Agustus 2019
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
-----
Keterangan Cover:
Proses Konstruksi Jembatan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara
Fotografer: Daniel A.P
KATA
PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat dan ridha- Laporan
Perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara Agustus 2019
diterbitkan. Buku ini disusun setiap triwulan dan merupakan asesmen
terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan
pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses
keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang,
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek
perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini di samping
bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank
Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial maupun sistem pembayaran,
juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat
keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin
berperan sebagai strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.
Dalam penyusunan laporan ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga
bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan dinas-
dinas terkait, BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi
Tenggara, berbagai perusahaan, perbankan, asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal
tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak
yang membantu penyusunan buku ini.
Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami
perekonomian Sulawesi Tenggara. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan
untuk menghasilkan kajian yang lebih baik ke depan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan ridha-Nya dan menerangi setiap langkah kita.
NILAI-NILAI STRATEGIS
Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai
untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:
Trust and Integity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and
Teamwork yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 5
1.1. KONDISI UMUM 6
1.2. SISI PERMINTAAN 7
1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga 8
1.2.2. Konsumsi Pemerintah 9
1.2.3. Investasi 9
1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri 11
1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA UTAMA 13
1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 14
1.3.2. Pertambangan dan Penggalian 15
1.3.3. Industri Pengolahan 16
1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran 17
1.3.5. Konstruksi 18
1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 18
iii
4.3.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi 52
4.3.3.1 Dana Pihak Ketiga Korporasi di Perbankan 52
4.3.3.2 Kredit Korporasi dari Perbankan 52
4.4. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA 53
4.4.1. Aset Bank Umum 53
4.4.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 54
4.4.3. Penyaluran Kredit 56
4.4.4. Perbankan Syariah 58
4.4.5. Bank Perkreditan Rakyat 59
4.5. AKSES KEUANGAN 60
4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM 60
4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk 60
Daftar Istilah
Tim Penyusun
iv
DAFTAR
GRAFIK
Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara 42
Grafik 4.2 Pangsa Kredit dan DPK RT terhadap total Kredit dan DPK Sulawesi Tenggara 42
v
Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara 43
Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga 43
Grafik 4.5 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 44
Grafik 4.6 DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 44
Grafik 4.7 Saving Ratio Rumah Tangga 44
Grafik 4.8 Kepemilikan Produk Perbankan 44
Grafik 4.9 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara 45
Grafik 4.10 Pertumbuhan DPK RT Sulawesi Tenggara 45
Grafik 4.11 Komposisi DPK RT Sulawesi Tenggara 45
Grafik 4.12 Pertumbuhan DPK RT berdasarkan jenisnya 45
Grafik 4.13 Komposisi Kredit RT di Sulawesi Tenggara 46
Grafik 4.14 Komposisi Penggunaan Kredit RT di Sulawesi Tenggara 46
Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT 46
Grafik 4.16 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT 46
Grafik 4.17 Pertumbuhan KPR Berdasarkan Besaran Kredit 47
Grafik 4.18 NPL dan Suku Bunga KPR 47
Grafik 4.19 Pertumbuhan KKB Berdasarkan Besaran Kredit 47
Grafik 4.20 NPL dan Suku Bunga KKB 47
Grafik 4.21 Pertumbuhan Multiguna Berdasarkan Besaran Kredit 48
Grafik 4.22 NPL dan Suku Bunga Multiguna 48
Grafik 4.23 Pangsa Komoditas Ekspor 48
Grafik 4.24 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 48
Grafik 4.25 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison 50
Grafik 4.26 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara 51
Grafik 4.27 Perkembangan Kondisi Rentabilitas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara 51
Grafik 4.28 Komposisi DPK Korporasi di Perbankan Sulawesi Tenggara 52
Grafik 4.29 Pertumbuhan DPK Korporasi di Perbankan Sulawesi Tenggara 52
Grafik 4.30 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 52
Grafik 4.31 Pertumbuhan Kredit Korporasi 52
Grafik 4.32 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara 54
Grafik 4.33 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank 54
Grafik 4.34 Komposisi DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara 55
Grafik 4.35 Pertumbuhan DPK Per Penempatan 55
Grafik 4.36 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 56
Grafik 4.37 Perkembangan NPL Bank Umum di Sulawesi Tenggara 56
Grafik 4.38 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 57
Grafik 4.39 Perkembangan NPL Bank Umum di Sulawesi Tenggara 58
Grafik 4.40 Pangsa Perbankan Syariah 58
Grafik 4.41 Perkembangan DPK Syariah 58
Grafik 4.42 Perkembangan Pembiayaan Syariah 58
Grafik 4.43 NPF Pembiayaan Syariah 58
Grafik 4.44 Perkembangan Aset BPR 59
Grafik 4.45 Pertumbuhan Kredit BPR 59
Grafik 4.46 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara 59
Grafik 4.47 Pangsa Kredit BPR per Sektoral 59
Grafik 4.48 Pangsa Kredit UMKM 60
Grafik 4.49 Pertumbuhan Kredit UMKM 60
Grafik 4.50 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara 61
Grafik 4.51 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja 61
Grafik 4.52 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara 61
Grafik 4.53 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 61
vi
Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di 65
Sulawesi Tenggara
Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian 65
Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara 66
Grafik 5.10 Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat 66
Grafik 5.11 Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 66
Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 66
Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 67
Grafik 5.14 Aliran Transaksi Transfer Dana Inflow Dari Luar Negeri 67
Grafik 5.15 Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 67
Grafik 5.16 Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow Dari Luar Negeri 67
Grafik 5.17 Aliran Transaksi Transfer Dana Inflow Domestik 68
Grafik 5.18 Transaksi Pembelian Uang Kertas Asing 68
Grafik 5.19 Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow DomestiK 68
Grafik 5.20 Pangsa Pembelian mata Uang Asing Per Pecahan 68
Grafik 5.21 Perkembangan Jumlah Agen LKD di Sulawesi Tenggara 69
Grafik 5.22 Perkembangan Rekening Uang Elektronik di Sulawesi Tenggara 69
Grafik 5.23 Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow Domestik 69
Grafik 5.24 Jenis Transaksi Yang Dilakukan di Agen LKD 69
Grafik 5.25 Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara 70
Grafik 5.26 Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara 70
Grafik 5.27 Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas 71
Grafik 5.28 Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara 71
Grafik 5.29 Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow 72
Grafik 5.30 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan 72
vii
DAFTAR
DAFTAR TABEL
TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8
Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 14
Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm) 31
Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 32
Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm) 33
Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi
Tabel 3.4 37
Tenggara
Tabel 4.1 DSR Rumah Tangga Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Tingkat Pengeluaran 45
Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Korporasi Sektor berdasarkan Sektor dan
Tabel 4.2 53
Jenis
Tabel 4.3 Aset Bank Umum Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2019 54
Tabel 4.4 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2019 55
Tabel 4.5 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Posisi Triwulan II 2019 57
Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia diatas 15 Tahun di Sulawesi Tenggara 75
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara Menurut Komponen
Tabel 6.2 78
2011-2018
viii
TABEL
INDIKATOR
PDRB DAN IHK
2018 2019
Indikator
I II III IV I II
Indeks Harga Konsumen
- Kendari 125.98 129.54 128.03 128.43 129.05 135.35
- Baubau 132.42 136.56 133.46 133.69 136.45 137.69
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
- Sulawesi Tenggara 2.39 1.79 1.40 2.66 2.60 3.49
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,914 5,109 5,209 5,322 5,147 5,420
2. Pertambangan dan Penggalian 4,215 4,629 4,822 4,932 4,530 4,932
3. Industri Pengolahan 1,391 1,294 1,404 1,303 1,402 1,499
4. Pengadaan Listrik, Gas 11 11 11 11 11 12
5. Pengadaan Air 39 40 43 43 41 42
6. Konstruksi 2,420 2,770 2,959 3,115 2,652 2,861
7. Perdagangan Besar & Eceran, 2,523 2,782 2,859 2,976 2,731 2,999
8. Transportasi dan Pergudangan 976 1,053 1,085 1,091 996 1,074
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 120 127 133 134 128 129
10. Informasi dan Komunikasi 535 537 541 556 574 580
11. Jasa Keuangan 486 493 485 485 493 511
12. Real Estate 318 337 334 340 326 342
13. Jasa Perusahaan 44 48 48 49 46 50
14. Adm Pemerintahan, 1,004 1,131 1,176 1,215 1,095 1,197
15. Jasa Pendidikan 987 1,022 1,098 1,078 1,084 1,087
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 204 212 215 216 219 222
17. Jasa Lainnya 307 311 314 327 322 328
PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,036 10,413 10,632 10,686 10,603 11,059
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 226 238 240 246 254 268
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,535 3,153 3,273 3,529 2,622 3,344
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,408 9,140 9,575 9,994 8,743 9,493
5. Perubahan Inventori 364 (257) 194 (133) (60) (57)
6. Eksport Luar Negeri 2,832 2,809 3,992 4,140 4,257 5,658
7. Import Luar Negeri 1,910 2,484 1,847 3,160 1,796 2,141
8. Net Eksport Antar Daerah (1,997) (1,107) (3,324) (2,108) (2,823) (4,337)
Total PDRB (Rp Miliar) 20,495 21,905 22,736 23,193 21,800 23,286
Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 6.1 6.1 7.1 6.2 6.4 6.3
AGUSTUS
2019
Inflasi Daerah
Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2019
Tekanan inflasi Sultra mencapai 3,49% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan
mengalami peningkatan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,60% (yoy). Berdasarkan
pada triwulan II 2019 kelompoknya, meningkatnya tekanan inflasi disebabkan oleh
dibandingkan dengan peningkatan pada kelompok bahan makanan meskipun tertahan oleh
periode sebelumnya. penurunan pada kelompok perumahan dan kelompok transportasi.
Gangguan produksi pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-
bumbuan menjadi faktor utama meningkatnya tekanan inflasi tahunan
bahan makanan di Sulawesi Tenggara pada periode laporan. Namun,
penurunan tekanan inflasi bahan bakar rumah tangga dan penurunan
tarif dasar listrik serta kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah
untuk tarif angkutan udara menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan inflasi pada kelompok perumahan dan kelompok transportasi,
sehingga menahan peningkatan tekanan inflasi tahunan pada periode
laporan. Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah bersama Bank Indonesia melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah
(TPID) Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan II 2019 difokuskan
pada upaya menjaga kestabilan harga melalui berbagai kegiatan untuk
menjamin ketersediaan stok dan kelancaran distribusi komoditas
pangan terutama menjelang hari besar keagamaan nasional.
EKONOMI
MAKRO
REGIONAL
1
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
5
Loading Peti Kemas di Pelabuhan
Ekonomi Makro Regional Keuangan Pemerintah Perkembangan Inflasi Stabilitas Keuangan Daerah
Daerah
1.1. KONDISI UMUM kenaikan yang terjadi pada sektor lainnya seperti
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
Pada triwulan II 2019, pertumbuhan ekonomi
dan ekspor luar negeri. Sementara itu dari sisi
Sulawesi Tenggara mengalami moderasi setelah
penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi
mengalami kenaikan pada periode sebelumnya.
Sulawesi Tenggara didorong oleh menurunnya
Pada periode laporan, perekonomian Sulawesi
kinerja lapangan usaha pertambangan,
Tenggara tercatat tumbuh sebesar 6,3% (yoy),
konstruksi, transportasi dan lapangan usaha
melemah dibandingkan dengan triwulan I 2019
perdagangan besar dan eceran.
yang tumbuh sebesar 6,4% (yoy) (Grafik 1.1).
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sejalan Seiring dengan perlambatan pertumbuhan
dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang ekonomi di Sulawesi Tenggara, pangsa
tumbuh stabil dengan kecenderungan sedikit perekonomian Sulawesi Tenggara terhadap
mengalami perlambatan yaitu dari 5,07% (yoy) perekonomian Sulawesi cenderung mengalami
pada triwulan I 2019 menjadi 5,05% (yoy) pada penurunan. Pada triwulan II 2019, andil
triwulan II 2019. perekonomian Sulawesi Tenggara terhadap
perekonomian Sulawesi tercatat sebesar 10%,
Dari sisi permintaan, penurunan pertumbuhan
mengalami penurunan dibandingkan dengan
perekonomian Sulawesi Tenggara disebabkan
periode sebelumnya yang sebesar 12,5%.
oleh menurunnya investasi, dan naiknya net
Berdasarkan peringkatnya, Sulawesi Tenggara
ekspor antar daerah meskipun tertahan oleh
%, yoy
8,0%
7,5% Sultra 6,3%
2017=6,8% Sultra 6,4%
7,0%
6,5% 2018=6,4%
6,0%
5,5%
5,0%
4,5% 5,1%5,1%
4,0%
3,5%
3,0%
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019
Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional
(YoY)
PDRB ≥ 7,0%
15,00
% 2,64 12,51
12,08 0,56 13,00
8,58 10,82
10,00 1,87 3,23 9,92 2,31
1,54 6,95
5,45 3,57 3,39 3,15 3,63
5,00 2,90 2,77 2,23 1,63 1,61 2,47
1,01
3,16 3,34 2,90 2,70 2,69 3,12 3,17 3,05 2,90 3,08 3,02 3,02
0,00
-2,36 -4,27 -4,50
-6,58 -4,95 -1,28
-5,00 -10,31 -2,08
-10,00
-15,00
-20,00
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019 2017 2018
Konsumsi Kons. Pemerintah Investasi Perubahan Inventori Ekspor Impor Net Ekspor AD
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.4 Source of Growth Sisi Permintaan
masih menjadi provinsi dengan pangsa akselerasi perekonomian Sulawesi Tenggara pada
perekonomian terbesar ketiga setelah Sulawesi periode mendatang.
Selatan dan Sulawesi Tengah. Sementara itu,
1.2. SISI PERMINTAAN
sumbangan perekonomian Sulawesi Tenggara
terhadap perekonomian nasional pada periode Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen
laporan masih cukup stabil dengan pangsa pengeluaran pada PDRB), penurunan
sebesar 0,85%. pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II 2019
berasal dari penurunan investasi dan kenaikan net
Memasuki triwulan III 2019, perkembangan
ekspor antar daerah meskipun tertahan oleh
beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara
kenaikan yang terjadi pada sektor utama.
mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren
Berdasarkan pangsanya, perekonomian Sulawesi
meningkat dengan kisaran 6,2% - 6,6% (yoy).
Tenggara masih didominasi oleh 4 sektor, yaitu
Hasil survei yang dilakukan oleh KPw Bank
konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor luar
Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara dan
negeri dan konsumsi pemerintah dengan pangsa
pendalaman informasi yang dilakukan melalui
masing-masing sebesar 49,7%, 39,2%, 19,9%
liaison juga mengindikasikan akan terjadi dan 15,5% (Tabel 1.1).
perbaikan kondisi usaha, penjualan dan investasi.
Berdasarkan hasil proyeksi, lapangan usaha Selanjutnya pada triwulan III 2019, diperkirakan
pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan akan terjadi akselerasi pertumbuhan ekonomi
usaha industri pengolahan dan lapangan usaha yang didorong oleh peningkatan investasi dan
transportasi dan pergudangan akan mengalami penurunan net ekspor antar daerah. Investasi
akselerasi pada triwulan III 2019 sehingga diperkirakan akan mengalami akselerasi seiring
mendorong akselerasi perekonomian Sulawesi dengan berlangsungnya realisasi pembangunan
Tenggara secara menyeluruh. Namun oleh pemerintah dan kembali berlangsungnya
perlambatan pada lapangan usaha pertambangan pembangunan setelah dampak banjir di triwulan II
dan penggalian dan lapangan usaha konstruksi 2019. Hal ini didorong oleh adanya
menjadi faktor yang dapat menahan laju pembangunan pabrik pengolahan stainless steel
akselerasi perekonomian pada periode tersebut. di Konawe, pabrik pengolahan gula di Bombana
Sementara dari sisi permintaan, percepatan dan pabrik pengolahan rumput laut di Buton.
pertumbuhan pada sektor utama seperti Sementara itu, penurunan net ekspor antardaerah
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah didukung oleh kembali normalnya aktivitas
dan ekspor diperkirakan mampu mendorong masyarakat paska HKBN sehingga permintaan
akan cenderung stabil dan base effect dari
pertumbuhan yang tinggi pada periode yang 9,0% (yoy), mengalami sedikit perlambatan
sama tahun sebelumnya dibandingkan dengan pertumbuhan kredit
konsumsi periode sebelumnya yang sebesar 9,3%
1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga
(yoy) (Grafik 1.6). Meskipun demikian,
Realisasi Triwulan II 2019 outstanding kredit konsumsi mengalami
Pada triwulan II 2019 konsumsi rumah tangga peningkatan yang yaitu sebesar Rp306,8 miliar,
tercatat tumbuh sebesar 6,2% (yoy), mengalami yaitu dari Rp16 triliun pada triwulan I 2019
akselerasi pertumbuhan dibandingkan dengan menjadi Rp16,3 triliun pada triwulan II 2019.
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,7%
Tracking Tw III 2019
(yoy). Akselerasi pertumbuhan tersebut terjadi
Pada triwulan III 2019, konsumsi masyarakat
karena adanya momen hari raya keagamaan dan
diperkirakan akan stabil dengan kecenderungan
libur panjang yang mendorong masyarakat untuk
sedikit menurun dengan kisaran 6,2% - 6,4%
meningkatkan konsumsi.
(yoy). Hal ini disebabkan oleh normalisasi
Selain faktor tersebut, perlambatan konsumsi konsumsi masyarakat setelah periode hari raya,
masyarakat juga disebabkan oleh kecenderungan namun diperkirakan akan terjadi penurunan
masyarakat yang meningkatkan kehati-hatiannya harga komoditas dalam beberapa periode
dalam menanggapi kondisi perekonomian saat mendatang karena beroperasinya Kendari New
ini. Hal tersebut tercermin dari dana pihak ketiga Port yang dapat mempermudah kelancaran
perbankan yang dihimpun dari masyarakat (DPK distribusi barang dan memberikan stimulus
perseorangan) mengalami peningkatan yang konsumsi masyarakat.
cukup signifikan terutama pada giro. Giro mampu
tumbuh sebesar 29,7% (yoy), dibandingkan Faktor-faktor yang dapat mendukung naiknya
dengan periode sebelumnya yang tumbuh konsumsi masyarakat di triwulan III 2019 adalah
sebesar 15,6% (yoy). Pertumbuhan tersebut adanya pembayaran gaji ke-14 ASN pada bulan
mendorong peningkatan DPK perseorangan yang Juli 2019 yang dapat mendorong terjadinya
tercatat tumbuh sebesar 14,12% (yoy) meskipun konsumsi. Selain itu, secara nominal terjadi
pada jenis DPK lainnya seperti tabungan dan giro peningkatan penyaluran Program Keluarga
mengalami perlambatan pertumbuhan (Grafik Harapan (PKH) tahap pertama yang sangat
1.5). signifikan yaitu mencapai 185,6% (yoy). Namun,
terdapat indikator yang menahan laju
Perlambatan konsumsi masyarakat tersebut juga
perlambatan antara lain nilai IKK dari survei
tercermin dari perlambatan penyaluran kredit
Konsumen yang mengalami penurunan menjadi
perbankan untuk kredit konsumsi. Pada triwulan II
136,3 dimana pada triwulan II 2019 sebesar
2019, kredit konsumsi tercatat tumbuh sebesar
136,9. Selain itu, kredit konsumsi pada bulan Juli
% (YoY) yoy
Rp Triliun
20.0%
16.3% 15.6% 18,00 16,37 17,0%
14.2% 13.7%
15.0% 16,00 16,0%
11.7% 11.1% 14,00 15,0%
10.0% 12,00 14,0%
5.6%
10,00 13,0%
5.0%
8,00 12,0%
0.0% 6,00 11,0%
9,0%
Dana Pihak Tabungan Giro Deposito 4,00 10,0%
-5.0% Ketiga 2,00 9,0%
-7.2% - 8,0%
-10.0%
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019
Tw I 2019 Tw II 2019 Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi KC/KCP, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 1.5 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Grafik 1.6 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi
Tenggara
%, (Q TQ )
Likert Scale (g) PDRB yoy
25,0 7,00 30,00
6,00
20,0 25,00
5,00
15,0 20,00
4,00
10,1 11,0
3,00 1,24 15,00
10,0 7,3
2,00 0,5 10,00
5,0 2,0 1,00
3,983,86 5,00
- 0,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
I II III IV I II III IV I II III IV I II -1,00 0,00
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2016 2017 2018 2019
(g) PMTB (Right Axis) LS Investasi
Realisasi Investasi
sebesar 11% (qtq). Perlambatan investasi terjadi tercatat sebesar 166,5 juta USD. PMA di Sulawesi
di seluruh sektor utama yaitu lapangan usaha Tenggara masih didominasi untuk mendorong
pertanian, pertambangan dan penggalian, pengembangan industri logam dasar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengolahan hasil
konstruksi, industri pengolahan dan lapangan
pertambangan masih menjadi primadona utama
usaha perdagangan besar dan eceran.
bagi investor asing untuk menanamkan modalnya
Perlambatan juga ditunjukkan melalui likert scale di Sulawesi Tenggara.
hasil liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Kondisi serupa juga terjadi pada realisasi
yang tercatat sebesar 0,5 lebih rendah
penanaman dalam negeri (PMDN) yang
dibandingkan triwulan I 2019 yang tercatat
mengalami kenaikan pertumbuhan dibandingkan
sebesar 1,24. Sebagian besar pelaku usaha
dengan periode sebelumnya. Pada triwulan II
cenderung menahan kegiatan investasi sejalan
2019 PMDN mampu tumbuh sebesar 1356,3%
dengan penurunan penjualan domestik.
