Anda di halaman 1dari 9

Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid pada Biji Mahoni (Swietenia


mahagoni Jacq)
1 2
Ni Putu Sri Ayuni , I Nyoman Sukarta
1,2
Jurusan Analis Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
email: nps.ayuni@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis senyawa alkaloid yang terkandung pada biji
mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) (2) mengidentifikasi senyawa turunan alkaloid yang
terdapat pada biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) dan (3) mengetahui perbandingan
klorofom: metanol yang baik untuk eluen kromatografi lapis tipis untuk memisahkan seyawa
turunan alkaloid. Subjek dalam penelitian ini adalah biji mahoni dari spesies Mahonia
swietenia Jacq yang diperoleh dari hutan di daerah sekitar Buleleng, sedangkan yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah senyawa alkaloid yang terdapat pada biji mahoni
dan perbandingan klorofom:metanol yang digunakan sebagai eluen pada KLT untuk
memisahkan senyawa alkaloid dari campurannya. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
di elusidasi strukturnya dengan mengunakan FTIR, MS, dan NMR. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa eluen terbaik dari hasil kromatografi lapis tipis adalah
kloroform:metanol dengan perbandingan 90:10 dan 95:5. Eluen kloroform:metanol 90:10
dihasilkan 3 fraksi dan eluen kloroform:metanol 95:5 dihasilkan 5 fraksi. Hasil uji fitokimia
dengan pereaksi Dragendorf terhadap ekstrak kasar biji mahoni menunjukkan ekstrak ini
1 13
positif mengandung alkaloid. Hasil elusidasi struktur dengan FTIR, NMR H, dan C diduga
bahwa senyawanya adalah 3,6,7-trimetoksi-4-metil-1,2,3,4-tetrahidroisokuinolin.

Katakunci: biji mahoni, kromatografi, elusidasi, alkaloid

1. Pendahuluan memiliki potensi sebagai bahan obat.


Seiring dengan semakin maraknya Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea
istilah back to nature maka banyak (1991), biji mahoni (S. mahagoni Jacq)
masyarakat yang memanfaatkan tanaman ternyata dapat digunakan untuk mengobati
obat tradisional untuk menanggulangi berbagai penyakit diantaranya penyakit
berbagai penyakit yang dideritanya. Selain darah tinggi, kencing manis, rematik,
itu didukung pula potensi tanaman obat demam, masuk angin, eksim, dan dapat
yang cukup besar di Indonesia. Oleh karena menambah nafsu makan. Biji mahoni juga
itu akhir-akhir ini banyak dilakukan penelitian berpotensi untuk mengobati penyakit kanker
untuk mengetahui potensi tanaman obat (Putri 2004).
yang dapat digunakan untuk pengobatan Sianturi (2001), melaporkan telah
suatu penyakit, salah satunya untuk berhasil melakukan isolasi dan fraksinasi
mengobati penyakit kanker. senyawa bioaktif dari biji mahoni (Swietenia
Tanaman merupakan gudang bahan mahagoni Jacq), dan Haryanti (2002) telah
kimia terkaya (Kardinan & Taryono 2003). berhasil mengisolasi senyawa antibakteri
Beribu-ribu senyawa kimia terkandung di dari biji mahoni (S. mahagoni Jacq). Putri
dalam tanaman namun hingga kini fungsi (2004) telah berhasil mengisolasi fraksi aktif
dan perannya masih belum terungkap dari biji mahoni yang bersifat toksik terhadap
seluruhnya. Senyawa-senyawa kimia larva udang Artemia salina Leach dan dapat
tersebut memiliki bioaktivitas yang menghambat pertumbuhan Sacharomyces
bermacam-macam sehingga dapat cerevisiae sebagai uji awal terhadap
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat senyawa antikanker.
dalam industri farmasi, pembuatan pestisida Untuk mengisolasi suatu senyawa
alami, dan sebagai hormon pada alkaloid pada suatu tumbuhan diperlukan
pertumbuhan tanaman (Sianturi 2001). pelarut yang baik untuk mengekstrak
Salah satu aktivitas dari senyawa kimia senyawa alkaloid tersebut, yaitu pelarut
tersebut adalah sebagai antikanker yang organik seperti eter, alkohol, benzena dan
dapat menghambat pertumbuhan sel kanker yang lainnya. Fraksinasi merupakan metode
atau bahkan dapat membunuh sel kanker. yang digunakan untuk memisahkan suatu
Selama ini pohon mahoni dikenal sebagai komponen dari komponen lain atau dari
tanaman yang menghasilkan kayu sebagai campuran komponen. Fraksinasi suatu
bahan pembuat furniture dan perabot rumah komponen dapat dilakukan dengan
tangga serta banyak ditanam di pinggir jalan menggunakan kromatografi. Untuk
sebagai pohon pelindung. Biji mahoni mengidentifikasi senyawa alkaloid

