Anda di halaman 1dari 9

Pelayanan Panti Werdha Terhadap Adaptasi Lansia

(Ari Afriansyah dan Meilanny Budiarti Santoso)

PELAYANAN PANTI WERDHA TERHADAP ADAPTASI LANSIA


Ari Afriansyah1 dan Meilanny Budiarti Santoso2
ariafriansyah1998@gmail.com1 dan meilannybudiarti13@gmail.com2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Abstrak
Jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan secara konsisten setiap tahunnya. Meski demikian
tidak semua lansia beruntung bisa tinggal bersama keluarga di masa tuanya, hal itu bisa disebabkan oleh bermacam
hal sehingga lansia ditempatkan di tempat penitipan lanjut usia atau biasa disebut dengan panti werdha. Panti
werdha merupakan bentuk perhatian yang diberikan oleh pemerintah kepada lansia yang berfungsi untuk
menampung lansia di Indonesia. Namun, kehidupan lansia di Panti Werdha tidak semuanya berjalan dengan lancar,
tercatat menurut penelitian yang pernah dilakukan di Panti Griya Sehat Bahagia Palur Karanganyar bahwa
sebanyak 94,5% lansia mengalami depresi di Panti karena berbagai hal. Oleh karena itu sudah menjadi tugas panti
untuk memberikan pelayanan-pelayanan bagi lansia untuk membantu proses adaptasi lansia dengan memenuhi
syarat dasar melangsungkan kehidupan mereka (syarat fisik, kejiwaan dan sosial). Penelitian ini menggunakan
metode studi literatur, dimana penulis melakukan kajian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa buku-buku,
arsip, majalah, artikel, dan jurnal, atau dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Dan
dari kajian yang telah dilakukan ditemukan bahwa upaya pelayanan lansia telah diatur dalam undang-undang
nomor 13 tahun 1998 pasal 3 yang menyatakan bahwa upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia
meliputi pelaksanaan pelayanan bimbingan fisik, pelayanan bimbingan keagamaan/ mental spiritual, pelayanan
bimbingan sosial serta bimbingan keterampilan dan telah mencakup segala aspek yang dibutuhkan lansia untuk
memenuhi aspek yang diperlukan untuk beradaptasi.
Kata Kunci : Lansia, Adaptasi, Panti Werdha, Pelayanan Panti Werdha.
Abstract
Numbers of elderly people in Indonesia has increased consistently. However, not all elderly people are
fortunate to be able to live with their families in their old age, this can be caused by a variety of things so that the
elderly are placed in a nursing home. Nursing homes are a attention given by the government to the elderly.
However, the lives of the elderly in the Nursing Home didn’t all go smoothly, according to a study conducted at
the Griya Sehat Bahagia Nursing Home that 94.5% of the elderly had depression. Therefore it has become the
duty of the orphanage to provide services for the elderly to assist the process of adaptation of the elderly by
fulfilling the basic requirements for carrying out their lives (physical, psychological and social conditions). This
study uses the literature study method. And from the studies, it was found that the service efforts of the elderly
have been regulated in law number 13 (1998) article 3 which states that efforts to improve elderly social welfare
include the implementation of physical, mental, skill and social guidance services. It all includes all aspects needed
by the elderly to fulfill the aspects needed to adapt.
Key Words : Elderly, Adapt, Nursing Home, Nursing Home Services.

I. PENDAHULUAN Adaptasi/penyesuaian diri adalah


mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan
Manusia merupakan makhluk yang secara tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan
sosial memiliki mobilitas tinggi. Sedari kecil hingga keadaan (keinginan diri). Mengubah diri sesuai
tua kita tidak hidup hanya di satu tempat. Dan saat dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif
berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain, (autoplastik). Sebaliknya, apabila individu berusaha
tentu kita juga akan bertemu dengan suasana yang untuk mengubah lingkungan sesuai dengan
baru, wajah-wajah baru, bahkan kepribadian yang keinginan sendiri sifatnya adalah aktif (alloplastis).
lebih beragam lagi. Untuk bisa menyesuaikan
dengan lingkungan yang baru, kita perlu melakukan Menurut Gerungan (1996:55) adaptasi
beberapa hal agar tidak kesulitan berbaur merupakan suatu proses untuk mencapai
dilingkungan yang baru. Oleh karena itu dalam keseimbangan dengan lingkungan.
proses kehidupan manusia selalu dibutuhkan
adaptasi. Konsep adaptasi berhubungan dengan
mekanisme penanggulangan masalah yang