(yoy) meningkat signifikan dibandingkan triwulan
Namun, perlambatan yang terjadi di periode I 2019 yang terkontraksi sebesar 70,5%.
laporan tertahan oleh adanya realisasi PMA dan Berdasarkan sektornya, penanaman modal yang
PMDN yang meningkat. Realisasi PMA mengalami dilakukan oleh investor dalam negeri sedikit
pertumbuhan sebesar 100,4% (yoy) lebih tinggi berbeda dengan investor asing. Penanaman
dibandingkan triwulan lalu yang terkontraksi modal yang dilakukan oleh investor dalam negeri
sebesar 0,5% (yoy). Secara nominal, nilai PMDA didominasi oleh industri logam dasar dan industri
pada triwulan II 2019 sebesar 250,5 juta USD, makanan. Selain itu, investasi yang dilakukan
meningkat dibandingkan triwulan I 2019 yang masyarakat juga turut menjadi penahan
perlambatan investasi di periode laporan. Pada sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar
triwulan II 2019, kredit investasi mampu tumbuh 50,31% (yoy). Kenaikan kinerja ekspor tersebut
sebesar 37% (yoy), lebih tinggi dibandingkan disebabkan oleh naiknya pertumbuhan ekspor
dengan periode sebelumnya yang tumbuh komoditas utama yaitu feronikel.
sebesar 33,7% (yoy).
Ekspor feronikel pada triwulan II 2019 tumbuh
Tracking Tw III 2019 sebesar 133,8% (yoy), mengalami peningkatan
Pada triwulan III 2019, investasi diperkirakan akan pertumbuhan yang signifikan dibandingkan
mengalami akselerasi pertumbuhan dengan dengan periode sebelumnya yang tumbuh
perkiraan berada pada rentang 4,6% 5% (yoy). sebesar 59,1% (yoy). Pada periode laporan,
Akselerasi pertumbuhan tersebut didorong oleh realisasi ekspor feronikel tercatat mencapai 368
berlangsungnya realisasi pembangunan oleh juta USD, meningkat sebesar 128,5 juta USD
pemerintah serta berlangsungnya pembangunan dibandingkan dengan nominal ekspor pada
infrastruktur atas dampak banjir yang terjadi di periode sebelumnya. Namun, ekspor biji nikel
periode sebelumnya. Hal ini diperkuat oleh data pada triwulan II 2019 mengalami penurunan
kredit investasi di bulan Juli 2019 yang tercatat pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya.
sebesar Rp6,2 triliun dengan pertumbuhan Pada triwulan II 2019, ekspor biji nikel mengalami
208,38% (yoy) dimana pada triwulan II 2019 tercatat tumbuh sebesar 0,1% (yoy) menurun
realisasi kredit investasi sebesar Rp6,09 triliun. signifikan dibandingkan triwulan I 2019 yang
Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan tumbuh sebesar 27,1% (yoy). Secara nominal,
global yang berkurang seiring dengan respons realisasi ekspor bijih nikel tercatat sebesar 57,6
kebijakan negara maju yang lebih longgar juta USD atau menurun sebesar 32,6 juta USD
mendorong aliran modal asing masuk ke negara dibandingkan triwulan I 2019. Penurunan ekspor
berkembang. biji nikel ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca di
periode laporan yang memiliki curah hujan tinggi
1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri
sehingga mempengaruhi kegiatan penambangan
Realisasi Ekspor Triwulan II 2019
dan pengiriman. Curah hujan yang tinggi
Ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada
membuat kegiatan penambangan terhenti untuk
triwulan II 2019 mengalami peningkatan yang
sementara dan kegiatan pengiriman juga tidak
cukup signifikan. Pada periode tersebut ekspor
dapat dilakukan karena dapat menurunkan
Sulawesi Tenggara tumbuh hingga 101,4% (yoy),
kuantitas dan kualitas biji nikel sampai ke tempat
lebih tinggi dibandingkan dengan periode
tujuan. Selain kedua komoditas utama tersebut,
penurunan kinerja ekspor juga terjadi pada hasil pertumbuhan sebesar 26,1% (yoy). Jika dilihat
perikanan yang menjadi penyumbang ekspor berdasarkan nilai impor barang secara riil dari
tertinggi ketiga di Sulawesi Tenggara. Ekspor hasil data Bea Cukai, impor Sulawesi Tenggara pada
perikanan tumbuh 6,6% (yoy), lebih rendah periode laporan adalah sebesar 120,1 juta USD,
dibandingkan triwulan I 2019 yang mampu mengalami peningkatan jika dibandingkan
tumbuh 26,8% (yoy). Hampir seluruh komoditas dengan periode sebelumnya yang sebesar 71,1
hasil perikanan mengalami penurunan jumlah juta USD.
ekspor dibandingkan periode lalu, sementara
Pada triwulan II 2019, impor barang modal
daging ikan mengalami kenaikan ekspor dari 3,4
terkontraksi 20,2% (yoy), mengalami
juta USD menjadi 4,2 juta USD di triwulan II 2019.
perlambatan dibandingkan dengan periode
Dari sisi negara mitra dagang, Tiongkok masih sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,1% (yoy). Di
menjadi negara tujuan ekspor utama dengan sisi lain, barang konsumsi mengalami kenaikan
pangsa sebesar 82,6% kemudian diikuti oleh yang cukup signifikan menjadi 158,1% (yoy)
India dan Taiwan dengan pangsa masing-masing setelah mengalami perlambatan pada triwulan
sebesar 14,7% dan 3,3%. Mengingat fakta lalu sebesar 20,2% (yoy). Kenaikan juga terjadi
bahwa dominannya ekspor hasil pertambangan pada barang antara yang saat ini naik sebesar
dan Tiongkok sebagai mitra dagang Sulawesi 77,5% (yoy) dimana tahun lalu tumbuh sebesar
Tenggara, perlu dilakukan berbagai upaya untuk 38,7% (yoy). Berdasarkan nominalnya, kenaikan
mendorong diversifikasi ekspor terlebih dengan tertinggi terjadi pada impor barang antara, yaitu
kondisi perekonomian global yang masih ketat dari 41,7 juta USD menjadi 71,1 juta USD atau
dan perekonomian Tiongkok yang diperkirakan naik sebesar 29,3 juta USD. Penurunan impor
akan mengalami perlambatan. pada barang modal tersebut disebabkan oleh
kenaikan pembelian alat-alat pendukung kegiatan
Realisasi Impor Luar Negeri Triwulan II 2019
industri.
Pada triwulan II 2019, impor Sulawesi Tenggara
tercatat mengalami kontraksi dan menjadi faktor Berdasarkan pangsanya, impor Sulawesi Tenggara
yang menahan perlambatan pertumbuhan masih didominasi oleh barang antara dengan
ekonomi Sulawesi Tenggara. Kinerja impor pada pangsa sebesar 59,2% kemudian diikuti oleh
periode tersebut terkontraksi sebesar 19,2% impor barang modal dengan pangsa sebesar
(yoy), mengalami penurunan jika dibandingkan 40,3%. Sementara untuk sumber barangnya,
dengan periode sebelumnya yang mengalami kegiatan impor Sulawesi Tenggara masih
didominasi oleh barang-barang dari Tiongkok Tiongkok setelah tidak diperolehnya kata sepakat
dengan pangsa mencapai 87,6% kemudian diikut dari kedua negara tersebut dapat mempengaruhi
oleh Australia dengan pangsa sebesar 10,6% dan kinerja ekspor komoditas nikel dan olahannya
Belanda. yang selama ini menjadi penyumbang utama. Di
sisi lain, impor Sulawesi Tenggara pada triwulan
Tracking Triwulan III 2019 berjalan diperkirakan akan mengalami akselerasi
Memasuki triwulan III 2019, kinerja ekspor luar siring dengan meningkatnya permintaan atas
negeri diperkirakan akan mengalami penurunan. barang modal dan antara guna mendukung
Penurunan tersebut didorong oleh adanya operasional smelter.
normalisasi kinerja ekspor setelah berlangsungnya
1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA
ekspor bijih nikel kadar rendah pada periode
UTAMA
sebelumnya. Hal ini juga diperkuat oleh adanya
Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan
penurunan produksi ikan di Sulawesi Tenggara
ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2019
sesuai dengan hasil FGD dan liaison. Penurunan
disumbangkan oleh penurunan kinerja beberapa
produksi ini menyebabkan jumlah ekspor
lapangan usaha utama yaitu lapangan usaha
perikanan akan semakin menurun. Selain itu,
pertambangan dan penggalian, lapangan usaha
bahan baku pembuatan feronikel (bijih nikel
konstruksi dan lapangan usaha perdagangan
kadar 1,7 ke atas) semakin terbatas di Sulawesi
besar dan eceran. Berdasarkan pangsanya,
Tenggara sehingga ekspor feronikel diperkirakan
perekonomian Sulawesi Tenggara masih
akan menurun. Selain itu, kembali meningkatnya
didominasi oleh lapangan usaha primer yaitu
tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
8,00
6,00 0,72
1,24 1,04 0,63 0,48 0,86
0,27 0,01 1,01 1,12 1,02 0,99 0,42 0,83
4,00 1,05 0,90 0,93 0,42
0,24 0,27 0,80
1,16 0,63 1,13
3,07 2,32 3,04 1,61 2,54
2,00 1,79 1,30 1,10 1,70 1,38 1,44
1,50
1,19 1,49 1,28 1,45 1,39 1,51 1,77 1,26 1,14 1,42 1,35 1,48
0,00
-2,00
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019 2017 2018
perikanan dan lapangan usaha pertambangan tertahan oleh perlambatan pada lapangan usaha
dan penggalian dengan pangsa masing-masing pertambangan dan perdagangan dan lapangan
sebesar 22,9% dan 201,2%. Selain itu, Sulawesi usaha konstruksi.
Tenggara juga memiliki 3 lapangan usaha utama
lainnya, yaitu lapangan usaha perdagangan besar 1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
dan eceran sebesar 12,7%, lapangan usaha Realisasi Triwulan II 2019
konstruksi dengan pangsa sebesar 12,7% dan Pada triwulan II 2019, lapangan usaha pertanian,
lapangan usaha industri pengolahan sebesar kehutanan dan perikanan (selanjutnya disebut
6,5%. Struktur ekonomi tersebut tidak usaha pertanian) mengalami akselerasi
mengalami perubahan yang signifikan dalam pertumbuhan. Lapangan usaha tersebut tumbuh
beberapa tahun terakhir. sebesar 6,1% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,7% (yoy).
Pada periode mendatang, perekonomian Sulawesi Akselerasi pertumbuhan didorong oleh naiknya
Tenggara diperkirakan akan mengalami akselerasi pertumbuhan produksi padi pada periode
pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh laporan. Produksi padi yang tercermin dari luas
akselerasi pada lapangan usaha pertanian, panen padi tercatat mengalami kenaikan
kehutanan dan perikanan, lapangan usaha pertumbuhan menjadi 0,4% (yoy) setelah
industri pengolahan dan lapangan usaha terkontraksi pada triwulan lalu sebesar 18,5%
perdagangan besar dan eceran. Namun (yoy). Luas panen padi di triwulan II 2019 adalah
pertumbuhan tersebut diperkirakan akan 59,4 ribu Ha meningkat signifikan dibandingkan
59 11
80%
Thousands
60
60% 10 60%
50 40% 9 40%
40
0,4% 20%
8 20%
0% -7,4%
30 27 7 0%
-20%
20 -40% 6 -20%
-60% 5 4,47 -40%
10
-80%
4 -60%
- -100% I II III IV I II III IV I II
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019
2017 2018 2019 Pendaratan Ikan Pertumbuhan(sb. Kanan)
Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, diolah Sumber: PPS Samudra Kendari, diolah
Grafik 1.18 Luas Panen Padi di Sulawesi Tenggara Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan di Kota Kendari
triwulan lalu yang tercatat sebesar 26,7 Ha (Grafik diperkirakan dapat meningkatkan produksi ikan di
1.16). Namun kenaikan produksi padi tersebut Sulawesi Tenggara. selain itu, normalisasi setelah
tertahan oleh penurunan produksi perikanan berakhirnya periode HKBN juga akan
pada triwulan II 2019 yang mengalami kontraksi meningkatkan produksi ikan karena saat
sebesar 7,4% (yoy), lebih dalam dibandingkan berlangsungnya HKBN nelayan cenderung tidak
triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 4,0% melaut pada 2 minggu sesudah dan sebelum hari
(yoy). Penurunan produksi ikan ini menjadi faktor raya. Perkiraan kondisi usaha pertanian di
yang menahan pertumbuhan yang lebih tinggi triwulan III 2019 yang diperoleh dari hasil SKDU
pada lapangan usaha tersebut (Grafik 1.19). adalah 17,18% (qtq) lebih tinggi dibandingkan
triwulan II 2019 yaitu sebesar 3,6% (qtq). Kondisi
Selanjutnya, pertumbuhan di sektor pertanian
tersebut dapat menjadi faktor yang mendukung
juga tertahan oleh menurunnya tingkat kredit
akselerasi pertumbuhan lapangan usaha
pertanian di periode laporan. Kredit usaha
pertanian pada periode mendatang.
pertanian pada triwulan II 2019 mengalami
pertumbuhan sebesar 122,4% (yoy), mengalami 1.3.2. Pertambangan dan Penggalian
penurunan jika dibandingkan dengan periode Realisasi Triwulan II 2019
sebelumnya yang tumbuh sebesar 145,9% (yoy). Kinerja lapangan usaha pertambangan dan
Secara nominal, realisasi kredit pertanian pada penggalian pada periode triwulan II 2019
triwulan II 2019 tercatat sebesar Rp2,14 triliun mengalami perlambatan pertumbuhan dan
menurun Rp126 miliar dibandingkan periode lalu menjadi faktor yang menahan akselerasi
sebesar Rp2,27 triliun (Grafik 1.20). Penurunan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Pada
kredit pertanian ini semakin mengindikasikan periode tersebut kinerja lapangan usaha ini
adanya penurunan kinerja sektor pertanian di tumbuh sebesar 6,5% (yoy), mengalami
periode laporan perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan
Tracking Triwulan III 2019 periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,5%
Pada triwulan III 2019, lapangan usaha pertanian (yoy). Beberapa permasalahan pertambangan
diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,4% - yang terjadi dan berujung dengan pencabutan
6,8% (yoy), mengalami akselerasi jika dan pembekuan 15 izin usaha pertambangan di
dibandingkan dengan pertumbuhan periode Sulawesi Tenggara menjadi salah satu faktor yang
sebelumnya yang sebesar 6,1% (yoy). Akselerasi menyebabkan perlambatan lapangan usaha
tersebut didukung oleh telah memasukinya masa tersebut. Sementara itu, berdasarkan hasil SKDU
panen ikan yang dimulai di bulan Agustus yang dilakukan oleh KPw BI Sulawesi Tenggara,
50 Rp Miliar yoy
40 28,5 1.000 918,46120,0%
24,7 900
30 100,0%
800
20 15,86 66,2%
700 80,0%
10 600
500 60,0%
0
400
-10 300 40,0%
-20 200 20,0%
-21,26 100
-30
- 0,0%
I II III IV I II III IV I II
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019
2017 2018 2019
Besar dan Sedang Mikro dan Kecil Kredit Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Sulawesi Tenggara, Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah
diolah
Grafik 1.22 Kinerja Sektor Industri Berdasarkan Survei Bank Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara
Indonesia
Sejalan dengan kinerja lapangan usaha industri perkiraan luas tanam padi di triwulan III 2019
pengolahan yang mengalami akselerasi, yaitu sebesar 15,6 Ha atau terkontraksi sebesar
penyaluran kredit ke industri pengolahan juga 65,4% (qtq).
mengalami peningkatan. Pada triwulan II 2019,
1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran
penyaluran kredit untuk industri pengolahan
mampu tumbuh sebesar 66,2% (yoy), mengalami Realisasi Triwulan II 2019
akselerasi yang jika dibandingkan dengan periode Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran
sebelumnya yang tumbuh sebesar 64,1% (yoy). pada triwulan II 2019 tercatat mengalami
Baki kredit lapangan usaha tersebut juga penurunan pertumbuhan dan menjadi salah satu
mengalami peningkatan yang sebesar Rp10,3 faktor yang menghambat akselerasi
miliar, yaitu dari Rp908,1 miliar pada triwulan I perekonomian di Sulawesi Tenggara. Lapangan
2019 menjadi Rp918,4 miliar pada triwulan II usaha tersebut tumbuh sebesar 7,8% (yoy) lebih
2019 (Grafik 1.23). rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Penurunan ini
Tracking Tw III 2019
disebabkan oleh adanya bencana banjir di akhir
Pada triwulan III 2019, kinerja lapangan usaha
triwulan II 2019 sehingga kinerja sektor
industri pengolahan diperkirakan akan sedikit
perdagangan tertahan. Hal ini terkonfirmasi oleh
penurunan pada kisaran 11,3% - 11,7% (yoy).
nilai likert scale liaison yang dilakukan oleh Bank
Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya
Indonesia khususnya pada kategori penjualan
penurunan bahan baku terutama padi di industri
domestik yang tercatat sebesar 0,8 menurun
pengolahan padi. Hal ini terkonfirmasi oleh
dibandingkan triwulan I 2019 yang tercatat sepanjang triwulan II 2019. Pada periode
sebesar 1,51. Selain itu, penurunan pertumbuhan tersebut, konsumsi semen Sulawesi Tenggara
di sektor perdagangan juga disebabkan oleh tumbuh sebesar 21,6% (yoy), mengalami
menurunnya harga komoditas nikel dunia yang penurunan dibandingkan dengan periode
tercatat 12,24 ribu/MT di triwulan II 2019. Harga sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,5% (yoy)
komoditas nikel dunia mengalami penurunan (Grafik 1.28).
sebesar 1,2% jika dibandingkan triwulan I 2019.
Sejalan dengan perlambatan yang terjadi,
Tracking Tw III 2019 penyaluran kredit ke lapangan usaha tersebut
Pada triwulan III 2019, lapangan usaha cenderung mengalami penurunan. Pada triwulan
perdagangan diperkirakan kembali mengalami II 2019, kredit lapangan usaha tersebut tumbuh
perlambatan pertumbuhan dengan tumbuh pada sebesar 18,1% (yoy), mengalami penurunan
kisaran 7,2% - 7,6% (yoy). Perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
pertumbuhan ini didorong oleh normalisasi tumbuh sebesar 21,1% (yoy). (Grafik 1.29).
permintaan masyarakat seiring dengan berlalunya
Tracking Tw III 2019
hari raya keagamaan. Selain itu meningkatnya
Kinerja lapangan usaha konstruksi pada periode
tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan
berjalan diperkirakan berada pada kisaran 4,7% -
Tiongkok dapat berpengaruh terhadap
5,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
perdagangan luar negeri Sulawesi Tenggara dan
pertumbuhan periode sebelumnya yang sebesar
dapat menjadi faktor yang menahan akselerasi
3,3% (yoy). Akselerasi tersebut disebabkan oleh
pada lapangan usaha tersebut.
pembangunan oleh pemerintah dan swasta
1.3.5. Konstruksi diperkirakan akan kembali berlangsung setelah
Realisasi Triwulan II 2019 berlangsungnya beberapa kegiatan seperti pesta
Pada triwulan II 2019, kinerja lapangan usaha demokrasi dan hari raya pada periode
konstruksi tercatat mengalami perlambatan sebelumnya.
dengan tumbuh sebesar 3,3% (yoy) dibandingkan 1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA
dengan kinerja periode sebelumnya yang dapat LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN
tumbuh sebesar 9,6% (yoy). Tingginya curah
Realisasi Triwulan II 2019
hujan di periode laporan menyebabkan kegiatan
Berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi
konstruksi terhenti untuk sementara. Selain itu,
Tenggara, pertumbuhan lapangan usaha non
perlambatan tersebut juga tercermin dari
tambang di pada triwulan II 2019 mengalami
penurunan konsumsi semen di Sulawesi Tenggara
akselerasi. Pada periode tersebut, lapangan usaha
KEUANGAN
PEMERINTAH
2.1. STRUKTUR APBD PROVINSI TAHUN 2019 terbesar untuk Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar
Rp1,57 triliun dan diikuti oleh Dana Alokasi Khusus
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
(DAK) sebesar Rp1,21 triliun. Sementara itu, PAD
Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2019
masih relatif rendah dengan pangsa sebesar
mengalami peningkatan dibandingkan dengan
12,71%, dengan sumber penerimaan terbesar
anggaran APBD tahun 2018. Anggaran
berasal dari pajak daerah sebesar Rp706,1 miliar
pendapatan pada tahun 2019 sebesar Rp4,03
(Tabel 2.1).
triliun atau naik sebesar 9,2% dibanding tahun
2018 (yoy). Begitu pula dengan anggaran belanja Dari sisi belanja, anggaran belanja modal pada
yang tercatat sebesar Rp4,25 triliun atau naik tahun 2019 sebesar Rp1.247,6 triliun atau naik
sebesar 6,7% (yoy). cukup signifikan sebesar 40,86% (yoy). Hal ini
sejalan dengan prioritas pembangunan
Dari sisi pendapatan, peningkatan anggaran terjadi
pemerintah daerah pada bidang infrastruktur
pada transfer dari pemerintah pusat. Pendapatan
seperti jalan, jembatan dan irigasi. Di sisi lain
transfer tersebut ditargetkan sebesar Rp3,04 triliun
penurunan terjadi pada anggaran belanja
atau meningkat 4,79% (yoy). Peningkatan ini
operasional, belanja tak terduga dan belanja
terutama terjadi pada komponen Dana Alokasi
transfer ke kabupaten/kota. Belanja operasi
Khusus (DAK) seiring dengan penambahan jenis
sebesar Rp2,64 triliun atau turun sebesar 1,56%
baru DAK non fisik yang meliputi Bantuan
(yoy), anggaran belanja tak terduga sebesar
Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan
Rp18,29 miliar atau turun signifikan sebesar
Kesetaraan, BOP Museum dan Taman Budaya,
29,38% dan anggaran belanja transfer ke
Dana Pelayanan Kepariwisataan dan Dana Bantuan
kabupaten/kota sebesar Rp336.23 miliar atau
Biaya Layanan Pengelolaan Sampah (BLPS). Di sisi
turun sebesar 12,60% (yoy). Meskipun mengalami
lain, alokasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
penurunan, anggaran belanja operasi Provinsi
mengalami peningkatan anggaran, pada tahun
Sulawesi Tenggara pada Tahun 2019 masih
2019 ditargetkan sebesar Rp905,235 miliar atau
mendominasi dengan pangsa sebesar 62,26%.
naik 6,65% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Komponen belanja terbesar untuk belanja operasi
Peningkatan ini terutama terjadi pada komponen
adalah belanja pegawai sebesar Rp1,5 triliun dan
pendapatan retribusi daerah.
belanja barang sebesar Rp588,3 miliar.