387
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

digunakan Spektrofotometer UV-VIS, IR, digunakan adalah kloroform dan metanol


1 13
NMR H dan C. Berdasarkan latar dengan perbandingan 90:10, 95:5, 75:25,
belakang di atas peneliti mencoba 50:50, 35:65, 25:75, 5:95. Komposisi eluen
melakukan isolasi dan mengidentifikasi yang terbaik digunakan untuk memisahkan
senyawa alkaloid yang terdapat pada biji senyawa dalam biji mahoni pada
mahoni (Swietenia mahagoni Jacq). kromatografi kolom.
Ekstrak hasil evaporasi dilarutkan
menggunakan pelarut kloroform lalu
2. Metode Penelitian dimasukkan ke dalam kolom yang berisi
2.1 Alat dan Bahan fase diam silika gel. Fraksinasi dilakukan
Bahan-bahan yang digunakan adalah dengan teknik gradien elusi menggunakan
biji Swietenia mahagoni Jacq. yang pereaksi n-heksana (100%), n-heksana:
diperoleh dari Hutan di daerah Buleleng. kloroform (50:50); kloroform:metanol (95:5),
Kloroform, metanol, n-heksana, asam asetat dan kloroform:metanol (80:20). Fraksi yang
10%, ammonia 10%, petroleum benzena, dihasilkan ditampung dalam tabung reaksi
lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) silika lalu diuji dengan KLT. Eluen yang memiliki
gel G 60 F254 (20x20 cm), dan pereaksi Rf yang sama digabungkan sebagai satu
Dragendorf. fraksi lalu dipekatkan dengan
Alat-alat yang digunakan adalah rotarievaporator untuk keperluan elusidasi.
soxhlet, refluks, rotarievaporator,
spektrofotometer UV-VIS, FTIR Shimadzu, 2.4 Analisis dengan Spektrofotometer
1 1 13
NMR H Delta 2 dengan frekuensi 500 Mhz, UV-VIS, IR, NMR H dan C
13
dan NMR C Delta 2 dengan frekuensi Fraksi yang terbaik dari hasil
125,76 MHz. kromatografi kolom dipekatkan dengan
rotarievaporator. Ekstrak yang dihasilkan
2.2 Preparasi dan Ekstraksi Sampel kemudian dimurnikan dengan rekristalisasi
Sebanyak 200 gram biji mahoni menggunakan pelarut diklorometana dan
dikeringkan dengan cara diangin-udarakan heksana dengan perbandingan 2:1 sambil
untuk mengurangi kandungan air. Setelah dipanaskan pada penangas air. Kristal yang
itu, biji mahoni tersebut dihaluskan dengan dihasilkan kemudian dianalisis dengan
1
blender untuk memperbesar luas spektrofotometer UV-VIS, IR, NMR H dan
13
permukaan. Sebanyak 30 g serbuk biji C.
mahoni kemudian diekstrasi dengan soxhlet
menggunakan petroleum benzena 300 ml
selama 8 jam. Ekstrak petroleum benzena 3. Hasil
diuapkan sampai semua pelarut hilang. Larutan ekstrak kasar alkaloid yang
Ampas hasil ekstraksi dibebaskan dari telah dipekatkan dengan rotarievaporator di
pelarutnya dengan cara diangin-udarakan. uji kualitatif menggunakan pereaksi
Sebanyak 25 g serbuk biji mahoni bebas dragendrof yang mengandung
lemak diekstraksi dengan metode refluks bismutsubnitrat dalam larutan HCL. Hasil uji
menggunakan metanol sebanyak 125 ml positif ditunjukkan dengan terbentuknya
dan asam asetat 10% sebanyak 25 ml pada warna jingga pada larutan uji. Seperti terlidat
o
suhu 60 C selama 2 jam. Campuran yang dalam Gambar 1.
terbentuk disaring kemudian ditambahkan
larutan ammonia 10% sebanyak 2,5 ml lalu
disaring kembali. Filtrat didinginkan lalu
dipekatkan dengan rotarievaporator. Uji
kualitatif alkaloid dilakukan terhadap ekstrak
pekat dengan pereaksi Dragendorf. Uji
positif ditunjukan dengan terbentuknya
warna jingga. Gambar 1. Hasil uji ektrak alkaloid dengan pereaksi
dragendrof