190
Responsive, Volume 2 Nomor 4 Desember 2019 : 190-198

dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan Dalam UU No. 13 tahun 1998 dan
hidup dalam lingkungannya. Karena itu istilah Permensos No. 19 tahun 2012, penduduk lansia
adaptif dikaitkan dengan kemampuan penyesuaian dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu Lanjut Usia
diri manusia di dalam suatu lingkungan baru, Terlantar dan Lanjut Usia Potensial. Lanjut Usia
tingkah laku adaptif harus dihubungkan dengan Telantar adalah seseorang yang berusia 60 (enam
respon-respon yang sesuai dengan presden, yang puluh) tahun atau lebih dan karena faktor-faktor
dimiliki dan dipilih oleh seseorang dalam tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya;
pengambilan keputusan. Tingkah laku adaptif dapat sementara itu Lanjut Usia Potensial adalah
diketahui dari proses adaptif individu dan kelompok penduduk lansia yang masih mampu melakukan
individu, baik berkaitan dengan masalah lama pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
maupun baru, tanpa disertai perasaan cemas. menghasilkan barang dan/atau jasa. Penduduk lansia
(Susanto 1985: 23) terlantar dianggap sebagai penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS), karena mereka
Menurut Suparlan adaptasi itu sendiri pada memiliki kehidupan yang tidak layak secara
hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial
syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan diantaranya kemiskinan dan ketelantaran. Mereka
kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup: tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang,
1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia pangan, dan papan; dan terlantar secara psikis, dan
harus makan dan minum untuk menjaga sosial (Lampiran Permensos No. 08 Tahun 2012).
kesetabilan tempratur tubuhnya agar tetap Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
berfungsi dalam hubungan harmonis secara dalam waktu hampir lima dekade, persentase lansia
menyeluruh dengan tubuh lainnya). Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat (1971-
2. Syarat dasar kejiwaan (manusia 2017), yakni menjadi 8,97 persen (23,4 juta) di mana
membutuhkan perasaan tenang yang jauh lansia perempuan sekitar satu persen lebih banyak
dari perasaan takut, keterpencilan gelisah). dibandingkan lansia laki-laki (9,47 persen banding
8,48 persen). Selain itu, lansia Indonesia didominasi
3. Syarat dasar sosial (manusia oleh kelompok umur 60-69 tahun (lansia muda) yang
membutuhkan hubungan untuk dapat persentasenya mencapai 5,65 persen dari penduduk
melangsungkan keturun, tidak merasa Indonesia, sisanya diisi oleh kelompok umur 70-79
dikucilkan, dapat belajar mengenai tahun (lansia madya) dan 80+ (lansia tua). Pada
kebudayaannya, untuk dapat tahun ini sudah ada lima provinsi yang memiliki
mempertahankan diri dari serangan struktur penduduk tua di mana penduduk lansianya
musuh). sudah mencapai 10 persen, yaitu : DI Yogyakarta
(13,90 persen), Jawa Tengah (12,46 persen), Jawa
Berdasarkan pengertian dan konsep di atas Timur (12,16 persen), Bali (10,79 persen) dan
dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan Sulawesi Barat (10,37 persen). Pada tahun 2025,
pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh jumlah penduduk lansia diproyeksikan akan
karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi berjumlah 33,7 juta atau sekitar 11,8%; dan pada
masalah dan memenuhi syarat-syarat dasar untuk tahun 2035 akan mencapai 48,2 juta atau sekitar
melangsungkan hidup. Individu atau kelompok 15,8%.
dituntut beradaptasi ketika memasuki suatu
lingkungan baru, misalnya adalah lansia yang berada Penduduk lanjut usia merupakan bagian
di panti werdha. dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
Lanjut usia menurut UU RI no 13 tahun peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980
1998 adalah mereka yang telah memasuki usia 60 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa
tahun ke atas (Indriana, 2008, h.3). Banyak istilah atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada
yang dikenal masyarakat untuk menyebut orang tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat
lanjut usia, antara lain lansia yang merupakan menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini
singkatan dari lanjut usia. Istilah lain adalah manula meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta
yang merupakan singkatan dari manusia lanjut usia. jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh
Apapun istilah yang dikenakan pada individu yang penduduk. Diperkirakan pada tahun 2020 akan
telah memasuki usia 60 tahun ke atas tersebut tidak menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini
lebih penting dari realitas yang dihadapi oleh menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia
kebanyakan individu usia ini. Mereka harus meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu
menyesuaikan dengan berbagai perubahan baik yang (Suhartini, 2007).
bersifat fisik, mental, maupun sosial. Perubahan-
perubahan dalam kehidupan yang harus dihadapi Oleh karena itu keberadaan panti werdha
oleh individu usia lanjut khususnya berpotensi untuk menampung para lansia di Indonesia
menjadi sumber tekanan dalam hidup. merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah

191
Pelayanan Panti Werdha Terhadap Adaptasi Lansia
(Ari Afriansyah dan Meilanny Budiarti Santoso)

pada kelompok usia ini. Panti werdha adalah sebutan responden seperti merasakan kesedihan dikarenakan
lain untuk panti jompo dalam bahasa Bali, menunjuk oleh kehilangan keluarga atau orang yang disayangi.
pada wisma dengan fasilitas penunjang yang Hawari (2011) menyatakan seseorang yang
diperuntukkan bagi orang lanjut usia (lansia). Panti mengalami depresi mudah merasa haru, sedih, dan
werdha yang di negara Barat disebut dengan menangis. Hal ini merupakan ciri kepribadiaan
retirement home atau old people's home/old age seseorang yang mengalami depresif.
home merupakan tempat tinggal bagi lansia yang
lebih banyak dipilih karena tempat ini II. METODE
memungkinkan lansia untuk tetap hidup tanpa Metode yang digunakan dalam penulisan
menggantungkan diri kepada anak/keluarga. Selain artikel ini adalah metode studi literatur. Studi
itu juga di panti werdha lansia dapat melakukan literatur yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan
aktivitas yang melibatkan aktivitas fisik dan mental. melakukan pencarian terhadap berbagai sumber
Oleh karena itu, panti werdha memiliki tertulis, baik berupa buku-buku, arsip, majalah,
peranan penting untuk menyediakan berbagai artikel, dan jurnal, atau dokumen-dokumen yang
pelayanan bagi lansia guna membantu lansia untuk relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sehingga
beradaptasi di “rumah” barunya. Adaptasi lansia di informasi yang didapat dari studi kepustakaan ini
panti werdha merupakan suatu hal yang penting dan dijadikan rujukan untuk memperkuat argumentasi-
dalam proses nya perlu adanya koordinasi dari argumentasi yang ada.
beberapa pihak terkait untuk saling membantu guna III. HASIL DAN PEMBAHASAN
menciptakan lingkungan panti yang nyaman bagi
lansia. Hal ini dianggap penting karena kegagalan 3.1 Adaptasi
dalam beradaptasi dapat mengakibatkan dampak
buruk bagi lansia itu sendiri, salah satu dampaknya Definisi Adaptasi
adalah depresi.
Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi
Sebuah penelitian pernah diteliti oleh terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti
Mahendra Dwi Darmawan dari Universitas mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan
Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2016 di Panti lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan
Griya Sehat Bahagia Palur Karanganyar. sesuai dengan keinginan pribadi. Menurut Karta
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 94.5% lansia Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi
mengalami depresi, terbagi dari 41,8% depresi yang pertama disebut penyesuaian diri yang
ringan dan 52,7% depresi sedang, sedangkan 5,5% autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya
tidak mengalami depresi (normal). Banyak faktor bentuk), sedangkan pengertian yang kedua
yang melatar belakangi responden mengalami penyesuaian diri yang alloplastis (allo artinya yang
depresi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui lain, plastis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang
bahwa responden yang tinggal dipanti banyak artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi di
karena faktor keluarga. Anggota keluarga baik anak tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang artinya
ataupun cucu yang sibuk di dalam pekerjaanya “aktif” yang mana pribadi mempengaruhi
mengakibatkan kurangnya berinteraksi kepada lingkungan
responden. Akibat dari kurangnya interaksi antara
Menurut Suparlan adaptasi itu sendiri pada
responden dengan anggota keluarga adalah kurang
hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi
terpenuhinya kebutuhan responden dengan baik.
syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan
Komunikasi yang baik diharapkan oleh responden
kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:
sering tidak dapat terpenuhi dimana anggota
keluarga lebih banyak tidak di rumah dan hanya 1) Syarat dasar alamiah-biologi (manusia
sedikit waktu untuk dapat berkomunikasi dan dapat harus makan dan minum untuk menjaga
memenuhi kebutuhan hidup responden. Meskipun kesetabilan tempratur tubuhnya agar tetap
aktivitas fisik masih dapat dilakukan di rumah, berfungsi dalam hubungan harmonis secara
namun karena dibatasi oleh anggota keluarga yang menyeluruh dengan tubuh lainnya).
merasa khawatir terhadap apa yang dikerjakan 2) Syarat dasar kejiwaan (manusia
responden, maka anggota keluarga menginginkan membutuhkan perasaan tenang yang jauh
responden di bawa ke Panti Griya Sehat Bahagia dari perasaan takut, keterpencilan gelisah).
Palur Karanyanyar dengan harapan responden dapat 3) Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan
beraktivitas dan terpenuhi kebutuhan hidupnya. hubungan untuk dapat melangsungkan
Namun persepsi dari 8 anggota keluarga ternyata keturun, tidak merasa dikucilkan, dapat
berbeda kenyataanya dengan apa yang dialami oleh belajar mengenai kebudayaannya, untuk
responden. Responden yang telah tinggal di panti dapat mempertahankan diri dari serangan
ternyata tidak semuanya dalam kondisi normal. musuh).
Sembilan puluh empat koma lima persen responden
ternyata mangalami depresi. Depresi yang dialami Batasan Pengertian Adaptasi