Anggaran pendapatan pada tahun 2019 tersebut
masih didominasi oleh pendapatan transfer
dengan pangsa sebesar 87,29%, dengan alokasi
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah Ket: APBD 2017 adalah APBD Perubahan 2017
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah
Grafik 2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Grafik 2.2 Realisasi Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi
Tenggara Tenggara
Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Triwulan II
Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 46.10 46.71 101.34 46.10 56.03 121.55
Dana Bagi Hasil Pajak 57.71 20.03 34.71 50.16 17.62 35.14
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 37.12 15.80 42.56 110.11 49.48 44.93
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 16.50 8.25 50.00 12.50 6.25 50.00
Dana Otonomi Khusus 16.50 - - 12.49 6.25 50.02
Pendapatan Lainnya - - - - - -
2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN ditopang oleh realisasi dana alokasi umum sebesar
APBD PROVINSI 58,33% dan dana alokasi khusus sebesar 50,02%.
2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan Sementara itu, realisasi PAD Sulawesi Tenggara
Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi pada triwulan II tercatat sebesar Rp 532,09 miliar
Tenggara hingga periode laporan terealisasi atau 58,78%, lebih tinggi dibandingkan dengan
sebesar Rp2,18 triliun atau 53,99 % dari total realisasi tahun sebelumnya yang sebesar 53,85%.
anggaran APBD 2019 (Tabel 2.1). Capaian tersebut Peningkatan tersebut berasal dari retribusi daerah
lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode sebesar 62,2%, jauh lebih tinggi dari periode yang
yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar sama tahun sebelumnya sebesar 54,59%. Hal ini
Rp1,89 triliun. Peningkatan tersebut sejalan dipengaruhi oleh adanya peningkatan Nilai Jual
dengan pertumbuhan ekonomi Sultra yang Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi Bangunan
tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang
Sumber pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 300%.
pada triwulan II 2019 didominasi oleh pendapatan Di sisi lain, realisasi PAD meningkat sebesar
transfer atau dana perimbangan (Daper). Pangsa Rp106,64 miliar menjadi Rp532,09 miliar atau
Daper tercatat 75,5%, lebih rendah dibandingkan tumbuh sebesar 125,1% (yoy), sejalan dengan
tahun 2018 (yoy) yang sebesar 81,9%. Kondisi ini tingginya pembelian kendaraan bermotor akibat
mengindikasikan kemandirian fiskal pemerintah ekspansi taksi online yang secara masif
provinsi yang lebih besar dari periode sebelumnya. berkembang sejak akhir tahun 2018.
Lebih jauh, jika dibandingkan dengan target APBD, 2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja
maka realisasi Daper mencapai 54,0%, relatif Meskipun realisasi pendapatan mengalami
meningkat dibandingkan realisasi tahun 2018 peningkatan, namun realisasi belanja APBD
sebesar 50,42%. Peningkatan Daper tersebut Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II justru
mengalami penurunan. Realisasi belanja
Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Triwulan II
APBD 2018 APBD 2019
U R AI AN
Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%)
Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBD per Kabupaten/Kota pada Triwulan II 2019
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun Pada triwulan II tahun 2019, realisasi belanja
triwulan laporan tercatat 25,7% atau sebesar operasi sebesar Rp845,87 miliar atau 32,0% dari
Rp1,09 triliun (Tabel 2.2). Capaian ini lebih rendah target APBD. Penurunan penyerapan yang
dibandingkan periode yang sama tahun lalu signifikan terjadi pada pos belanja hibah. Belanja
sebesar 35,1% atau dalam nominal sebesar hibah menurun dengan terealisasi sebesar 17,7%
Rp1,40 triliun. Penurunan tersebut berasal dari atau Rp93,50 miliar dibandingkan periode yang
penyerapan belanja operasi dan belanja modal. sama sebesar 69,2% atau Rp482,32 miliar di
tahun 2018. Meskipun demikian, realisasi belanja
Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah
Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan
dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara APBD Sulawesi Tenggara
Pencapaian tersebut juga lebih rendah jika Komposisi tersebut relatif tidak mengalami
dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar perubahan jika dibandingkan periode tahun 2018.
39,65%.
Lebih jauh, realisasi APBN secara keseluruhan
2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN mengalami penurunan Pada triwulan II 2019,
APBN realisasi APBN tercatat sebesar Rp279,87 miliar
2.3.1 Realisasi APBN Provinsi atau sebesar 24,2%, lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun 2018 yang tercatat
Alokasi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar Rp414,44 miliar atau 28,9% dari APBN
tahun 2019 mengalami sedikit penurunan jika provinsi Sulawesi Tenggara 2018. Ditinjau
dibandingkan dengan tahun 2018. Tercatat, berdasarkan jenisnya, realisasi belanja pegawai
anggaran APBN turun sebesar Rp279,19 miliar tercatat sebesar Rp6,39 miliar atau sebesar 43,3%,
dari sebelumnya Rp1,43 triliun pada tahun 2018. relatif stabil dibandingkan periode sama tahun
Berdasarkan jenisnya, pangsa terbesar sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6,95 miliar
diperuntukkan bagi belanja modal sebesar 56,3% atau 43,6%. Realisasi belanja barang pada
dari total APBN Provinsi Sulawesi Tenggara tahun triwulan II tahun 2019 sebesar Rp172,69 miliar
2019 atau Rp638,22 miliar, diikuti oleh belanja atau 34,6% dari total yang dianggarkan dalam
barang sebesar Rp499,75 miliar (43,3%), belanja APBN 2019. Angka tersebut secara nominal lebih
pegawai sebesar Rp14,74 miliar (1,2%) dan rendah dibandingkan realisasi periode yang sama
belanja bantuan sosial Rp2,40 miliar (0,2%). tahun 2018 yaitu Rp229,03 miliar, meskipun
Tabel 2.4 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Provinsi pada Triwulan II 2019
Kumulatif Tw II 2017 Kumulatif Tw II 2018 Kumulatif Tw II 2019
Jenis
Pagu Realisasi % Realisasi Pagu Realisasi % Realisasi Pagu Realisasi % Realisasi
Belanja Pegawai 12.27 5.13 41.76% 15.94 6.95 43.59% 14.74 6.39 43.32%
Belanja Barang 826.65 264.64 32.01% 691.09 229.03 33.14% 499.75 172.69 34.56%
Belanja Modal 830.28 252.15 30.37% 722.32 178.46 24.71% 638.22 100.79 15.79%
Belanja Bantuan Sosial 4.43 0.00 0.00% 4.95 0.00 0.00% 2.40 0.00 0.00%
Total 1,673.64 521.92 31.18% 1,434.29 414.44 28.90% 1155.10 279.87 24.23%
Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Tabel 2.7 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Kabupaten/Kota pada Triwulan II 2019
Kumulatif Tw II 2017 Kumulatif Tw II 2018 Kumulatif Tw II 2019
Jenis
Pagu Realisasi % Realisasi Pagu Realisasi % Realisasi Pagu Realisasi % Realisasi
Belanja Pegawai 1859.42 826.69 44.46% 1953.06 900.08 46.09% 1961.23 1005.42 51.26%
Belanja Barang 1896.63 538.20 28.38% 2857.22 736.49 25.78% 2589.38 1008.77 38.96%
Belanja Modal 1288.75 431.81 33.51% 1252.74 473.79 37.82% 1541.14 450.56 29.24%
Belanja Bantuan Sosial 11.55 2.17 18.82% 4.75 1.74 36.51% 9.55 2.78 29.14%
Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah
Total 5,056.36 1798.88 35.58% 6,067.77 2112.10 34.81% 6101.29 2467.52 40.44%
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
secara persentase lebih tinggi dibandingkan tahun Sebagian besar kabupaten mencatatkan realisasi
2018 yang mencatatkan realisasi 33,1%. sebesar 40%, sesuai dengan penyaluran dana desa
tahap kedua. Hanya terdapat tiga desa yang
Sementara itu, realisasi belanja modal pada
realisasinya di bawah 40% yaitu Kabupaten
triwulan II tahun 2019 tercatat sebesar Rp100,79
Konawe, Kabupaten Konawe Kepulauan dan
miliar atau 15,8%, lebih rendah dibandingkan
Kabupaten Wakatobi (Tabel 2.5).
periode yang sama pada tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar Rp178,46 miliar atau 24,7% dari 2.3.3 Realisasi APBN Kabupaten/Kota
total anggaran belanja modal dalam APBN 2018 Porsi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara
(tabel 2.4). Sampai periode laporan belum ada untuk kabupaten/kota pada tahun 2019 tercatat
realisasi belanja bantuan sosial. sebanyak Rp 6,13 triliun. Dana ini dibagikan
kepada 17 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
2.3.2 Realisasi Anggaran Dana Desa
Tenggara. Anggaran APBN kabupaten/kota terbagi
Sesuai data dari Kanwil Ditjen Perbendaharaaan
atas anggaran belanja pegawai sebesar Rp1,96
Provinsi Sulawesi Tenggara, pada triwulan II tahun
miliar (32,0%) dari total anggaran APBN
2019, besaran Dana Desa yang telah direalisasikan
Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara, anggaran
adalah sebesar 39,7% dari total pagu Dana Desa
belanja barang sebesar Rp2,62 triliun (42,7%),
Sulawesi Tenggara sebesar Rp1,61 triliun.
PERKEMBANGAN
INFLASI
DAERAH
3
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
29
Ekonomi Makro Regional Keuangan Pemerintah Perkembangan Inflasi Daerah Stabilitas Keuangan Daerah
3.1. KONDISI UMUM INFLASI walaupun masih berada diatas capaian inflasi
nasional yang sebesar 3,28% (yoy).
Pada triwulan II 2019, inflasi tahunan (yoy)
Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan Berdasarkan kelompoknya, meningkatnya tekanan
dibandingkan dengan periode sebelumnya. inflasi disebabkan oleh peningkatan pada
Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara1 kelompok bahan makanan meskipun tertahan oleh
pada triwulan II 2019 sebesar 3,49% (yoy), lebih penurunan pada kelompok perumahan dan
tinggi jika dibandingkan dengan triwulan kelompok transportasi. Gangguan produksi pada
sebelumnya yang sebesar 2,60% (yoy). Capaian subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan
inflasi tersebut menempatkan Sulawesi Tenggara menjadi faktor utama meningkatnya tekanan
sebagai provinsi dengan capaian inflasi tertinggi inflasi tahunan bahan makanan di Sulawesi
kesembilan ditingkat nasional atau tertinggi ketiga Tenggara pada periode laporan. Namun,
di regional Sulawesi. Meskipun demikian, inflasi penurunan tekanan inflasi bahan bakar rumah
Sulawesi Tenggara masih berada dibawah capaian tangga dan penurunan tarif dasar listrik serta
inflasi regional Sulawesi yang sebesar 3,53% (yoy) kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah untuk
tarif angkutan udara menyebabkan terjadinya
(YoY)
Inf ≥ 4,5%
JAWA 3,22%
3,5% ≤ Inf < 4,5% BANTEN 3,7% MAPUA 3,05%
JAKARTA 3,5%
2,5% ≤ Inf < 3,5% JABAR 3,5%
BALINUSRA 2,35% MALUKU 4,1%
BALI 2,1% MALUKU UTARA 1,6%
Inf < 2,5% JATENG 2,5%
NTB 3,4% PAPUA 2,9%
YOGYAKARTA 3,1%
NTT 1,4% PAPUA BARAT 2,8%
JATIM 2,4%
Sumber: BPS
Grafik 3.2 Peta Inflasi Daerah Tahun 2019
1Angka inflasi Sulawesi Tenggara adalah angka inflasi hasil perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara dengan mengguna kan
data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Bau-Bau yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik.
penurunan tekanan inflasi pada kelompok dari capaian inflasi per bulannya, pada April 2019
perumahan dan kelompok transportasi, sehingga Sulawesi Tenggara tercatat mengalami inflasi
menahan peningkatan tekanan inflasi tahunan sebesar 0,41% (mtm), berbeda arah jika
pada periode laporan. dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang
mengalami deflasi sebesar 0,21% (mtm). Capaian
3.2 PERKEMBANGAN INFLASI BULANAN
inflasi tersebut terus mengalami peningkatan pada
(MONTH TO MONTH)
bulan selanjutnya selama triwulan II 2019, dengan
Secara bulanan, pergerakan inflasi IHK Sulawesi
capaian inflasi sebesar 1,35% (mtm) pada Mei
Tenggara selama triwulan II 2019 terus berada
2019 dan 1,99% (mtm) pada Juni 2019 (Grafik
dalam trend yang meningkat. Rata-rata inflasi
3.3).
bulanan pada periode tersebut tercatat sebesar
1,25% (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan Kelompok Bahan Makanan
rata-rata inflasi bulanan triwulan sebelumnya yang Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2019
sebesar 0,10% (mtm). Capaian tersebut juga lebih mengalami peningkatan tekanan inflasi jika
tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada
bulanan di triwulan II dalam 3 tahun terakhir yang periode tersebut, kelompok bahan makanan
mengalami inflasi sebesar 0,78% (mtm). mengalami inflasi dengan capaian rata-rata
Berdasarkan sumbernya, penyumbang terbesar sebesar 4,63% (mtm) atau dengan andil rata-rata
terhadap inflasi bulanan pada triwulan ini berasal sebesar 1,16%, berbeda arah dibandingkan
dari kelompok bahan makanan (Tabel 3.1). Dilihat dengan triwulan sebelumnya yang mengalami
Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm)
deflasi dengan rata-rata sebesar 0,48% (mtm) atau Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
rata-rata andil sebesar -0,12%. Meningkatnya Pada triwulan II 2019, kelompok transpor,
tekanan inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan komunikasi, dan jasa keuangan mencatatkan rata-
harga komoditas-komoditas utama seperti sayur- rata inflasi sebesar 0,12% (mtm) dengan rata-rata
sayuran, bumbu-bumbuan dan ikan segar. andil sebesar 0,02%. Capaian tersebut lebih
Kenaikan harga yang terjadi secara signifikan pada rendah dibandingkan triwulan lalu yang
triwulan II 2019 disebabkan oleh meningkatnya mengalami rata-rata inflasi sebesar 0,37% (mtm)
permintaan seiring dengan pelaksanaan Hari Besar dengan rata-rata andil sebesar 0,25% dan menjadi
Keagamaan Nasional (HBKN) dan terbatasnya salah satu faktor yang menahan peningkatan
produksi beberapa komoditas strategis yang tekanan inflasi di Sulawesi Tenggara. Penurunan
disebabkan oleh kondisi eksternal. Peningkatan tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok
curah hujan yang menyebabkan banjir pada Juni tersebut didukung oleh penurunan tarif pulsa
2019 telah mengakibatkan terjadinya gangguan ponsel seiring dengan kebijakan yang diterapkan
produksi dan kelancaran distribusi pada komoditas oleh jasa penyedia telekomunikasi. Selain itu, tarif
sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Selain itu, angkutan udara yang masih berada pada batas
gangguan cuaca berupa gelombang tinggi akibat atas menyebabkan terjadinya pengalihan moda
angin muson timur dan kebiasaan nelayan yang yang digunakan oleh masyarakat saat peak season
tidak melaut selama 2 minggu sebelum hingga 2 arus mudik dan arus balik perayaan Idul Fitri
minggu sesudah Idul Fitri berdampak pada sehingga menahan terjadinya lonjakan tarif
penurunan produksi ikan segar (Grafik 3.4). angkutan udara pada periode laporan. Kondisi ini
menjadi faktor dominan yang melatarbelakangi
penurunan tekanan inflasi pada kelompok
tersebut.
Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara
APRIL 2019 MEI 2019 JUNI 2019
No.
Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%)
Penyumbang Inflasi
1 Angkutan Udara 0,08 Ikan Kembung 0,27 Ikan Kembung 0,27
2 Bawang Merah 0,05 Kangkung 0,12 Ikan Layang 0,23
3 Bawang Putih 0,05 Bawang Putih 0,10 Bayam 0,22
4 Cabai Rawit 0,04 Bayam 0,09 Kangkung 0,16
5 Cumi-cumi 0,03 Ikan Cakalang 0,09 Ikan Cakalang 0,13
6 Tomat Sayur 0,03 Ikan Rambe 0,07 Ikan Rambe 0,12
7 Beras 0,03 Cumi-cumi 0,06 Ikan Teri 0,12
8 Katamba 0,02 Tomat Sayur 0,06 Kacang Panjang 0,11
9 Ikan Ekor Kuning 0,02 Bawang Merah 0,05 Ikan Ekor Kuning 0,10
10 Jantung Pisang 0,02 Ikan Teri 0,05 Ikan Bandeng 0,07
Penyumbang Deflasi
1 Pisang -0,04 Tarip Pulsa Ponsel -0,13 Bawang Putih -0,06
2 Ikan Cakalang -0,04 Beras -0,06 Telur Ayam Ras -0,04
3 Ikan Kembung -0,03 Minyak Goreng -0,02 Selar/Tude -0,02
4 Kangkung -0,02 Selar/Tude -0,02 Cumi-cumi -0,01
5 Bayam -0,01 Shampo -0,01 Tarip Taksi -0,01
6 Ikan Rambe -0,01 Ayam Hidup -0,01 Baju Kaos Berkerah -0,01
7 Tarip Listrik -0,01 Biskuit -0,01 Jeruk Nipis/Limau -0,01
8 Sawi Hijau -0,01 Sandal Kulit -0,01 Daging Sapi -0,01
9 Ikan Bandeng -0,01 Apel -0,01 Tauge/Kecambah 0,00
10 Ikan Layang -0,01 Nangka Muda -0,01 Kelapa 0,00
Sumber: BPS, Perhitungan BI
Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, yoy)
Inflasi (%,yoy) Andil (%,yoy)
Kelompok 2017 2018 2019 2017 2018 2019
I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II
Bahan Makanan -0,11 8,96 7,40 6,20 5,73 2,03 -0,76 2,33 0,04 5,69 -0,03 2,26 1,81 1,49 1,38 0,53 -0,19 0,58 0,01 1,49
Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 6,39 5,17 3,09 3,33 2,51 3,60 3,64 3,15 2,86 2,39 0,67 0,54 0,33 0,36 0,27 0,38 0,51 0,34 0,31 0,26
Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar 1,57 3,20 2,52 2,86 1,88 0,81 1,12 0,88 1,53 1,37 0,43 0,86 0,67 0,77 0,51 0,21 0,39 0,24 0,41 0,36
Sandang 2,51 2,42 0,61 1,61 1,38 2,30 2,65 1,99 2,29 1,90 0,17 0,17 0,04 0,11 0,10 0,15 0,30 0,14 0,16 0,13
Keseharan 4,83 4,88 4,35 2,89 2,01 1,65 2,76 3,62 4,24 5,15 0,21 0,21 0,19 0,13 0,09 0,07 0,12 0,16 0,19 0,22
Pendidikan, Rekreasi Dan Olahraga 6,82 6,16 0,78 0,71 0,75 0,59 1,46 1,46 1,68 1,97 0,46 0,42 0,06 0,05 0,05 0,04 0,10 0,10 0,12 0,13
Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 1,32 3,26 -0,53 -0,58 -0,64 1,90 2,66 6,28 8,02 5,22 0,26 0,64 -0,10 -0,12 -0,13 0,36 0,18 1,22 1,55 1,01
Inflasi (yoy) 2,25 5,21 3,18 2,97 2,39 1,79 1,40 2,66 2,60 3,49 2,25 5,21 3,18 2,97 2,39 1,79 1,40 2,66 2,60 3,49
Sumber: BPS, Perhitungan BI
Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar pendidikan, rekreasi dan olahraga meskipun
Tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, tertahan oleh penurunan yang terjadi pada
listrik dan bahan bakar pada triwulan II 2019 keempat kelompok lainnya.
mengalami penurunan dengan rata-rata inflasi
Kelompok Bahan Makanan
pada periode tersebut sebesar 0,02% (mtm)
Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2019
dengan rata-rata andil hanya sebesar 0,004%
tercatat mengalami inflasi sebesar 5,69% (yoy),
dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulanan
mengalami peningkatan yang signifikan jika
pada periode sebelumnya sebesar 0,26% (mtm)
dibandingkan dengan capaian periode sebelumnya
dengan rata-rata andil sebesar 0,02%.
yang mengalami inflasi sebesar 0,04% (yoy).
