PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan permasalahan yang sangat besar. Tidak ada total pasti penderita ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) namun diperkirakan lebih dari 2,2 juta kematian
penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan balita. Namun perhatian
dunia selama ini dikenal sebagai the forgetten pandemic. Angka kematian yang
kurangnya kesadaran akan dampak ISPA bagi anak-anak. ± 13 juta anak balita di
dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di
beberapa Negara berkembang di Asia dan Afrika yang terlihat pada tabel berikut ini.
NO NEGARA %
1 India 48 %
2 Indonesia 38 %
3 Ethiopia 4,4 %
4 Pakistan 4,3 %
5 China 3,5 %
1
2
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan berkewajiban untuk ikut serta
dalam upaya kelangsungan hidup anak Indonesia. Hal ini sesuai dengan kompetensi
yang harus dikuasai seorang perawat berkaitan dnegan kesehatan bayi dan balita.
Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di Negara ASEAN
lainnya. Hal ini perlu di pahami dan ditindak lanjuti oleh perawat dan petugas
kesehatan lainnya, mengingat Indonesia memiliki beban yang berat karena wilayah
yang sangat luas serta jumlah penduduk yang banyak dan sangat heterogen[ CITATION
Ani10 \l 1033 ].
ISPA berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin maupun udara pernafasan yang mengandung kuman. ISPA diawali dengan
gejala seperti pilek biasa, batuk, demam, bersin-bersin, sakit tenggorokan, sakit
kepala, sekret menjadi kental, nausea, muntah dan anoreksia[ CITATION KSW13 \l
1033 ]. Banyak orang tua yang sering mengabaikan gejala tersebut, sementara kuman
dan virus dengan cepat berkembang di dalam saluran pernafasan yang akhirnya
menyebabkan infeksi. Jika telah terjadi infeksi maka anak akan mengalami kesulitan
bernafas dan bila tidak segera ditangani, penyakit ini bisa semakin parah menjadi
kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh pneumonia
(ISPA), angka mortalitas ISPA yang berat hingga saat inimasih tinggi. Kematian
seringkali disebabkan karena penderita dating untuk berobat dalam keadaan berat
dan disertai penyulit dan kurang gizi. Angka kesakitan (morbiditas) ISPA merupakan
dengan prevalensi ISPA di Indonesia sebanyak 25,0 %.kebakaran hutan dan lahan
terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Enam provinsi dengan ISPA
NO PROVINSI JUMLAH
1 Palembang 76.236 jiwa
2 Kalimantan Barat 15.468 jiwa
3 Riau 15.346 jiwa
4 Jambi 15.047 jiwa
5 Kalimantan Selatan 10.364 jiwa
6 Kalimantan Tengah 11.758 jiwa
Selain itu ISPA juga sering berasa pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit.
Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2016 menempatkan ISPA
Tengah[ CITATION CNN19 \l 1033 ], angka penderita ISPA di Kalimantan Tengah yaitu
sebanyak 11.758 jiwa, ada 5 daerah di Kalimantan Tengah yang memiliki penderita
Lamandau, Pulang Pisau dan Sukamara penderita ISPA kurang dari 100 Jiwa.
Dengan banyaknya penderita ISPA, tidak bisa di simpulkan bahwa penderita ISPA
di Kalimantan Tengah semua berasal dari dampak kebakaran htan dan lahan, namun
dampak dari asap akibat kebakaran hutan dan lahan bisa jadi penyebab
meningkatnya ISPA.
Menurut informasi yang dari Seksi Wabah dan Bencana Dinkes Kota Palangka
kalangan masyarakat meningkat dalam beberapa pekan terakhir pada tahun 2019.