2.3 Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom


Analisis KLT dilakukan untuk mengetahui
Pelat kromatografi lapis tipis yang
jumlah fraksi komponen senyawa kimia
siap digunakan dipotong dengan ukuran 10
yang terdapat dalam ekstrak serta untuk
× 1 cm. Setelah itu, ekstrak hasil
optimasi eluen yang sesuai untuk
rotarievaporator dispotkan pada pelat KLT
kromatografi kolom. Tahap awal yang
silika gel G 60 F254 lalu dimasukkan ke
dilakukan dalam analisis KLT adalah
dalam bejana yang sebelumnya dijenuhkan
optimasi pelarut. Untuk komposisi kloroform
dengan beberapa eluen. Jenis eluen yang
: metanol, 75:25, 50:50, 35:65, 25:75, dan

388
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

5:95 tidak memberikan spot yang baik, III > II > I pada eluen kloroform:metanol
dapat dilihat pada Gambar 2. 90:10. Sedangkan untuk eluen kloroform:
metanol 95:5 urutan kepolarannya adalah
fraksi V > IV > III > II > I.
Fraksinasi secara kromatografi kolom
dilakukan terhadap ekstrak untuk
mendapatkan fraksi tunggal yang akan
digunakan untuk keperluan elusidasi
struktur. Fraksinasi dilakukan dengan teknik
gradien elusi menggunakan pereaksi n-
heksan (100%), n-Heksan:kloroform (50:50),
a 2. bHasil uji coptimasi pelarut
Gambar d e KLT dengan
pada kloroform:metanol (95:5), kloroform:metanol
spot yang tidak baik (80:20). Hasil penelitian menunjukkan
a. Kloroform:Metanol = 90:10
b. Kloroform:Metanol = 35:65
bahwa sampel akan turun ketika dielusi
c. Kloroform:Metanol = 75:25 dengan menggunakan eluen
d. Kloroform:Metanol = 25:75 kloroform:metanol (95:5). Hal ini sesuai
e. Kloroform:Metanol = 50:50 dengan perlakukan sebelumnya, yaitu eluen
terbaik untuk mengekstrak sampel adalah
Hasil pemisahan terbaik ditunjukkan oleh
kloroform:metanol 95:5. Warna yang
pelarut kloroform:metanol dengan komposisi
terbentuk dari hasil elusi menggunakan
95:5 dan 90:10, hasilnya dapat dilihat pada
kloroform:metanol 95:5 ialah kuning dan
Gambar 3.
diduga bahwa fraksi ini merupakan alkaloid.
Hasil visualisasi KLT dengan sinar UV pada
panjang gelombang 240 nm menunjukan
bahwa fraksi yang dihasilkan dengan eluen
kloroform:metanol 95:5 dihasilkan satu spot
(Gambar 4). Nilai Rf dari fraksi ini sebesar
0,32. Eluat dari salah satu fraksi ini
selanjutnya dipekatkan kembali dengan
Gambar 3. Hasil uji optimasi pelarut pada KLT dengan rotarievaporator untuk keperluan elusidasi
spot yang baik struktur molekul menggunakan instrumen
a. Kloroform:Metanol = 90:10
b. Kloroform:Metanol = 95:5
UV-Vis, FT-IR, dan NMR.