Melemahnya tekanan inflasi pada kelompok ini Peningkatan tekanan inflasi tersebut disebabkan
didorong oleh penurunan tekanan inflasi pada oleh peningkatan harga yang terjadi pada sayur-
subkelompok bahan bakar yang disebabkan oleh sayuran, bumbu-bumbuan dan padi-padian.
dampak dari penurunan tarif dasar listrik untuk Dengan kondisi tersebut, kelompok bahan
900 VA pada Maret 2019 serta penurunan harga makanan menjadi kelompok penyumbang inflasi
minyak dunia, sehingga berdampak terhadap terbesar terhadap peningkatan inflasi di Sulawesi
penurunan tekanan inflasi pada bahan bakar Tenggara dengan andil sebesar 1,49%% (yoy),
rumah tangga. Selain itu, kembali normalnya meningkat secara signifikan dibandingkan triwulan
permintaan atas beberapa barang perlengkapan sebelumnya dengan andil sebesar 0,01% (Tabel
rumah tangga juga menjadi faktor yang 3.3).
mendorong terjadinya penurunan tekanan inflasi Curah hujan yang meningkat di Sulawesi Tenggara
pada kelompok perumahan. selama periode laporan menjadi faktor utama yang
3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YEAR mengakibatkan gangguan produksi sayur-sayuran,
ON YEAR) bumbu-bumbuan dan padi-padian. Kondisi
tersebut diperparah oleh banjir yang terjadi di
Secara tahunan, inflasi Sulawesi Tenggara pada wilayah Sulawesi Tenggara akibat curah hujan
triwulan II 2019 tercatat sebesar 3,49% (yoy), lebih yang tinggi sehingga mengganggu kelancaran
tinggi jika dibandingkan dengan triwulan distribusi dan menyebabkan terjadinya
sebelumnya yang sebesar 2,60% (yoy) (Grafik 3.5). peningkatan tekanan inflasi pada ketiga
Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi inflasi subkelompok komoditas tersebut. Kenaikan
regional Sulawesi dan nasional yang juga permintaan saat Idul Fitri menjadi faktor lain yang
mengalami peningkatan dibandingkan dengan mempengaruhi peningkatan inflasi.
triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompoknya,
peningkatan tersebut disebabkan oleh Pada triwulan II 2019, sayur-sayuran mengalami
peningkatan tekanan inflasi pada kelompok bahan inflasi sebesar 27,45% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,43%
makanan, kelompok kesehatan serta kelompok
(yoy). Hal tersebut menjadikan sayur-sayuran mengalami inflasi sebesar 4,41% (yoy) , berbeda
sebagai penyumbang terbesar peningkatan inflasi arah dibandingkan dengan periode sebelumnya
kelompok bahan makan dengan andil sebesar yang mengalami deflasi sebesar 1,26% (yoy).
1,00%. Inflasi sayuran disebabkan oleh kenaikan Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan
harga beberapa komoditas seperti kangkung dari - harga pada komoditas beras yang mengalami
3,5% (yoy) menjadi 43,93% (yoy), tomat sayur dari inflasi sebesar 3,82% (yoy) dibandingkan triwulan
-1,48% (yoy) menjadi 34,21% (yoy), bayam dari sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi
22,34% (yoy) menjadi 60,32(yoy) serta kacang sebesar 1,26% (yoy) seiring dengan banjir di
panjang dari 6,47% (yoy) menjadi 24,32% (yoy). Sulawesi Tenggara dan meningkatnya permintaan
dalam rangka Idul Fitri.
Curah hujan tinggi dan Idul Fitri juga turut
memberikan dampak pada subkelompok bumbu- Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
bumbuan yang pada triwulan II 2019 tercatat Pada triwulan II 2019, kelompok transpor,
mengalami inflasi sebesar 15,59% (yoy), komunikasi dan jasa keuangan tercatat mengalami
meningkat dibandingkan periode sebelumnya penurunan tekanan inflasi dan menjadi faktor yang
yang mengalami inflasi 5,97%% (yoy). menahan kenaikan tekanan inflasi di Sulawesi
Menguatnya tekanan inflasi pada bawang putih Tenggara. Kelompok tersebut tercatat mengalami
dari 1,84% (yoy) menjadi 33,94%, bawang merah inflasi tahunan sebesar 5,22% (yoy), lebih rendah
dari 13,34% (yoy) menjadi 26,55% (yoy), serta dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
cabai rawit dari 33,77% (yoy) menjadi 52,10% mengalami inflasi sebesar 9,03% (yoy). Penurunan
(yoy), memberikan dampak signifikan terhadap ini secara signifikan didorong oleh penurunan
inflasi subkelompok bumbu-bumbuan. Pada tekanan inflasi pada tarif pulsa ponsel dan
komoditas bawang putih, peningkatan harga angkutan udara. Tarif pulsa ponsel pada periode
disebabkan oleh keterbatasan pasokan akibat laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 4,63%
keterlambatan izin Rekomendasi Impor Produk (yoy), lebih rendah dibandingkan periode
Hortikultura (RIPH) kepada importir bawang putih sebelumnya yang sebesar 9,99% (yoy). Penurunan
serta penambahan daftar hitam importir yang yang terjadi tersebut disebabkan oleh kebijakan
tidak memenuhi Permen Pertanian No.38 Th.2017 harga yang diterapkan oleh penyedia jasa
juncto 24 Th.2018 untuk wajib tanam 5%. telekomunikasi.
Selain itu, peningkatan tekanan inflasi juga terjadi Seperti halnya tarif pulsa ponsel, tarif angkutan
pada subkelompok padi-padian yang tercatat udara juga mengalami penurunan inflasi secara
tahunan, yaitu dari 81,69% (yoy) pada triwulan I dari 13 MT per hari menjadi 15 MT per hari atau
2019 menjadi 38,06% (yoy) pada periode laporan. mengalami peningkatan sebesar 10,4%.
Hal tersebut terjadi disebabkan oleh permintaan Sementara itu, penurunan tekanan inflasi juga
yang cenderung mengalami penurunan seiring terjadi pada tarif listrik dari -0,16% (yoy) menjadi -
dengan kebijakan penyedia jasa penerbangan 0,44% (yoy), diakibatkan karena penurunan tarif
yang menetapkan harga tiket angkutan udara dasar listrik untuk golongan 900 VA sebesar
berada pada level yang tinggi meskipun beberapa 3,85% sejak Maret 2019.
kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah dalam
3.4. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA
upaya mendorong penurunan tarif angkutan
udara. Hal tersebut menyebabkan masyarakat Secara spasial Sulawesi Tenggara, peningkatan
cenderung memilih moda transportasi lainnya tekanan inflasi tahunan disebabkan oleh terjadinya
seperti kapal dan bis ditengah berlangsungnya peningkatan tekanan inflasi tahunan di Kota
periode HBKN. Kendari meskipun tertahan oleh penurunan yang
terjadi di Kota Bau-Bau. Kota Kendari mengalami
Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
inflasi sebesar 4,49% (yoy) pada triwulan I 2019,
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi pada
bakar juga tercatat mengalami penurunan tekanan
periode sebelumnya yang sebesar 2,44% (yoy).
inflasi dari 1,53% (yoy) pada triwulan I 2019
Namun peningkatan tersebut tertahan oleh
menjadi 1,37% (yoy) pada periode laporan.
penurunan yang terjadi di Kota Bau-Bau yang
Penurunan tekanan inflasi pada kelompok tersebut
mengalami inflasi sebesar 0,83% (yoy)
disebabkan oleh kebijakan yang diterapkan oleh
dibandingkan periode sebelumnya sebesar 3,04%
Pertamina selaku penyedia LPG sehingga dapat
(yoy) (Grafik 3.7).
menjaga harga pada kisaran harga eceran
tertingginya. Menjelang berlangsungnya HBKN, Inflasi Kota Kendari
Pertamina menyediakan pasokan sebanyak 146 Peningkatan tekanan inflasi tahunan di Kota
MT atau setara 48.000 tabung per hari untuk Kendari disebabkan oleh peningkatan harga pada
tabung elpiji subsidi, mengalami peningkatan beberapa kelompok komoditas, yaitu kelompok
sebesar 7,4% dibandingkan dengan periode bahan makanan, kelompok makanan jadi,
normal yang sebesar 136 MT atau setara 45.000 minuman, dan rokok, kelompok kesehatan serta
tabung per hari. Selain itu, Pertamina juga kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.
meningkatkan pasokan elpiji nonsubsidinya, yaitu Namun penurunan yang terjadi pada ketiga
Kota Kendari tercatat mengalami deflasi sebesar dan tarif pulsa ponsel pada kelompok transpor,
0,24% (mtm), setelah sebelumnya mengalami komunikasi dan jasa keuangan.
inflasi sebesar 2,55% (mtm). Sementara itu, Kota
Meskipun tekanan inflasi menurun pada Juli 2019,
Baubau terpantau mengalami peningkatan
laju inflasi tahunan Sulawesi Tenggara pada
tekanan inflasi dari 0,47% (mtm) pada Juni 2019
triwulan III 2019 diperkirakan akan mengalami
menjadi 1,18% (mtm) pada Juli 2019. Penurunan
peningkatan jika dibandingkan dengan periode
tekanan inflasi tersebut secara signifikan
yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III
disebabkan oleh penurunan inflasi pada komoditas
2019 mendatang, inflasi tahunan diperkirakan
bahan makanan, terutama penurunan harga pada
akan berkisar pada 3,53 3,93% (yoy).
subkelompok ikan segar dan sayur-sayuran.
Peningkatan tersebut disebabkan beberapa jenis
Penurunan pada harga subkelompok ikan segar
sayur-sayuran, bumbu-bumbuan dan padi masih
dikarenakan peningkatan produksi ikan meskipun
berada dalam periode tanam serta fenomena La
masih dalam tingkat yang terbatas akibat
Nina yang dapat mengganggu pasokan dari
meningkatnya aktivitas penangkapan ikan seiring
komoditas tersebut. Selain itu, risiko peningkatan
dengan beroperasionalnya kapal andon setelah
inflasi juga diperkirakan berasal dari biaya
periode HKBN. Penurunan pada harga
pendidikan yang meningkat seiring dengan musim
subkelompok sayur-sayuran dikarenakan
ajaran baru. Meskipun demikian, peningkatan
peningkatan produksi sayur-sayuran seiring
inflasi bahan makanan akan tertahan oleh
dengan curah hujan yang akan mengalami
melandainya ikan segar karena peningkatan
penurunan.
produksi seiring kondisi gelombang yang akan
Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan Sulawesi relatif stabil pada triwulan mendatang.
Tenggara pada Juli 2019 sebesar 2,79% (yoy),
Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan III
lebih rendah dibandingkan dengan bulan
2019 ini sejalan dengan indeks harga pada Survei
sebelumnya yang sebesar 3,49% (yoy). Penurunan
Konsumen. Berdasarkan survei tersebut,
tersebut didorong oleh penurunan tekanan inflasi
konsumen memperkirakan akan terjadi
pada kelompok bahan makanan dengan capaian
peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2019
dari 5,69% (yoy) menjadi 3,78% (yoy) serta
dibandingkan dengan triwulan II 2019.
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
Peningkatan ini tercermin baik pada indeks harga
dari 5,22% (yoy) menjadi 3,59% (yoy). Penurunan
3 bulan mendatang.
kelompok tersebut didorong oleh penurunan pada
sayur-sayuran pada kelompok bahan makanan
serta angkutan udara, biaya pengiriman barang
Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi Tenggara
BOKS 01
PENINGKATAN KERJASAMA DAERAH ANTARA KOTA KENDARI DAN
KOTA BAUBAU UNTUK PENGENDALIAN INFLASI IKAN SEGAR
Sebagai salah satu daerah produsen ikan segar, Sulawesi Tenggara justru kerap kali mengalami
peningkatan tekanan inflasi yang bersumber dari komoditas ikan segar. Hal tersebut tercermin dari
korelasi yang tinggi antara inflasi ikan segar dengan capaian inflasi Sulawesi Tenggara yang sebesar 0,85
dan menjadi subkelompok komoditas dengan korelasi tertinggi dibandingkan dengan subkelompok-
subkelompok lainnya. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi daya beli masyarakat secara menyeluruh
karena ikan segar merupakan konsumsi utama masyarakat Sulawesi Tenggara dan bersifat inelastis yang
mengindikasikan perubahan harga ikan segar tidak berdampak signifikan pada permintaan masyarakat.
%, MtM %, MtM
4.00 20.00
3.00 15.00
10.00
2.00
5.00
1.00
0.00
0.00
-5.00
-1.00 -10.00
-2.00 -15.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019
3 3
Korelasi : -0,54
2.5 2.5 Korelasi : 0,28
(tinggi) (rendah)
2 2
1.5 1.5
1 1
0.5 0.5
0 0
0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 0 200 400 600
Grafik 2. Korelasi Kunjungan Kapal < 30 GT dan Tinggi Grafik 3. Korelasi Kunjungan Kapal < 30 GT dan Tinggi
Gelombang Gelombang
Namun ditengah kondisi tersebut, posisi kedua kota yang menjadi sampel penghitungan inflasi berada
disisi berbeda mengindikasikan bahwa persediaan ikan di Sulawesi Tenggara dapat tersedia hampir di
sepanjang tahun. Hal tersebut juga tercermin dari pergerakan tekanan inflasi yang cenderung berlawanan
pada kedua kota tersebut. Dari tahun 2014 hingga Juni 2019, kedua kota tersebut tercatat mengalami
24 kali perlawanan arah pergerakan tekanan inflasi untuk komoditas ikan segar dan mengindikasikan
bahwa terjadi pola produksi ikan yang cukup berlawanan diantara kedua kota tersebut
IKAN SEGAR
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
-5.00
-10.00
-15.00
-20.00
-25.00
2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Kendari Baubau
Grafik 4. Pergerakan Inflasi Ikan Segar di Kota Kendari dan Kota Baubau
Sumber: BPS, diolah
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai pengendalian
inflasi ikan segar di Sulawesi Tenggara dalam jangka pendek. Pertama adalah mendorong kerjasama
antardaerah terutama Kota Kendari dan Kota Baubau. Dengan kondisi perikanan yang cukup berbanding
terbalik antara Kota Kendari dan Kota Baubau, telah dijajaki kemungkinan kerjasama perdagangan untuk
menyeimbangkan pasokan ikan segar di kedua kota yang menjadi penghitungan inflasi nasional. Kedua,
yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian inflasi ikan segar adalah pengoptimalan cold storage.
Cold storage saat ini masih didominasi oleh hasil perikanan dengan orientasi ekspor. Dalam hal tersebut,
harus dilakukan penegasan kepada pihak pengelola cold storage sehingga dapat menyimpan hasil
perikanan terutama dengan tujuan konsumsi disaat penangkapan melimpah
STABILITAS
KEUANGAN
DAERAH
4
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
41
Ekonomi Makro Regional Keuangan Pemerintah Perkembangan Inflasi Daerah Stabilitas Keuangan Daerah
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: Bank Indonesia diolah
Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Grafik 4.2 Pangsa Kredit dan DPK RT terhadap total Kredit
PDRB Sulawesi Tenggara dan DPK Sulawesi Tenggara
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga
lapangan kerja, penghasilan dan usaha (Grafik untuk keperluan konsumsi, yaitu sebesar 62,9%
4.4). (Grafik 4.5). Kondisi tersebut tidak berbeda jauh
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Dari sisi ekspektasi usaha, secara rata-rata RT
Proporsi pengeluaran yang besar untuk konsumsi
mencatatkan angka sebesar 160,7 dimana bulan
tentunya menyisakan pengeluaran untuk
November diekspektasi sebagai bulan terbaik. Dari
tabungan dan pinjaman yang lebih kecil. Pangsa
sisi penghasilan, rumah tangga mencatatkan
pengeluaran untuk tabungan mengalami sedikit
angka ekspektasi sebesar 152,7 lebih tinggi dari
penurunan dari 28,2% pada periode lalu menjadi
periode sebelumnya yang hanya mencatatkan
sebesar 28,0%. Sedangkan cicilan rumah tangga
angka rata-rata sebesar 148,9. Ekspektasi
tercatat sebesar 9,1% dari total pengeluaran RT.
penghasilan sejalan dengan peningkatan
Angka tersebut lebih kecil dari periode lalu yang
ekspektasi lapangan pekerjaan dari triwulan lalu
tercatat sebesar 11%. Penurunan proporsi
yang secara rata-rata tercatat sebesar 128,3
pengeluaran untuk cicilan tersebut mengurangi
menjadi 131,7 pada periode pelaporan.
risiko gagal bayar RT.
Peningkatan ekspektasi penghasilan dan lapangan
pekerjaan tersebut berarti RT percaya bahwa Debt Service Ratio
terjadi pemulihan perekonomian. Dengan Dalam melihat perilaku meminjam RT, indikator
perkiraan peningkatan sumber pendapatan, lain yang dapat digunakan adalah debt service
diharapkan ketahanan RT semakin baik. ratio (DSR). Institusi keuangan menilai bahwa
4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga threshold aman untuk DSR adalah 30%. RT
Selain ketahanan RT, perlu juga dilihat sumber dengan DSR>30% dianggap memiliki risiko kredit
kerentanan pada RT. Kerentanan tersebut yang tinggi karena porsi pendapatan yang
dipengaruhi oleh pola pengeluaran RT, utamanya digunakan untuk membayar hutang sudah relatif
untuk pinjaman, yang mampu memberikan sinyal besar dan berpotensi dapat mengganggu cash
apakah RT memiliki kerentanan yang terkendali flow RT dan menyulitkan RT dalam melakukan
atau tidak. Penggunaan pengeluaran RT untuk pengembalian hutang yang pada akhirnya
pinjaman yang tidak proporsional dapat berpotensi meningkatkan Non Performing Loan
menyebabkan RT rentan terhadap risiko gagal (NPL) di institusi keuangan dan mengganggu
bayar. ketahanan sistem keuangan secara keseluruhan.
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.5 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Grafik 4.7 Saving Ratio Rumah Tangga Sulawesi Tenggara
Tenggara
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.6 DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara Grafik 4.8 Kepemilikan Produk Perbankan
Berdasarkan hasil SK, risiko kredit RT di Sulawesi tidak terjadi pada rumah tangga dengan
Tenggara pada triwulan II 2019 relatif terkendali. pengeluaran menengah karena rumah tangga
Hal ini terlihat dari jumlah responden RT dengan yang memiliki DSR di atas 30% turun dari 2,0%
DSR 0%-10% masih mendominasi dengan pangsa menjadi 1,7%. Di lain sisi, tetap tidak ada rumah
sebesar 69,0%, relatif stabil dibanding periode tangga dengan pengeluaran tinggi yang memiliki
sebelumnya yang tercatat sebesar 70,0% DSR diatas 30%.
responden. Selain itu RT yang DSRnya berkisar di
Saving Ratio
antara 10%-20% tercatat sebesar 17,0% dan DSR
Dari sisi tabungan terhadap pengeluaran rumah
berkisar di antara 20%-30% tercatat sebesar
tangga (saving ratio), sebesar 94% responden RT
8,0% dari total RT. Meskipun demikian, perlu
pada SK Provinsi Sulawesi Tenggara menyisihkan
menjadi catatan bahwa sebanyak 6,0% responden
lebih dari 10% pengeluarannya untuk menabung.
RT memiliki DSR di atas 30% (Grafik 4.6). Hal
Hal tersebut mencerminkan bahwa RT di Sulawesi
tersebut perlu diperhatikan secara khusus agar
Tenggara memiliki cadangan dana dan juga
tidak memicu peningkatan NPL.
penetrasi perbankan di Sulawesi Tenggara yang
Dilihat dari kategori pengeluaran, terlihat bahwa relatif baik. Pada triwulan II 2019 tercatat bahwa
rumah tangga dengan pengeluaran rendah pangsa RT yang memiliki saving ratio > 30%
mengalami sedikit peningkatan risiko, mencapai 53,7% dari total responden (Grafik 4.7).
diindikasikan dengan meningkatnya pangsa RT Dengan pola menabung yang sehat, RT di Sulawesi
yang memiliki DSR di atas 30% meningkat dari Tenggara memiliki ketahanan keuangan yang baik
1,3% menjadi 4,3% (Tabel 4.1). Namun tersebut dan mendukung intermediasi institusi keuangan.
Tabel 4.1 DSR Rumah Tangga Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Tingkat Pengeluaran
Mar-19 Jun-19
Risiko DSR Risiko DSR
Pengeluaran Total Pengeluaran Total
0-10% 10-20% 20-30% >30% 0-10% 10-20% 20-30% >30%
Rendah 67,0% 13,7% 10,7% 1,3% 92,7% Rendah 64,0% 15,3% 7,0% 4,3% 90,7%
Sedang 2,7% 0,3% 1,3% 2,0% 6,3% Sedang 4,3% 1,7% 0,7% 1,7% 8,3%
Tinggi 0,3% 0,7% 0,0% 0,0% 1,0% Tinggi 0,7% 0,0% 0,3% 0,0% 1,0%
Total 70,0% 14,7% 12,0% 3,3% 100,0% Total 69,0% 17,0% 8,0% 6,0% 100,0%
Ket: kelompok pengeluaran rendah (pengeluaran Rp1-3 juta), kelompok pengeluaran sedang (pengeluaran Rp3,1-5 juta), kelompok
pengeluaran tinggi (pengeluaran lebih dari Rp5 juta)
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.9 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara Grafik 4.11 Komposisi DPK RT Sulawesi Tenggara
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.10 Pertumbuhan DPK RT Sulawesi Tenggara Grafik 4.12 Pertumbuhan DPK RT berdasarkan jenisnya
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.13 Komposisi Kredit RT di Sulawesi Tenggara Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.14 Komposisi Penggunaan Kredit RT di Sulawesi Grafik 4.16 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT
Tenggara
dengan nominal mencapai Rp14,5 triliun (Grafik Berdasarkan perkembangannya, pada triwulan II
4.10). Selain dominasi pangsa DPK, pada triwulan 2019 tabungan perseorangan tercatat tumbuh
II 2019, DPK perseorangan menunjukkan moderasi sebesar 10,3% (yoy) menurun dari periode
pertumbuhan sebesar 11,7% (yoy), lebih rendah sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 14,3%
dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh (yoy). Selain itu deposito tumbuh sebesar 11,0%
sebesar 14,1% (yoy) (Grafik 4.10). (yoy) dan giro tumbuh negatif sebesar -7,2% (yoy)
(Grafik 4.12).
Dari sisi pilihan produk simpanan perbankan yang
dimanfaatkan RT, produk tabungan masih menjadi 4.2.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah
pilihan utama RT dengan pangsa terhadap DPK RT Tangga
yang mencapai 96,1%, relatif terjaga Selain DPK, keterkaitan RT dengan perbankan juga
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang dapat terlihat dari penyaluran kredit perbankan. Di
mencatatkan proporsi 96,3%. Produk deposito Sulawesi Tenggara kredit ke RT mendominasi
memiliki proporsi sebesar 77,2% lebih tinggi dari realisasi penyaluran kredit pada triwulan II 2019.
