Anda di halaman 1dari 3

ARTIKEL TENTANG PRODUK-PRODUK

UNGGULAN FARMASI

PEMANFAATAN REKAYASA GENETIKA BIDANG FARMASI

Di bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai


jenis obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam
upaya penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk
mendiagnosis berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat
dihasilkan.

Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri


farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan
dengan cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas
sintesis produk-produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang
sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa. Dengan
mentransfer gen untuk produk protein yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi,
dan jenis sel lainnya yang mudah tumbuh di dalam kultur seseorang dapat
memproduksi protein dalam jumlah besar, yang secara alami hanya terdapat
dalam jumlah sangat sedikit (Chambell et all, 2000)

1) Pembuatan insulin melalui proses rekayasa genetika

Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β kelenjar
Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah
(kadar gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi
oleh tubuh kita dikenal juga sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika
kalenjar pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon
insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat
berupa obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen.
Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus
tergantung insulin (diabetes tipe I). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul
insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan
ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30
asam amino.

Adapun proses pembuatan insulin dengan menggunakan plasmid pada bakteri


sebagai vektor pengklon (pembawa DNA) sebagai berikut:
1- Pengisolasian vector dan DNA sumber gen

Rangkaian DNA yang mengkode insulin dapat diisolasi dari gen manusia
yang sebelumnya telah ditumbuhkan dalam kultur di laboratorium

Vektor yang digunakan berupa plasmid dari bakteri Escherichia coli.


Plasmid merupakan molekul DNA kecil, sirkuler, dapat bereplikasi sendiri dan
terpisah dari kromosom bakteri. Adapun plasmid yang digunakan mengandung
gen:

· Amp-R yang terbukti memberikan resistensi pada sel inang terhadap


antibiotik amphisilin

· LacZ yang mengkode enzim β-galaktosidase yang menghidrolisis gula


laktosa

Plasmid ini memiliki pengenalan tunggal untuk enzim restriksi endonuklease yang
digunakan dan urutan ini terletak dalam gen lacZ

2- Penyelipan DNA ke dalam vector

- Plasmid maupun DNA manusia dipotong dengan menggunakan enzim


restriksi yang sama dimana enzim ini memotong DNA plasmid pada tempat
restriksi tunggalnya dan mengganggu gen lacZ.

- Mencampurkan fragmen DNA manusia dengan plasmid yang telah


dipotong

- Penambahan enzim ligase untuk membentuk ikatan kovalen antara


keduanya

3- Pemasukan plasmid ke dalam sel bakteri

- Plasmid yang telah termodifikasi dicampurkan dalam kultur bakteri

- Bakteri akan mengambil plasmid rekombinan secara spontan melalui


proses transformasi namun tidak semua bakteri yang akan mengambil plasmid
rekombinan yang diinginkan
4- Pengklonaan sel dan gen asing

- Bakteri hasil transformasi ditempatkan pada medium nutrient padat yang


mengandung amphisilin dan gula yang disebut X-gal. Amphisilin dalam medium
yang akan memastikan bahwa hanya bakteri yang mengandung plasmid yang
dapat tumbuh karena adanya resistensi dari amp-R. Sedangkan X-gal akan
memudahkan identifikasi koloni bakteri yang mengandung gen asing yang
disisipkan. X-gal ini akan dihidrolisis oleh β-galaktosidase menghasilkan produk
berwarna biru, sehingga koloni bakteri yang mengandung plasmid dengan gen β-
galaktosidase utuh akan berwarna biru. Tetapi jika suatu plasmid memiliki DNA
asing yang diselipkan ke dalam gen lacZ-nya maka koloni sel yang mengandung
DNA asing ini akan berwarna putih karena sel tersebut tidak bisa menghasilkan β-
galaktosidase untuk menghidrolisis X-gal.

5- Identifikasi klon sel yang membawa gen yang diinginkan

- Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang mengandung DNA


rekombinan diidentifikasi menggunakan probe asam nukleat. Probe adalah rantai
RNA atau rantai tunggal DNA yang diberi label isotop radioaktif atau bahan
fluorescent dan dapat berpasangan dengan basa nitrogen tertentu dari DNA
rekombinan. Pada langkah pembuatan insulin ini probe yang digunakan adalah
RNAd dari gen pengkode insulin pankreas manusia. Untuk memilih koloni bakteri
mana yang mengandung DNA rekombinan, caranya adalah menempatkan bakteri
pada kertas filter lalu disinari dengan ultraviolet. Bakteri yang memiliki DNA
rekombinan dan telah diberi probe akan tampak bersinar.

Setelah mengidentifikasi klon sel yang diinginkan, kemudian ditumbuhkan dalam


kultur cair dalam tangki besar dan selanjutnya dengan mudah mengisolasi gen
tersebut dalam jumlah besar. Selain itu juga dapat digunakan sebagai probe untuk
mengidentifikasi gen yang serupa atau identik di dalam DNA dari sumber lain.

Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet
yang digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju
keras (hard cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang
berasal dari organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive
seperti penambah cita rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan,
pengental pangan, dan sebagainya saat ini banyak menggunakan produk
organisme transgenik

Anda mungkin juga menyukai