192
Responsive, Volume 2 Nomor 4 Desember 2019 : 190-198

Menurut Soerjono Soekanto memberikan dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
beberapa batasan pengertian dari adaptasi, yakni: meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
1) Proses mengatasi halangan-halangan dari organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh
lingkungan. pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang
2) Penyesuaian terhadap norma-norma untuk pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan
menyalurkan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
3) Proses perubahan untuk menyesuaikan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah,
dengan situasi yang berubah. 2010)
4) Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang
diciptakan Batasan Lansia
5) Memanfaatkan sumber-sumber yang
terbatas untuk kepentingan lingkungan dan Batasan umur pada usia lanjut dari waktu
sistem. ke waktu berbeda. Menurut World Health
6) Penyesuaian budaya dan aspek lainnya Organitation (WHO) lansia meliputi :
sebagai hasil seleksi alamiah. 1) Usia pertengahan (middle age) antara usia
Dari batasan-batasan tersebut dapat 45 sampai 59 tahun
disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses 2) Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai
penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, 74 tahun
maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses 3) Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai
perubahan ataupun suatu kondisi yang diciptakan. 90 tahun
Lebih lanjut tentang proses penyusuaian tersebut. 4) Usia sangat tua (very old) diatas usia 90
Aminuddin menyebutkan bahwa penyesuaian tahun
dengan tujuan-tujuan tertentu, di antaranya: Berbeda dengan WHO, menurut
1) Mengatasi halangan-halangan dari Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan
lingkungan. lansia menjadi :
2) Menyalurkan ketegangan sosial. 1) Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan
3) Mepertahankan kelanggengan kelompok usia lanjut yang menampakkan kematangan
atau unit sosial. jiwa (usia 55-59 tahun)
4) Bertahan hidup. 2) Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok
3.2 Lansia yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(usia 60-64 tahun)
Definisi Lansia 3) Lansia berisiko tinggi untuk menderita
berbagai penyakit degeneratif (usia >65
Lanjut usia (lansia) adalah bagian dari tahun)
proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-
tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak- Batasan lansia menurut Levinson:
anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Aging
process (proses penuaan merupakan suatu hal yang 1) Lansia peralihan awal, antara 50-55 tahun.
wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang 2) Lansia peralihan menengah, antara 55-60
dikaruniai umur panjang, hanya cepat dan lambatnya tahun.
proses tersebut tergantung pada masing-masing 3) Lansia peralihan akhir, antara 60-65 tahun.
individu. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut World Health Organisation Tugas perkembangan lansia lebih banyak
(WHO), lansia adalah seseorang yang telah berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang dari
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan pada orang lain (Hurlock, 2006). Adapun tugas
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki perkembangan lansia adalah:
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok
yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu 1) Menyesuaikan diri dengan menurunnya
proses yang disebut Aging Process atau proses kekuataan fisik dan kesehataan.
penuaan. 2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun
dan berkurangnya penghasilan keluuarga.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan 3) Menyesuaikan diri dengan kematian
yang ditandai dengan tahapantahapan menurunnya pasangan hidup.
berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan 4) Membentuk hubungan dengan orang-orang
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai seusia.
serangan penyakit yang dapat menyebabkan 5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan yang memuaskan.
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin

193
Pelayanan Panti Werdha Terhadap Adaptasi Lansia
(Ari Afriansyah dan Meilanny Budiarti Santoso)

6) Menyesuaikan dengan sosial secara luwes. kematangan dan bahkan tidak jarang terjadi
pemeranan gender yang terbalik. Para wanita lansia
Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada bisa lebih tegar dibandingkan lansia pria, apalagi
Lansia dalam memperjuangkan hak mereka. Sebaliknya,
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia banyak lansia pria, apalagi dalam memperjuangkan
(Hutapea, 2005) meliputi : hak mereka. Sebaliknya, banyak lanjut usia pria
yang tidak segan-segan memerankan peran yang
1) Perubahan fisik sering wanita kerjakan, seperti mengasuh cucu,
a. Perubahan pada system kekebalan menyiapkan sarapan, membersihkan rumah dan
atau imunologi dimana tubuh sebagainya. Persepsi tentang kondisi kesehatan
menjadi rentan terhadap penyakit berpengaruh kepada kehidupan psikososial, dalam
dan alergi. hal memilih bidang kegiatan yang sesuai dan cara
b. Konsumsi energik turun secara menghadapi persoalan hidup. Perubahan-perubahan
nyata diikuti dengan menurunnya
jumlah energi yang dikeluarkan Tipe-tipe Lansia
tubuh. Penggolongan lanjut usia menurut
c. Air didalam tubuh turun secara Nugroho, 2000 dalam Lilik Ma’rifatul Azizah
signifikan karena bertambahnya (2011:4) dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
sel-sel mati yang diganti lemak.
d. Sistem pencernaan mulai a. Serat Werdatama (Mangun Negoro IV)
terganggu, gigi mulai tanggal,
kemampuan mencerna makan 1) Wong sepuh yaitu orang tua yang
serta penyerapan menjadi lambat sepi hawa nafsu, mengetahui ilmu
dan kurang efisien, gerakan “dwi tunggal”, yakni mampu
peristaltik usus menurun sehingga membedakan baik buruk, antara sajati
sering konstipasi. dan palsu dan antara Gusti (Tuhan)
e. Sistem syaraf menurun yang dan kawulanya.
menyebabkan munculnya rabun 2) Tua sepah yaitu orang tua yang
dekat kepekaan bau dan rasa kosong, tidak tahu rasa, bicaranya
berkurang, kepekaan sentuhan muluk- muluk tanpa isi, tingkah
berkurang. Reaksi menjadi lakunya dibuat-buat dan berlebih-
lambat, fungsi mental menurun lebihan serta memalukan.
dan ingatan visual berkurang. b. Serat Kalatida (Ronggo Warsito)
f. Perubahan pada system
pernafasan ditandai dengan 1) Orang yang berbudi sentosa yaitu
menurunnya elastisitas paru-paru orang tua yang meskipun diridhoi
yang mempersulit pernafasaan Tuhan dengan riski, namun tetap
sehingga dapat mengakibatkan berusaha ingat dan waspada.
munculnya rasa sesak dan tekanan 2) Orang lemah yaitu orang tua yang
darah meningkat. berputus asa, sudah tua mau apa,
g. Perubahan system metabolik, sebaiknya hanya menjauhkan diri
yang menyebabkan gangguan keduniawian, supaya mendapat kasih
metabolisme glukosa karena
sekresi juga menurun karena
timbulnya lemak. Tipe kepribadian lanjut usia menurut
Kuntjoro 2002 dalam Lilik Ma’rifatul Azizah
(2011:4) sebagai berikut:
2) Perubahan psikososial
1) Tipe kepribadian konstruktif (contstruction
Perubahan psikososial menyebabkan rasa personality) yaitu orang yang memiliki
tidak aman, takut, merasa penyakit selalu integritas baik, menikmati hidupnya,
mengancam, sering bingung, panik dan depresi. Hal toleransi tinggi dan fleksibel. Biasanya tipe
itu disebabkan antara lain karena ketergantungan ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang
sosial finansial pada waktu pensiun menyebabkan dan mantap sampai sangat tua. Tipe
kehilangan rasa bangga, hubungan sosial, kepribadian ini biasanya dimulai dari masa
kewibawaan dan sebagainya. mudanya. Lansia bisa menerima fakta proses
menua dan menghadapi masa pensiun dengan
3) Perubahan emosi dan kepribadian bijaksana dan menghadapi kematian dengan
penuh kesiapan fisik dan mental.
Setiap ada kesempatan lanjut usia selalu
melakukan instropeksi diri. Terjadi proses