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 68,2%, Hal tersebut terlihat dari pangsa kredit untuk
Sementara produk giro hanya memiliki proporsi perseorangan yang mencapai 81,4% dari total
sebesar 6,5% (Grafik 4.11). Peralihan rumah kredit yang direalisasikan pada periode laporan
tangga dari produk tabungan ke instrumen (Grafik 4.13). Dari total kredit yang mencapai
deposito menunjukkan bahwa rumah tangga Rp23,9 triliun tersebut, sebagian besar kredit
percaya pada ketahanan institusi keuangan dan masih digunakan untuk konsumsi dengan pangsa
sistem keuangan jangka panjang. sebesar 68,4% (Rp16,4 triliun). Sementara itu,
pangsa kredit produktif berupa modal kerja dan
investasi masing-masing mencapai 22,3% dan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.17 Pertumbuhan KPR Berdasarkan Besaran Kredit Grafik 4.19 Pertumbuhan KKB Berdasarkan Besaran Kredit
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.18 NPL dan Suku Bunga KPR Grafik 4.20 NPL dan Suku Bunga KKB
9,3% dari total kredit pada triwulan II 2019. Dilihat dari sisi suku bunganya, suku bunga kredit
Berdasarkan breakdown yang lebih mendalam, konsumsi RT di Sulawesi Tenggara terjaga sama
mayoritas kredit konsumsi yang diberikan oleh dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 11,9%
bank disalurkan dalam bentuk kredit multiguna (Grafik 4.16). Terjaganya suku bunga disertai
yang memiliki pangsa 75,5% (Grafik 4.14). terjaganya risiko kredit yang ditunjukkan
menurunnya NPL kredit konsumsi perseorangan
Dari sisi kinerjanya, pada triwulan II 2019 kredit
yang sangat rendah yaitu sebesar 1,2%, sama
konsumsi RT tumbuh sebesar 9,5% (yoy), kinerja
dengan risiko kredit konsumsi periode
tersebut sama dengan periode sebelumnya.
sebelumnya.
Stabilnya laju pertumbuhan kredit tersebut
disebabkan oleh perbaikan laju pertumbuhan Kredit Kepemilikan Rumah
kredit multiguna menjadi 9,9% (yoy) pada triwulan KPR dan KPA di Sulawesi Tenggara pada triwulan
II 2019 dari 8,7% (yoy) pada triwulan I 2019. II 2019 tumbuh sebesar 7,8% (yoy), mengalami
Namun penurunan pertumbuhan kredit kendaraan penurunan dibandingkan periode sebelumnya
bermotor (KKB) menjadi 13,2% (yoy) pada yang tumbuh sebesar 10,9%(yoy). Penurunan laju
triwulan II 2019 dan perlambatan kredit pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh
kepemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA) yang menurunnya kredit untuk pembelian hampir
tumbuh sebesar 7,8% (yoy) menahan peningkatan seluruh tipe rumah dan Ruko. Yang mengalami
laju pertumbuhan kredit RT dibanding periode perbaikan hanya rumah tipe sedang (KPR >21-70)
sebelumnya (Grafik 4.15). yang tumbuh sebesar 24,4% (yoy) pada triwulan II
2019, lebih tinggi dibandingkan dengan periode
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 4.21 Pertumbuhan Multiguna Berdasarkan Besaran Grafik 4.22 Pangsa Komoditas Ekspor
Kredit
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek , diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 4.22 NPL dan Suku Bunga Multiguna Grafik 4.24 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara
sebelumnya yang mengalami pertumbuhan akselerasi dengan tumbuh sebesar 19,6% (yoy)
sebesar 22,0% (yoy), (Grafik 4.17). Dari sisi risiko, (Grafik 4.19).
kredit KPR memiliki risiko yang terus terjaga
Pada periode laporan, risiko KKB yang tercermin dari
dibawah threshold sebesar 5%. Indikator NPL KPR
NPL gross tetap terjaga pada level yang rendah, yaitu
pada periode pelaporan tercatat sebesar 3,5%
3,2%, meskipun sedikit lebih tinggi jika dibandingkan
turun dari sebelumnya yang tercatat sebesar 3,7%, dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar
(Grafik 4.18). Penyaluran KP Ruko tetap perlu 2,9% (Grafik 4.20). Sementara NPL KKB roda 4 pada
mendapatkan perhatian khusus dari perbankan triwulan II 2019 tercatat sebesar 2,2%, sedikit
karena NPL terus meningkat mencapai 11,0%. meningkat dibandingkan Walaupun tumbuh
melambat namun pada, mengalami penurunan
Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor
dengan NPL.
Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi
Tenggara pada triwulan II 2019 tumbuh sebesar Kredit Multiguna
13,2% (yoy), menurun dari periode sebelumnya Dominasi pangsa kredit multiguna terhadap total
yang tumbuh sebesar 20,6% (yoy). Hal ini kredit konsumsi di triwulan II 2019 menunjukkan
dilatarbelakangi oleh penurunan permintaan bahwa kebutuhan pembiayaan rumah tangga
terhadap kredit kendaraan roda 4 (mobil) menjadi untuk kebutuhan lain di luar kebutuhan untuk
10,6% (yoy) dari sebelumnya yang tercatat sebesar memiliki rumah, kendaraan bermotor maupun
24,3% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit peralatan rumah tangga masih sangat besar. Hal
kendaraan roda 2 (sepeda motor) mengalami ini terjadi karena pengajuan kredit multiguna yang
relatif lebih mudah dengan jaminan/agunan yang sebesar 91,8% (yoy) dengan nilai sebesar USD434
relatif ringan dan dana yang diterima dapat secara juta (Grafik 4.24).
leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam
4.3.2. Kinerja Korporasi
melakukan aktivitas yang tidak mengikat jenisnya.
Omset Penjualan
Pada triwulan II 2019, kredit multiguna tumbuh
Untuk memperkaya analisis, berdasarkan hasil
sebesar 9,0% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
Survei dan Liaison yang dilakukan oleh Kantor
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,9%
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
(yoy) (Grafik 4.21). Pada periode laporan, NPL
Tenggara, terlihat bahwa kinerja korporasi masih
kredit multiguna tercatat sebesar 0,4%, lebih
terjaga pada triwulan II tahun 2019, penjualan
rendah dari periode sebelumnya (Grafik 4.22).
domestik korporasi masih menunjukkan
4.3. ASESMEN SEKTOR KORPORASI pertumbuhan yang positif walaupun melambat
dibanding periode sebelumnya. Di sisi lain, ekspor
4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi
luar negeri secara umum mengalami peningkatan.
Pada triwulan II 2019, kondisi sektor korporasi
yang tercermin dari kinerja perekonomian di sisi Berdasarkan sektor ekonomi, secara umum
penawaran terpantau relatif baik. Sektor Korporasi di sektor pertanian menginformasi
pertambangan dan pertanian yang menjadi tulang bahwa penjualan domestik pada periode laporan
punggung perekonomian Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dibandingkan periode
masih menunjukkan pertumbuhan yang positif yang sama tahun lalu. Peningkatan yang terjadi
walau pertumbuhan sektor pertambangan sedikit disebabkan perluasan wilayah penjualan. Untuk
lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. penjualan ekspor, korporasi di sektor ini juga
Sektor pengolahan menunjukkan akselerasi melaporkan penjualan yang stabil dengan negara
pertumbuhan yang signifikan dengan tujuan Amerika, Eropa dan ASEAN. Dari sektor
mencatatkan pertumbuhan double digit namun di pertambangan, walaupun terjadi penurunan
sisi lain perlambatan sektor akomodasi yang aktivitas pertambangan, korporasi di sektor ini
seharusnya menjadi nilai jual Sulawesi tenggara melaporkan terjaganya kinerja penjualan
perlu menjadi perhatian. domestik. Dari sisi ekspor, korporasi di sektor
Selain itu, terdapat pula dampak perlambatan pertambangan juga melaporkan penjualan yang
perdagangan internasional terutama adanya terpantau stabil walaupun terjadi penurunan kuota
perang dagang antara Amerika Serikat dengan ekspor.
Tiongkok. Hal tersebut dikarenakan komoditas Korporasi di sektor konstruksi juga melaporkan
utama ekspor Sulawesi Tenggara adalah hasil penjualan yang stabil. Hal ini disebabkan belum
pertambangan (bijih nikel dan nikel olahan) adanya pelaksanaan proyek-proyek baru. Di sektor
dengan pangsa mencapai 98,2% yang merupakan perdagangan, kinerja penjualan menurut
salah satu bahan baku pembuatan mesin yang subsektor cukup dinamis. Kontak perdagangan
termasuk dalam komoditas terdampak perang retail menginformasikan permintaan domestik
dagang (Grafik 4.23). Ketergantungan terhadap mengalami peningkatan yang lebih tinggi jika
nikel semakin memberikan risiko yang cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya sedangkan
karena fluktuasi harga nikel dunia yang sangat kontak di sektor perdagangan besar menuturkan
dipengaruhi oleh permintaan dunia. Pada akhir bahwa kondisi penjualan sampai saat ini masih
triwulan II 2019, nilai ekspor feronikel Sultra masih stabil. Namun, Kontak perdagangan otomotif
melanjutkan kecenderungan menurun sejak mengungkapkan bahwa kinerja penjualan pada
triwulan II 2018 dan mencatatkan pertumbuhan periode laporan menurun dibandingkan tahun
2018. Korporasi di sektor industri pengolahan Sektor pertanian mengalami peningkatan biaya.
secara umum menunjukkan kinerja yang Kontak komoditas beras mengalami kenaikan
bervariasi. Kontak pengolahan besi beton biaya untuk pembelian bahan baku gabah. Selain
menjelaskan bahwa terjadi kenaikan permintaan itu, peningkatan juga dialami oleh kontak di
pada periode laporan dibandingkan periode sama subsektor perkebunan . Saat ini biaya pembelian
tahun sebelumnya. Sedangkan kontak pengolahan biji kakao dari pengumpul mengalami sedikit
aspal menyatakan terjadi sedikit penurunan kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama
produksi dibandingkan tahun sebelumnya. Daris tahun lalu. Selanjutnya Kontak menjelaskan bahwa
sisi ekspor kontak pengolahan feronikel biaya tenaga kerja yang dikeluarkan mengalami
menunjukkan peningkatan. kenaikan.
Sektor perdagangan mengalami peningkatan besar kontak di sektor pertambangan dan industri
biaya. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh kontak menjual nikel/olahan nikel.
perdagangan besar adalah biaya untuk pembelian
Kondisi likuiditas keuangan korporasi
persediaan. Kontak menyatakan bahwa biaya
Berdasarkan hasil SKDU, pada triwulan II 2019
tenaga kerja mengalami peningkatan seiring
secara umum kondisi likuiditas keuangan korporasi
dengan naiknya UMK Kota Kendari. Kontak di
terpantau dalam kondisi yang solid. Pada periode
sektor pertambangan juga mengkonfirmasi
pelaporan persentase responden yang menyatakan
adanya kenaikan biaya terutama biaya bahan baku
kondisi likuiditas perusahaan dalam kondisi baik
dan biaya energi. Secara umum kontak
terjaga dari 32,7% pada triwulan lalu menjadi
menjelaskan bahwa total biaya mengalami
31,3% pada triwulan ini. Jumlah responden yang
peningkatan jika dibandingkan kondisi di tahun
menyatakan kondisi likuiditas perusahaan cukup
sebelumnya. Kontak menjelaskan bahwa
tercatat 60,0% pada periode laporan, relatif sama
peningkatan biaya didorong oleh meningkatnya
dengan pangsa triwulan lalu yang tercatat sebesar
kebutuhan biaya bahan baku meliputi sewa dan
60,7%. Sementara itu, terdapat sedikit
shipment, serta biaya energi.
peningkatan tekanan terlihat dari meningkatnya
Kontak di sektor industri pengolahan nikel responden yang menyatakan kondisi likuiditas
mengalami kenaikan biaya produksi dan perusahaan berada pada kondisi yang buruk untuk
mengkonfirmasi bahwa peningkatan biaya memenuhi kebutuhan operasionalnya dari 6,7%
tersebut didorong oleh biaya energi yang memiliki pada triwulan I 2019 menjadi 8,7% pada triwulan
pangsa terbesar dibanding lainnya, sehingga II 2019 (Grafik 4.26).
mendorong kenaikan cash cost/biaya produksi Dari sisi kondisi rentabilitas, keuangan korporasi
feronikel per satuan ton.
juga terpantau dalam kondisi yang solid. Pada
Margin Keuntungan periode pelaporan persentase responden yang
Harga jual menurun yang diikuti dengan menyatakan kondisi rentabilitas perusahaan dalam
penurunan margin. Hal ini ditunjukkan oleh likert kondisi baik mengalami penurunan dari 32,7%.
scale harga jual pada triwulan II 2019 yang tercatat pada triwulan lalu menjadi 25,3%. Jumlah
-0,33; lebih rendah dibandingkan likert scale pada responden yang menyatakan kondisi rentabilitas
triwulan sebelumnya 0,15. Begitu pula dengan perusahaan cukup meningkat drastis dari 58,7%
margin usaha yang menurun dengan likert scale pada periode lalu menjadi 66,7% pada periode
0,12 setelah pada triwulan sebelumnya tercatat pelaporan. Selain itu, penurunan tekanan juga
sebesar 0,76. Hal ini disebabkan oleh adanya terlihat dari turunnya responden yang menyatakan
penurunan harga nikel dunia dimana sebagian kondisi rentabilitas perusahaan berada pada
Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Grafik 4.26 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Grafik 4.27 Perkembangan Kondisi Rentabilitas Keuangan
Korporasi di Sulawesi Tenggara Korporasi di Sulawesi Tenggara
kondisi yang buruk dari 8,7% pada triwulan I 2019 Berdasarkan perkembangannya, pada triwulan II
menjadi 8,0% pada triwulan II 2019 (Grafik 4.27). 2019 DPK Korporasi tumbuh sebesar 12,8% (yoy),
hal ini disebabkan oleh penurunan laju
4.3.3. Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi pertumbuhan pada seluruh produk. Giro korporasi
Selain pemetaan risk factor dan kerentanan sektor tercatat tumbuh sebesar 40,4% (yoy),
korporasi, untuk memitigasi risiko sistemik pertumbuhan tabungan tercatat tumbuh sebesar
diperlukan juga analisis interkoneksi antarsektor. 50,8% (yoy), sedangkan deposito terkoreksi
Dalam usahanya, sektor korporasi sangat terkait sebesar -7,3% (yoy) (Grafik 4.29).
erat dengan sektor perbankan dengan adanya
4.3.3.2 Kredit Korporasi dari Perbankan
penempatan DPK korporasi pada perbankan dan
Eksposur kredit perbankan pada sektor korporasi
penyaluran kredit perbankan kepada korporasi
pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 18,9% dari
untuk modal kerja dan investasi.
total kredit di Sulawesi Tenggara (berdasarkan
4.3.3.1 Dana Pihak Ketiga Korporasi di lokasi proyek). Meskipun eksposur kredit
Perbankan perbankan pada sektor korporasi masih berada di
Produk simpanan perbankan yang dimanfaatkan bawah kredit rumah tangga, namun korporasi
korporasi didominasi produk deposito yang menjadi sumber pendapatan rumah tangga
pangsanya mencapai 49,3%, Produk giro memiliki (melalui jalur tenaga kerja) sehingga gangguan
proporsi sebesar 38,1% Sementara produk pada korporasi pada akhirnya berdampak pada
tabungan hanya memiliki proporsi sebesar 12,6% sistem keuangan melalui jalur rumah tangga
(Grafik 4.19). tersebut. Dari total kredit yang disalurkan ke
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.28 Komposisi DPK Korporasi di Perbankan Sulawesi Grafik 4.30 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi
Tenggara
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.29 Pertumbuhan DPK Korporasi di Perbankan Grafik 4.31 Pertumbuhan Kredit Korporasi
Sulawesi Tenggara
Tabel 4.2 Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Korporasi Sektor berdasarkan Sektor dan Jenis
Mar-19
Total Modal Kerja Investasi
Sektor
Baki Debit Growth Baki Debit Growth Baki Debit Growth
Pangsa (%) NPL (%) Pangsa (%) NPL (%) Pangsa (%) NPL (%)
(triliun Rp) yoy (%) (triliun Rp) yoy (%) (triliun Rp) yoy (%)
Pertanian 1486,6 28,6% 295,0% 0,0% 25,4 1,8% 43,1% 0,0% 1461,2 38,3% 307,5% 0,0%
Pertambangan 1211,0 23,3% -37,1% 0,6% 165,5 12,0% -4,3% 3,9% 1045,6 27,4% -40,3% 0,1%
Industri Pengolahan 607,1 11,7% 118,9% 0,1% 58,7 4,3% 13,9% 1,0% 548,4 14,4% 142,9% 0,0%
LGA 128,6 2,5% -2,2% 0,1% 13,4 1,0% 581,0% 0,6% 115,2 3,0% -11,1% 0,0%
Konstruksi 785,6 15,1% 23,8% 3,2% 551,0 40,0% 14,7% 3,9% 234,6 6,2% 52,3% 1,6%
Perdagangan 598,3 11,5% 3,4% 5,8% 502,3 36,4% 6,6% 6,0% 96,0 2,5% -10,7% 4,9%
Perhotelan 217,9 4,2% -4,1% 0,2% 1,6 0,1% 6,1% 33,1% 216,3 5,7% -4,2% 0,0%
Transportasi Komunikasi 43,4 0,8% -25,1% 15,2% 10,8 0,8% -26,4% 0,0% 32,6 0,9% -24,6% 20,3%
Jasa Usaha 18,0 0,3% 34,9% 0,7% 1,5 0,1% 1,8% 0,0% 16,5 0,4% 39,1% 0,7%
Jasa Lainnya 43,3 0,8% -10,1% 5,4% 12,5 0,9% -38,7% 7,1% 30,8 0,8% 10,9% 4,7%
Jun-19
Total Modal Kerja Investasi
Sektor
Baki Debit Growth Baki Debit Growth Baki Debit Growth
Pangsa (%) NPL (%) Pangsa (%) NPL (%) Pangsa (%) NPL (%)
(triliun Rp) yoy (%) (triliun Rp) yoy (%) (triliun Rp) yoy (%)
Pertanian 1472,8 28,3% 286,3% 0,0% 15,3 1,0% -24,6% 0,0% 1457,5 39,1% 303,8% 0,0%
Pertambangan 1146,1 22,0% -52,2% 0,6% 174,4 11,8% -79,9% 3,7% 971,7 26,1% -36,5% 0,1%
Industri Pengolahan 600,2 11,5% 115,6% 0,1% 50,6 3,4% 8,8% 1,1% 549,6 14,8% 137,1% 0,0%
LGA 115,7 2,2% -13,1% 0,1% 3,9 0,3% -35,6% 1,9% 111,8 3,0% -12,0% 0,0%
Konstruksi 845,6 16,2% 17,6% 6,2% 614,3 41,5% 8,8% 7,9% 231,3 6,2% 49,9% 1,6%
Perdagangan 646,5 12,4% 13,1% 10,6% 542,8 36,6% 14,1% 11,6% 103,7 2,8% 8,1% 5,4%
Perhotelan 212,1 4,1% -6,8% 0,0% 1,0 0,1% -39,9% 0,0% 211,0 5,7% -6,5% 0,0%
Transportasi Komunikasi 44,6 0,9% -17,7% 14,8% 13,8 0,9% -10,9% 0,0% 30,9 0,8% -20,4% 21,4%
Jasa Usaha 30,6 0,6% 129,0% 0,4% 7,9 0,5% 453,6% 0,0% 22,7 0,6% 90,2% 0,5%
Jasa Lainnya 28,4 0,5% -40,9% 12,8% 9,7 0,7% -43,6% 23,3% 18,8 0,5% -39,4% 7,5%
korporasi di Sulawesi Tenggara, sebagian besar 10,6% dengan pangsa yang cukup besar, mencapai
(71,5%) merupakan kredit investasi dan 28,4% 12,4%. Namun demikian NPL pada sektor
berupa kredit modal kerja. perdagangan didominasi oleh kredit perdagangan
untuk barang konsumsi (Tabel 4.2).
Secara nominal, kredit perbankan pada sektor
korporasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 4.4. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN
2019 tercatat sebesar Rp5,2 triliun relatif stabil dari (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA
periode sebelumnya dan tercatat tumbuh positif
4.4.1. Aset Bank Umum
sebesar 6,6% (yoy) (Grafik 4.31).
