaminan tersebut kuat dan kokoh.
mutlak diperlukan untuk menghindari resiko,
mengingat secara represif kreditur dapat PENUTUP
menyita dan melelang jaminan tersebut guna A.Kesimpulan
menutupi kewajiban debitur yang kreditnya 1. Bank dalam melakukan pemberian kredit
macet (apabila debitur yang dalam kepada debitur, diwajibkan dan harus
perjanjiannyamenyertakan jaminan berupa berpedoman serta memperhatikan asas-
agunan). Kekuasaan kreditur ini disebut beding asas perkreditan yang sehat dan kepada
vaaneigenmatigeverkoop, yang dilegalisir oleh prinsip kehati-hatian sebagaimana di atur
Pasal 11 ayat (2) huruf e UU Hak Tanggungan dalam Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998
Atas Tanah.33 tentang Perbankan. Selain itu bank harus
Selain penerapan 5 (lima) kriteria yang melakukan penilaian yang saksama
dikenal dengan 5 C’s seperti yang disebutkan di terhadap watak (character), kemampuan
atas, maka dalam mengatisipasi terjadinya (capacity), modal (capital), agunan
kredit bermasalah atau kredit macet, ada (collateral) dan kondisi ekonomi (condition
beberapa hal lain yang harus diterapkan oleh of economy) dari debitur yang dikenal
perbankan sebagai implementasi prinsip kehati- dengan prinsip 5 C’s. Selain prinsip 5 C’s,
hatian, sebagai berikut:34 bank juga harus menerapkan prinsip 5 P.
1. Kewajiban penyusunan dan pelaksanaan 2. Penerapan prinsip kehati-hatian (prudential
perkreditan bank, yang meliputi: banking principle) dalam pemberian kredit
a. Kebijakan tertulis mengenai kredit; dapat diartikan sebagai prinsip yang
b. Perjanjian kredit. diterapkan oleh bank dalam menjalankan
2. Batas Maksimum Pemberian Kredit usahanya, agar senantiasa sesuai dengan
3. Penilaian Kualitas Aktiva: ketentuan-ketentuan perbankan yang
a. Penilaian 5 C’s; berlaku, guna menghindari penyimpangan
b. Satuan kerja penyelamatan kredit praktek perbankan yang tidak sehat dan
untuk menangani kredit bermasalah; untuk meminimalisasi kerugian yang terjadi
c. Perjanjian kredit (dispute settlement pada bank seperti kredit macet.
caluse).
33
Ibid,hlm. 45.
34
Dwisanti Wulandari, Prinsip Kehati-hatian Dalam
35
Perjanjian Kredit Bank, Tesis, Universitas Diponegoro, Irham Fahmi, Pengantar Perbankan: Teori dan Aplikasi,
Semarang, 2009, diakses tanggal 30 Januari 2016. Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 15.
55
Lex Crimen Vol. V/No. 3/Mar/2016
56