Jumlah
5
penderita ISPA berdasarkan laporan dari Puskesmas Kota dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 1.4 Puskesmas Kota dengan ISPA Tertinggi
NO PUSKESMAS JUMLAH
1 Pahandut 166 jiwa
2 Panarung 117 jiwa
3 Menteng 92 jiwa
4 Bukit Hindu 127 jiwa
5 Kayon 93 jiwa
6 Jekan Raya 35 jiwa
7 Kalampangan 10 jiwa
8 Kereng Bangkirai 22 jiwa
9 Tangkiling 10 jiwa
10 Rakumpit 15 jiwa
Berdasarkan data di atas, masih tingginya kasus ISPA pada balita, penulis merasa
tertarik memilih BLUD UPT Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya untuk
melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Penderita Ispa Pada Balita Umur 2-5
Tahun Di BLUD UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya Periode Tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah “Bagaimana
Gambaran Penderita Ispa Pada Balita Umur 2-5 Tahun Di BLUD UPT Puskesmas
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Balita Umur 2-5 Tahun Di Puskesmas Pahandut Palangka Raya Periode Tahun
2019.
2. Tujuan Khusus
gejala.
D. Manfaat Penelitian
pada balita.
kepada masyarakat.
7
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan referensi untuk
menambah para dosen serta mahasiswa tentang ISPA dan dapat dikembangkan
4. Bagi Peneliti
mengenai infeksi saluran pernafasan akut dan penerapan ilmu yang di dapat
selama studi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut mengandung dua unsur, yaitu
infeksi dan saluran pernapasan. Pengertian infeksi adalah masuknya kuman atau
pernafasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom). Penyakit
pernapasan yang terlibat adalah hidung, laring, tenggorokan, bronkus, trakea dan
paru-paru, tetapi yang menjadi fokus adalah paru-paru. Titik perhatian ini
Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit
ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit
atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Period prevalence ISPA
2013).
8
9
2. Klasifikasi ISPA
a. Secara Anatomis
Secara anatomis ISPA dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu (Hastuti, 2009) :
adanya tarikan dinding dada yang kuat pada dinding dada bagian
10
tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada
dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas
3. Etiologi
Menurut[ CITATION Wid11 \l 1033 ] etiologi ISPA terdiri dari lebih dari
300 jenis penyakit bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Beberapa diantaranya
minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian dan mainan
plastik).
tahun yang masih memiliki kekebalan tubuh yang lemah atau belum sempurna.
peralihan musim kemarau ke musim hujan juga memperbesar risiko serangan ISPA.[
b. faktor keturunan
g. hipotermi
h. polusi udara
j. alergi makanan
a. Tanda ISPA
dan gejala yang ringan, jika anak/bayi sudah menunjukan gejala sakit ISPA, maka
12
harus segera diobati agar tidak menjadi berat yang bisa menyebabkan gagal napas
atau kematian[ CITATION Mar14 \l 1033 ]. Pada stadium awal, gejala ISPA
ditunjukan dengan rasa panas, kering dan gatal dalam hidung. Yang kemudian
diiringi bersin terus-menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam
dan nyeri kepala. Mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih
lanjut membuat sekret menjadi kental dan tersumbat di hidung bertambah. Bila
Tanda dan gejala yang dapat timbul pada penderita[ CITATION DWU16 \l
1033 ] :
1) Pilek
2) Batuk
3) Kadang bersin
5) Gelisah
7) Pusing
8) Anoreksia
9) Hidung tersumbat
10) Demam
a) Batuk
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC atau jika dahi anak diraba.
a) Pernapasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang
dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur
e) gelisah.
g) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
14
5. Manifestasi Klinis
Penyakit infeksi saluran pernapasan akut biasanya ditandai dengan keluhan dan
gejala yang ringan, jika anak/bayi sudah menunjukan gejala sakit ISPA, maka harus
segera diobati agar tidak menjadi berat yang bisa menyebabkan gagal napas atau
kematian[ CITATION Mar14 \l 1033 ]. Pada stadium awal, gejala ISPA ditunjukan
dengan rasa panas, kering dan gatal dalam hidung. Yang kemudian diiringi bersin
terus-menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
Mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat
sekret menjadi kental dan tersumbat di hidung bertambah. Bila tidak terdapat
1033 ].
6. Patofisiologi ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut dapat menjadi jalan masuk dari bakteri dan virus.
Hal ini dapat terjadi pada kondisi yang penuh sesak[ CITATION NKK19 \l 1033 ].
Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung, dengan mengikuti proses pernapasan
maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran pernapasan, yang
Mar14 \l 1033 ].
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Cara Penularan
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang tercemar, bibit
penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu, maka penyakit
ISPA ini tergolong Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
9. Cara Pencegahan
c. Hindarkan anak berkontak langsung dengan orang yang terinfeksi flu atau
pilek.