Nilai Retardatuin Factor (Rf) dari amsing-


masing fraksi yang dihasilkan disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Nilai Retardation Factor (Rf) Fraksi Hasil KLT
Jenis dan Komposisi Fraksi Rf
Pelarut
Kloroform:metanol = I 0,82 Gambar 4 Hasil uji KLT dari fraksi hasil kromatografi
90:10 kolom.
II 0,78
III 0.69 Spektrum UV dari ekstrak biji mahoni yang
Kloroform:metanol = 95:5 I 0.875 dianalisis memiliki panjang gelombang
II 0.775 maksimum sebesar 241 nm dengan nilai
III 0.6 serapan dengan nilai serapan maksimum
IV 0.36 1,2907. Hal ini disajikan pada Gambar 10.
V 0.30 Dari Gambar 5 di bawah ini dapat terlihat
Nilai Rf dapat digunakan sebagai acuan bahwa ada peak yang melebihi batas
identifikasi senyawa dan menunjukan serapan di atas 4 , yaitu pada panjang
adanya perbedaan sifat molekul senyawa gelombang 200-203, 206-212, dan 214-219.
tersebut. Karena eluen yang digunakan Hal ini mennjukkan sampel yang dianalisis
cenderung semipolar, maka dapat belum murni 100 %.
disimpulkan bahwa urutan kepolaran
senyawa dari yang lebih polar adalah fraksi

389
Seminar
ar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun
T 2013

Gambar 5 Spektrum UV dari ekstrak biji mahoni.

amina
sekunder (-N-

C-O eter

Benzena
bersubstitu
si orto

Gambar 6. Spektrum FTIR ekstrak biji

Spektrum FTIR dari ekstrak biji mahoni masih mengandung pengotor. Hal ini dapat
(Gambar 6) memperlihatkan adanya pita dilihat dari banyaknya peak yang memiliki
serapan pada bilangan gelombang 3020 tinggi kurva integrasi kurang dari 1. Dari
1
cm menunjukkan adanya gugus amina Gambar 7 ini juga menunjukkan adanyaada
sekunder (-NH).
NH). Gugus ini menegaskan beberapa gugus yang muncul, yaitu pada
bahwa senyawa tersebut merupakan pergeseran kimia (δ)δ) sebesar 7,4413 ppm
golongan alkaloid. Serapan pada bilangan menunjukkan adanya benzena. Pergeseran
-1
gelombang 1150 cm menunjukkan adanya kimia pada 5,5505 menunjukkan adanya
-1
gugus C-OO eter, dan serapan pada 750 cm ikatan rangkap (CH=CH), pada 3,7281 ppm
menunjukkan adanya substituen benzena menunjukkan adanya gugus metoksi (CH3O-
berposisi orto (Pavia DL et al. 2001). ), pada 2,7759 ppm menunjukkan adanya
1
Spektrum NMR H dari ekstrak biji gugus R-N-H,
H, pada 1,424 ppm
mahoni disajikan
ikan pada Gambar 7. Dari menunjukkan adanya R--CH3, dan pada
Gambar 7 tersebut dapat terlihat 0,8753 ppm menunjukkan adanya R-CHR 2-R
bahwasanya senyawa yang diidentifikasi (Pavia DL et al. 2001).

390
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

Gambar. 7 Spektrum NMR 1H dari ekstrak biji mahoni.