194
Responsive, Volume 2 Nomor 4 Desember 2019 : 190-198

2) Tipe kepribadian mandiri (independent Fungsi dan Tujuan Panti Werdha


personality) yaitu orang yang mempunyai
kecenderungan mengalami post power Secara umum, Panti Sosial Tresna Werdha
sindrome, apalagi pada masa lansia tidak diisi atau Panti werdha mempunyai fungsi sebagai berikut
dengan kegiatan yang dapat memberikan (Herwijayanti, 1997) :
otonomi. 1) Sebagai tempat untuk menampung manusia
lanjut usia yang menyediakan fasilitas dan
3) Tipe kepribadian tergantung (dependent aktifitas khusus untuk manula yang dijaga
personality) yaitu orang yang biasanya dan dirawat oleh suster atau pekerja sosial
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, (Murti, 2013).
apabila kehidupan keluarga selalu harmonis 2) Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia
pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika dalam memenuhi kebutuhan pokok lansia
pasangan hidup meninggal maka pasangan dengan sistem penyantunan di dalam panti;
yang ditinggalkan akan menjadi sedih yang 3) Menyediakan suatu wadah berupa
mendalam. Tipe ini lansia senang mengalami kompleks bangunan dan memberikan
pensiun, tidak punya inisiatif, pasif tetapi kesempatan pula bagi lansia melakukan
masih tahu diri dan masih dapat diterima oleh aktivitas-aktivitas sosial-rekreas serta
masyarakat. membuat lansia dapat menjalani proses
penuaannya dengan sehat dan mandiri.
4) Tipe kepribadian bermusuhan (hostile
personality) yaitu orang yang setelah Sesuai dengan permasalahan lansia, pada
memasuki lansia tetap merasa tidak puas umumnya penyelenggaraan Panti Werdha
dengan kehidupannya, banyak keinginan mempunyai tujuan antara lain (Departemen Sosial
yang tidak diperhitungkan sehingga RI, 1997) :
menyebabkan kondisi ekonominya menurun.
Mereka menganggap orang lain 1) Untuk menampung manusia lanjut usia
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh dalam kondisi sehat dan mandiri yang tidak
dan curiga. Menjadi tua tidak ada yang memiliki tempat tinggal dan keluarga atau
dianggap baik, takut mati dan iri hati pada yang memiliki keluarga namun dititipkan
yang muda. karena ketidakmampuan keluarga untuk
merawat manula (Murti, 2013).
5) Tipe kepribadian defensive yaitu tipe orang 2) Agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia;
yang selalu menolak bantuan, emosinya tidak 3) Agar dihari tuanya dalam keadaan tentram
terkontrol, bersifat kompulsif aktif. Mereka lahir dan batin.
takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa 4) Dapat menjalani proses penuaannya
pensiun. dengan sehat dan mandiri.