16
serangan penyakit.
d. Hindarkan bayi, balita, dan anak dari asap rokok, tembakau, dan polusi
udara lain.
e. Hindarkan bayi, balita, dan anak dari seseorang yang tengah menderita
tiga komponen penyakit yaitu manusia (Host), penyebab (Agent), dan lingkungan
dalam model segitiga epidemiologi dengan faktor risiko terjadinya infeksi ISPA
Faktor risiko infeksi pneumonia pada pasien (host) dalam hal ini anak
balita meliputi: usia, jenis kelamin, berat badan lahir, riwayat pemberian
dicarikan solusi ataupun kondisi yang paling optimal bagi kesehatan anak
balita.
kesehatan dipengaruhi secara simultan oleh empat faktor penentu yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keempat faktor penentu tersebut adalah lingkungan,
langsung pada kesehatan dan juga berpengaruh satu sama lain. Status kesehatan akan
1. Pengertian Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak dibawah 5 tahun. masa balita merupakan
usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik. pada saat tersebut
Balita adalah istilah umum untuk anak usia 1 sampai 3 tahun (balita) dan 3
sampai 5 tahun ( pra sekolah). saat usia balita, anak masih tergantung penuh
untuk melakukan kegiatan seperti mandi, makan dan buang air besar
kemampuan lain masih terbatas masa balita merupakan periode penting dalam
selanjutnya. masa tumbuh kembang di usia ini ini merupakan mata yang
19
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang , karena itu sering disebut
kesakitan balita. kejadian ISPA di negara maju didominasi oleh virus sedangkan
dunia setiap tahun. ISPA juga merupakan penyebab utama penyakit pada anak-
anak Dan Pembunuh utama 20 sampai 40% dari semua rawat inap antara anak-
hampir 1,6 juta kematian pertahun pada anak balita dan menjadi pembunuh
WHO tahun 2012 insiden infeksi saluran pernafasan akut ( ISPA) di negara
berkembang dengan kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah
15%-20% pertahun pada golongan usia balita. ISPA lebih banyak di negara
10%-15%. angka kematian balita di Asia Tenggara sebanyak 2,1 juta balita.
1. Usia
hidup, dihitung sejak lahir hingga ulang tahun terkahir saat dilakukan
pengambilan data. Faktor usia ada hubungannya dengan resiko dan imunitas
2. Jenis Kelamin
biologis sejak seorang lahir[ CITATION Rah15 \l 1033 ]. Jenis kelamin ada
lebih suka bermain di temkan penupat yang kotor, berdebu dan banyak bermain
di luar rumah sehingga kontak dengan penderita ISPA lain yang memudahkan
3. Status Gizi
Status gizi menggambarkan baik buruknya konsumsi zat gizi seseorang. Zat
antibodi. Semakin baik zat gizi yang dikonsumsi berarti semakin baik status
pernafasan akut merupakan penyakit yang sebagian besar disebabkan oleh virus.
21
Penyakit yang disebabkan virus sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan tubuh yang baik menyebabkan tubuh kebal terhadap penyakit
ini. Selain itu kesembuhan penyakit juga akan menjadi lebih cepat dan lebih
sempurna.
Rah15 \l 1033 ].
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep lain dari masalah yang ingin diteliti
E. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompoknya yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Variabel dalam penelitian ini ada tentang gambaran penderita ISPA pada Balita
umur 2-5 tahun meliputi faktor usia, jenis kelamin, status gizi serta tanda dan gejala.
F. Definisi Operasional
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
data/buku register pihak BLUD UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya tahun
2019. Penelitian deksriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau deksriptif tentang suatu keadaan secara
karena merupakan tempat kunjungan terbanyak pasien- pasien balita yang menderita
ISPA di seluruh puskesmas di Kota Palangka Raya tahun 2019 jelas waktu penelitian
Februari 2020.