Secara keseluruhan, aset bank umum yang berada
Kredit Korporasi berdasarkan Sektor Ekonomi
di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2019
Unggulan
mencapai Rp31,1 triliun, tumbuh 15,2% (yoy)
Secara total, sektor pertanian mendominasi kredit
yang diberikan kepada korporasi di Sulawesi
sedikit lebih rendah dibandingkan periode
Tenggara. Pada triwulan II 2019, sebanyak 28,3% sebelumnya, yang tercatat sebesar 15,9% (yoy)
dari kredit korporasi diberikan kepada sektor tersebut (Grafik 4.32). Moderasi pertumbuhan aset tersebut
dengan NPL 0%. Baki debit tersebut tumbuh sebesar dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan aset
286,3% (yoy). Tingkat pertumbuhan yang sangat pada bank Pemerintah. Berdasarkan pangsanya,
tinggi ini melanjutkan tren sebelumnya. Selain itu bank pemerintah masih mendominasi industri
sektor pertambangan berada pada posisi kedua perbankan di Sulawesi Tenggara dengan porsi aset
dengan 22,0% pangsa kredit korporasi di Sulawesi mencapai 84,9% dari total aset bank umum dan
Tenggara dengan NPL yang juga terjaga. Yang perlu tumbuh sebesar 16,1% (yoy), lebih rendah dari
menjadi perhatian adalah sektor perdagangan karena periode sebelumnya yang berhasil tumbuh
pada triwulan II 2019 mencatatkan NPL sebesar 17,6%% (yoy). Sedangkan pangsa total aset bank
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.32 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.33 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank
swasta nasional tercatat sebesar 15,1% dari total Sementara itu, beberapa daerah dengan pangsa
aset bank umum di Sulawesi Tenggara (Grafik aset yang relatif kecil seperti Kabupaten Buton
4.33), tumbuh 10,8% (yoy) dibandingkan periode Utara dan Kolaka Utara mencatat pertumbuhan
sebelumnya sebesar 7,5% (yoy). aset yang signifikan (Tabel 4.3). Keduanya berhasil
tumbuh diatas 20% (yoy) yaitu sebesar 35,3%
Secara spasial, aset perbankan masih
(yoy) dan 22,1 (yoy). Hal tersebut menunjukkan
terkonsentrasi di Kota Kendari dengan pangsa
bahwa perbankan juga melakukan ekspansi bisnis
mencapai 59,8% dari keseluruhan aset bank
ke berbagai kabupaten di Sulawesi Tenggara.
umum yang ada di Sulawesi Tenggara. Kondisi
tersebut masih menunjukkan bahwa perbankan Yang perlu menjadi perhatian adalah penurunan
masih terkonsentrasi di daerah ibu kota provinsi aset yang terjadi di Kabupaten Buton yang bahkan
sebagai motor penggerak perekonomian. Daerah pada triwulan II 2019 merupakan daerah dengan
selain Kota Kendari yang memiliki aset bank cukup aset perbankan terkecil di Provinsi Sulawesi
besar adalah Kabupaten Kolaka dan Kota Bau-Bau Tenggara.
dengan pangsa masing-masing sebesar 11,3%
4.4.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
dan 10,3%. Tingginya aset perbankan di kedua
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun
Kota dan Kabupaten tersebut juga didasari
oleh bank umum yang berkantor di Sulawesi
besarnya kegiatan ekonomi di daerah tersebut.
Tenggara pada triwulan II 2019 mencapai Rp21,7
triliun, tumbuh sebesar 14,0% (yoy) lebih rendah
Mar-19 Jun-19
Kab. Buton 151,5 0,6 5,9 0,8 0,0 0,0 0,6 156,1 0,6 13,6 0,7 0,0 0,0 0,6
Kab. Muna 1828,1 7,7 14,3 1,1 0,3 2,4 5,0 1877,1 7,7 7,3 1,2 0,3 2,4 5,0
Kab. Kolaka 3156,8 13,3 7,2 1,9 1,3 5,0 7,0 3242,6 13,3 0,2 2,8 1,3 5,0 6,9
Kab. Wakatobi 184,5 0,8 5,7 0,6 0,0 0,0 0,7 190,9 0,8 5,7 0,5 0,0 0,0 0,7
Kab. Konawe 707,4 3,0 18,9 0,3 0,0 0,0 2,9 739,5 3,0 17,6 0,2 0,0 0,0 3,0
Kab. Konawe Selatan 622,7 2,6 18,5 1,4 0,1 0,0 2,5 651,5 2,7 12,7 1,2 0,1 0,0 2,5
Kab. Bombana 332,0 1,4 19,4 0,5 0,0 0,0 1,4 343,2 1,4 10,0 0,3 0,0 0,0 1,4
Kab. Kolaka Utara 343,3 1,4 17,0 0,1 0,0 0,1 1,4 365,8 1,5 21,2 0,2 0,0 0,1 1,4
Kab. Buton Utara 175,0 0,7 13,2 0,7 0,0 0,0 0,7 183,5 0,8 10,7 0,9 0,0 0,0 0,7
Kab. Konawe Utara 398,4 1,7 19,1 0,9 0,0 0,0 1,7 404,9 1,7 4,7 0,9 0,0 0,0 1,6
Kab. Kolaka Timur 169,8 0,7 - 0,8 0,0 0,0 0,7 181,6 0,7 - 0,4 0,0 0,0 0,7
Kab. Buton Tengah 0,0 0,0 - - 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 - - 0,0 0,0 0,0
Kota Bau-Bau 2247,6 9,4 13,0 0,6 0,9 2,8 5,7 2356,6 9,6 10,8 0,6 0,9 3,0 5,7
Kota Kendari 13475,4 56,6 9,6 3,3 7,8 15,7 33,1 13762,4 56,3 4,8 3,4 7,8 15,7 32,7
Total 23792,5 100,0 11,6 2,4 10,5 26,2 63,4 24455,7 100,0 6,7 2,5 10,5 26,5 63,0
Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, K.MK = Kredit Modal Kerja, K.I = Kredit Investasi, K.K = Kredit Konsumsi
Growth= pertumbuhan Kredit (%, yoy)
Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya Performa yang baik dari produk giro baik dari sisi
sebesar 16,4% (yoy) Sebagian besar DPK yang nominal maupun pertumbuhan dapat
dihimpun oleh bank umum di Sulawesi Tenggara mengindikasikan bahwa tersedianya likuiditas
ditempatkan dalam bentuk tabungan dengan perusahaan di Sulawesi Tengara untuk melakukan
pangsa 47,7%. Sedangkan untuk giro dan transaksi. Hal ini sangat wajar mengingat bahwa
deposito pada triwulan II 2019 masing-masing ke depannya realisasi APBD untuk pembangunan
tercatat memiliki pangsa pasar sebesar 27,4% dan akan diakselerasi.
24,9% (Grafik 4.34).
Tabungan
Bila dilihat dari sisi pertumbuhan per komponen, Pada triwulan II 2019, nilai tabungan masyarakat
pada triwulan II 2019, penurunan pertumbuhan di Sulawesi Tenggara sampai dengan periode
DPK disebabkan oleh penurunan pertumbuhan laporan mencapai Rp10,3 triliun, naik dari periode
tabungan dan deposito yang masing-masing sebelumnya yang tercatat sebesar Rp10,1 triliun.
tumbuh sebesar 10,3% (yoy) dan 6,8% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan tersebut lebih
Penurunan lebih jauh diredam oleh akselerasi rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
pertumbuhan giro yang tercatat sebesar 29,7% 14,3% (yoy).
(yoy) (Grafik 4.35).
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.34 Komposisi DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.35 Pertumbuhan DPK Per Penempatan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.36 Pertumbuhan Kredit Bank Umum di Sulawesi Grafik 4.37 Komposisi Kredit Bank Umum di Sulawesi
Tenggara Tenggara
Mar-19 Jun-19
Sektor Ekonomi Baki Debet Growth Baki Debet Growth
Pangsa (%) NPL (%) Pangsa (%) NPL (%)
(Miliar Rp) yoy (%) (Miliar Rp) yoy (%)
Pertanian 837,369195 9,7 39,5 1,0 910,88 10,2 42,2 1,1
Pertambangan 96,2499365 1,1 97,8 1,6 110,38 1,2 140,4 1,4
Industri Pengolahan 414,541966 4,8 7,0 2,1 421,13 4,7 11,2 2,5
Listrik Gas 16,8005996 0,2 117,8 0,0 6,58 0,1 -40,3 1,0
Air 6,64240051 0,1 77,7 2,4 6,89 0,1 48,0 2,3
Konstruksi 572,454912 6,6 6,5 7,3 658,19 7,3 3,0 9,0
Perdagangan 5358,28094 61,9 10,4 5,5 5.471,34 61,0 11,8 6,0
Transportasi-Pergudangan 125,206359 1,4 2,2 2,0 133,34 1,5 8,3 2,5
Akomodasi Makan Minum 459,804013 5,3 9,3 4,4 472,37 5,3 13,5 4,8
Informasi Komunikasi 0,95283957 0,0 -44,8 0,5 0,87 0,0 -58,5 0,8
Jasa Keuangan 7,86085343 0,1 76,7 0,0 4,48 0,0 -53,3 0,0
Real Estate 99,7888746 1,2 10,1 4,6 104,67 1,2 12,8 4,5
Jasa Perusahaan 50,9544475 0,6 43,9 1,9 77,69 0,9 104,0 1,3
Adm Pemerintahan 94,4562657 1,1 30269,8 0,0 89,50 1,0 2696,7 0,0
Jasa Pendidikan 31,2239782 0,4 101,7 14,1 33,24 0,4 95,8 13,2
Jasa Kesehatan Sosial 28,2242475 0,3 19,5 0,3 26,06 0,3 10,5 0,0
Jasa Lainnya 451,488603 5,2 40,7 2,6 443,05 4,9 30,6 2,8
Ket: gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy), Kredit Produktif = Kredit Modal Kerja + Kredit Investasi
NPL = Non Performing Loan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
memiliki pangsa terbesar untuk kategori kredit peluang untuk perbankan untuk merelokasi kredit
produktif (61,9% dari total kredit produktif) dari sektor-sektor yang sudah jenuh dan berisiko
mengalami pertumbuhan positif. Pada triwulan II ke sektor yang potensial dan lebih aman (Tabel
2019, kredit di sektor tersebut tumbuh sebesar 4.5).
11,8% (yoy) lebih tinggi daripada pertumbuhan
Non Performing Loan (NPL) per Jenis Kredit
pada triwulan I 2019 yang tercatat sebesar 10.4%
Pada triwulan II 2019, meningkatnya pertumbuhan
(yoy) dengan NPL yang cukup tinggi yaitu sebesar
penyaluran kredit disertai dengan sedikit
6,0%. Hal tersebut perlu menjadi perhatian agar
meningkatnya risiko kredit. Peningkatan risiko
tidak menyebabkan contagion effect ke sektor
kredit tersebut terlihat dari naiknya indikator Non
lainnya. Sedangkan sektor pertanian yang memiliki
Performing Loan (NPL) Gross dari 2,37% pada
pangsa kedua terbesar yaitu sebesar 10,2%
triwulan I 2019 menjadi 2,52% pada triwulan II
kembali mencatatkan pertumbuhan double digit
2019 namun angka tersebut masih berada di
sebesar 42,2% (yoy) dengan NPL yang sangat
bawah threshold 5% (Grafik 4.38).
rendah yaitu sebesar 1,1%. Hal ini membuka
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.38 Perkembangan NPL Bank Umum di Sulawesi Grafik 4.39 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi
Tenggara Tenggara
Pada periode laporan, penyaluran kredit modal nominal DPK lebih tinggi dari pada kenaikan
kerja memiliki risiko kredit terbesar yaitu mencapai nominal penyaluran kredit perbankan di Sulawesi
5,49%, hal ini perlu diwaspadai mengingat Tenggara. Nilai LDR sebesar 100% berarti seluruh
threshold NPL sebesar 5%. Sedangkan kredit DPK yang dikelola oleh perbankan Sulawesi
investasi yang pada triwulan lalu memiliki NPL Tenggara disalurkan dalam bentuk kredit.
sebesar 4,26% mencatatkan perbaikan dengan Sedangkan pencapaian pada triwulan II 2019
NPL yang menurun menjadi 4,16%. Penyaluran menunjukkan bahwa dalam rangka menyalurkan
kredit konsumsi memiliki NPL yang selalu terjaga kredit, perbankan di Sulawesi Tenggara
pada tingkat yang rendah yaitu sebesar 1,00% memerlukan dana dari daerah lain. Tingkat LDR
pada periode laporan, sedikit lebih rendah dari yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dapat
periode sebelumnya yang mencatatkan NPL menjadi sumber kerentanan apabila tidak disertai
sebesar 1,07% dengan tingkat risiko kredit yang terjaga di tingkat
yang aman.
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Salah satu indikator yang dapat merepresentasikan 4.4.4. Perbankan Syariah
intermediasi perbankan adalah indikator Loan to Pangsa perbankan syariah di Sulawesi Tenggara
Deposit Ratio (LDR) yang menghitung rasio masih relatif kecil. Dari sisi aset, perbankan syariah
penyaluran kredit per DPK yang dikelola oleh hanya memiliki aset sebesar Rp1,56 triliun, atau
perbankan. Pada triwulan II 2019 LDR bank umum sebesar 5,0% dari keseluruhan aset bank umum di
di Sulawesi Tenggara mencapai 112,9%, lebih Sulawesi Tenggara. Pangsa ini lebih tinggi
rendah daripada triwulan sebelumnya yang dibandingkan periode sebelumnya yang
tercatat sebesar 114,8%, (Grafik 4.39). Penurunan mencatatkan 4,9% dari pangsa bank umum
LDR tersebut terjadi karena secara peningkatan (Grafik 4.40). Kondisi yang sama juga terjadi pada
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.40 Pangsa Perbankan Syariah Grafik 4.42 Perkembangan Pembiayaan Syariah
penghimpunan dana dan penyaluran pembiayaan. 4,7% pada triwulan II 2019, lebih tinggi dari
Pada triwulan II 2019, pangsa pembiayaan hanya periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,3%,
mencapai 4,4% dari total realisasi pembiayaan namun angka tersebut masih berada di bawah
oleh bank umum, sama dengan periode threshold 5%. Baik pembiayaan investasi dan
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,6%. pembiayaan modal kerja perlu di waspadai karena
Sedangkan penghimpunan DPK bank syariah masing-masing mencatatkan NPF yang tinggi yaitu
mencapai 4,9% meningkat dibandingkan dengan 6,2% dan 11,4%.
periode sebelumnya yaitu 4,7% dari seluruh DPK
Selaras dengan akselerasi kinerja pembiayaannya,
perbankan di Sulawesi Tenggara.
penghimpunan DPK perbankan syariah tetap
Sampai dengan triwulan II 2019, penyaluran menunjukkan pertumbuhan yang tinggi. Pada
pembiayaan syariah terus mengalami laju triwulan II 2019, jumlah DPK bank syariah
pertumbuhan yang positif. Pada periode laporan mencapai Rp1,06 triliun atau tumbuh sebesar
pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,1% (yoy) 28,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
dengan baki debet sebesar Rp1,11 triliun, lebih periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,5%
tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh
yang tumbuh sebesar 6,4% (yoy) (Grafik 4.42). akselerasi laju pertumbuhan penempatan DPK di
Sama dengan penyaluran perbankan umum, fasilitas deposito yang tumbuh sebesar 35,9%
penyaluran pembiayaan syariah juga paling banyak (yoy), (Grafik 4.41).
dilakukan untuk penggunaan konsumsi
4.4.5. Bank Perkreditan Rakyat
dilanjutkan modal kerja dan investasi.
Pada triwulan II 2019, kinerja BPR menunjukkan
Dari sisi risiko pembiayaan, tekanan pada risiko perbaikan. Dalam hal akumulasi aset, pada
pembiayaan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari NPF triwulan II 2019 pertumbuhan aset BPR tercatat
(Non Performing Financing) yang tercatat sebesar sebesar 3,2% (yoy), lebih tinggi dari periode
%, yoy
50.0%
40.0%
30.0%
20.0% 13.4%
10.0% 10.0%
0.0%
4.8%
-10.0%
-20.0%
-30.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
gDeposito gTabungan gDPK
Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.44 Perkembangan Aset BPR Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK BPR di Sulawesi Tenggara
Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.45 Perkembangan Kredit BPR di Sulawesi Tenggara Grafik 4.47 Pangsa Kredit BPR per Sektoral
sebelumnya yang terkontraksi sebesar -0,8% (yoy). UMKM tercatat sebesar 18,3% (yoy) relatif sama
Penghimpunan DPK juga mengalami perbaikan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
dengan tumbuh sebesar 10,0% (yoy) atau tercatat I 2019 sebesar 18,4% (yoy). Hal ini terjadi karena
sebesar Rp121,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan seluruh kredit usaha mikro, kecil dan menengah
pertumbuhan periode sebelumnya yang yang mengalami pertumbuhan double digit
terkontraksi sebesar -1,2% (yoy) (Grafik 4.46). masing-masing menjadi sebesar 19,0% (yoy),
Sementara itu, dari sisi penyaluran kredit, BPR 519,8% (yoy) dan 19,8% (yoy) (Grafik 4.49).
tetap positif dengan tumbuh sebesar 4,4% (yoy)
Seiring dengan adanya perubahan kebijakan KUR
dengan nominal total penyaluran kredit sebesar
(Kredit Usaha Rakyat) pada tahun 2017, terdapat
Rp242,2 miliar (Grafik 4.45).
peningkatan penyaluran kredit kepada usaha
Dengan kondisi tersebut, LDR BPR pada triwulan II
rakyat. Sampai dengan triwulan II 2019, baki debet
2019 mencapai 199,1% yang berarti kredit yang
KUR di Sulawesi Tenggara mencapai Rp2,1 triliun
disalurkan oleh BPR menggunakan dana dari
dengan jumlah debitur aktif mencapai 88.616
institusi keuangan lainnya. Dengan demikian risiko
nasabah (Grafik 4.60). Penyaluran KUR di Sulawesi
yang terjadi pada BPR dapat menyebabkan risiko
Tenggara masih terkonsentrasi pada usaha di
pada institusi keuangan lainnya. Sementara itu,
sektor perdagangan yang mencapai 59,2%.
risiko kredit pada BPR sangat tinggi tercermin dari
Sementara itu penyaluran pada sektor primer
NPL sebesar 19,8%, jauh di atas threshold .
seperti ke pertanian dan perikanan sudah
4.5. AKSES KEUANGAN menunjukkan adanya peningkatan. Selain itu
industri pengolahan dan sektor penyediaan
4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM
akomodasi dan penyediaan makan minum juga
Pada triwulan II 2019, kredit yang diterima oleh
UMKM di Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi terus mengalami peningkatan. (Grafik 4.52).
proyek) mencapai Rp8,16 triliun atau memiliki 4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk
pangsa mencapai 27,69% dari total penyaluran Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara
kredit di Sulawesi Tenggara. Kredit kepada UMKM terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami
tersebut, sebagian besar diberikan kepada usaha peningkatan, begitu juga dari sisi kredit. Rasio
kecil sebesar 44,04% dan usaha mikro dengan jumlah rekening DPK terhadap penduduk
pangsa sebesar 34,39%. Sedangkan untuk usaha angkatan kerja di Sulawesi Tenggara tetap
menengah memiliki pangsa sebesar 21,57% dari menunjukkan rasio yang tinggi, pada triwulan II
total kredit UMKM (Grafik 4.48). Sejalan dengan 2019 tercatat sebesar 218,3% (Grafik 4.51). Rasio
pertumbuhan kredit perbankan secara umum, yang lebih besar dari 100% menunjukkan bahwa
pada triwulan II 2019 laju pertumbuhan kredit
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.48 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.49 Pertumbuhan Kredit UMKM
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.50 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara Grafik 4.52 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi
Tenggara
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.51 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja Grafik 4.53 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja
terdapat penduduk angkatan kerja di Sulawesi memfasilitasi berbagai kegiatan edukasi keuangan
Tenggara yang memiliki rekening simpanan lebih yang bertujuan untuk memberikan informasi
dari satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga mengenai produk dan jasa keuangan serta
mengindikasikan adanya penduduk bukan menumbuhkan kesadaran masyarakat pada
angkatan kerja yang juga memiliki rekening seperti umumnya untuk menabung dan melakukan
siswa sekolah maupun mahasiswa. pengelolaan keuangan.
SISTEM
Uang Rupiah Kesejahteraan
PEMBAYARAN
&
PENGELOLAAN
UANG
RUPIAH
5
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
63
Ekonomi Makro Regional Keuangan Pemerintah Perkembangan Inflasi Daerah Stabilitas Keuangan Daerah
Selama triwulan II 2019, nilai transaksi nontunai di tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
transaksi perekonomian di Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara mencapai Rp 3,73 triliun
masih merupakan transaksi ritel dengan rata-rata
mengalami pertumbuhan sebesar 39,74% (yoy),
sebesar Rp34,90 juta per transaksi. Sementara
meningkat signifikan dibandingkan dengan
untuk transaksi sistem pembayaran nilai besar
triwulan sebelumnya yang tumbuh hanya sebesar
yang menggunakan BI-RTGS rata-rata dapat
0,97% (yoy) (Grafik 5.1). Namun demikian, jumlah
mencapai sebesar Rp3,18 miliar per transaksi
transaksi nontunai mengalami penurunan 2,94%
(Grafik 5.4).
Rp miliar
4000 3.734
3500
2.770 Nominal
3000 54%
2500
2000
TW II
1500 2019
Transaksi
1000
500
1,27%
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
SKNBI BI-RTGS SKNBI BI-RTGS
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran
Sulawesi Tenggara Nontunai di Sulawesi Tenggara
4,0
Rp miliar
75
70
30.000 65
60
20.000 55
50
45 Rp34,90
10.000 40
35
0 30
I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
SKNBI BI-RTGS
SKNBI BI-RTGS SP Nontunai
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Grafik 5.4 Rata-rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran
Sulawesi Tenggara Nontunai Sulawesi Tenggara
Rp miliar
3000
Nominal 222,01 Miliar
2500
1.719 36,37% 175,11 Miliar cek
2000 1.660 share 63,57% 306,05 Miliar BG
0,06% 0,30 Miliar Lain
1500
27,09%
TW II Transaksi
1000 72,91% 2019 25,49% 4662 Cek
74,29% 13588 BG
500 0,22% 41 Lain
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring Cek Bilyet Giro Lain
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring
Tenggara Debet Penyerahan di Sultra
transaksi
70.000 Rp miliar/ hari
45
48.117 40
60.000 48.883
35 29,13
50.000
30
share
40.000 25
37% 20
30.000
15 21,24
20.000 63% 10 7,89
10.000 5
0
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
2016 2017 2018 2019
Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring
Kliring Kredit Kliring Debet
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian
Sulawesi Tenggara
Selain penurunan pada transaksi sistem tersebut rata-rata kliring kredit adalah sebesar
pembayaran nontunai tersebut, terdapat pula Rp40,49 juta per transaksi, sementara kliring debet
penurunan aliran transfer dana yang masuk ke hanya sebesar Rp26,32 juta per transaksi.