13 13
Spektrum NMR C dari ekstrak biji mahoni merupakan NMR C DEPT. Pergeseran
disajikan pada Gambar 13. Pada kimia pada 53,4777 dan 57,655
pergeseran kimia 11,811 sampai 45,5419 menunjukkan adanya C-O dan pada
menunjukkan adanya –CH3 atau –CH2. 139,2273 ppm serta 143,3479 ppm
Spektrum ini tidak dapat membedakan menunjukkan adanya karbon benzena
antara CH3 dan CH2 karena bukan
.

Gambar 8. Spektrum NMR 13C dari ekstrak biji mahoni

4.Pembahasan diekstraksi. Biji mahoni halus yang diperoleh


Biji mahoni yang telah kering berbentuk serbuk berwarna putih
dihaluskan dengan menggunakan blender kecokelatan dan apabila dipegang tangan
untuk memperbesar luas permukaan sampel terasa berlemak dan bila tercicipi terasa
sehingga akan dihasilkan ekstrak dalam pahit. Hal ini mengindikasikan bahwa biji
jumlah yang optimum. Menurut Markham tersebut mengandung senyawa bioaktif
(1975), untuk mengekstraksi komponen aktif alkaloid. Uji sederhana untuk senyawaan
dari suatu jaringan tumbuhan, umumnya alkaloid dalam daun atau buah segar adalah
terlebih dahulu dilakukan penghalusan rasa pahitnya di lidah (Harborne 1984).
jaringan tumbuhan tersebut sebelum Ekstraksi pendahuluan dilakukan untuk
dilakukan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan menghilangkan lemak yang terdapat pada
untuk memperluas permukaan yang akan biji mahohi. Hal ini dikarenakan lemak akan

391
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

mengganggu proses ekstraksi lanjutan senyawa dan menunjukan adanya


akibat terbentuknya emulsi. Petroleum perbedaan sifat molekul senyawa tersebut.
benzena dipilih sebagai pengekstrak Karena eluen yang digunakan cenderung
didasarkan pada derajat polaritas, dimana semipolar, maka dapat disimpulkan bahwa
derajat polaritas bergantung pada tetapan urutan kepolaran senyawa dari yang lebih
dielektrik. Semakin besar tetapan dielektrik polar adalah fraksi III > II > I pada eluen
suatu pelarut maka kepolaran akan semakin kloroform:metanol 90:10. Sedangkan untuk
besar. Nilai tetapan dielektrik petroleum eluen kloroform: metanol 95:5 urutan
benzene cukup rendah, yaitu 2,28 sehingga kepolarannya adalah fraksi V>IV > III > II > I.
lemak akan terekstrak pada petroleum Eluat dari salah satu fraksi ini hasil KLT
benzena. Pemilihan metode refluks selanjutnya dipekatkan kembali dengan
didasarkan pada sifat sampel biji mahoni rotarievaporator untuk keperluan elusidasi
yang mempunyai tekstur keras serta struktur molekul menggunakan instrumen
komponen kimia yang akan dipisahkan UV-Vis, FT-IR, dan NMR namun
tahan terhadap pemanasan. Pemilihan Menentukan struktur dari ekstrak hasil
pelarut untuk ekstraksi menentukan isolasi biji mahoni dari beberapa spektrum di
komponen metabolit ektraseluler atau atas tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan
endoseluler yang terekstrak. Metanol ada beberapa spektrum yang memiliki
digunakan sebagai larutan pengekstrak pengotor yang banyak. Oleh karena itu,
karena metanol merupakan pelarut perlu adanya rujukan dari Dictionary of
serbaguna yang baik untuk ekstraksi Natural Product (DNP) serta penelitian
pendahuluan. Penggunaan metanol sebagai sebelumnya.
larutan pengekstrak juga dikarenakan Hasil pencarian pada Dictionary of
metanol memiliki dua gugus yang berbeda Natural Product (2005) ada beberapa
kepolarannya, yaitu gugus hidroksil yang senyawa yang telah ditemukan pada
bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat tanaman mahoni, yaitu berberin,
non polar. Adanya kedua gugus ini 3,3',4',5,5',7-hexahidroksiflavanon,
diharapkan senyawa-senyawa dengan isoboldin, isokoridin, isotetrandrin,
tingkat kepolaran yang berbeda akan Obaberine, Oxyberberine, 8ε-alkohol
terekstrak ke dalam metanol. Asam asetat oxyberberine, 8ε-alkohol-8-Me ether
yang ditambahkan berfungsi untuk oxyberberine, Palmatine, O3-De-Me-
mengekstrak alkaloid karena alkaloid palmatine, 1,2,9,10-Tetrahydroxyaporphine.
bersifat basa yang disebabkan oleh adanya Struktur dari senyawa ini disajikan pada
gugus –NH. Penambahan asam ini Gambar 9.
menyebabkan terbentuknya garam alkaloid. Hasil penelitian Mursiti (2004)
Menurut Harborn (1984), alkaloid bersifat menunjukkan bahwa biji mahoni bebas
basa lemah sehingga dapat diekstraksi dari minyak yang diekstraksi dengan asam
tumbuhan dengan pelarut alkohol yang asetat ditemukan adanya senyawa alkaloid
bersifat asam lemah kemudian diendapkan 3,6,7-trimetoksi-4-metil-1,2,3,4-tetrahido-
dengan ammonia pekat. isoquinolin, dengan asam sitrat ditemukan
Dari hasil KLT dapat diketahui nilai senyawa 3,4,5,6,7-pentaetil-1-metoksi-1H-
Rf (Tabel 1) dari masing-masing fraksi indazol, serta dengan asam klorida
berbeda. Fraksi-fraksi tersebut mempunyai ditemukan senyawa 5-etil-6-metoksimetil-2-
nilai Rf yang berbeda-beda. Nilai Rf dapat metil-1,2-dihidropiridin (Gambar 10)
digunakan sebagai acuan identifikasi