6) Tipe kepribadian kritik diri (self hate


3.4 Pelayanan dan Kebijakan Panti Werdha
personality) yaitu orang yang biasanya
Terhadap Lansia
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung Pelayanan yang Diberikan Panti Werdha
membuat susah dirinya. Selalu menyalahkan
diri, tidak mempunyai ambisi dan merasa Merujuk pada Peraturan Menteri Sosial No.
korban dari keadaan. 19 tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial
Lanjut Usia, pada pasal 7 tercantum bahwa
3.3 Panti Werdha pelayanan dalam panti dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan,
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
dan terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia.
(2005,826): arti dari kata panti werdha adalah rumah
Adapun jenis pelayanan yang diberikan dalam panti,
tempat mengurus dan merawat orang jompo.
meliputi:
Sedangkan menurut Kepala PSTW Yogyakarta Unit
Budhi Luhur, Sutiknar pada seminar peningkatan 1) Tempat tinggal yang layak bagi lansia
kualitas sumber daya manusia melalui brain adalah yang bersih, sehat, aman, nyaman,
development di Jakarta, Selasa (6/12), panti sosial dan memiliki akses yang mudah pada
tresna werdha adalah panti sosial yang mempunyai fasilitas yang dibutuhkan lansia, sehingga
tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi dengan kondisi kemampuan fisiknya yang
lansia terlantar agar dapat hidup secara baik dan makin menurun masih memungkinkan
terawat dalam kehidupan masyarakat baik yang dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
berada di dalam panti maupun yang berada di luar dengan mudah, aman, dan tidak sangat
panti. (Tata Laksana Usia Lanjut di Panti Jompo, tergantung pada orang lain. Umumnya
2011:3). lanjut usia dihadapkan pada masalah

195
Pelayanan Panti Werdha Terhadap Adaptasi Lansia
(Ari Afriansyah dan Meilanny Budiarti Santoso)

hunian sebagai berikut: lokasi kamar yang Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan
berjauhan dengan lokasi kamar mandi, harus sesuai dengan minat, bakat, dan
keadaan kamar mandi yang kurang potensi yang mereka miliki (Annubawati,
mendukung, penggunaan tangga, 2014). Tidak hanya sekedar mengisi waktu
permukaan lantai yang tidak rata, dan alur luang tetapi sesuatu yang menyenangkan,
sirkulasi hunian terhadap fasilitas akan lebih baik jika produktif; sehingga
lingkungan kurang menunjang. Tempat dapat berfungsi sebagai terapi masalah
tinggal yang layak bagi lansia adalah yang psikososial dan emosional yang mungkin
lapang atau barrier free. Hal ini sangat dialami oleh lansia. Demikian juga dengan
bermanfaat bagi lansia, terutama dalam kegiatan rekreasi, seyogyanya tidak hanya
pergerakan atau aksesibilitas dalam rumah, menyenangkan tetapi merupakan
bahkan ketika mereka harus menggunakan kesempatan untuk berinteraksi dengan
kursi roda. Kurniadi (2012) merinci lingkungan di luar panti sehingga mereka
karakterik rumah yang ramah lansia, secara merasa tidak terisolasi tetapi masih
garis besar, terbebas dari tangga dan lantai terhubung dengan lingkungan di
yang tidak rata atau licin, pencahayaan sekitarnya.
yang baik, kamar mandi dekat dengan
kamar dan memungkinkan kursi roda dapat 4) Bimbingan mental dan agama lebih
masuk, dan aman karena mereka kurang ditujukan untuk mengatasi masalah
mampu melindungi dirinya terhadap emosional dan psikologis. Berdasarkan
bahaya. Di negara-negara maju, pelayanan informasi dari Tim Kajian Bentuk
kelompok lanjut usia dilakukan dalam Pelayanan Lanjut Usia di Daerah Istimewa
ruangan khusus, bahkan rumah sakit Yogyakarta, banyak lansia yang tinggal di
khusus dan perkampungan khusus. Adanya panti werdha yang kesepian, sedih, menarik
fasilitas tersebut ditujukan untuk memberi diri dari pergaulan dan kegiatan, pasif,
lingkungan kehidupan yang nyaman dan murung, mengalami emosi negatif,
sesuai bagi kelompok lanjut usia bermusuhan dengan sesama penghuni
(Wijayanti, 2008). Kondisi hunian di dalam panti, dan sebagainya. Untuk membantu
panti pun seyogyanya memperhatikan mengatasi masalah tersebut kegiatan
kebutuhan lansia tersebut. bimbingan mental dan keagamaan melalui
kegiatan konseling dapat membantu
2) Para lansia seyogyanya mendapatkan mereka. Sementara itu, bimbingan sosial
makanan yang sesuai dengan kondisi lebih ditujukan untuk mengatasi masalah
kesehatannya. Oleh karena itu, makanan relasi sosial dengan keluarga atau
untuk lansia sebaiknya dikontrol atas lingkungan sosialnya. Terkait dengan
rekomendasi ahli gizi. Ahli gizi perlu pelaksanaan bimbingan sosial di panti
berkerjasama dengan dokter untuk wedha, Tim Kajian Bentuk Pelayanan
mengetahui kondisi kesehatan lansia atau Lansia di DIY (2014) menemukan bahwa
jenis penyakit yang diderita, untuk di panti werdha ada kecenderungan
menentukan apa yang boleh atau tidak pelayanan bimbingan sosial ini relatif sama
boleh dimakan. Dengan demikian, dengan bimbingan psikologis; belum
makanan untuk masing-masing lansia diarahkan untuk memfasilitasi interaksi
kemungkinan berbeda dengan cara atau komunikasi antar penghuni panti sosial
mengolah yang berbeda pula. Pakaian yang maupun dengan warga masyarakat lainnya.
digunakan sebaiknya bersih, layak dan Masalah relasi sosial seringkali menjadi
nyaman dipakai. Untuk pemeliharaan penyebab atau saling pengaruh
kesehatan seyogyanya terdapat fasilitas mempengaruhi dengan masalah emosional
kesehatan berupa poliklinik yang buka 24 dan psikologis, sehingga memperbaiki
jam dan memberikan pelayanan relasi sosial dengan keluarga atau
kegawatdaruratan yang mudah diakses. lingkungan sosial lainnya akan membantu
Apabila perlu dirujuk, tersedia fasilitas memecahkan masalah emosional dan
ambulans yang siap setiap saat. Biasanya psikologis juga.
diperlukan pula fasilitas fisioterapi.
5) Pelayanan bagi lansia dalam panti
3) Pemanfaatan waktu luang merupakan suatu diberikan sampai dengan lansia meninggal.
upaya untuk memberikan peluang dan Pelayanan yang diberikan merupakan
kesempatan bagi lansia untuk mengisi perawatan jangka panjang (Long-Term
waktu luangnya dengan berbagai kegiatan Care). Oleh karena itu, pelayanan
atau aktivitas yang positif, bermakna, dan pengurusan pemakaman pun turut menjadi
produktif bagi dirinya maupun orang lain.