Sulawesi Tenggara dari luar negeri dan begitu pula
Kliring kredit secara umum dikenal sebagai transfer
sebaliknya. Pada triwulan II 2019, transaksi transfer
antar bank dan dilakukan secara paperless,
dana luar negeri ke Sulawesi Tenggara tercatat
sementara kliring debet dilakukan dengan
sebanyak Rp23,26 miliar atau -10,01% (yoy),
menggunakan warkat seperti cek dan bilyet giro.
sementara transaksi ke luar negeri tercatat sebesar
Peningkatan kemudahan transfer antar bank, baik
Rp770 juta atau -42,65% (yoy).
melalui teller bank, ATM maupun dengan
5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring penggunaan e-banking maupun sms banking
Selama triwulan II 2019, nilai transaksi sistem semakin memperbesar penggunaan kliring kredit.
pembayaran nontunai melalui SKNBI di Sulawesi
Dilihat dari sisi perputaran hariannya, transaksi
Tenggara mencapai Rp1,72 triliun mengalami
SKNBI di Sulawesi Tenggara masih berada pada
penurunan sebesar 3,99% (yoy). Sementara itu,
trend yang stabil dibandingkan dengan tahun
total transaksi SKNBI selama periode tersebut
sebelumnya. Pada triwulan II 2019, perputaran
sebesar 48.883 kali, mengalami penurunan secara
kliring mencapai Rp29,13 miliar/hari dengan
moderat sebesar 3,78% (yoy). Dilihat dari sisi
jumlah transaksi mencapai 829 transaksi/hari.
penggunaannya, sebagian besar transaksi kliring
Perputaran kliring kredit dapat mencapai Rp21,24
tersebut menggunakan kliring kredit dengan
miliar/hari sementara kliring debet mencapai
pangsa sebesar 72,91%, sementara penggunaan
Rp7,89 miliar/hari (Grafik 5.8).
kliring debet hanya sebesar 27,09%. Pada periode
Rp miliar transaksi
35 1000 Konut 2,47% Konawe
Muna
30
0,13%
800 13,20%
Bombana
25
0,28%
20 600
15,91 Baubau
15 15,08%
400 TW II
10
5
361 200 2019
0 0 Kendari
I II III IV I II III IV I II III IV I II
68,84%
2016 2017 2018 2019
Dalam melakukan transaksi usahanya, pemilik mencapai 68,84% dari total transaksi kliring di
rekening giro lebih banyak memanfaatkan Bilyet Sulawesi Tenggara. Total transaksi kliring di Kota
Giro (BG) daripada cek. Pada triwulan II 2019, Kendari mencapai Rp1,17 triliun yang
sebanyak 63,57% transaksi kliring debet menunjukkan penurunan jika dibandingkan
menggunakan BG dengan nominal mencapai dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,20
Rp306,05 miliar. Sementara itu, pemanfaatan cek triliun. Kondisi serupa juga terjadi di Kota Bau-Bau
sebanyak 36,37% dengan nilai sebesar Rp175,11 yang mengalami penurunan transaksi kliring
miliar, sedangkan penggunaan warkat lain sebesar dimana pada triwulan sebelumnya sebesar
0,06% dari total transaksi kliring debet. Dari sisi Rp265,06 miliar menjadi Rp257,29 miliar dengan
kepatuhan dan risiko kredit, penarikan cek dan BG pangsa mencapai 15,08% (Grafik 5.12).
kosong mengalami penurunan secara moderat 5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS
setelah sebelumnya tercatat sebanyak 367 lembar Pada triwulan II 2019 transaksi BI-RTGS di Sulawesi
menjadi 361 lembar dengan nominal mencapai Tenggara menunjukkan adanya peningkatan yang
Rp12,54 miliar (Grafik 5.9). Dengan demikian, cukup tinggi. Pada periode tersebut transaksi
tingkat penarikan Cek/BG kosong pada triwulan II BI-RTGS mencapai Rp2,015 triliun, atau naik
2019 sebesar 3,30% dari total penarikan kliring sebesar 128,51% (yoy), jauh lebih tinggi daripada
debet, lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya
triwulan sebelumnya sebesar 25% (yoy) (Grafik
yang mencapai 2,80%. (Grafik 5.10).
5.13). Pemanfaatan sistem pembayaran nontunai
Secara spasial, transaksi SKNBI masih dominan melalui BI-RTGS mengalami peningkatan
dilakukan di Kota Kendari dengan pangsa nominal disebabkan oleh meningkatnya kinerja lapangan
usaha perdagangan, selain itu juga karena adanya dapat berupa transaksi domestik maupun transaksi
percepatan penyaluran transfer dana dari luar negeri.
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
Pada triwulan II 2019, transaksi transfer dana luar
BI-RTGS merupakan sistem pembayaran nontunai
negeri Sulawesi Tenggara mengalami net inflow.
dengan minimal nilai transaksi sebesar Rp500 juta
Aliran inflow dari luar negeri ke Provinsi Sulawesi
sehingga lebih banyak digunakan untuk aktivitas
Tenggara tercatat sebanyak Rp22,58 miliar atau
ekonomi skala besar khususnya dalam jual beli
menurun sebesar 10,01% (yoy), turun
komoditas.
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Sementara itu untuk volume transaksi, pada Rp22,98 miliar (Grafik 5.15). Aliran inflow ini jauh
triwulan II 2019 tercatat mencapai 634 transaksi. lebih besar dibandingkan dengan outflow dana
Dengan demikian pada periode tersebut rata-rata dari Sulawesi Tenggara ke luar negeri yang tercatat
transaksi BI-RTGS mencapai Rp3,18 miliar, lebih sebesar Rp770 juta. Namun secara nominal,
tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar transaksi outflow ini menurun sebesar 42,65%
Rp1,68 miliar. (yoy) (Grafik 5.16).
5.1.3. Penyelenggara Transfer Dana (PTD) Sementara itu, pada triwulan II 2019 transaksi
Penyelenggara Transfer Dana diatur dan diawasi transfer dana domestik di Sulawesi Tenggara
oleh Bank Indonesia melalui Peraturan Bank mengalami net outflow. Jumlah aliran dana yang
Indonesia (PBI) No.14/23/PBI/2012 tentang transfer masuk (inflow) ke Sulawesi Tenggara pada
dana. Transfer dana adalah kegiatan yang triwulan II 2019 sebesar Rp15,63 miliar atau
bertujuan untuk memindahkan sejumlah dana dari tumbuh sebesar 63,14% (yoy) lebih tinggi
pengirim kepada penerima yang dapat berupa dibandingkan triwulan I 2019 yaitu sebesar
uang tunai maupun melalui rekening. Kegiatan Rp18,88 miliar (Grafik 5.17). Jumlah aliran inflow
transfer dana yang dilayani oleh PTD selain bank ini jauh lebih kecil dibandingkan aliran outflow
5 2 0 0
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II 2017 2018 2019
2016 2017 2018 2019 Nominal Volume Transaksi Sb Kanan
Rata-rata Harian Nominal Rata-rata harian Transaksi
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.14 Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Grafik 5.16 Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow Ke Luar
Sulawesi Tenggara Negeri
Transaksi Indeks
Rp, Juta
20000 76.312 86.000 3
yang tercatat sebesar Rp33,64 miliar, turun teknologi berbasis mobile/web dalam rangka
15,29% (yoy) (Grafik 5.18). Keuangan inklusif. Agen LKD yang merupakan
Pada triwulan II 2019, transaksi penjualan Uang Pada triwulan II tahun 2019, jumlah agen LKD yang
Kertas Asing (UKA) di Sulawesi Tenggara tersebar di wilayah Sulawesi Tenggara adalah
mengalami penurunan 21,56% (yoy). Transaksi sebanyak 3.179 agen atau meningkat
penjualan Uang Kertas Asing didominasi oleh mata dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018
uang Amerika (USD) yang memiliki pangsa 42,4% yaitu 2.418 agen (tumbuh sebesar 31,47% (yoy).
dari seluruh transaksi KUPVA pada periode Daerah yang memiliki agen terbanyak adalah
laporan. Kabupaten Konawe Selatan yaitu sebanyak 600
agen atau 18,9% dari seluruh agen di Sulawesi
5.1.5. Layanan Keuangan Digital (LKD)
Tenggara.
Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah kegiatan
layanan jasa sistem pembayaran dan Keuangan Peningkatan juga terjadi pada jumlah kepemilikan
yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak rekening uang elektronik di Sulawesi Tenggara
ketiga, serta menggunakan sarana dan perangkat yang tercatat 88.530 rekening pada triwulan II
Fasilitator Registrasi
Kolut 5%,5
TW II Tarik Tunai
Isi Ulang
Konsel 18,9% Buton 12,4%
- 10.000.000.00020.000.000.00030.000.000.000
Wakatobi 1,4%
Kolaka 18,1% Tw II Tw I
sudah dijalankan di seluruh kabupaten/kota di Transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2019
Sulawesi Tenggara, sementara pada tahun 2017 memiliki pola net-outflow, yaitu aliran uang yang
program bansos non tunai baru berjalan di 9 keluar ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara lebih
(sembilan) kabupaten/kota yaitu Kota Kendari, besar dibandingkan dengan uang yang masuk.
Kota Bau-Bau, Kabupaten Buton, Muna, Kolaka, Kondisi tersebut sama dengan pola di tahun
Wakatobi, Konawe, Konawe Selatan, Kolaka Utara sebelumnya. Outflow pada periode tersebut
dan Bombana. mencapai Rp1.981,64 miliar, turun sebesar 13,8%
dibandingkan dengan periode sama tahun
Transaksi yang dapat dilakukan di agen LKD terdiri sebelumnya yaitu sebesar Rp2.299,21 miliar.
atas isi ulang, pembayaran tagihan rutin/berkala, Sementara itu untuk aliran inflow atau aliran uang
fasilitator registrasi pemegang, transfer person to masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara pada
person, dan transfer person to account. Dilihat dari periode yang sama tercatat sebesar Rp1.487,64
nominal transaksinya, total transaksi di agen LKD miliar, meningkat sebesar 12,3% dibandingkan
pada triwulan II 2019 adalah Rp44,30 miliar, dengan periode sama tahun sebelumnya yang
meningkat signifikan dibandingkan triwulan I 2018 sebesar Rp1.325,09 miliar. Secara keseluruhan,
sebesar Rp1,61 miliar. Transaksi yang paling karena jumlah outflow yang lebih besar daripada
banyak dilakukan di agen LKD adalah transfer inflow, maka pada triwulan II 2019 terjadi net-
antar individu yaitu sebesar Rp20,40 miliar dan outflow sebesar Rp494,00 miliar (Grafik 5.26).
pengisian ulang (top up) sebesar Rp14,42 miliar. Kondisi net-outflow tersebut disebabkan
kebutuhan masyarakat yang tinggi atas uang
kartal selama periode HBKN.
Rp Miliar %, yoy
1500
40 net outflow 1,000.0
20 494.0
500.0
500 0
-20 -
-500
-40
(500.0)
-60
-1500
-80
(1,000.0)
net inflow
-2500
I II III IV I II III IV I II
-100 (1,500.0)
2017 2018 2019
I II III IV I II III IV I II
Inflow Outflow g Inflow (sb. Kanan) g Outflow (sb. Kanan) 2017 2018 2019
Sumber: Bank Indonesia, diolah Ket: Lain = Penukaran, Kas Keliling dan Penarikan Non bank
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.25 Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Grafik 5.26 Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi
Tenggara Tenggara
Untuk memperluas cakupan layanan kas ke rupiah yang berkualitas sangat penting untuk
seluruh wilayah Sulawesi Tenggara, Bank menjaga integritas rupiah sebagai salah satu
Indonesia melaksanakan kegiatan Kas Titipan, simbol kedaulatan Negara Kesatuan Republik
yaitu penyediaan uang rupiah milik Bank Indonesia Indonesia.
yang dititipkan kepada salah satu bank untuk
Selain itu, ULE akan memberikan kenyamanan
mencukupi persediaan kas bank-bank dalam
dalam bertransaksi bagi masyarakat. Uang rupiah
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu
dinyatakan tidak layak edar berdasarkan standar
wilayah/daerah tertentu. Saat ini sudah terdapat 3
Bank Indonesia apabila kondisinya telah berubah,
(tiga) Kas Titipan yaitu Kas Titipan Bau-Bau, Kas
antara lain karena jamur, minyak, bahan kimia dan
Titipan Kolaka, dan Kas Titipan Muna yang
coretan atau uang yang fisiknya berubah karena
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Uang
terbakar, berlubang atau robek.
Layak Edar (ULE) dan meningkatkan kualitas uang
yang beredar di daerah tersebut. Tidak hanya melalui penukaran di kantor Bank
Indonesia, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga
Pada triwulan II 2019, penarikan perbankan dari
memperluas jaringan pelayanan penukaran uang
Kas Titipan Bau-Bau, Kolaka dan Muna
pecahan kecil dan uang lusuh/rusak dari
berlangsung efektif sekitar 43,5% dari akumulatif
masyarakat melalui penandatanganan MoU
penarikan bank se-Sultra. Realisasi penarikan pada
dengan Perbarindo Sultra. KPw BI Provinsi Sulawesi
kas titipan tersebut didominasi oleh Kas Titipan
Tenggara juga tetap berupaya secara langsung
Baubau sebesar 19,1%, Kas Titipan Kolaka sebesar
menyediakan uang layak edar melalui pelayanan
13,3% dan Kas Titipan Muna yang sebesar 10,4%
penukaran uang cacat, rusak, dicabut dan ditarik
(Grafik 5.27). Dengan semakin tersebarnya
dari peredaran pada hari kerja tertentu. Pada
layanan kas titipan, maka masyarakat dapat lebih
triwulan II 2019, kegiatan penukaran uang di loket
mudah dan cepat mendapatkan uang kartal dalam
BI mencapai Rp1,11 miliar, turun sebesar 36,4%
jumlah nominal yang cukup serta kondisi Uang
dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
Layak Edar (ULE) dengan kualitas yang lebih baik.
Rp1,75 miliar. Hal ini didukung oleh efektif dan
5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar optimalnya mekanisme layanan penukaran uang
Bank Indonesia secara berkala terus menjaga pecahan kecil yang juga dilaksanakan di loket
ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat, perbankan.
yaitu uang rupiah asli yang memenuhi persyaratan
Selain itu, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga
untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang
melakukan kegiatan Kas Keliling di dalam kota
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penyediaan uang
maupun di luar Kota Kendari hingga wilayah
100%
70%
19.06%
30.00
60%
0.05%
50%
20.00
40%
30%
55.50% 56.53%
10.00
20%
10%
- 11.42
0% I II III IV I II III IV I II
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019 2017 2018 2019
KENDARI KASTIP BAUBAU KASTIP MUNA KASTIP KOLAKA LAIN-LAIN PENUKARAN KAS KELILING
terpencil yang sulit dijangkau oleh layanan 5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli
perbankan. Kas Keliling adalah kegiatan Pecahan besar masih mendominasi peredaran
penukaran uang rupiah oleh Bank Indonesia uang tidak asli yang ditemukan pada triwulan II
kepada masyarakat atau pihak lain yang 2019. Selama periode tersebut, telah ditemukan
melakukan kerja sama dengan Bank Indonesia uang tidak asli sebanyak 13 lembar, mengalami
dengan menggunakan moda transportasi; penurunan dibandingkan dengan penemuan pada
dilakukan dengan mekanisme retail (kepada periode yang sama tahun sebelumnya yang
masyarakat umum) dan wholesale (kepada mencapai 23 lembar. Temuan uang tidak asli
perbankan). Selama bulan April hingga Juni 2019, selama triwulan II 2019 didominasi oleh pecahan
kegiatan kas keliling telah dilakukan sebanyak 23 uang Rp100.000,- sebanyak 11 lembar dan 2
kegiatan, dengan rincian 3 kegiatan di luar Kota lembar pecahan uang Rp50.000,- (Grafik 5.30).
Kendari dan 20 kegiatan di dalam Kota Kendari. Temuan uang tidak asli tersebut hanya berasal dari
Kas keliling di luar Kota Kendari tersebut dilakukan laporan bank.
di Kabupaten Bombana dan Kabupaten Kolaka
Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran
Utara.
uang palsu sekaligus memberikan edukasi bagi
Di sisi lain, demi menjaga agar kualitas uang yang masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah,
beredar di masyarakat dalam kondisi yang baik, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga senantiasa
Bank Indonesia juga secara berkala melakukan melakukan kegiatan sosialisi ciri-ciri keaslian uang
kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar rupiah dan cara memperlakukan uang dengan baik
(UTLE). Pada triwulan II 2019, jumlahnya mencapai secara kontinu kepada seluruh komponen di
Rp311,9 miliar, dengan rasio 21,0% terhadap Sulawesi tenggara di setiap kegiatan yang
inflow di periode yang sama (Grafik 5.29). Hal dilakukan Bank Indonesia maupun bersama
tersebut sejalan dengan kebijakan clean money stakeholder dalam berbagai kegiatan lainnya
policy melalui peningkatan standar kualitas uang melalui slogan 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang).
(soil level1) yang diedarkan. Tingkat soil level untuk Selain itu untuk menjaga kualitas uang beredar,
Uang Pecahan Besar (UPB) di Sulawesi Tenggara Bank Indonesia juga mengampanyekan 5 Jangan
dituntut pada minimal level 9 dan Uang Pecahan dalam memperlakukan uang, yakni jangan
Kecil (UPK) pada minimal level 7.
1Soil Level yang digunakan Bank Indonesia memiliki kisaran soil level 1 sampai dengan 16. Soil level 1 adalah uang yang sangat tidak layak
edar dan soil level 16 adalah uang hasil cetak sempurna (HCS) dari Perum Peruri.
KONDISI
TENAGA KERJA
&
KESEJAHTERAAN
6
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
73
Ekonomi Makro Regional Keuangan Pemerintah Perkembangan Inflasi Daerah Stabilitas Keuangan Daerah
orang
4000
3000 628
4669 280 628
2000
21
1000 1816 2092
29 1369 1116
444
0
I II III IV I II III IV I II
2017 2018 2019
PMA PMDN
Sumber: National Single Window for Investment), diolah Sumber: Sumber: BPS (Sakernas Februari), diolah
Tabel 6.3 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan dari Sisi Tenaga Grafik 6.4 Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan
Kerja Kerja Sulawesi Tenggara
JENIS KEGIATAN 2018 2019 %, pangsa
40 37.10
Penduduk Usia Kerja 1.768.949 1.810.345
Angkatan Kerja 1.248.212 1.296.494 30
Bekerja 1.207.488 1.258.102 20 17.12
Pengangguran 40.724 38.392 9.74 8.22
Bukan Angkatan Kerja 540.663 513.851 10 5.12 5.81
2.78 3.28 3.92 2.88
0.61
Sekolah 165.099 167.054 0
Tranportasi
Jasa Pendidikan
Perdagangan
Industri
Pemerintahan
Jasa Lainnya
Konstruksi
Tambang
LGA
Pertanian
Akomodasi &
Mkan Minum
Mengurus Rumah Tangga 318.807 298.083
Administrasi
Lainnya 56.757 48.714
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 72,73 71,62
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2,79 2,96
Feb-18 Feb-19
Sumber: BPS (Sakernas Februari), diolah Sumber: BPS diolah (Sakernas Februari)
Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Ke Grafik 6.5 Penyerapan Penduduk Bekerja Berdasarkan
Atas Di Sulawesi Tenggara Sektor
Perikanan 116.6
117,70
Peternakan 105.9
Perkebunan Rakyat 84.9 106,08
92.3
Hortikultura 90.6
91.8
Tanaman Pangan 90.6
…
Total 94.2
95.8
70.0 80.0 90.0 100.0 110.0 120.0
2019 II 2019 I
Sumber: BPS Prov Sultra (Sakernas Agustus) Sumber: BPS Prov. Sultra, diolah
Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Grafik 6.8 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara
ribu jiwa %
SBT 350 14
180
231.80 230.76
170 152.7 300
160 13
250
150 200
140 145.7 12
150
130 11.32 11.24
100
120 11
110 70.05 71.82 50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 0 10
Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 Mar-19
2015 2016 2017 2018 2019
Penduduk Miskin Desa
Indeks Penghasilan Saat ini Indeks Ekspektasi Penghasilan Penduduk Miskin Kota
Kondisi Penduduk Bekerja & Pengangguran terbesar justru terdapat di daerah perkotaan yaitu di
Data Sakernas Februari 2019 mencatat bahwa Kota Kendari (TPT 6,04%) dan Kota Bau-Bau (TPT
jumlah penduduk yang bekerja mencapai 1.258.102 5,75%). Selain wilayah perkotaan, terdapat 4
jiwa, mengalami peningkatan sebesar 4,19% (yoy) kabupaten lain yang memiliki TPT diatas TPT
dibandingkan kondisi Februari 2018. Jika dilihat dari Sulawesi Tenggara, yaitu Kab. Muna, Kab. Konawe
penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian masih Utara, Kab. Buton Tengah dan Kab. Buton Selatan
mendominasi sebesar 37,10% disusul oleh sektor (Grafik 6.6).
jasa perdagangan sebesar 17,12% dan sektor
6.3. KESEJAHTERAAN
industri pengolahan 9,74% (Grafik 6.5)
Kondisi kesejahteraan masyarakat Sulawesi
Sementara itu, jumlah pengangguran pada bulan
Tenggara juga mengalami perbaikan pada triwulan
Februari 2019 adalah sebanyak 38.392 jiwa,
II 2019. Hal ini terlihat dari peningkatan Nilai Tukar
berkurang sebanyak 2.332 jiwa atau menurun
Petani (NTP), tingkat penghasilan masyarakat, dan
sebesar 5,72% (yoy) dibandingkan dengan kondisi
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada periode
tahun sebelumnya. Dengan mempertimbangkan hal
tersebut. Indikasi peningkatan tingkat penghasilan
tersebut, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di
masyarakat terlihat dari hasil Survei Konsumen yang
Sulawesi Tenggara pada bulan Februari 2019
dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara
tercatat sebesar 2,96%, meningkat dibandingkan
yang menunjukkan Indeks Penghasilan Konsumen
dengan kondisi pada bulan Februari 2018 yang
(IPK) tercatat sebesar 145,7 pada triwulan II 2019,
tercatat sebesar 2,79%.
lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 yaitu
Secara spasial, dengan menggunakan data sebesar 156,3 (Grafik 6.7). Meskipun cenderung
sebelumnya (Agustus 2018), tingkat pengangguran mengalami penurunan, nilai IPK yang berada di atas
100 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga 91,8. Meskipun demikian, NTP yang berada di
yang mengalami peningkatan penghasilan masih bawah 100 tersebut menunjukkan bahwa rumah
lebih besar daripada jumlah rumah tangga yang tangga yang bergerak di lapangan usaha pertanian
mengalami penurunan penghasilan. Peningkatan secara umum masih harus mengeluarkan uang lebih
penghasilan yang diiringi dengan inflasi yang besar daripada total pendapatannya. Selain itu,
terkendali dapat meningkatkan daya beli masyarakat terdapat subsektor pertanian yang masih dapat
dan kesejahteraan masyarakat. mencatatkan NTP di atas 100 yaitu perikanan dan
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, sektor sebesar 117,70 dan 106,08. Hal tersebut
pertanian merupakan sektor penyerap tenaga kerja menunjukkan bahwa nelayan dan peternak dapat
terbesar di Sulawesi Tenggara. NTP merupakan suatu mencukupi kebutuhannya dengan mengandalkan
indikator kemampuan petani untuk memenuhi hasil tangkapan atau ternaknya saja (Grafik 6.8).