392
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

O N
HO
OH
O
O O
O

O N
OH
O

Berberin N
O

Isocorydine
OH
Isoboldin
HO OH
e
O
O

N O
O
N OH
OH O
O
O
O

O O

O
HO OH
Oxyberberin 8ε-alkohol
3,3',4',5,5',7-
Hexahydroxyflavanone

N
N

O O
O
O O
O

O O

O
O
N
N

Isotetrandrin Obaberin

O
O

O
N O
O O

O
O

O
N
8ε-alkohol-8-Me ether oxyberberine
1,2,9,10-Tetrahydroxyaporphine

O N O N

O OH

O O

O O

palmitin O3-De-Me-palmatine

Gambar 9 Struktur senyawa yang telah ditemukan pada mahoni (DNP 2005).

393
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

N
O O
N

HN O
O
3,6,7-trimethoxy-4-methyl-1,2,3,4-tetrahydro-isoquinoline 3,4,5,6,7-pentaethyl-1-methoxy-1H-indazole

NH

O
N
H
5-ethyl-6-methoxyme thyl-2-methyl-1,2-dihydro-pyride n 3,4,5,-tr iethyl-6- methoxy- 2-methyl- 1,2-dihydr opyridine

Gambar 10 Struktur senyawa yang ditemukan pada biji mahoni (Mursiti 2004).

Struktur yang diduga sangat kuat pada Hal ini dikarenakan struktur di atas memiliki
ekstrak biji mahoni dengan asam asetat dari benzena, gugus metoksi (-OCH3), amina
hasil praktikum ini adalah 3,6,7-trimetoksi-4- sekunder (-N-H), dan rantai CH3-CH.
metil-1,2,3,4-tetrahidroisokuinolin (Gambar
11)

O O

HN
O
3,6,7-trimethoxy-4-methyl-1,2,3,4-tetrahydro-isoquinoline
Gambar 11. Struktur dugaan dari ekstrak biji mahoni dengan asam asetat