196
Responsive, Volume 2 Nomor 4 Desember 2019 : 190-198

tanggung jawab panti, sesuai dengan agama sehingga diharapkan mereka dalam menghabiskan
yang dianutnya masing-masing. hari-hari tuanya di dalam panti mendapatkan
ketentraman, kebahagiaan lahir dan batin.
4) Pelayanan Bimbingan Keterampilan

Kebijakan dalam Pelayanan Lansia Pelayanan bimbingan keterampilan


diberikan untuk mengisi waktu luang, meningkatkan
Menurut Undang-undang nomor 13 tahun produktivitas agar dapat menambah penghasilan,
1998 pasal 3 tentang kesejahteraan sosial antara lain: peternakan, pertanian, keterampilan
menyatakan bahwa upaya meningkatkan memijat, membuat barang-barang kerajinan dan
kesejahteraan sosial lanjut usia meliputi pelaksanaan lain-lain. Pelayanan keterampilan bagi lanjut usia
pelayanan bimbingan fisik, pelayanan bimbingan potensial dimaksudkan untuk memberi peluang
keagamaan/ mental spiritual, pelayanan bimbingan untuk mendayagunakan pengetahuan, keahlian,
sosial dan bimbingan keterampilan. kemampuan, keterampilan, dan pengalaman yang
dimilikinya.
1) Pelayanan Bimbingan Fisik
IV. Simpulan
Pelayanan bimbingan fisik merupakan
serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk Proses adaptasi bagi lansia di panti werdha
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan bukanlah suatu hal yang mudah, mengingat setiap
kemampuan lanjut usia agar kondisi fisik, mental lansia memiliki sifat dan perilaku yang berbeda.
dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar. Oleh karena itu dibutuhkan keterlibatan dari
Pelayanan bimbingan fisik dapat berupa penyediaan berbagai pihak untuk membantu proses adaptasi
menu makanan tambahan sesuai dengan kalori yang tersebut, dan yang terutama adalah dari panti werdha
dibutuhkan, kegiatan olahraga/ kebugaran yang itu sendiri.
dilakukan setiap pagi.
Panti werdha dapat diibaratkan sebagai
2) Pelayanan Bimbingan Keagamaan/ Mental “rumah” bagi lansia. Oleh karena itu sebagaimana
Spiritual fungsinya, diharapkan panti werdha, selain
digunakan sebagai tempat tinggal lansia, juga harus
Pelayanan bimbingan keagamaan/ mental berfungsi sebagai tempat yang menyediakan
spiritual merupakan serangkaian kegiatan yang pelayanan dan lingkungan yang sebaik mungkin
bertujuan untuk meningkatkan di ikuti dengan bagi lansia. Pelayanan yang diberikan telah diatur
kegiatan peningkatan iman dan ketakwaan kepada dalam Undang-undang nomor 13 tahun 1998 pasal 3
Tuhan Yang Maha Esa. Agama dapat menjadi tentang kesejahteraan sosial yang menyatakan
landasan perilaku seseorang apabila seseorang bahwa upaya meningkatkan kesejahteraan sosial
tersebut, mengerti, merasakan membiasakan dan lanjut usia meliputi pelaksanaan pelayanan
mengamalkan ajaran agama. Oleh karena itu bimbingan fisik yang berkaitan dengan
diperlukan adanya bimbingan keagamaan sehari- pemeliharaan kesehatan dan kondisi fisik lansia,
hari untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi pelayanan bimbingan keagamaan/ mental spiritual
larangannya, menanamkan betapa pentingnya yang behubungan dengan kerohanian lansia,
agama dalam kehidupan dan mengerti tujuan dari pelayanan bimbingan sosial untuk membantu lansia
agama tersebut. untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya,
3) Pelayanan Bimbingan Sosial dan bimbingan keterampilan yang ditujukan agar
lansia memiliki poduktivitas untuk mengisi waktu
Bimbingan sosial merupakan upaya untuk luangnya.
membantu individu dalam mengenal dan
berhubungan dengan lingkungan sosial yang Dengan adanya kebijakan mengenai
dilandasi dengan tanggungjawab. Menurut pelayanan tesebut, diharapkan panti werdha dapat
Mappiare (1982: 130) bimbingan sosial adalah menciptakan kondisi yang nyaman bagi lansia dan
upaya untuk membantu individu dalam menghadapi dapat membantu lansia tersebut untuk beradaptasi di
keadaan batinnya sendiri dan mengatasi konflik- lingkungannya yang baru.
konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya Daftar Pustaka
sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,
pengisian waktu luang dan sebagainya. Pelayanan A.S. Susanto. 1985. Pengantar Sosiologi
bimbingan sosial diberikan dalam rangka Sosial,Bandung: PT Remaja Rosdakarya
menciptakan hubungan sosial secara serasi dan
harmonis diantara lanjut usia, petugas, pimpinan Annisa, L. 2017. Statistis Penduduk Lanjut Usia
lembaga dengan masyarakat. Petugas panti bersama 2017. Badan Pusat Statistik.
pekerja sosial, relawan senantiasa memberikan
support (dorongan) secara rutin dan terus menerus,