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan [ CITATION Not10 \l 1033 ].
dalam penelitian ini populasinya adalah semua pasien balita dengan ISPA yang
24
25
datang ke BLUD UPT Puskesmas Pahandut Palangkaraya pada tahun 2019 yang
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tersebut
menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan kan. kriteria inklusi
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang
meyakinkan
3. Besarnya Sampel
Menurut[ CITATION Sug13 \l 1033 ], “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya
26
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu , maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu”. Pada penelitian ini jumlah sampel sama
populasi yaitu seluruh balita dengan ISPA yang berkunjung ke BLUD UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya tahun 2019 yang berjumlah sebanyak 1.673
kasus.
sampling adalah cara pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi[ CITATION Sug13 \l 1033 ] . teknik pengambilan data yaitu dengan mencatat
data kunjungan balita penderita penyakit ISPA dari buku register harian BLUD UPT
Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya tahun 2019 yang dipinjamkan untuk
peneliti. Peneliti mencatat dan mempelajari data rekam medik dalam waktu 6 hari
Data yang akan digunakan pada penelitian yaitu data sekunder dengan cara
mengambil data kunjungan pasien balita penderita penyakit ISPA di buku registrasi
kunjungan pasien di wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Pahandut Kota Palangka
Raya tahun 2019. Menurut[ CITATION Sug13 \l 1033 ] , Yang mengungkapkan kan
bahwa teknik pengambilan data merupakan prioritas utama yang memiliki nilai
Dalam melakukan penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan menggunakan data sekunder, yaitu peneliti mengumpulkan data dari buku
registrasi pasien, bukti yang telah ada atau arsip baik yang dipublikasikan maupun
perpustakaan atau membaca banyak buku maupun jurnal yang berhubungan nya
dengan penelitian peneliti. Data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini yaitu
data sekunder pada pasien balita dengan ISPA yang berobat ke BLUD UPT
1. surat izin kepada Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya / bagian
2. setelah peneliti mendapat surat izin penelitian dari dinas kesehatan, surat
F. Analisa Data
Data yang diambil untuk penelitian dianalisa dengan cara analisa univariat atau
menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel[ CITATION Not10 \l 1033 ].
Setelah semua data terkumpul data yang didapat kemudian diolah secara manual.
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk diagram ,tabel dan narasi
G. Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi isu
Sentral yang berkembang saat ini. pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir
90% subjek yang digunakan adalah manusia. oleh karena itu peneliti harus
manusia yang menjadi klien. Peneliti yang juga perawat sering memperlakukan
subjek peneliti seperti melakukan kliennya, harus menuruti semua anjuran yang
Menurut [ CITATION Nur11 \l 1033 ] secara umum prinsip etika dalam penelitian
atau pengumpulan data dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu, manfaat, prinsip
1. Prinsip Manfaat
keuntungan yang akan berakibat pada Subjek pada setiap tindakan. pada
bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apa pun atau
3. Prinsip Keadilan
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan Untuk itu perlu adanya tanpa nama (Anonymity) dan rahasia
KH.04.02/2.8/00571/2020.
30
DAFTAR PUSTAKA
IDAI. (2016, 12 1). Retrieved 2 11, 2020, from Memperingati Hari Pneumonia Dunia:
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/memperingati-hari-
pneumonia-dunia
Ardinasari, E. (2016). Buku Pintar Mencegah dan Mengobati Penyakit Bayi dan Anak .
Jakarta: Bestari.
Fitriani, A. S. (2012). Gambaran Status Gizi Balita di Posyandu Debora Wilayah Kerja
Wilayah Kerja Puskesmas Jekan Raya Palangka Raya Tahun 2013-2014 . Karya
Tulis Ilmiah.
Indonesia, C. (2019, 9 17). 2.637 orang di Kalteng terdeteksi kena ISPA akibat
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20190917130609-20-431203/2637-orang-
di-kalteng-terdeteksi-kena-ispa-akibat-karhutla
https://www.google.com/amp/s/kalteng.antaranews.com/amp/berita/245037/pend
erita-ispa-kembali-meningkat-di-palangka-raya
Pustaka Baru.
Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Cv.Trans Info
Media.
Notoatmodjo. (2012). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Medika.
Putra, Y., & Wulandari, S. S. (2019, 5 1). Faktor Penyebab Kejadian ISPA. Jurnal
Bandung: Alfabeta.
32
Media Group.
Wulandari, D., & Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.