Tabel 6.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara Menurut Komponen 2011 – 2018
KOMPONEN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Umur Harapan Hidup Saat Lahir (UHH) Tahun 69.85 70.06 70.28 70.39 70.44 70.46 70.47 70.72
Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 12.30 12.45 12.45 12.78 13.07 13.07 13.36 13.53
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 7.67 7.76 7.93 8.02 8.18 8.32 8.46 8.69
Pengeluaran Per Kapita Rp ribu 8,249 8,396 8,537 8,555 8,697 8,697 9,094 9,262
IPM 66.52 67.07 67.55 68.07 68.75 69.31 69.86 70.61
Pertumbuhan IPM % 0.80 0.82 0.72 0.78 0.99 0.81 0.79 1.07
Sumber: BPS (Sakernas)
kepentingan khususnya pemerintah daerah, secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama
mengingat potensi sumber daya alam Sulawesi 8,69 tahun, meningkat 0,23 tahun dibandingkan
Tenggara yang dominan berada di daerah pedesaan tahun sebelumnya. Selain itu, pengeluaran per
khususnya di sektor primer yaitu sektor pertanian. kapita (harga konstan 2012) masyarakat telah
Ketimpangan Pengeluaran mencapai Rp9,262 juta pada tahun 2018, meningkat
Rp168 ribu dibandingkan tahun sebelumnya.
Seiring dengan menurunnya kondisi
Peningkatan pada seluruh komponen tersebut
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat,
kondisi ketimpangan pengeluaran penduduk menjadi faktor yang mendorong peningkatan IPM di
Sulawesi Tenggara, yaitu dari 69,86 pada tahun
Sulawesi Tenggara juga mengalami penurunan. Hal
2017 menjadi 70,61 pada tahun 2018 atau
ini tercermin dari adanya peningkatan gini ratio
bulan September 2018 sebesar 0,392 menjadi 0,399 mengalami peningkatan sebesar 1,07% dan
merupakan peningkatan tertinggi sejak tahun 2011.
pada Maret 20191. Berdasarkan daerah tempat
tinggalnya, peningkatan gini ratio terjadi di daerah
perkotaan. Untuk daerah perkotaan gini ratio pada
September 2018 tercatat sebesar 0,410, sedikit
menurun menjadi sebesar 0,406 pada periode Maret
2019. Sementara untuk daerah pedesaan gini ratio
sedikit menurun 0,356 pada bulan September 2018
menjadi 0,361 pada bulan Maret 2019.
1
Data kemiskinan dirilis setiap 6 bulan oleh BPS dengan
data Maret dirilis pada bulan Juli dan data September
dirilis pada bulan Januari.
PROSPEK
PEREKONOMIAN
DAERAH
7
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
79
Ekonomi Makro Regional Keuangan Pemerintah Perkembangan Inflasi Daerah Stabilitas Keuangan Daerah
TIONGKOK
2018: 6,6
2019: 6,2
2020: 6,0
JEPANG
2018: 0,8
2019: 0,9
2020: 0,4
INDIA
2018: 6,8
2019: 7,0
2020: 7,2
80 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019
Sistem Pembayaran & Pengelolaan Kondisi Tenaga Kerja dan Prospek Perekonomian Daerah
Uang Rupiah Kesejahteraan
Rendahnya konsumsi domestik menjadi sumber dengan kinerja ekspor yang mengalami
utama koreksi perekonomian India. perlambatan dan berimbas pada kinerja investasi di
negara tersebut. Sementara itu, masih
Koreksi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi
bergantungnya pada kinerja fiskal menjadi faktor
juga terjadi pada negara maju meskipun
utama perlambatan pertumbuhan ekonomi di
mengalami koreksi positif. Pada April 2019,
Perancis. Italia juga diperkirakan akan mengalami
perekonomian negara maju pada tahun 2019
perlambatan pertumbuhan ekonomi seiring
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan
dengan terbatasnya kinerja fiskal dan
sebesar 1,8% (yoy) dan mengalami peningkatan
pemberlakuan bea atas investasi. Perlambatan
pada proyeksi Juli 2019 menjadi 1,9% (yoy).
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 juga
Koreksi positif tersebut didukung oleh
diperkirakan terjadi di United Kingdom,
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang
disebabkan oleh ketidakpastian realisasi Brexit.
mengalami koreksi positif sebesar 0,3%, yaitu dari
Meskipun demikian, perlambatan yang terjadi
2,3% (yoy) pada April 2019 menjadi 2,6% (yoy)
pada perekonomian negara maju diperkirakan
pada Juli 2019. Masih terjaganya kinerja ekspor
akan sedikit tertahan dengan akselerasi
dan perbaikan impor menjadi indikator utama
perekonomian yang terjadi di Jepang.
yang mendorong terjadinya koreksi positif pada
Perekonomian Jepang diperkirakan mampu
perekonomian Amerika Serikat. Namun
tumbuh sebesar 0,9% (yoy) pada tahun 2019
permintaan domestik yang cenderung mengalami
dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2018
penurunan seiring dengan masih cukup tingginya
yang sebesar 0,8% (yoy) yang didukung oleh
tensi perang dagang memberikan dampak
kinerja neraca perdagangan seiring dengan
terhadap perekonomian Amerika Serikat yang
penurunan impor yang sangat signifikan.
diperkirakan akan mengalami perlambatan pada
tahun 2019 dibandingkan dengan periode 7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional
sebelumnya. Di tengah perekonomian global yang dilanda
ketidakpastian, perekonomian Indonesia pada
Perlambatan perekonomian negara maju juga
tahun 2019 diperkirakan dapat tumbuh pada
dipengaruhi oleh perlambatan pada kawasan
kisaran 5,0% - 5,4% (yoy), relatif stabil
Eropa yang diperkirakan akan mengalami
dibandingkan dengan tahun 2018 yang tumbuh
pertumbuhan sebesar 1,3% (yoy) pada tahun
sebesar 5,2% (yoy). Stabilnya perekonomian
2019, melambat dibandingkan dengan
Indonesia didukung oleh beberapa faktor antara
pertumbuhan pada tahun 2018 yang sebesar
lain berlangsungnya pemilu presiden dan
1,8% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi pada
kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah
beberapa negara seperti Jerman, Perancis dan
seperti insentif pajak dapat mendorong investasi
Italia. Jerman diperkirakan akan mengalami
untuk tetap tumbuh tinggi pada tahun
perlambatan pertumbuhan ekonomi seiring
mendatang.
Asumsi Dasar 2018 2019
Optimisme akan tumbuhnya perekonomian
Pertumbuhan Ekonomi (YoY) 5.40% 5.30%
Inflasi (YoY) 3.50% 3.50% Indonesia yang cukup tinggi ditengah perlambatan
Nilai Tukar 13,400 15,000 perekonomian global pada tahun 2019 dan
Suku Bunga SPN 5.20% 5.30%
Harga Minya Mentah (USD per barel) 48 70 beberapa indikator lainnya menjadi dasar
Lifting Minyak (barel per hari) 800,000 775,000 penentuan belanja pemerintah dalam RAPBN
Lifting Gas (barel setara minyak) 1,200,000 1,250,000
Sumber: Kemenkeu tahun 2019 yang sebesar Rp2.439,7 triliun atau
Tabel 7.1 Asumsi Makro APBN
meningkat sebesar 9.86% dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang sebesar Rp2.220,7 triliun. Adapun inflasi nasional pada tahun 2019
Asumsi nilai rupiah yang mencapai Rp15.000, diperkirakan masih sama dengan tahun
menjadi salah satu faktor yang mendorong sebelumnya, yaitu berada pada kisaran sasaran
terjadinya peningkatan yang cukup signifikan sebesar 3,5%+1%. Hal ini didukung oleh semakin
dalam peningkatan RAPBN 2019. kuatnya koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank
Indonesia dalam mengatasi risiko. Kebijakan
Meskipun belanja pemerintah diperkirakan akan
pemerintah dalam menaikkan anggaran subsidi
mengalami peningkatan, namun pemerintah
energi diyakini dapat meredam inflasi bahan bakar.
memastikan bahwa pembiayaan proyek melalui
Selain itu, cukai rokok juga dipastikan tidak akan
utang akan mengalami penurunan. Pada tahun
mengalami peningkatan meskipun target
2019, pembiayaan melalui utang diperkirakan
penerimaan pajak pada tahun 2019 meningkat.
akan sebesar Rp359,3 triliun, menurun
dibandingkan dengan tahun 2018 yang sebesar 7.2. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Rp387,4 triliun. Salah satu upaya untuk SULAWESI TENGGARA
meningkatkan pendapatan adalah menaikkan 7.2.1. Triwulan IV 2019
target penerimaan pajak sebesar 15,4% Pada triwulan IV 2019, perekonomian Sulawesi
dibandingkan dengan outlook APBN tahun 2018. Tenggara diperkirakan akan tumbuh pada kisaran
Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia hingga 6,5% - 6,9% (yoy), mengalami akselerasi jika
Juli 2019 telah menurunkan suku bunga kebijakan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
(BI 7-day Reverse Repo Rate) pada level 5,75%. Hal III 2019 yang diperkirakan berada pada kisaran
tersebut dilakukan sebagai upaya mendorong 6,2% - 6,6% (yoy). Akselerasi tersebut didukung
momentum pertumbuhan ekonomi di tengah oleh berlangsungnya beberapa event di Sulawesi
kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang Tenggara seperti Peringatan Hari Pangan Sedunia
menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali. dan Forum Keraton Masyarakat Adat (FKMA) se-
Mempertimbangkan dampak kebijakan moneter ASEAN.
yang membutuhkan waktu dalam proses Dari sisi penawaran, akselerasi kinerja pada
transmisinya ke dalam perekonomian, maka periode tersebut diperkirakan berasal dari
diharapkan pada tahun 2019 kebijakan moneter lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha
tersebut dapat memberikan dampak pada perdagangan besar dan eceran. Akselerasi kinerja
stabilnya kondisi perekonomian dan keuangan pada lapangan usaha konstruksi didukung oleh
dari tekanan sisi eksternal. penyelesaian salah satu PSN di Sulawesi Tenggara,
yaitu Bendungan Ladongi yang di target pada
SBT %,YoY skala likert
180.0 8.50 3.00
2.50
170.0 8.00 2.00
160.0 1.50
7.50 1.00
150.0 0.50
7.00
0.00
140.0
6.50
-0.50
130.0 -1.00
6.00 -1.50
120.0 -2.00
110.0 5.50 -2.50
I II III IV I II III IV I II III
100.0 5.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIP IVP 2017 2018 2019
2016 2017 2018 2019 LS Penj. Domestik LS Penj. Ekspor
Indeks Perkiraan Usaha (mov.2Q) PDRB (Sb. Kanan)
LS Ekspektasi Penjualan
Sumber: SK KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: Liaison KPw BI Sultra, diolah
Grafik 7.2 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen Grafik 7.3 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi
82 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019
Sistem Pembayaran & Pengelolaan Kondisi Tenaga Kerja dan Prospek Perekonomian Daerah
Uang Rupiah Kesejahteraan
tahun 2019 dan penyelesaian proyek Selain itu, akselerasi juga terjadi pada konsumsi
pembangunan oleh pemerintah yang saat ini. pemerintah sejalan dengan pola realisasi anggaran
Selain itu, akselerasi juga diperkirakan akan terjadi pemerintah yang selalu tinggi pada akhir tahun.
pada lapangan usaha perdagangan besar dan Investasi juga diperkirakan akan mengalami
eceran seiring dengan berlangsungnya HBKN dan akselerasi seiring dengan penyelesaian Bendungan
libur akhir tahun sehingga mendorong terjadinya Ladongi yang ditargetkan selesai pada akhir tahun
peningkatan permintaan dari masyarakat. Selain 2019 dan pembangunan yang dilakukan oleh
itu, berlangsungnya beberapa event seperti pemerintah daerah. Kinerja ekspor luar negeri juga
peringatan Hari Pangan Sedunia dan Forum akan mengalami akselerasi seiring dengan
Keraton Masyarakat Adat (FKMA) se-ASEAN dapat beroperasinya smelter dengan kapasitas yang
mendorong terjadinya peningkatan kinerja cukup besar sehingga mendorong kinerja ekspor
perdagangan domestik di Sulawesi Tenggara, feronikel meskipun tertahan oleh penurunan
Namun masih cukup tingginya tensi perang kinerja ekspor bijih nikel dan harga nikel yang
dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok berada dalam tren menurun ditengah tensi perang
dapat memberikan tekanan terhadap kinerja dagang yang masih cukup tinggi antara Amerika
perdagangan luar negeri pada periode laporan. Serikat dan Tiongkok.
Sumber: IMF World Economic Outlook (WEO) Juli 2019, BI Sumber: World Bank Commodity Forecast Price Juni 2019
Grafik 7.4 Perkiraan Perekonomian Dunia Grafik 7.5 Perkiraan Harga Nikel dan Kakao
nilai tambah pada produk-produk yang dihasilkan Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV
di Sulawesi Tenggara sehingga turut mendorong 2019 mendatang diperkirakan akan mengalami
terjadinya akselerasi pada lapangan usaha penurunan dibandingkan dengan proyeksi pada
perdagangan besar dan eceran. triwulan III 2019. Inflasi pada akhir triwulan IV
2019 diperkirakan berada pada kisaran 3,1% -
Meskipun demikian, terdapat beberapa risiko yang 3,5% (yoy), sementara inflasi pada triwulan III
dapat menjadi faktor penahan pertumbuhan 2019 diperkirakan sebesar 3,5% - 3,9% (yoy).
perekonomian di Sulawesi Tenggara, salah satunya Berlangsungnya periode penangkapan ikan dan
adalah penurunan kinerja ekspor komoditas panen raya padi pada akhir tahun 2019 menjadi
utama. Sejak diberlakukannya relaksasi ekspor bijih faktor yang dapat mendorong terjadinya
nikel kadar rendah pada tahun 2017, komoditas penurunan tekanan inflasi pada triwulan IV 2019.
tersebut menjadi salah satu komoditas utama Selain itu, kondisi cuaca yang cukup kondusif dan
dalam perdagangan luar negeri Sulawesi Tenggara telah dilakukannya penanaman atas beberapa
dengan Tiongkok sebagai mitra dagang utamanya.
komoditas seperti cabai pada Agustus 2019
Masih belum terbentuknya kesepakatan antara
diperkirakan akan mendorong terjadinya
Amerika Serikat dan Tiongkok diperkirakan peningkatan produksi pada periode mendatang.
mendorong terjadinya perlambatan pertumbuhan
perekonomian Tiongkok pada tahun 2019. Hal
84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019
Sistem Pembayaran & Pengelolaan Kondisi Tenaga Kerja dan Prospek Perekonomian Daerah
Uang Rupiah Kesejahteraan
USD/bbl %, yoy % share
75 3,00 63,5
70 2,50 63,0
65 2,00 62,5
60 1,50 62,0
55
1,00 61,5
50
0,50 61,0
45
0,00 60,5
40 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Pangsa Usia Produktif (sb.kanan)
Total
Produktif
Sumber: World Bank Commodity Forecast Price Juni 2019 Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.6 Proyeksi Harga Minyak Dunia Grafik 7.7 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
BOKS 02
UPAYA MENDORONG PENGEMBANGAN EKONOMI SYARIAH MELALUI
PENGEMBANGAN HALAL FASHION DI SULAWESI TENGGARA
Saat ini, negara-negara mulai memandang perekonomian syariah sebagai sumber pertumbuhan baru
pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut tidak lepas dari tingginya jumlah penduduk muslim di dunia saat ini
dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun mendatang. Dengan kondisi
tersebut, beberapa negara mulai mendeklarasikan visinya sebagai pemain utama dalam perekonomian
syariah di dunia. Hal tersebut juga terjadi pada negara mayoritas penduduknya nonmuslim seperti Inggris
yang mendeklarasikan London sebagai pusat keuangan syariah di Barat, Korea yang memiliki visi menjadi
Destinasi Utama Pariwisata Halal, Thailand dengan visi menjadi Dapur Halal Dunia dan Jepang yang
mendeklarasikan Industri Halal sebagai kontributor kunci pada tahun 2020.
Hal tersebut menunjukkan betapa besarnya potensi perekonomian syariah dan Indonesia sudah memiliki
potensi tersebut melalui besarnya jumlah penduduk muslim di Indonesia. Namun hingga saat ini potensi
tersebut masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Indonesia telah masuk sebagai top 5 negara
dengan pengeluaran terbesar untuk beberapa industri seperti halal food, halal fashion dan halal travel.
Namun sayang peluang tersebut masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena Indonesia justru
belum mampu menjadi pemain utama pada industri tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, KPw BI Sultra secara khusus terus berupaya mendorong pengembangan
ekonomi syariah di Sulawesi Tenggara. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh KPw BI Sultra antara lain
adalah menginisiasi pembentukan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai
inisiator dan akselerator perekonomian syariah di Sulawesi Tenggara dan pelatihan kepada 19 pondok
pesantren untuk mendorong kemandirian ekonomi dari masing-masing pondok pesantren.
Tidak terbatas pada hal tersebut, KPw BI Sultra juga mendorong pengembangan halal fashion di Sulawesi
Tenggara memanfaatkan tenun masalili sebagai bahan baku yang merupakan produk UMKM binaan KPw
BI Sultra. Untuk mendorong pengembangan halal fashion tersebut, KPw BI Sultra bekerja sama dengan
desainer tingkat nasional, Bapak Wignyo Rahardi, sebagai pengembang model baju muslimah dan telah
diikutsertakan pada kegiatan Muslim Fashion Festival 2019 di Jakarta. Selain itu, kegiatan fashion show
menggunakan busana muslimah tersebut juga telah dilakukan di Sulawesi Tenggara sebagai upaya untuk
membuka horizon baru bagi para pengembang busana di Sulawesi Tenggara bahwa tenun masalili dapat
dikembangkan lebih luas dibandingkan dengan pemanfaatannya selama ini yang difokuskan untuk
kegiatan formal.
Gambar 1. Fashion Show Busana Muslimah dengan Menggunakan Tenun Masalili di Kota Kendari
86 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2019
TIM
TIM PENYUSUN PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
Suharman Tabrani
(stabrani@bi.go.id)
KOORDINATOR PENYUSUN
Surya Alamsyah
(s_alamsyah@bi.go.id)
EDITOR
Daniel Agus Prasetyo
(daniel_ap@bi.go.id)
TIM PENULIS
Anto Yuliyanto
(anto_y@bi.go.id)
Randy Cavendish
(randy_c@bi.go.id)
Nazla
(nazla@bi.go.id)
Sumianti Lasania
(sumianti_l@bi.go.id)
Waode Nursinta
(waode_n@bi.go.id)
Abdel Jawad Shodiq
(abdel_jawad.pcpm@bi.go.id)
Pradha Pahlevi Thamaryan
(pradha_pahlevi.pcpm@bi.go.id)
KONTRIBUTOR
Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan
Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM
Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan
Unit Pengawasan SP, PUR dan Keuangan Inklusif
Unit Pengelolaan Uang Rupiah
Unit Operasional Sistem Pembayaran
Dana Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
Perimbangan pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi daerah.
Dana Pihak Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu
Ketiga (DPK) bank.
Faktor Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh
Fundamental kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,
eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar
Fundamental kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan
(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah
(administered price)
Feronikel Hasil olahan nikel mentah (ore nickel) dengan kadar antara 20-30% Ni dan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja dan stainless steel
Imported Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh
inflation perkembangan harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
Konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1---100.
Indeks Harga Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan
Konsumen (IHK) jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
Ekonomi terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1---100.
Indeks Keyakinan Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi
Konsumen (IKK) saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1---
100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan
modal.
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada
Liaison pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan
cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan
Ratio (LDR) dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri
minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
NPI Nikcel Pig Iron. Hasil olahan ore nickel dengan kandungan 5-10% Ni.
Non Performing Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total
Loan (NPL) keseluruhan kreditnya
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak
Daerah (PAD) daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah
negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban
meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban
menurun danmengabaikan jawaban sama .
Skala Likert Skala kualitatif untuk mengkonversi skala kualitatif yang digunakan dalam
kegiatan liaison.
SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih
sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang
bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai
dominan pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.