197
Pelayanan Panti Werdha Terhadap Adaptasi Lansia
(Ari Afriansyah dan Meilanny Budiarti Santoso)

Annubawati, E.A. 2014. Pengisian Waktu Luang Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
bagi Lanjut Usia dengan Bimbingan Semarang.
Keterampilan. Melalui
http://budhidharma.kemsos.go.id/modul Murti, R. Indira. 2013. Perancangan Interior Pada
es.php?name=News&file=article&sid=1 73 Panti Jompo Melania Di Bandung. Thesis.
Universitas Bina Nusantara. Jakarta.
Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut
Usia. Graha Ilmu. Yogyakarta. Peraturan Menteri Sosial No. 19 tahun 2012 tentang
Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Christanti, D.A., Santoso, M.B., dan Wibhawa,
B. 2016. Asesmen Spiritualitas Dalam Septiani, M. 2017. “Adaptasi Mahasiswa Papua Di
Praktik Pekerjaan Sosial (Studi Kasus Bandar Lampung (Studi Pada Mahasiswa
Spiritualitas Lansia di Balai asal Papua di Universitas Lampung)”.
Perlindungan Sosial Tresna Werdha). Skripsi. FISIP, Program Studi Ilmu
Bandung: Unpad Press. Komunikasi, Universitas Lampung.
Darmawan, M. 2016. “Gambaran Tingkat Depresi Suryo, H. 2011. “Gambaran Depresi Pada Lansia Di
Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti Griya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta”.
Sehat Bahagia Palur Karanganyar”. Skripsi. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Muhammadiyah Surakarta.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Fatmah . 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga. Jakarta. Kesejahteraan Lanjut Usia
Hawari, Dadang. 2012. Pendekatan Holistic pada W. A. Gerungan. 1996. Psikologi Sosial.
Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta : FKUI Bandung: Eresco.
Humaedi, S. dan Sulastri, S. 2017. Pelayanan Lanjut Wijayanti. 2008. “Hubungan Kondisi Fisik RTT
Usia Terlantar Dalam Panti. Prosiding KS: Lansia Terhadap Kondisi Sosial Lansia
Riset & PKM. Vol 4(1). 155-164. di RW 03 RT 05 Kelurahan Tegalsari,
Kecamatan Candisari”. ENCLOSURE
Hurlock, E. B. 2006. Psikologi Perkembangan Suatu Volume 7 No. 1 Maret 2008 hlm. 38-49
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan
Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Permukiman. Melalui
http://eprints.undip.ac.id/20145/1/5.p
Hutapea, Ronald. 2005. Sehat dan Ceria Diusia df
Senja. PT Rhineka Cipta: Jakarta
Winata, A. 2014. “Adaptasi Sosial Mahasiswa
Indarwati. 2014. “Peranan Pekerja Sosial Dalam Rantau Dalam Mencapai Prestasi
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Lanjut Akademik”. Skripsi. FISIP, Program Studi
Usia (Lansia) Di Unit Rehabilitasi Sosial Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas
Purbo Yuwono Brebes”. Skripsi. Fakultas Bengkulu.

198

Anda mungkin juga menyukai