394
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

6. Pustaka Mursiti. S. 2004. Indentifikasi Senyawa Alkaloid


Charaborty DP. 1980. Molecular Tzxonomy: A Dalam Biji Mahoni Bebas Minyak
New Approach to Secondary Plant (Swietenia macrophylla KingI) Dan Efek
th
Constituents. In 4 Asian Symposium on Biji Mahoni Tehadap Penurunan Kadar
Medical Plants and Species. Bangkok: Glokusa Darah Tikus Putih (Rattus
Departement of Chemistry, Faculty of Novergicus) [Tesis] Yogyakarta:
Science, Mahidol University. Universitas Gajahmada.

[DNP] Dictionary of Natural Products. 2005. Nur MA, Adijuwana H. 1989. Teknik
HDS Software copyright© Hampden Data Spektroskopi dalam Analisis Biologis.
Service Ltd. Bogor: Bogor: PAU press.

Govindachari TR, Kumari GNK. 1998. Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS. 2001.
Tetranotriterpenoid from Khaya Introduction to Spectroscopy: A Guide for
senegalensis Phytochemistry 47: 1423- Students of Organic Chemistry. USA:
1425. Thomson Learning.

Harbone K. 1984. Metode Fitokima: Penentuan Putri NE. 2004. Inhibisi fraksi aktif biji mahoni
Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. pada pertumbuhan Saccharomyces
Ed. Ke-2. Padmawinata K dan Soediro F, cerevisiae sebagai uji antikanker [skripsi].
penerjemah; Bandung: Institut Teknologi Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Bandung.
Robinson T. 1991. Kandungan Organik
Haryanti F. 2002. Isolasi senyawa antibakteri Tumbuhan Tinggi. Ed. Ke-6.
dari biji mahoni (Swietenia mahagoni Padmacwinata K, penerjemah; Bandung:
Jacq.) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Institut Teknologi Bandung.
Bogor.
Rusdi. 1988. Tetumbuhan sebgai Sumber
Heyne K. 1950. Denuttige Planted van Tanaman Obat. Padang: Pusat Penelitian
Indonesian. Ed. Ke-3. Gravenhage: NV Universitas Andalas.
Uitgeverij van Noeves.
Schmidt L, Joker D. 2001. Swietenia mahagoni
Kardinan A, Taryono. 2003. Tanaman Obat Jacq. Seed Leaflet. Denmark: Danida
Penggempur Kanker. Jakarta: Agromedia Forest Sedd Center.
Pustaka.
Sianturi AHM. 2001. Isolasi dan fraksinasi
MacKinnon ST, Durst, Arnason JT. 1997. senyawa bioaktif dari biji mahoni
Antimalarial activity of tropical Meliaceae (Swietenia mahagoni Jacq.) [Skripsi].
extracts and Guidinin derivatives. Journal Bogor: Institut Pertanian Bogor.
of Natural Product 60: 336-341.
Suheti TSDW, Kurniawan, Nuryanti. 2007.
Martawijaya et al. 1981. Atlas Kayu Indonesia Penjaringan senyawa antikanker pada
Jilid I. Jakarta: Badan Penelitian dan kulit batang kayu mahoni (Swietenia
Pengembangan Pertanian. mahagoni jacq.) dan uji aktivitasnya
terhadap larva udang Aryemia salina
Markam KR 1975. Isolation Techniques for leach. Jurnal Ilmiah kesehatan
Flavanoid. New York: The Flavanoids Keperawatan Vol.3. Purwokerto:
Academic Press. Universitas Jenderal Soedirman.
.
Mulholland DAS, Iourine, Taylor DAH. 1998. Syamsuhidayat SS, Hutepea JR. 1991.
Sesquiterpenoids from Dysoxylum Inventaris Tanaman Obat di Indoensia. Jilid I.
schiffnerri. Phytochemistry 47: 1421- Badan Penelitian dan Pengembagan.
1422. Departemen Kesehatan Repbulik Indonesia

395

Anda mungkin juga menyukai